Anda di halaman 1dari 46

PEMBUATAN DAN ANALISIS PAKAN AYAM PETELUR

DARI AMPAS TAHU DAN CANGKANG TELUR

PROPOSAL ANALISIS TERPADU II

LARA TRIA NOVITA


NIS 207568

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMAK PADANG


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PROPOSAL ANALISIS TERPADU II

JUDUL
PEMBUATAN DAN ANALISIS PAKAN AYAM PETELUR
DARI AMPAS TAHU DAN CANGKANG TELUR

Disusun oleh:
Lara Tria Novita

NIS 207568

Telah disetujui tanggal:

di

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


SEKOLAH MENENGAH ANALIS KIMIA PADANG

Disetujui oleh:
Pembimbing Analisis Terpadu II,

FETRI EDYA, S.Pd.


NIP 198903112019012001
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Pembatasan Masalah ..................................................................... 5
1.3 Perumusan Masalah....................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................... 6
1.6 Definisi Istilah ............................................................................... 7

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 8


2.1 Jadwal dan Tempat Penelitian ....................................................... 8
2.2 Rancangan Penelitian .................................................................... 8
2.2.1 Pengumpulan Bahan Baku .............................................. 8
2.2.2 Teknik Sampling ............................................................. 8
2.2.3 Pembuatan Produk .......................................................... 9
2.3 Metode Penelitian .......................................................................... 9
2.4. Alat dan Bahan ............................................................................. 10
2.4.1 Alat .................................................................................. 10
2.4.2 Bahan .............................................................................. 11
2.5 Teknik Analisis Data ..................................................................... 12
2.5.1 Kadar Air Metode Gravimetri ......................................... 11
2.5.2 Analisis Serat Kasar Metode Gravimetri ........................ 13
2.5.3 Analisis Kadar Kalsium Metode Kompleksometri.......... 15
2.5.4 Uji Organoleptik ............................................................. 16
2.6 Analisis Biaya Pembuatan Produk ................................................ 18
2.6.1 Biaya Pembuatan Produk ............................................... 18
2.6.2 Biaya Analisis Produk ..................................................... 20
KEPUSTAKAAN ........................................................................................... 21
LAMPIRAN .................................................................................................... 23

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Formula Pembuatan Pakan Ternak Ayam Petelur ............................. 9


Tabel 2. Biaya Pembuatan Produk ...................................................................... 18
Tabel 3. Biaya Analisis Produk ........................................................................ 20

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahan pakan (feedstuff) atau disebut juga bahan makanan ternak adalah

segala sesuatu yang dapat dimakan hewan atau ternak, dapat dicerna sebagian atau

seluruhnya agar diadsorpsi sebagai zat makanan (gizi/nutrisi), sehingga dapat

berfungsi untuk hidupnya, bermanfaat bagi pemakannya, dan tidak beracun serta

tidak mengganggu kesehatan pemakannya atau bahkan menyebabkan kematian

bagi pemakannya. Berdasarkan asalnya, bahan pakan dapat berasal dari tumbuhan,

hewan, dan ikan. Besar atau kecilnya bagian yang dapat dicerna dari suatu bahan

pakan dijadikan tolak ukur untuk menentukan kualitas bahan pakan itu termasuk

kategori berkualitas rendah, sedang, atau tinggi (Utomo, 2015 : 68).

Potensi pakan di Indonesia tersebar luas dengan jumlah dan variasi yang

tidak terhitung baik pakan yang umum digunakan ( konvensional) maupun sumber-

sumber bahan pakan yang belum digunakan, tetapi mempunyai potensi sebagai

bahan pakan dan pakan yang belum umum digunakan (non konvensional). Potensi

pakan tiap daerah berbeda sesuai dengan kondisi sumber daya alam dan

lingkungannya. Dibanding dengan negara lain, Indonesia sangat kaya akan potensi

sumber bahan pakan tetapi sampai sejauh ini belum banyak penelitian-penelitian

yang menggali sumber bahan baku Indonesia sampai taraf standardisasi sehingga

nilai yang dihasilkan bisa diandalkan ( Subekti, 2009 : 64-65).

Dalam usaha peternakan khususnya untuk ternak unggas, masalah pakan

yang sering dialami oleh peternak adalah semakin mahalnya harga pakan untuk

1
ternak unggas, hal ini tentu saja memberatkan peternak, karena sering kali naiknya

harga pakan ini tidak diimbangi dengan naiknya harga produk ternak tersebut.

