PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker leher rahim merupakan jenis penyakit kanker paling banyak di sunia
yang diderita wanita selain kanker payudara. Pada tahun 1998, sebanyak 12.800
wanita di Amerika didiagnosa menderita kanker leher rahim dan sekitar 4.800
diantaranya meninggal dinuia (Wikipedia, 2006). Pada tahun 2002, kanker leher
rahim menjadi penyebab kematian utama di Mexico, yakni sebanyak 2.958 jiwa
pada kelompok usia 15-64 tahun (Villafuerte, Gomez, Betancourt, Cervantes,
2007). Di tahun yang sama, kanker leher rahim juga menjadi penyebab kematian
utama pensusuk wanita di Afrika Selatan (Monesa, 2003). Sekitar 90% kasus
kanker leher rahim menjadi masalah kesehatan terbesar di negara berkembang
akibat terbatasnya akses screening dan pengobatan yang merupakan penyebab
kematian ke-2 pada penduduk wanita di dunia (Andy, 2007). WHO mencatat
selama tahun 2005 lebih dari 250.000 penduduk wanita di dunia meninggal akibat
kanker leher rahim (Wikipedia, 2006).
Untuk kasus kanker leher rahim, data dari Badan Registrasi Kanker Ikatan
Dokter Ahli Patologi indonesia (IAPI) tahun 1998 di 13 rumah sakit di Indonesia,
kanker leher rahim menduduki peringkat pertama dari seluruh kasus kanker
sebesar 17,2% (Hardiman, Noviani, Wahidin, 2007). Berdasarkan data Globocan,
International Agency for research on Cancer (IARC) tahun 2002, Indonesia
menempati urutan ke2 tertinnggi di dunia setelah negara China untuk kasus
kanker leher rahim (Andrijono, 2007).
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri memiliki beberapa sifat, antara lain
(Mahon, 1994; dalam Potter & Perry, 2005) yaitu subjektif, sangat individual,
stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental,
sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego
seorang individual, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang
mendominasi, tidak berkesudahan, melelahkan dan menuntut energi seseorang,
dapat menggangu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan, tidak
dapat diukur secara subjektif, dan mengarah pada ketidakmampuan. Teori nyeri
yang diterima saat ini salah satunya adalah teori Gate Control. Menurut teori ini,
sensasi nyeri dihantar sepanjang saraf sensoris menuju ke otak dan hanya
sejumlah sensasi atau pesan tertentu dapat dihantar melalui jalur saraf ini pada
saat bersamaan (Mander, 2003).
1.2 Tujuan
Tujuan dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui macam-macam intervensi yang dapat digunakan
untuk mengurangi rasa nyari pada pasien kanker serviks.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan intervensi akupuntur
dalam mengurangi nyeri pada pasien kanker serviks
b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan intervensi terapi musik
dalam mengurangi nyeri pada pasien kanker serviks
c. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan intervensi aroma terapi
dalam mengurangi nyeri pada pasien kanker serviks
1.3 Manfaat
Kanker leher/ mulut rahim (serviks) adalah kanker yang menyerang bagian
ujung bawah rahim yang menonjol ke vagina (liang senggama) (Mardiana, 2004
dalam Rahayu, 2006). Menurut Yohanes (2002) dalam Rahayu (2006), kanker
leher rahim atau kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
Kanker leher rahim bukan penyakit keturunan dan bukan penyakit menular
(Mangan, 2003). Penyakit kanker leher rahim yang merupakan penyebab
kematian terbesar pada wanita di Indonesia, juga bisa menyebabkan
ketidaksuburan pada wanita, keguguran, kehamialn di luar rahim, kembung perut,
nyeri, dan kejang perut bawah, sering lelah, alergi serta disfungsi tubuh terkait
dengan kekebalan tubuh lainnya (Suroso, 2007 ; pdpersi, 2006). Kanker leher
rahim cenderung muncul pada wanita yang berusia lebih muda, yaitu pada usia
18-28 tahun (Andrijono, 2007).
Penentuan stadium kanker leher rahim menurut WHO yang bekerja sama
The International Union Against Cancer, menggunakan stadium TNM (Tumor,
Node/Nodul, Metastase) dan menurut The International Federation of Gynecology
and Obstetrics (FIGO) 1978 dalam Garcia (2007), secara lengkap terdapat pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1 Stadium kanker leher rahim menurut WHO, The International Union
Against Cncer, dan FIGO.
