Makalah
sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas
Bahasa Indonesia
pada
Program Pendidikan Kompetensi Umum
Susu sapi adalah bahan pangan yang bernilai gizi tinggi dan memiliki
banyak manfaat bagi tubuh. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
harga produk susu sapi terhadap minat mahasiswa PPKU IPB 56 pada produk
agroindustri susu sapi dan menjelaskan penyebab harga produk susu sapi dapat
berpengaruh terhadap minat mahasiswa PPKU IPB 56 pada produk agroindustri
susu sapi. Sebanyak 60% responden memilih opsi bahwa harga mempengaruhi
minat mereka dalam membeli produk olahan susu sapi. Keterjangkauan harga,
kesesuaian harga dengan kualitas produk, daya saing harga, dan kesesuaian harga
dengan manfaat produksi sangat mempengaruhi daya beli konsumen.
ABSTRACT
Cow's milk is a food that contains high nutrition and has many benefits for
the body. The purpose of this study is to study the price of dairy products on the
interests of PPKU IPB 56 students on cow dairy agro-industry products and to
explain the price of dairy products can affect the interests of PPKU IPB 56
students on dairy cow agroindustry products. As many as 60% of respondents
choose the option to enlarge the choice of buying processed milk products for
cows.
ii
Affordability of prices, suitability of prices with product quality, price
competitiveness, and suitability of prices with the benefits of production greatly
affect consumer purchasing power.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Pengaruh Harga Produk Susu Sapi terhadap Minat Mahasiswa PPKU
IPB 56 pada Produk Agroindustri Susu Sapi”.
Makalah ini dapat disusun dengan melibatkan berbagai pihak yang juga
telah memberikan dukungan kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada Ibu Lanti Mustika, S.Pd., M.Pd. selaku dosen Bahasa Indonesia
yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan pengarahan selama proses
penyelesaian makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halama
n ABSTRAK...........................................................................................................II
KATA PENGANTAR...........................................................................................IV
DAFTAR ISI...........................................................................................................V
DAFTAR TABEL................................................................................................VII
DAFTAR DIAGRAM.........................................................................................VIII
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
2.1. Agroindustri..................................................................................................3
2.2.4. Yoghurt...............................................................................................8
2.2.5. Keju....................................................................................................9
BAB IV PENUTUP...............................................................................................27
4.1. Kesimpulan.................................................................................................27
4.2. Saran............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
BIOGRAFI PENULIS...........................................................................................31
LAMPIRAN...........................................................................................................34
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terhadap Komposisi Kimia Susu Fermentasi Kering
......................................................................................................... 14
DAFTAR DIAGRAM
PENDAHULUAN
1
pertumbuhan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, kesadaran gizi dan
perubahan gaya hidup.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Agroindustri
Susu adalah cairan biologis yang dihasilkan mamalia, untuk memenuhi semua
kebutuhan gizi anaknya yang baru lahir. Susu mengandung karbohidrat (laktosa),
protein, lemak, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan tubuh (Safitri & Swarastuti
2011). Namun komposisi susu berbeda-beda untuk spesies yang berbeda, karena
kebutuhan neonatus setiap spesies juga berbeda.
Air susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena
kelezatan dan komposisinya yang ideal selain air susu mengandung semua zat
yang dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalam air
susu dapat diserap oleh darah dan dimanfaatkan oleh tubuh. Di dalam kehidupan
sehari-hari, tidak semua orang meminum air susu yang belum diolah. Hal ini
disebabkan karena tidak terbiasa mencium aroma susu segar (mentah), atau sama
sekali tidak suka air susu dan sebagian lagi karena menganggap harga air susu
mahal dibandingkan
kebutuhan sehari-hari lainnya. Air susu merupakan bahan makanan utama bagi
makhluk yang baru lahir, baik bagi hewan maupun manusia. Sebagai bahan
makanan/minuman air susu sapi mempunyai nilai gizi yang tinggi, karena
mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh seperti kalsium,
fosfor, Vitamin A, Vitamin B dan Riboflavin yang tinggi. Komposisinya yang
mudah dicerna dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi,
menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang fleksibel yang dapat diatur
kadar lemaknya, sehingga dapat memenuhi keinginan dan selera konsumen. Air
susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan
oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto
1983 dalam Saleh 2004).