Fenomena tersebut sering membuat usaha peternakan rakyat menurun. Mahalnya

harga pakan khususnya untuk ternak unggas ini dirasakan peternak terutama pada

saat nilai tukar uang rupiah melemah terhadap nilai mata uang dolar, hal ini

disebabkan karena komponen penyusun pakan untuk ternak unggas tersebut

sebagian besar masih impor seperti jagung, tepung ikan, bungkil kedelai, dan

pollard ( Subekti, 2009 : 65).

Dengan adanya rencana Amerika Serikat untuk mengganti kebutuhan energi

dari BBM (bahan bakar minyak) menjadi etanol yang bersumber dari jagung,

menjadikan Amerika Serikat yang biasa mengekspor jagung mulai mengurangi

pasokannya ke pasar internasional 10-15% untuk pembuatan etanol. Hal yang sama

terjadi juga di Cina yang menghentikan ekspor demi menjaga stok jagung dalam

negeri. Berubahnya kebijakan negara pengekspor jagung membuat stok jagung di

pasar Internasional semakin menipis. Hal ini menyebabkan jagung menjadi langka

di pasaran dan kalaupun ada, harganya sangat tinggi ( Subekti, 2009 : 65).

Telur ayam yang biasa dikonsumsi berasal dari ras ayam petelur, yang

mampu memproduksi telur antara 250 -280 butir per tahun (Zulfikar, 2013 : 6).

Untuk memproduksi telur dalam jumlah banyak dan berkualitas dipengaruhi

oleh beberapa faktor, salah satunya faktor pakan. Pakan juga mempengaruhi

keberhasilan usaha peternakan, dimana 75% dari total biaya produksi, dihabiskan

hanya untuk memenuhi kebutuhan pakan (Sunarso & Christiyanto, 2009 :

76). Akibatnya, peluang peternak mengalami kerugian karena pengeluaran

terhadap biaya pakan menjadi sangat tinggi (Hakim, et al., 2016 : 2).

2
Untuk itu, diperlukan suatu manajemen pakan berupa sistem yang

didasarkan pada kualitas dan kuantitas pakan, dengan cara mencari solusi optimal

diantara kemungkinan kombinasi bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

harian ayam petelur, sehingga mampu memaksimalkan pendapatan peternak

dengan biaya sekecil mungkin. Oleh karena itu, kebutuhan akan pakan alternatif

tidak bisa dimungkiri saat ini. Selama ini pakan ternak alternatif hanya diolah oleh

peternak dalam skala kecil dengan kandungan yang kurang efisien.

Salah satu bahan dasar pakan ternak yang mudah didapat adalah limbah

ampas tahu. Ampas tahu merupakan limbah dari pabrik tahu yang berasal dari biji

kedelai yang tersisa setelah dilakukan pengayakan dalam produksi tahu. Ampas

tahu yang selama ini nyaris tidak termanfaatkan dan terbuang begitu saja dapat

menyebabkan tercemarnya lingkungan. Tidak hanya itu, cangkang telur juga

merupakan salah satu bahan baku pakan alternatif yang bisa dimanfaatkan menjadi

pakan ternak.

Limbah ampas tahu masih mengandung zat gizi yang tinggi yaitu protein

(26,6%), lemak (18,3%), karbohidrat (41,3%), fosfor (0,29%), kalsium (0,19%),

besi (0,04%) dan air (0,09%). Oleh karena itu masih memungkinkan untuk

dimanfaatkan sebagai bahan dasar atau campuran pada proses pengolahan poduk

tertentu ( Sulistiani, 2004 : 52). Selain ampas tahu penulis juga menggunakan

cangkang telur sebagai sumber kalsium. Cangkang telur berpotensi menjadi salah

satu sumber nutrisi kalsium karena mengandung 94% kalsium karbonat, kalium

fosfat 1%, dan magnesium karbonat 1% (Handayani, 2022 : 10). Kandungan

kalsium yang terdapat dalam 100 gram tepung cangkang telur sekitar 24,50 gram

(Handayani, 2022 : 13).

3
Berdasarkan pembahasan diatas banyak limbah ampas tahu yang belum

dimanfaatkan, padahal memiliki kandungan nutrisi yang dapat dimanfaatkan

menjadi pakan ternak. Sementara, cangkang telur adalah limbah yang dihasilkan

setelah telur dikonsumsi yang memiliki kandungan kalsium tinggi. Dalam laporan

ini, penulis bertujuan untuk mengevaluasi kemungkinan mengubah ampas tahu dan

cangkang telur menjadi pakan ternak yang bernilai gizi tinggi. Dengan demikian,

dapat memberikan manfaat ganda yaitu mengurangi limbah pertanian dan pangan

yang tidak termanfaatkan serta menyediakan sumber pakan yang ekonomis.