Metode pengobatan kanker leher rahim stadium awal menurut Riono (2002)
dan Padzur (2003) dalam Fibrianasari (2007):
Metode pengobatan pada kanker stadium lanjut menurut Padzur (2003) dan
Cannistra (1996) dalam Fibrianasari (2007):
Stadium Penatalaksanaan
0 Biopsi kerucut, Histeroktomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut, Histeroktomi transvaginal
Ib, IIa Histeroktomi radikal dengan limfadenoktomi panggul dan
evaluasi kelenjar limfa para aorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan)
Iib, III, dan IV Histeroktomi transvaginal
Iva dan IVb Radioterapi, radiasi paliatif, kemoterapi
A. Pengertian Nyeri
Pada penderita kanker serviks masalah atau keluhan utama pasien yaitu
Nyeri. Nyeri merupakan suatu kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat sangat subjektif . Perasaan nyeri pada setiap orang
berbeda – beda dalam hal skala ataupun tigkatannya , dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau evaluasi rasa nyeri yang dialaminya
( Tetty, 2015 ) .
Nyeri sering sekali dijelaskan dan istilah destruktif jaringan seperti
ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, pada perasaan takut, mual
dan mabuk.Terlebih, setiap perasaan nyeri dengan intensitas sedang sampai
kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk melepaskan diri dari
atau meniadakan perasaan itu. Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan
tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu
bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 1997).
E. Manajemen Nyeri
Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Pendekatan farmakologi
a. Teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk
menghilangkan nyeri dengan pemberian obat-obatan pereda nyeri
terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung selama
berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Metode yang paling umum
digunakan untuk mengatasi nyeri adalah analgesic (Strong, Unruh,
Wright & Baxter, 2002). Menurut Smeltzer & Bare (2002), ada tiga
jenis analgesik yakni:
b. Non-narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID): menghilangkan
nyeri ringan dan sedang. NSAID dapat sangat berguna bagi pasien
yang rentan terhadap efek pendepresi pernafasan.
c. Analgesik narkotik atau opiad: analgesik ini umumnya diresepkan
untuk nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi.
Efek samping dari opiad ini dapat menyebabkan depresi pernafasan,
sedasi, konstipasi, mual muntah.
d. Obat tambahan atau ajuvant (koanalgesik): ajuvant seperti sedative,
anti cemas, dan relaksan otot meningkatkan control nyeri atau
menghilangkan gejala lain terkait dengan nyeri seperti depresi dan
mual (Potter & Perry, 2006).
2. Intervensi Keperawatan Mandiri (Non farmakologi)
Intervensi keperawatan mandiri menurut Bangun & Nur’aeni
(2013), merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan
perawat secara mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain
dimana dalam pelaksanaanya perawat dengan pertimbangan dan
keputusannya sendiri. Banyak pasien dan anggota tim kesehatan
cenderung untuk memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk
menghilangkan nyeri.
Namun banyak aktifitas keperawatan nonfarmakologi yang dapat
membantu menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri nonfarmakologi
memiliki resiko yang sangat rendah. Meskipun tidakan tersebut bukan
merupakan pengganti obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2002).
1) Masase dan Stimulasi Kutaneus
2) Efflurage Massage
3) Distraksi
4) GIM (Guided Imagery Music)
5) Terapi Musik Klasik (Mozart)
6) Terapi Musik Klasik (Mozart)
7) Hidroterapi Rendam Kaki Air Hangat
8) Teknik Relaksasi Nafas Dalam
9) Imajinasi Terbimbing (Guided Imagery)
10) Kompres Dingin
11) Kompres hangat
12) Dzikir Khafi
Pada pasien kanker serviks , dari hasil jurnal yang telah kami cari dan
yang di analisis , kami memilih tindakan untuk mengurangi nyeri pada orang yang
mengalami kanker serviks yaitu dengan cara :
1. Terapi Akuplesur dan Akupunktur
Akhir-akhir ini terapi non farmakologi banyak menjadi pilihan
masyarakat terutama ibu bersalin untuk mengatasi nyeri persalinan. Terapi
non farmakologi yang juga sering disebut sebagai terapi komplementer,
salah satunya adalah teknik akupresur titik pada tangan, memiliki banyak
kelebihan antara lain mudah diterapkan dan cukup aman (tidak
menimbulkan resiko) dibanding terapi farmakologi. Akupresur disebut
juga akupunktur tanpa jarum, atau pijat akupunktur.Teknik ini
menggunakan tenik penekanan, pemijatan, dan pengurutan sepanjang
meridian tubuh atau garis aliran energi.Teknik akupresur ini dapat
menurunkan nyeri.Sedangkan teknik akupresur titik pada tangan yaitu
dilakukan pada titik yang terletak sepanjang lipatan tangan ketika jari-jari
menyatu pada telapak tangan. Sedangkan Akupunur adalah suatu tindakan
penusukan jarum – jarum kecil ke titik akupoin ( Pustaka Populer,2009).
Cara kerja akupunktur mencakup dua teori, yang pertama adalah
teori gerbang yaitu adanya mekanisme refleks pada jalur saraf yang dapat
menutup rasa sakit, hal ini mengurangi rasa sakit yang dialami
seseorang.Yang kedua yaitu teori endorfin, endorfin mempunyai efek
pembunuh nyeri yang mirip obat, akupunktur menyebabkan endorfin
dilepaskan tubuh, berjalan ke otak dan di otak endorfin memblokir nyeri,
jadi akupunktur mampu menimbulkan relaksasi dan perasaan sehat
(Pustaka Kesehatan Populer, 2009).