Air susu yang banyak menyebar dan dikenal dipasaran adalah air susu sapi.
Sebenarnya air susu kambing dan kerbau tidak kalah nilai gizinya dibandingkan
dengan air susu sapi. Hanya karena faktor kebiasaan dan ketersediaannya maka air
susu sapi lebih menonjol dipasaran. Beberapa daerah di Indonesia telah
memanfaatkan susu kambing dan kerbau yaitu didaerah Sumatera Utara, Sumatera
Barat dan Sulawesi Selatan. Bahkan dinegara lain susu kambing telah dianjurkan
oleh dokter-dokter dan digunakan untuk pengobatan rumah tangga sejak dulu. Di
Sulawesi selatan usaha peternakan sapi perah banyak dikembangkan di Kabupaten
Sinjai dan Kabupeten Enrekang. Susu segar yang dihasilkan para peternakan di
daerah tersebut telah diolah susu menjadi berbagai produk lain, seperti dangke,
kerupuk berbahan dasar susu, dan berbagai produk olahan lainnnya. Hal ini
tentunya akan meningkatkan kesejahteraan peternak, karena nilai ekonomi susu
akan bertambah.
Pasteurisasi Susu
Susu sangat sedikit (bila tidak boleh dikatakan tidak ada) yang
dijual benar-benar segar, yaitu langsung dari ambing sapi perah. Hal ini
karena adanya kemungkinan pencemaran atau kontaminasi oleh berbagai
bakteri patogen, seperti bakteri penyebab tipus, difteri, radang
tenggorokan, dan TBC. Karena alasan tersebut maka susu yang akan dijual
sebelumnya dipanaskan secukupnya sehingga seluruh bakteri patogen
yang mungkin
terdapat didalamnya dapat dimusnahkan. Proses pemanasan tersebut
disebut pasteurisasi. Pada umumnya proses pasteurisasi dilakukan dengan
memanaskan susu pada suhu 62ºC selama 30 menit. Bila ingin lebih cepat
dapat digunakan suhu 72ºC selama 15 detik.
Meskipun bakteri patogen sudah dimusnahkan, tetapi bakteri non
patogen, terutama bakteri pembusuk masih hidup. Jadi susu pasteurisasi,
buka merupakan susu awet. Dalam penyimpanannya, biasanya susu
pasteurisasi digabungkan dengan metode pendinginan. Untuk
memperpanjang daya simpannya, susu pasteurisasi disimpan pada suhu
maksimal 10ºC, lebih dingin lebih baik. Pada suhu tersebut mikroba
pembusuk meskipun tidak mati, tetapi tidak dapat tumbuh dan
berkembang. Pada saat pasteurisasi, bukan hanya bakteri patogen yang
mati, tetapi beberapa jenis enzim juga dimatikan. Enzim yang terpenting
adalah posfatase. Enzim tersebut memiliki daya tahan panas yang sedikit
lebih tinggi daripada bakteri patogen penyebab TBC. Karena itu, untuk
mendeteksi apakah proses pasteurisasi sudah cukup atau belum, dilakukan
tes atau uji posfatase. Bila uji posfatase negatif, proses pasteurisasi sudah
baik atau cukup. Pada umumnya di Industri pengolahan susu, proses
pasteurisasi terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut : penerimaan susu
segar, pencampuran dan pemanasan, penyaringan, homogenisasi,
pasterurisasi,
pendinginan dan pengemasan.
Mentega
Kata mentega selalu berkaitan dengan susu sapi, jadi mentega itu
adalah produk minyak hewani, bukan produk nabati. Inilah bedanya
mentega dengan margarine. Margarine adalah produk tiruan mentega yang
dibuat dari minyak nabati, jadi dapat berasal dari minyak kelapa, kelapa
sawit, minyak kedelai, jagung dan sebagainya. Mentega diperoleh dan
dibuat dari cream melalui proses yang disebut “churning”. Cream tersebut
diaduk dan dikocok, sehingga menghancurkan lapisan membran yang
menyelubungi butir-butir lemak. Terjadilah pemisahan dua phase; yaitu
fase lemak terdiri dari lemak mentega, dan phase air yang melarutkan
berbagai
zat yang terdapat dalam susu. Gumpalan-gumpalan lemak susu dipisahkan
bagian lain dan dicuci dengan air dingin yang beberapa kali diganti dengan
air baru untuk menghilangkan susunya.