Dengan menganalisis kadar nutrisi dari kedua limbah ini, maka dapat

dilakukan penetapan kadar air, kadar serat kasar, dan kadar kalsium yang

terkandung dalam pakan ternak. Parameter tersebut dipilih karena bahan baku dari

pakan ternak itu sendiri adalah ampas tahu yang memiliki kandungan air yang

cukup tinggi, sehingga perlu dilakukan analisis untuk mengetahui kadar air yang

terdapat dalam pakan. Selain ampas tahu, bahan baku yang digunakan adalah

cangkang telur sebagai sumber kalsium. Ayam petelur membutuhkan kalsium yang

cukup untuk menghasilkan kulit telur yang kuat yang diperlukan dalam pemasaran.

Sedangkan untuk pengujian kadar serat kasar perlu dilakukan karena serat kasar

yang tinggi dalam ransum tidak dapat dicerna oleh pencernaan ayam. Kadar serat

kasar dapat menentukan kualitas dari bahan pakan yang dihasilkan.

Hasil analisis diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengembangan

teknologi dan kebijakan dalam mendukung pemanfaatan lebih lanjut dari ampas

tahu dan cangkang telur sebagai pakan ternak yang berkelanjutan dan berpotensi

mengurangi dampak limbah pangan, sehingga penelitian tentang “Pembuatan dan

Analisis Pakan Ternak Ayam Petelur dari Ampas Tahu dan Cangkang telur” ini

4
perlu dilakukan, untuk mengatasi permasalahan pakan ayam yang sulit didapatkan

di pasaran serta menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang

pemanfaatan limbah pangan.

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat ditentukan batasan

masalah sebagai berikut:

1. Ruang lingkup penelitian ini adalah fokus pada pemanfaatan ampas tahu dan

cangkang telur sebagai bahan pakan untuk ternak ayam petelur.

2. Parameter pengujiannya yaitu analisis kadar air, kadar abu, dan kalsium

serta parameter organoleptik. Parameter yang diujikan mengacu kepada SNI

8290.5:2016.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimana proses pembuatan pakan ternak dari ampas tahu dan

cangkang telur?

1.3.2 Apakah kadar air, kadar serat kasar, dan kadar kalisum dari pakan

ternak ayam yang dihasilkan sesuai dengan SNI 8290.5:2016?

1.3.3 Apakah pakan ternak dari ampas tahu dan cangkang telur memiliki

potensi untuk mengurangi dampak lingkungan melalui pengurangan

limbah pangan dan lingkungan?

1.3.4 Apakah pemanfaatan ampas tahu dan cangkang telur menjadi pakan

ternak ayam yang memiliki aspek ekonomi?

5
1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini sebagai

berikut:

1.4.1 Untuk menyelesaikan tugas Analisis Terpadu II sebagai syarat

kelulusan di SMK SMAK Padang.

1.4.2 Dapat mengetahui cara pembuatan pakan ayam petelur dari ampas

tahu dan cangkang telur.

1.4.3 Untuk mengetahui kelayakan dari pakan ternak ayam petelur yang

dihasilkan sesuai dengan SNI 8290.5:2016.

1.4.4 Mengidentifikasi potensi dampak positif terhadap lingkungan untuk

mengurangi limbah organik seperti ampas tahu dan cangkang telur

melalui pemanfaatannya sebagai pakan ternak.

1.4.5 Dapat menilai aspek ekonomi dari penggunaan ampas tahu dan

cangkang telur sebagai bahan pakan ternak.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Membuat pakan alternatif sebagai solusi bagi peternak ayam petelur

dalam mengembangkan usahanya.

1.5.2 Membantu masyarakat dalam mengurangi ketergantungan pada

bahan pakan yang mahal dan sulit didapatkan.

1.5.3 Membantu mengurangi limbah organik dan berkontribusi pada

pengolaan sumber daya yang lebih berkelanjutan.

6
1.6 Defenisi Istilah

1. Pembuatan

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pembuatan adalah proses,

cara, dan perbuatan membuat (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

2. Analisis

Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,

perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya

(sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya) (Kamus Besar Bahasa

Indonesia).

3. Pakan ternak

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pakan adalah makanan

yang diberikan kepada hewan nonmanusia (Kamus Besar Bahasa

Indonesia).

4. Ayam petelur

Ayam petelur adalah ayam produksi yang tujuannya

pemeliharaannya untuk menghasilkan telur (Susilowati, 2018 : 1).

