Anda di halaman 1dari 6

LEARNING OBJECTIVE

1. SOP Pemeriksaan mayat, hak dokter dan penyidik


2. Tanda-tanda kematian akibat keracunan, bunuh diri, dll
1. SOP

2. Tanda kematian
Tanda awal kematian yang tampak antara lain:
1. Pernapasan terhenti
2. Terhentinyaa sirkulasi
3. Kulit Pucat
4. Tonus Otot menghilang dan relaksasi
5. Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca kematian
6. Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit (hilang dengan
penyiraman).
TANDA LANJUT
1. Algor Mortis (Penurunan Suhu Mayat)
- Faktor lingkungan, semakin besar beda antara suhu mayat dengan suhu
lingkungan, maka penurunan suhu akan berlangsung lebih cepat. Demikian juga
intensitas serta kualitas dari aliran atau pergerakan udara akan berpengaruh
terhadap kecepatan penurunan suhu mayat.
- Suhu tubuh sebelum kematian, beberapa keadaan seperti infeksi, perdarahan
otak, kerusakan jaringan otak, serta kematian karena penjeratan akan didahului
dengan peningkatan suhu tubuh.
- Keadaan fisik tubuh dan pakaian yang menutupinya, semakin tebal jaringan
lemak atau pakaian yang dikenakan, maka kecepatan penurunan suhu akan
semakin lambat.
2. Lebam Mayat (Livor Mortis)
Warna lebam mayat umumnya merah-ungu (livide), namun bisa berbeda pada
keadaan tertentu, misalnya :
- Keracunan CO : warnanya merah bata (cherry red);
- Keracunan CN- (sianida) : warnanya merah terang karena kadar HbO2 dalam
darah vena tetap tinggi;
- Keracunan zat yang bisa menimbulkan methemoglobinemia (keracunan KClO3,
kinine, anilin) : warnanya cokelat kebiruan (slaty);
- Kasus tenggelam atau tubuh mayat ada pada lingkungan bersuhu rendah, maka
lebam mayat khususnya yang dekat dengan tempat yang bersuhu rendah akan
berwarna  merah terang.
3. Kaku Mayat (Rigor Mortis)
- Jika terjadi pada ekstremitas, kekakuannya menyerupai papan, sehingga
dibutuhkan tenaga untuk dapat melawan kekakuan tersebut
- Adanya kejanggalan dari postur pada mayat, dimana kaku mayat telah terbentuk
dengan posisi sewaktu mayat ditemukan, dapat menjadi petunjuk bahwa tubuh
korban telah dipindahkan setelah mati.
- Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:
a. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian
dan menetap sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena
kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum mati.
b. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas
sehingga serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada
mayat yang tersimpan dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam
waktu yang lama.
c. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin
sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak
subkutan sampai otot.
4. Pembusukan
Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis
dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan
dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk
karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lainlain. Gas yang terjadi menyebabkan
pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah
membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur.
Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang
hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit
infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat.

Sumber :

Budyanto A., et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta. FKUI

Anda mungkin juga menyukai