Mentega biasanya diberi garam, dan hal ini untuk mengeluarkan air
yang tersissa dalam lemak susu (Butter fat). Mentega biasanya
mengandung air 15 persen, sebagian dari jumlah tersebut dalam bentuk
teremulsifikasi.mentega harus memiliki kadar lemak minimal 80 persen.
Tingginya kadar air dalam mentega menyebabkan mentega mudah menjadi
tengik bila disimpan pada tempat yang hangat. Salah satu asam lemak
yang dilepaskan adalah asam butyrat, berantai pendek, mudah menguap
dan berbau tidak enak.
Berbagai jenis mentega dapat ditemukan di berbagai toko makanan
dan supermarket. Jenis menteganya sendiri banyak dipengaruhi oleh asam
creamnya serta variasi pengolahan selama pembuatan mentega tersebut,
sehingga menghasilkan jenis mentega yang beraneka ragam dan dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
1. Mentega dibuat dari Pasteurized Cream atau Unpasteurized Cream.
2. Mentega yang dibuat dari cream yang diperam (ripened cream) atau
yang tidak diperam.
3. Mentega yang digarami atau yang tidak digarami.
4. Mentega yang dibuat dari sweet cream, atau sour-cream.
5. Mentega yang dibuat yang tidak mengalami penyimpanan (segar) dan
yang telah mengalami penyimpanan.
6. Mentega yang dibuat di peternakan (dairy butter) atau di pabrik
(creamery-butter).
Karamel Susu
Karamel susu atau hoppies adalah sejenis permen yang dibuat
dengan menggunakan bahan dasar susu. Susu yang digunakan untuk
pembuatan hoppies atau karamel tidak memerlukan persyaratan mutu yang
tinggi. Oleh karena itu, pembuatan karamel merupakan suatu alternatif
pengolahan untuk memanfaatkan susu yang bermutu rendah yang sudah
tidak dapat digunakan lagi untuk pembuatan berbagai jenis produk olahan
susu lainnya. Pada prinsipnya, pembuatan karamel susu berdasarkan reaksi
karamelisasi, yaitu reaksi kompleks yang menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk dari gula menjadi bentuk amorf yang berwarna coklat
gelap. Larutan guladalam susu dipanaskan sampai seluruh air menguap
sehingga cairan yang ada pada akhirnya adalah cairan gula yang lebur.
Apabila keadaan ini telah tercapai dan terus dipanaskan sampai suhunya
melampaui titik leburnya, maka mulailah terjadi bentuk amorf yang
berwarna coklat tua. Gula susu yang berbeda dalam reaksi karamelisasi
pada pembuatan karamel susu adalah laktosa yang terdiri dari satu molekul
glukosa dan satu molekul galaktosa. Gula pasir atau sukrosa yang
ditambahkan ke dalam susu pada pembuatan karamel susu juga mengalami
reaksi karamelisasi.
Yoghurt
Yoghurt merupakan produk hasil fermentasi susu. Starter atau bibit
yang digunakan adalah bakteri asam laktat Lactobacillus bulgarius dan
Strepto-coccus thermophillus dengan perbandingan yang sama. Karena
digunakan bakteri laktat yang mampu memproduksi asam laktat, maka
produk yang terbentuk berupa susu yang mengumpal dengan rasa asam
dengan mempunyai cita-rasa yang khas. Berdasarkan komposisinya,
yoghurt dibedakan menjadi yoghurt berkadar lemak penuh dengan
kandungan lemak di atas 3.0 persen, yoghurt berkadar lemak medium
kandungan lemaknya 0.5 sampai 3.0 persen, dan yoghurt berkadar lemak
rendah bila kandungan lemaknya kurang dari 0.5 persen. Berdasarkan
metode pembuatannya, jenis yoghurt dibagi menjadi dua, yaitu set yoghurt
dan stirred yoghurt. Bila fermentasi atau inkubasi susu dilakukan dalam
kemasan kecil sehingga gumpalan susu yang terbentuk tetap utuh dan
tidak berubah sewaktu akan didinginkan atau sampai siap konsumsi, maka
produk tersebut disebut set yoghurt. Sedangkan stirred yoghurt
fermentasinya dalam wadah yang benar setelah fermentasi selesai, produk
dikemas dalam
kemasan kecil, sehingga gumpalan susu dapat berubah atau pecah sebelum
pengemasan dan pendinginan selesai.