5. Ampas tahu

Ampas tahu merupakan hasil sampingan dari pengolahan kedelai

dalam pembuatan tahu yang masih mengandung air 80-84% (Hernamen,

2005 : 94).

6. Cangkang telur

Merupakan limbah dapur yang berpotensi untuk dimanfaatkan

sebagai substrat nanokalsium (Ekawandani, 2021 : 79).

7
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Jadwal dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus- 9 September

2023 di Laboratorium SMK SMAK Padang.

2.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dimaksud pada penelitian ini adalah persiapan

kerja analisis pakan ternak ayam petelur yang terdiri dari (2.2.1) pengumpulan

bahan baku, (2.2.2) pembuatan produk, dan (2.2.3) teknik sampling.

2.2.1 Pengumpulan Bahan Baku

a. Ampas tahu diperoleh dari pabrik tahu di Solok Selatan.

b. Cangkang telur ayam ras diperoleh dari konsumsi telur sehari-hari yang

dikumpulkan.

2.2.2 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Simple

random sampling adalah teknik pengambilan sampel secara acak, dimana setiap

elemen atau populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.

Sampel pakan ternak dibuat sendiri dari hasil pengolahan. Hasil akhir pakan adalah

10 kg dan dikemas dalam kemasan 500 gram.

Diambil sebanyak 4 kg pakan yang akan dijadikan sebagai sampel dalam

analisis mutu produk dan dilakukan quartering sebanyak 3 kali. Sampel diambil

sesuai kebutuhan yaitu 442 gram. Dengan rincian untuk penentuan kadar air

8
sebanyak 6 gram, penentuan kadar serat kasar sebanyak 6 gram, penentuan kadar

kalsium sebanyak 9 gram dan untuk uji organoleptik sebanyak 200 gram dan untuk

arsip 221 gram.

2.2.3 Pembuatan Produk

Tabel 1. Formula Pembuatan Pakan Ternak Ayam Petelur


Jumlah bahan
Persentase
No. Bahan Baku untuk 10 kg pakan
Pemakaian (%)
(kg)
1. Ampas tahu 80 8

2. Cangkang telur ayam 20 2

ras

Cara Kerja:

1. Keringkan ampas tahu dan cangkang telur ayam ras yang sudah dicuci

bersih di bawah sinar matahari.

2. Giling cangkang telur ayam ras dan ampas tahu yang telah dikeringkan

sampai halus dan lakukan pengayakan.

3. Timbang ampas tahu sebanyak 8 kg.

4. Timbang cangkang telur ayam ras sebanyak 2 kg.

5. Campurkan semua bahan yang telah ditimbang.

6. Tambahkan vitamin mix master premix layer sebagai suplemen pakan

sebanyak 500 gram pada pakan yang sudah jadi.

7. Kemas produk dalam kemasan 500 gram.

2.3 Metode Penelitian

Metode penelitian ini ada empat yaitu:

1. Analisis kadar air metode oven (thermogravimetri).

9
2. Analisis serat kasar metode gravimetri.

3. Analisis kadar kalsium metode kompleksometri.

4. Uji organoleptik.

2.4 Alat dan Bahan


2.4.1 Alat
a. Alat Gelas

1. Buret 50 mL

2. Corong

3. Erlenmeyer 250 mL

4. Gelas piala 250 mL

5. Gelas piala 500 mL

6. Gelas ukur 100 mL

7. Gelas ukur 50 mL

8. Labu ukur 100 mL

9. Labu ukur 50 mL

10. Labu ukur 10 mL

11. Pendingin tegak

12. Pipet gondok 10 mL

13. Pipet gondok 50 mL

14. Pipet takar 5 mL

15. Pipet takar 10 mL

16. Pipet tetes

b. Alat Non Gelas

1. Ayakan

2. Botol semprot

10
3. Cawan penguap

4. Ember plastik

5. Mesin giling tepung

6. Sendok kayu

7. Standar klem

c. Alat listrik/instrumen

1. Desikator

2. Hot plate

3. Lemari asam

4. Neraca analitik

5. Oven

6. Timbangan

2.4.2 Bahan
1. Asam klorida 1: 1 (HCl)

2. Asam nitrat 1: 1 (HNO3)

3. Asam sulfat 1,25% (H2SO4)

4. Aquabidest

5. Asam klorida 1: 1 (HCl)

6. Asam nitrat 1: 1 (HNO3)

7. Asam sulfat 1,25% (H2SO4)

8. Aquabidest

9. Kertas saring whatman nomor 41

10. Larutan penyangga pH 12

11. Natrium hidroksida 3,25% (NaOH)

12. pH universal

11
13. Ampas tahu

14. Cangkang telur

15. Vitamin mix master premix layer

2.5 Teknik Analisis Data

2.5.1 Kadar Air Metode Gravimetri

a. Prosedur

1. Cawan penguap dicuci dan dikeringkan.

2. Cawan penguap dimasukkan dalam oven pada suhu (± 105 oC)

selama 1 jam.

3. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit. Lalu timbang cawan

penguap.

4. Cawan penguap dipanaskan lagi selama 30 menit, dinginkan dalam

desikator dan ditimbang.

5. Perlakuan diatas diulangi sampai tercapai bobot konstan (Wo).

6. Timbang sampel dengan teliti sebanyak 2 gr mengunakan cawan

penguap yang telah konstan (W1).

7. Sampel dikeringkan dalam oven pada suhu (± 105 oC) selama 2 jam.

8. Setelah itu dinginkan cawan penguap + sampel di dalam desikator

selama 15 menit dan ditimbang.

9. Cawan penguap dipanaskan lagi selama 30 menit, dinginkan dalam

desikator dan ditimbang.

10. Perlakuan diatas diulangi sampai tercapai berat konstan (W2).

11. Hitung kadar air pada sampel.

12
c. Penentuan Kadar Air

𝑊2−𝑊𝑂
(%) Kadar Air = x100%
𝑊1−𝑊0

Keterangan:

W0 = Berat cawan kosong (g)

W1 = Berat cawan + sampel (g)

W2= Berat cawan + sampel kering (g)

2.5.2 Analisis Serat Kasar Metode Gravimetri

a. Prosedur kerja

1. Timbang sampel sebanyak 2 gram secara teliti dengan neraca analitik

digital.

2. Pindahkan sampel kedalam gelas piala 250 mL.

3. Untuk pembebasan lemak tambahkan 15 mL etanol 96% dan aduk

kemudian diamkan sebentar.

4. Enap tuangkan larutan tersebut dengan kertas saring ke dalam

erlenmyer 250 mL.

5. Lakukan proses enap tuang dua kali dengan etanol 96% tersebut

dimana ketiga kalinya endapan disertakan dalam penyaringan atau

dapat juga pembebasan lemak sisa dari ekstraksi lemak dengan cara

soklet.

6. Angkat kertas saring yang berisi endapan lalu dikeringkan.

7. Tambahkan ± 50 mL larutan H2SO4 1,25% dan diaduk.

8. Pasang pendingin tegak pada mulut erlenmeyer.

9. Panaskan (refluk) larutan selama 30 menit dengan penangas air.

10. Jika telas selesai langsung tambahkan ± 50 mL larutan NaOH 3,25%.

13
11. Refluk dilanjutkan selama 30 menit.

12. Jika telah selesai, saring larutan dalam keadaan panas dengan kertas

saring yang telah ditimbang konstan sebelumnya dan corong.

13. Lakukan pencucian dengan H2SO4 panas 1,25%, air panas dan yang

terakhir dengan etanol 96% (masing-masing 25 mL).

14. Angkat endapan dan kertas saring serta pindahkan ke cawan penguap

yang telah dikonstankan beratnya terlebih dahulu.

15. Keringkan endapan tersebut didalam oven dengan suhu 105 oC

selama 2 jam.

16. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit.

17. Timbang hingga didapatkan bobot konstan.

18. Hitung kadar serat kasar.

b. Penetapan Kadar Serat Kasar

Berat serat kasar = b–a

=……………………gr

Keterangan:

a = penimbangan kertas saring dan cawan penguap sampai


konstan.
b = penimbangan serat kasar + kertas saring + cawan penguap
setelah pemanasan.
berat serat kasar
Kadar Serat Kasar = x 100%
berat sampel

14
W2
Jika : a. Serat kasar ≤ 1 % , maka % serat kasar = ----------- x 100%
W

. w2 – w1
b. Serat kasar > 1 % , maka % serat kasar = ----------- x 100 %
w
dimana :
w = berat sampel ( gr )
w1 = berat abu ( gr)
w2 = berat endapan pada kertas saring ( gr)

2.5.3 Analisis Kadar Kalsium Metode Kompleksometri

a. Persiapan sampel dengan cara destruksi kering

prosedur kerja:

1. Timbang dengan teliti ± 3 gram sampel yang telah halus dalam cawan

porselen.

2. Lakukan pengarangan sampel diatas api.

3. Setelah pengarangan dilanjutkan dengan pengabuan sampel (furnace

suhu 6000C selama ± 2 jam.