Ada beberapa cara pemijatan akupresur yang dapat dilakukan
(Depkes dalam Triastuti, 2013):
1. Menggunakan alat pijat berupa jari tangan (jempol, telunjuk, atau jari
lainnya).
2. Pijatan dapat dilakukan dengan ditekan-tekan dan di putar-putar atau
diurut sepanjang meridian. Untuk bayi di bawah umur 1 tahun,
sebaiknya dilakukan pengobatan dengan mengeulus elus (meraba)
perjalanan meridian saja dan jangan dipijat seperti orang dewasa.
3. Pijatan bisa dimulai setelah menemukan titik pijatan yang tepat, yaitu
timbulnya reaksi pada titik pijat yang berupa rasa nyeri atau pegal.
4. Reaksi pijatan, setiap pemberian rangsangan terhadap titik pijat akan
memberikan reaksi, oleh karena itu untuk perangsangan atau pemijatan
yang akan dilakukan harus diperhitungkan secara cermat, reaksi apa
yang ditimbulkan, reaksi penguatan (yang) atau reaksi(yin). Bila
pijatan yang bereaksi yang maka dapat dilakukan selama 30 kali
tekanan atau putaran, sedangkan reaksi yin dilakukan pemijatan lebih
dari 40 kali. Menurut Hartono dalam Triastuti (2013), dalam pemijatan
sebaiknya jangan terlalu keras dan pemijatan yang benar harus dapat
menciptakan sensasi rasa (nyaman, pegal, panas, gatal, perih,
kesemutan dan sebagainya) sehingga dapat merangsang keluarnya
hormone endorphrin (hormone sejenis morfin yang dihasilkan tubuh
untuk memberikan rasa tenang).
5. Arah pijatan mengikuti arah putaran jarum jam atau searah dengan
jalannya meridian dan arah pemijatan dapat juga disesuaikan dengan
sifat penyakit yang di derita.
2. Terapi Musik
Terapi musik jugamerupakan suatucara yang efektif usaha untuk
meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang
terdiri dari melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya yang diorganisir
sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan
fisik dan mental (Eka, 2011).
Perawat dapat menggunakan musik dengan kreatif di berbagai
situasi klinik, pasien umumnya lebih menyukai melakukan suatu kegiatan
memainkan alat musik, menyanyikan lagu atau mendengarkan
musik.Musik yang sejak awal sesuai dengan suasana hati individu,
merupakan pilihan yang paling baik (Elsevier dalam Karendehi,
2015).Musik menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi,
kesunyian, ruang dan waktu.
Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat memberikan
efek terapiutik. Dalam keadaan perawatan akut, mendengarkan musik
dapat memberikan hasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri
(Potter & Perry, 2005).
3. Aromaterapi
Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak esensial
tumbuhan yang digunakan untuk memperbaiki mood dan kesehatan
(Primadiati, 2002).Aromaterapimenggunakanminyak esensial untuk
meningkatkan hasilkesehatan yang positif termasuk perbaikan alam
perasaan, edema,jerawat, alergi, memar, dan stres (Kozier,
2010).Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia
berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem
penciuman. Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat,
dan emosi seseorang.Beberapa jenis aromaterapi yang digunakan dalam
menurunkan intensitas nyeri adalah aromaterapi lemon dan aromaterpi
lavender.Aromaterapi lemon merupakan jenis aroma terapi yang dapat
digunakan untuk mengatasi nyeri dan cemas. Zat yang terkandung dalam
lemon salah satunya adalah linalool yang berguna untuk menstabilkan
sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi siapapun yang
menghirupnya (Wong dalam Purwandari, 2014).
Aromaterapi selain lemon untuk pereda nyeri lainnya adalah
aromaterapi lavender.Aromaterapi lavender bermanfaat untuk relaksasi,
kecemasan, mood, dan pada pasca pembedahan menunjukkan terjadinya
penurunan kecemasan, perbaikan mood, dan terjadi peningkatan kekuatan
gelombang alpha dan beta yang menunjukkan peningkatan relaksasi.
Gelombang alpha sangat bermanfaat dalam kondisi relaks mendorong
aliran energi kreativitas dan perasaan segar dan sehat (Bangun, 2013).
Kondisi gelombang alpha ideal untuk perenungan, memecahkan
masalah, dan visualisasi, bertindak sebagai gerbang kreativitas
seseorang.Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal
memiliki efek menenangkan. Menurut penelitian yang dilakukan terhadap
tikus, minyak lavender memiliki efek sedasi yang cukup baik dan dapat
menurunkan aktivitas motorik mencapai 78%,sehingga sering digunakan
untuk manajemen stres. Beberapa tetes minyak lavender dapat membantu
menanggulangi insomnia, memperbaiki mood seseorang, dan memberikan
efek relaksasi (Bangun, 2013).