Berdasarkan cita rasanya yoghurt dibedakan menjadi yoghurt alami
atau sederhana dan yoghurt buah. Yoghurt alami yaitu yoghurt yang tidak
ditambah cita-rasa/flavor yang lain sehingga asamnya tajam. Sedangkan
yoghurt buah adalah yoghurt yang ditambah dengan komponen cita-rasa
yang lain seperti buah-buahan, sari buah, flavor dintetik dan zat pewarna.
Jenis-jenis yoghurt yang telah dimodifikasi atau diolah lebih lanjut setelah
fermentasi diantaranya : Yoghurt pasteurisasi untuk memperpanjang masa
simpannya. Yoghurt beku yaitu yoghurt yang dibekukan dan simpan pada
suhu beku, biasanya pada suhu –88,2 ºC. Yoghurt konsentrat (pekat) yaitu
yoghurt yang dipekatkan sampai kandungan bahan keringnya 24 persen.
Sedangkan yoghurt kering (powder) adalah yoghurt pekat yang
dikeringkan sampai kandungan bahan keringnya mencapai 90 – 94 persen.
Keju
Keju merupakan suatu produk pangan yang berasal dari hasil
penggumpulan (koagulasi) dari protein susu. Susu yang digunakan untuk
pembuatan keju adalah susu sapi walaupun susu dari hewan lainnya juga
dapat digunakan. Selain dari kasein (protein susu), komponen susu lainnya
seperti lemak, mineral-mineral dan vitamin-vitamin yang larut dalam
lemak juga terbawa dalam gumpalan partikel-partikel kasein. Sedangkan
komponen-komponen susu yang larut dalam air tertinggal dalam larutan
sisa dari hasil penggumpalan kasein yang disebut whey.
Dewasa ini, terdapat berbagai macam dan jenis keju, tergantung
dimana keju tersebut dibuat, jenis susu yang digunakan, metode
pembuatannya dan perlakuan yang digunakan untuk proses pemeraman
atau pematangannya. Cara yang umum digunakan untuk mengklasifikasi
keju adalah berdasarkan tekstur dan proses pemeraman atau pematangan.
Berdasarkan teksturnya keju diklasifikasi menjadi :
1. Keju sangat keras
2. Keju keras
3. Keju semi keras dan
4. Keju lunak
Penggunaan keju dan susu dari Timur Tengah lewat Turki mulai dikenal oleh
bangsa Eropa pada zaman Pertengahan. Kemudian pada abad ke-15, para pelaut
mulai membawa sapi perah untuk dipelihara dan diternakkan di dataran Eropa
untuk konsumsi susu. Susu sapi sendiri baru dikenal oleh bangsa Indonesia lewat
penjajahan Hindia Belanda pada abad ke 18 Masehi. Di Indonesia, bangsa sapi
perah umumnya adalah bangsa sapi perah Frisian Holstein. Sapi Friesian Holstein
dikenal juga dengan nama Friesian Holland (FH). Sapi FH menduduki populasi
terbesar bahkan hampir di seluruh dunia, baik di negara-negara sub-tropis ataupun
negara tropis. Bangsa sapi ini mudah beradaptasidengan tempat yang baru. Di
Indonesia populasi bangsa sapi FH ini juga yang terbesar diantara sapi-sapi perah
yang lain (Aak 1995).
Banyak orang tidak suka mengkonsumsi susu dalam bentuk cair, oleh
karena itu terdapat beberapa jenis produk olahan susu dengan mempertahankan
nilai-nilai gizi susu dan membuatnya mudah diterima konsumen. Salah satu
contoh produk olahan susu adalahproduk susu fermentasi (Kumbhar et al.
2009). Fermentasi susu juga dapat memperpanjang daya tahan simpan dan
meningkatkan nilai ekonomi susu (Widodo 2002).