4. Abu yang dihasilkan dilarutkan dalam sedikit asam nitrat 4N

sebanyak 5-10 tetes (sampai abu larut) dan dimasukkan dalam labu

ukur 50 mL.

5. Bilas cawan porselen dengan aquadest.

6. Paskan dengan aquabidest sampai tanda batas, dan homogenkan.

b. Analisis kadar kalsium dalam sampel

prsedur kerja:

1. Ambil 50 ml contoh uji secara duplo masukkan dalam erlenmeyer

250 mL.

15
2. Cek pH larutan dan tambahkan 2 ml larutan NaOH 1 N (secukupnya)

sampai dicapai pH 12.

3. Tambahkan 2 ml KCN 1%, 2 ml NH2OHHCl 5%, 2 ml larutan

K4Fe(CN)6 5% dan beberapa tetes trietanol amin.

4. Tambahkan 2 ml larutan buffer amoniak pH 12.

5. Tambahkan seujung spatula atau setara dengan 30 mg - 50 mg

indikator mureksid.

6. Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M hingga warna

berubah dari merah menjadi violet (TAT).

7. Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan.

b. Penetapan Kadar Kalsium


1000
Kadar kalsium Mg/L = x V EDTA x M EDTA x Ar Ca
𝑉𝑐.𝑢.

Keterangan:

Vc.u = volume larutan contoh uji.

VEDTA = volume rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi

kesadahan total (mL).

MEDTA = molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mol/L).

VEDTA = volume rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi

kalsium (mL).

Ar Ca = atom relatif kalsium

16
2.5.4 Uji Organoleptik

a. Uji bau

Cara kerja:

1. Ambil contoh uji sebanyak 25 gram.

2. Cium contoh uji untuk menentukan baunya.

3. Pengujian dilakukan oleh 25 orang panelis tidak terlatih.

4. Hasil dinyatakan dengan:

a. berbau asam.

b. berbau sedikit asam.

c. berbau tidak asam.

b. Uji warna

Cara kerja:

1. Ambil contoh uji sebanyak 25 gram.

2. Lihat dengan mata dan tentukan warnanya.

3. Pengujian dilakukan oleh 25 orang panelis tidak terlatih.

4. Hasil dinyatakan dengan:

a. bewarna kuning.

b. bewarna sedikit kuning.

c. bewarna putih kekuningan.

17
c. Uji Tekstur

Cara kerja:

1. Ambil contoh uji sebanyak 25 gram.

2. pegang dengan tangan dan rasakan teksturnya.

3. Pengujian dilakukan oleh 25 orang panelis tidak terlatih.

4. Hasil dinyatakan dengan:

a. bertekstur kasar.

b. bertekstur sedikit kasar.

c. bertekstur halus.

2.6 Analisis Biaya Pembuatan Produk

2.6.1 Biaya Pembuatan Produk

Tabel 2. biaya pembuatan produk


No Nama Bahan Jumlah Satuan Harga Total (Rp)

1 Ampas tahu 8 kg 24.000

2 Cangkang telur 2 kg 20.000

3 Vitamin 500 gram 11.000

4 Kemasan 20 buah 15.000

5 Transportasi 1 Liter bbm 10.000

Total 80.000

a. Harga jual = Rp 8.000

b. Kapasitas produksi = Rp 20 unit

18
c. Sales volume = 20 unit x Rp. 8.000

= Rp.160.000

d. Untung = Rp Total pendapatan – Biaya produksi

= Rp. 160.000 – 80.000

= Rp. 80.000

e. Laba = 80.000 : 20 unit

= Rp. 4.000/unit
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔
f. % keuntungan = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 x 100%

80.000
= 80.000 x 100%

= 100 %

19
2.6.2 Biaya Analisis Produk

Tabel 3. biaya analisis produk


No Nama bahan Rumus kima Konsentrasi Kebutuhan Harga
(Rp)

1 Ethanol C2H6O 96% 250 mL 4.000


96%
2 Asam sulfat H2SO4 1,25% 5 mL 3.000
3 Natrium NaOH 1N 45 gram 50.000
Hidroksida
4 Kalsium KCN 10% 0,6 gram 4.000
sianida
5 Dinatrium Na2EDTA 0,01 M 4 gram 2.000
EDTA
6 Kalsium CaCO3 0.01 M 0,05 gram 500
karbonat
7 Asam HCl 1:1 10 mL 4.000
klorida
8 Asam nitat HNO3 1:1 25 mL 25.000
19 Aquadest H20 - 3000 mL 18.000
10 Ind C8H8N6O6 - 300 mg 5.000
murexide
11 Ind. PP - - 1 gram 10.000
12 Kalium K4Fe(CN)6 5% 0,5 gram 2.000
ferosianida
13 Hidroksila NH2OHHCl 5% 1 gram 5.000
min
hidroklorid
a
14 Ammoniu NH4Cl 0,1 N 3 gram 5.000
m klorida
15 Ammonia NH3 Pa 50 mL 20.000
pekat
16 Trietanol C6H15N03 - 10 mL 20.000
amin
17 Ind. EBT - - 2 mL 8.000
18 Ph - - 5 buah 1.000
universal
Total 186.500

