Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang berusaha

memberikan jawaban terhadap pertanyaan mengenai makna dari suatu proses

peristiwa sejarah. Dalam suatu peristiwa sejarah, terdapat banyak makna yang

tersirat dan tersurat di dalamnya yang harus diungkap secara jelas agar tidak

terjadi kesalahan dalam penafsiran.

Filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang berusaha

memberikan jawaban terhadap pertanyaan mengenai makna dari suatu proses

peristiwa sejarah. Filsafat sejarah kritis membahas tentang kebenaran sumber

atau sarana-sarana. Persoalan yang dihadapinya adalah adalah tentang

penjelasan sejarah atau pada khususnya masalah penyebab atau sebab-akibat.

Sejarah mengkaji cara-cara tertentu yang digunakan untuk menjelaskan suatu

masalah, seperti sebab jangka panjang dan jangka pendek, sedangakan sejarah

kritis menjelaskan masalah bentuk-bentuk penjelasan dalam berbagai

unsurnya, baik bersifat determinisme maupun indeterminisme.Filsafat sejarah

kritis meletakkan posisi strategis, sejauh mana kita dapat memperoleh

pengetahuan yang benar mengenai masa silam dan bagaimana sifat

pengetahuan itu.

1
Sejarah dan ilmu-ilmu sosial mmpunyai hubungan timbal balik.

Sejarah diuntungkan dengan ilmu-ilmu sosial dan sebaliknya. Sejarah baru

yang memang lahir berkat ilmu-ilmu sosial, penjelasan sejarah didasarkan atas

ilmu-ilmu sosial. Belajar sejarah tidak dapat dilepaskan dari belajar ilmu-ilmu

sosial, meskipun sejarah punca cara sendiri menghadapi obyeknya. Meskipun

demikian perlu diingat bahwa sejarah dan ilmu-ilmu sosial berbeda tujuanya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Landasan epistemologis filsafat sejarah kritis ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Epistemologis Filsafat Sejarah Kritis

Objek material filsafat sejarah kritis ialah seluruh aktifitas sejarawan

dalam penelitian sejarah, dan seluruh produk yang dihasilkannya. Yang

pertama berkaitan dengan metode dan perangkat yang dipakai oleh sejarawan

dalam merekonstruksi peristiwa masa silam, sedangkan yang kedua berkaitan

dengan historiografi.

Persoalan yang muncul ketika membahas metode yang dipakai oleh

sejarawan dalam merekonstruksi peristiwa masa lalu antara lain ialah apakah

sejarawan mampu mengungkap atau melukiskan kembali masa silam ke masa

kini ? Bagaimana membuktikan bahwa apa yang dikemukakan seorang

sejarawan tersebut memang benar sesuai dengan kenyataan masa lalu ?

apakah metode dan perangkat yang dipakai sejarawan sudah abash dan bisa

diandalkan untuk melukiskan masa silam ? semua pertanyaan ini merupakan

soal epistemologis. Artinya semua soal diatas erat kaitannya dengan

pertanyaan apakah pengetahuan tentang masa silam itu mungkin dicapai dan

dapat dipertanggungjawabkan pertanyaannya ?

Adapun terkait historiografi, timbul pertanyaan yaitu bagaimana

menjamin bahwa tulisan seorang sejarawan itu bersifat objektif ? bagaimana

cara sejarawan menghindari unsure subjektifitas yang berlebihan ? apalagi

3
misalnya , penulisan sejarah itu merupakan pesanan dari penguasa, atau

donator yang mendanai biaya penelitian, dan lain sebagainya. Apakah seorang

sejarawan tidak boleh bersifat subjektif ? Apa kerugiannya bila unsure

subjektif masuk ke dalam penelitian ? Apa yang dimaksud dengan

subjektifitas ? Tentu masih bbanyak sederet pertanyaan lainnya yang dapat

diajukan disini. Semua ini erat hubungannya dengan historiografi.