Menurut FAO (2007) di dalam Codex Alimentarius, susu fermentasi adalah
produk susu yang diperoleh dengan cara fermentasi susu, dimana produk yang
diperoleh dari susu dengan dibuat dengan atau tanpa modifikasi komposisi yang
dibatasi oleh ketentuan yang ditetapkan dengan perlakuan yang cocok dari
mikroorganisme sehingga mengakibatkan penurunan pH dengan atau tanpa
koagulasi. Menurut Darwis dan Sukara (1989), fermentasi ialah proses baik secara
aerob maupun anaerob yang menghasilkan berbagai produk yang melibatkan
aktivitas mikroba atau ekstraknya dengan aktivitas terkontrol. Widowati dan
Misgiyarta (2009) menjelaskan bahwa fermentasi memiliki berbagai manfaat,
antara lain untuk mengawetkan produk pangan, memberi cita rasa atau aroma
terhadap produk pangan tertentu, memberikan tekstur tertentu pada produk
pangan. Proses fermentasi oleh mikroba tertentu dapat meningkatkan nilai gizi
yang ada pada produk fermentasi. Perbaikan mutu produk pangan meningkatkan
nilai terima produk oleh konsumen, dengan kata lain, meningkatkan permintaan
terhadap produk susu fermentasi. Panesar (2011) menjelaskan bahwa keinginan
konsumen terhadap produk susu fermentasi merupakan saat yang tepat karena
perkembangan teknologi pengolahan pangan yang pesat, perubahan pada gaya
hidup, dan manfaat kesehatan dari bukti-bukti ilmiah.
Produk susu fermentasi merupakan komponen penting dari makanan manusia
di dunia yang tersebar di setiap daerah. Produk fermentasi susu yang paling
terkenal adalah yoghurt. Yoghurt sudah lama dikonsumsi oleh masyarakat sejak
Elie Metchnikov mengisolasi bakteri asam laktat yang bermanfaat bagi kesehatan
usus manusia pada tahun 1908 (Widodo 2002). Menurut Panesar (2011), bakteri
asam laktat secara alami dapat diterima dan umumnya dianggap aman. Selama
fermentasi berbagai perubahan fisik dan kimia terjadi karena aktivitas fermentasi
bakteri asam laktat yang digunakan sebagai kultur starter. Produk susu fermentasi
merupakan agen perantara penyampaian bakteri probiotik.
Pembuatan produk susu fermentasi kering mengadopsi teknologi fermentasi
dari negara Timur Tengah. Jandal (1996) membuat susu fermentasi kering
berbahan baku susu domba. Komposisi kimia susu fermentasi kering berbahan
baku susu domba pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hasil penelitian terhadap komposisi kimia susu fermentasi kering
Menurut Kotler (2007) harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas
suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-
manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga
adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari
barang beserta pelayanannya. Jadi harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan
atau ditukarkan ke konsumen untuk mendapatkan atau memiliki suatu barang
yang memiliki manfaat serta penggunaannya.
Indikator yang mencirikan harga menurut Kotler yaitu:
1. Keterjangkauan harga.
2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk.
3. Daya saing harga.
4. Kesesuaian harga dengan manfaat produksi.
5. Harga mempengaruhi daya beli konsumen.
6. Harga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan.
Minat beli adalah sesuatu diperoleh dari proses belajar dan proses pemikiran
yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini menciptakan suatu motivasi yang
terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang
pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan
mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu (Oliver 2006). Minat beli
merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Menurut
Kinnear dan Taylor dalam Tjiptono (2007), minat beli adalah tahap
kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-
benar dilaksanakan. Menurut Oliver (2006) efek hierarki minat beli digunakan
untuk menggambarkan urutan proses munculnya keyakinan (beliefs). Sikap
(attitudes) dan perilaku pengetahuan kognitif yang dimiliki konsumen dengan
mengaitkan atribut, manfaat, dan obyek (dengan mengevaluasi informasi),
sementara itu sikap mengacu pada
perasaan atau respon efektifnya. Sikap berlaku sebagai acuan yang mempengaruhi
dari lingkungannya.