20
KEPUSTAKAAN

Ekawandani, N., & Halimah, N. (2021). Pengaruh Penambahan Mikroorganisme


Lokal (MOL) Dari Nasi Basi Terhadap Pupuk Organik Cair Cangkang Telur.
Biosfer: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi, 6(2), 79. (diakses tanggal 3
Agustus 2023).

Hakim, L., R, S. B. & Qodariyah, N., 2016. Penerapan Algoritma Memetika pada
Penentuan Komposisi Pakan Ayam Petelur. Jember : Universitas
Muhammadiyah Jember.

Handayani, Y. F., Samsul, E., & Prasetya, F. (2022). Formulasi Snack Bar Tinggi
Kalsium Dari Tepung Limbah Cangkang Telur Sebagai Sumber Nutrisi
Kalsium. Samarinda : In Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals
Conferences (Vol. 16, pp. 9-14).

Hernaman, I., R. Hidayat dan Mansyur. 2005. Ampas tahu adalah limbah hasil
pengolahan kedele menjadi tahu. Jurnal Ilmu Ternak. 5(2), 94-99. (diakses
tanggal 4 Agustus 2023).

Jenny Yolanda. 2019. Analisis Kadar Kalsium Pada Pakan Ternak Ayam Petelur
di PT. Mabar Feed Indonesia Menggunakan Metode Kompleksometri.
Medan: Universitas Sumatera Utara. (diakses tanggal 3 Agustus 2023).

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Versi Online/daring (dalam jaringan).


Tersedia di https://kbbi.kemdikbud.go.id/ (diakses pada tanggal 3 Agustus
2023).

Standar Nasional Indonesia. 1992. SNI 01-2891-1992 Cara Uji Makanan dan
Minuman. Jakarta: Badan Standar Nasional.

Standar Nasional Indonesia. 2004. SNI 06-6989. 13-2004 Air dan Air Limbah –
Cara Uji Kalsium (Ca) dengan Metode Titrimetri. Jakarta: Badan Standar
Nasional.

Standar Nasional Indonesia. 2016. SNI 8290-5:2016 Pakan Ayam Ras Petelur.
Badan Standar Nasional.

Subekti, E. (2009). Ketahanan pakan ternak Indonesia. Mediagro, 5(2),64-65.


(diakses pada tanggal 3 Agustus 2023).

Sulistiani, 2004. Pemanfaatan Ampas Tahu Sebagai Bahan Alternatif Bahan Baku
Pangan Fungsional. Bogor : IPB.

Sunarso & Christiyanto, M., 2009. Manajemen Pakan. Palembang : Rafah Press

21
Susilowati, T., & Saputra, A. A. D. (2018). Decision support system penentuan
jenis ayam petelur menggunakan metode ahp (analitycal hierarcy process).
Explore: Jurnal Sister Informasi dan Telematika (Telekomunikasi,
Multimedia dan Informatika), 9(1), 1. (diakses tanggal 1 Agustus 2023).

Utomo,R.,2015,Konservasi Hijauan Pakan dan Peningkatan Kualitas Bahan


Pakan Berserta Tinggi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Zulfikar, 2013. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur Ras. 13(1), 6. (diakses


tanggal 3 Agustus 2023).

22
LAMPIRAN

Lampiran 1. SNI

23
24
25
26
27
28
29
30
31
Lampiran 2. Jurnal

32
33
34
35
36
37
Lampiran 3. Perhitungan dan Pembuatan Reagen

2.6.1.1 Pembuatan H2SO4 1,25% dalam 150 mL.

V. % (pekat) = V. % (encer)

V. 66% = 150 mL . 1,25%

150 𝑚𝑙 . 1,25%
V= = 5 mL
66%

2.6.1.3 Pembuatan NaOH 3,25% dalam 150 mL.


𝐺𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% 𝑏/𝑣 = x 100%
mL larutan

𝐺𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


3,25% = x 100%
150 mL

3,25% . 150 𝑚𝐿
Gram zat terlarut = 100 %

Gram zat terlarut = 4,8750 gram

2.6.1.4 Pembuatan NaOH 1 N dalam 1 liter

Mr = Ar (Na+O+H)

Mr = 23 gr/mol + 16 gr/mol + 1 g/mol

Mr = 40 gr/mol

Be = Mr/valensi

Gram = N. Be. V(L)

Gram = 1 molek/L . 40 gr/molek. 1L

Gram = 40 gram.