BAB III
HASIL PENELITIAN
Produk olahan susu yang pernah dikonsumsi. Pada diagram 2 terlihat bahwa
produk olahan susu yang paling banyak pernah dikonsumsi adalah susu
pasteurisasi (susu kotak). Sekitar 48 responden pernah mengonsumsi keju (96%)
dan selebihnya pernah mengonsumsi mentega, permen/karamel susu dan yoghurt
yaitu, 45 responden (90%).
Diagram 2 Produk olahan yang pernah dikonsumsi
Produk olahan susu yang sering dikonsumsi. Produk olahan susu yang sering
dikonsumsi responden adalah susu pasteurisasi (susu kotak) dengan jumlah 28
responden (56%). Sebanyak 13 responden (26%) memilih keju, lalu 4 responden
(8%) memilih permen/karamel susu, 3 responden (6%) dan produk susu yang
paling rendah dipilih adalah yoghurt dengan jumlah 2 responden (4%). Adapun
produk olahan susu yang sering dikonsumsi disajikan dalam Diagram 3.
Harga susu sapi 250ml. Diagram 5 menunjukkan bahwa harga susu sapi yang
dibeli oleh responden berkisaran antara Rp 5.000 – Rp 10.000. Sebanyak 5
responden (10%) membeli susu degan harga kurang dari Rp 5.000 dan 3
responden membeli susu dengan harga lebih dari Rp 10.000.
Diagram 5 Kisaran harga susu sapi 250 ml
Harga mentega 200 gr. Diagram 6 ini menunjukan bahwa Rp 5.000 – Rp 10.000
adalah kisaran harga mentega yang banyak dibeli responden. Selebihnya sebanyak
11 responden memlilih kisaran harga kurang dari Rp 5.000 dan lebih dari Rp
10.000.
Harga yoghurt 200 ml. Pada diagram 8 ini menunjukan bahwa kisaran harga
yoghurt yang banyak dibeli oleh responden sama seperti kisaran harga mentega
dan susu yaitu, berkisar antara Rp 5.000 – Rp 10.000. Sekitar 12 responden (24%)
membeli dengan harga lebih dari Rp 10.000 dan 2 responden (4%) membeli
dengan harga kurang dari Rp 5.000.
Diagram 8 Kisaran harga yoghurt 200 ml
Harga keju. Berbeda dengan kisaran harga produk olahan susu yang lain. Pada
diagram 9 menunjukan bahwa harga keju yang banyak responden beli berkisaran
lebih dari Rp 10.000. Sebanyak 14 responden (28%) membeli dengan harga antara
Rp 5.000 – Rp 10.000 dan 4 responden (8%) membeli dengan harga kurang dari
Rp 5.000.
Dari jawaban yang telah diberikan oleh para narasumber yang telah
diwancarara dapat ditarik sebuah kesimpulan produk olahan susu sapi yang
umumnya diketahui oleh narasumber adalah keju dan yoghurt, susu kemasan
selain itu produk lain yang juga diketahui yaitu mentega, permen, es krim, masker
dan produk olahan susu sapi lainnya. Produk yang sering dibeli atau dikonsumsi
oleh narasumber adalah produk olahan susu yang sering dibutuhkan/dapat
dicampurkan dengan bahan lain seperti keju, susu kemasan. Selain sering
dibutuhkan, narasumber juga lebih sering membeli produk olahan susu yang
disukai karena
rasanya. Narasumber umumnya lebih sering membeli produk merek ternama atau
yang sering ditemukan di pasar karena kualitasnya lebih bagus dan terjamin.
Menurut narasumber harga dengan merek ternama biasanya memiliki
harga yang lebih mahal dari produk biasa, hal ini dipengaruhi oleh faktor
brandnya yang sudah dikenal orang banyak sehingga produk dapat dijual dengan
harga yang lebih tinggi dan lebih terpercaya kualitasnya. Menurut Keysone
Markup, semakin terkenalnya sebuah brand akan berbanding lurus dengan
semakin banyak pengguna produk. Umumnya narasumber sering membeli produk
yang berharga sepuluh ribu kebawah dengan berat bersih produk yang beragam.
Jika narasumber diberikan produk susu yang mempunyai kualitas yang sama
namun harga yang berbeda yaitu sedang dengan harga tinggi tetapi bermerek,
narasumber memilih produk susu dengan harga sedang (lebih murah) karena dapat
hemat dan ramah dikantong mahasiswa. Ketika diberi narasumber diberi
pertanyaan “Apakah harga dari produk susu sapi menentukan kualitas
produknya?” sebagian besar narasumber menjawab bahwa harga dari suatu
produk susu sapi menentukan kualitas produknya.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 75 orang yang terbagi 50
responden pengisi kuisioner dan 25 responden narasumber. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa minat beli susu sapi mahasiswa PPKU IPB 56 cukup tinggi.
Sekitar 96% dari responden pernah mengonsumsi keju dan 90% pernah
mengonsumsi produk olahan susu sapi lainnya. Produk olahan susu yang sering
dikonsumsi responden adalah susu pasteurisasi (susu kotak) dengan presentase
56% dan 60% responden lebih memilih susu pasteuriasi (susu kotak) daripada
produk olahan susu lainnya.
Sebanyak 86% harga susu sapi yang dibeli oleh responden berkisaran antara
Rp 5.000 – Rp 10.000. Sebanyak 56% harga mentega yang dibeli oleh responden
juga berkisar antara Rp 5.000 – Rp 10.000. Harga permen/karamel susu yang
dibeli oleh 58% responden berkisar kurang dari Rp 5.000. Kisaran harga yoghurt
yang banyak dibeli oleh 72% responden sama seperti kisaran harga mentega dan
susu yaitu, berkisar antara Rp 5.000 – Rp 10.000. Harga keju yang dibeli oleh
62% responden berkisaran lebih dari Rp 10.000.
Sebanyak 60% responden memilih opsi bahwa harga mempengaruhi minat
mereka dalam membeli produk olahan susu sapi. Hal ini menunjukkan bahwa
harga produk olahan susu sapi memiliki pengaruh yang tinggi terhadap minat
mahasiswa PPKU IPB 56 pada produk agroindustri susu sapi. Keterjangkauan
harga, kesesuaian harga dengan kualitas produk, daya saing harga, dan kesesuaian
harga dengan manfaat produksi sangat mempengaruhi daya beli konsumen. Harga
dari produk olahan susu sapi juga dapat mempengaruhi konsumen dalam
mengambil keputusan. Dengan demikian, dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa harga memiliki pengaruh yang tinggi serta peran penting sebagai penentu
utama dari pilihan pembeli.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka hal yang dapat disarankan
adalah:
1. Meningkatkan produksi dari berbagai produk olahan susu sapi seperti susu
pasteurisasi, keju, yoghurt, permen/karamel susu, mentega, dan berbagai
macam produk olahan susu sapi lainnya.
2. Menyesuaikan harga produk olahan susu sapi sesuai dengan kualitas
produknya, dengan memperhatikan berbagai faktor langsung seperti harga
bahan baku, biaya produksi, biaya pemasaran, adanya peraturan pemerintah,
dan faktor lainnya. Begitu pula dengan faktor yang tidak langsung seperti harga
produk sejenis yang dijual oleh para pesaing, pengaruh harga terhadap
hubungan antara produk subsitusi dan produk komplementer, serta potongan
(discount) untuk para penyalur dan konsumen.
3. Meningkatkan konsumsi berbagai produk olahan susu sapi. Dengan demikian,
kesejahteraan para peternak sapi juga akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Nabila Maulidza
1. Format Kuisioner
2. Pertayaan Wawancara
Pembagian tugas
Tarisa As’Adila : Membuat pertanyaan dan format kuisioner, wawancara
5 narasumber, Bab 1, Bab 3, menambah materi Bab 2,
mengolah data kuisioner, daftar pustaka
Yulio Al Aziz Kindy : Wawancara 5 orang
Fahral Athallah Chandra : Membuat pertanyaan kuisioner, wawancara 5 orang, Bab
2, daftar pustaka, ngolah data wawancara, PPT
Nabila Maulidza : Membuat pertanyaan wawancara, wawancara 5 orang,
Bab 1, cover, lampiran, abstrak, daftar pustaka, kata
pengantar, daftar isi, Bab 4, menambah materi PPT,
editing
Aditya Wardana : Membuat pertanyaan kuisioner, wawancara 5 orang,
Bab 2, mengolah data wawancara