2.6.1.5 Pembuatan KCN 10% dalam 6 mL.


𝐺𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% 𝑏/𝑣 = x 100%
mL larutan

𝐺𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


10% = x 100%
6 mL

10% . 6 𝑚𝐿
Gram zat terlarut = 100 %

38
Gram zat terlarut = 0,6 gram

2.6.1.6 Pembuatan CaCO3 0,01 M dalam 50 mL.

Mr = Ar (Ca+C+3O)

Mr = 40 gr/mol + 12 gr/mol + 48 gr/mol

Mr = 100 gr/mol

Gram = M. Mr. V (L)

Gram = 0,01 mol/liter . 100 gr/mol . 0,05 L

Gram = 0,05 gram.

2.6.1.7 Pembuatan HCl 1: 1 dalam 50 mL.

Hcl : Aquadest

1 : 1

25 mL: 25 mL

2.6.1.8 Pembuatan NH2OHHCl 5% dalam 6 mL.


𝐺𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% 𝑏/𝑣 = x 100%
mL larutan

𝐺𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


5% = x 100%
6 mL

5% . 6 𝑚𝐿
Gram zat terlarut = 100 %

Gram zat terlarut = 0,5 gram

2.6.1.9 Pembuatan NH4Cl 0,1 N dalam 500 mL.

Mr = Ar (N+4H+Cl)

Mr = 14 gr/mol + 4 gr/mol + 35,5 gr/mol

Mr = 53,5 gr/mol

Be = Mr/valensi

Be = 53,5 gr/molek

39
Gram = N. Be. V(L)

Gram = 0,1 molek/L . 53,5 gr/molek. 0,5L

Gram = 2,6750 gram.

2.6.1.10 Pembuatan larutan HNO3 (1:1) dalam 50 mL.

Hcl : HNO3

1 : 1

25 mL: 25 mL

2.6.1.11 Pembuatan larutan penyangga pH 12 dalam 1 liter.

a. Siapkan larutan NH4Cl 0,1 N sebanyak 500 ml.

b. Kemudian tambahkan ammonia pekat sampai pH menjadi pH 12.

c. Encerkan dengan air suling hingga volumenya menjadi 1 liter.

d. Homogenkan larutan.

2.6.1.12 Pembuatan larutan baku Na2EDTA 0,01 M dalam 500 mL.

Perhitungan:

Gram = M. Mr. V (L)

= 0,01M x 372,24 g/mol x 0,5 liter

= 1,8612 gram

Prosedur:

1. Timbang 1,8612 gram Na2EDTA.

2. Larutkan dengan air suling.

3. Pindahkan ke dalam gelas piala 500 mL.

4. Paskan hingga tanda tera dan homogenkan.

40
2.6.1.13 Standardisasi Na2EDTA dengan CaCO3

Prosedur kerja:

1. Pipet 10 mL larutan standar CaCO3 0,01 M, masukkan ke dalam

erlenmeyer 250 mL.

2. Tambahkan NaOH 1 N hingga pH menjadi pH 10.

3. Tambahkan 5 mL buffer amoniak pH 10.

4. Tambahkan 15 mL aquadest dan indikator EBT.

5. Titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,01M sampai terjadi perubahan

warna dari merah keunguan menjadi biru.

6. Catat volume larutan Na2EDTA yang digunakan.

Rumus standardisasi:

𝑀 𝐶𝑎𝐶𝑂3 . 𝑉 𝐶𝑎𝐶𝑂3
M EDTA = (mol/L)
𝑉 EDTA

2.6.1.14 Pembuatan indicator mureksid (C8H8N6O6)

1. Timbang 200 mg mureksid dan 100 gram kristal natrium klorida

(NaCl), kemudian dicampur.

2. Gerus campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh sampai

dengan 50 mesh.

3. Simpan dalam botol yang tertutup rapat.

2.6.1.15 Indikator eriochrome black t (EBT = C20H12N3NaO7S)

1. Timbang 200 mg EBT dan 100 mg kristal NaCl, kemudian dicampur

2. Gerus campuran tersebut, hingga mempunyai ukuran 40 mesh

sampai dengan 50 mesh.

41
3. Simpan dalam botol yang tertutup rapat.

42

Anda mungkin juga menyukai