Untuk mengukur semua itu, paling tidak hanya ada landasan utama

sebagai dasar menjawab persoalan diatas. Pertama, landasan estetis, dalam

kerangka ini, sejarawan dilihat seperti seorang pelukis, ia menciptakan sebuah

lukisan yang padu mengenai pemandangan alam atau sesuatu yang ingin

ditampikannya. Mula-mula sang pelukis akan menyiapkan bahan-bahan yang

diperlukan, seperti kuas, cat, kanvas, dan bahan-bahan lainnya yang

diperlukan.

Setelah bahan itu terkumpul, mulainya pelukis menjalankan aksinya

melukis diatas kanvas. Hasil lukisan itu sangat dipengaruhi oleh lengkap

tidaknya bahan-bahan lukisan atau masih layak tidaknya alat lukis yang

dipakai, bahkan hasil lukisan itu juga dipengaruhi oleh aliran yang dianut sang

pelukis.

Demikian itulah tamsil kerja sejarawan. Setelah bahan-bahan

penelitian sejarah, termasuk dokumen terkumpul, maka sang sejarawan

memulai melukiskan peristiwa masa lalu. Dalam menggoreskan tiintanya,

seorang sejarawan juga memakai alat bantu, bisa berupa teori ataupun metode.

4
Hasilnya bergantung pada kelengkapan dokumen, dan alat analisis yang

dipakai oleh seorang sejarawan itu. Keterlibatan sejarawan dalam melukiskan

peristiwa masa lalu sangat mempengaruhi warna uraian tentang masa lalu itu

sendiri.

Kecuali itu, kedudukan sejarawan dalam melukiskan masa silam, bisa

pula diibaratkan seperti arsitek bangunan, mula-mula ia merancang model

bangunan. Kemudian mengumpulkan bahan-bahan bangunan yang dibutuhkan

seperti batu bata, pasir, semen, sekop serta peralatan bangunan lainnya.

Selanjutnya batu tersebut disusun menurut pola yang dibuat sang arsitek

sampai akhirnya menjadi bangunan. Demikian pula sejarawan yang ingin

menyajikan gambaran terpadu tentang masa silam. Mula-mula sang sejarawan

menyiapak bahan-bahan penelitian, sumber primer dan sekunder, perangkat

metodologi yang dipakai, dan lainnya. Selanjutnya memulai mengerjakan

secara bertahap rancangan peristiwa yang menjadi focus perhatiannya, sampai

akhirnya membentuk cerita tertata dan teliti. Diantara aliran menggeluti

persoalan ini ialah historisisme dan narativisme.

Kedua, landasan etika, golongan mempersoalkan tentang apa

sumbangan yang diberikan kajian sejarah kepada dunia agar lebih baik dan

lebih adil. Sebab jika tidak ada yang disumbangkan oleh ilmu sejarah maka

tentulah aktivitas meneliti tentang masa silam tersebut merupakan perbuatan

yang sia-sia. Kecuali itu, landasan etika ini juga membahas persoalan norma-

norma yang turut andil mempengaruhi gambaran seorang peneliti atau

5
sejarawan mengenai masa silam. Diantara aliran yang menaruh perhatiann

pada persoalan ini adalah aliran subjektivitas dan objektivitas, serta kelompok

yang mecoba mencari jalan tengah.

Ketiga, landasan epistemologis, yaitu sejauh mana kita dapat

memperoleh pengetahuan yang benar tentang masa silam. Persoalan ini

meliputi persoalan pernyataan sejarah, struktur keterangan sejarah, dan

penafsiran sejarah atau rekonstruksi tentang masa silam. Selain itu, yang lebih

penting adalah persoalan bagaimana kerja seorang sejarawan itu tahap demi

tahap dalam merekonstruksi masa silam.

Berdasarkan pada tiga landasan tersebut, akan dijawab persoalan yang

ada di dalam filsafat sejarah kritis. Untuk lebih sistematis, maka mula-mula

akan dibahas landasan epistemology yang meliputi persoalan tentang

kenyataan sejarah, fakta sejarah, pernyataan tentang kenyataan sejarah,

keterangan sejarah, dan penafsiran tentang kenyataan sejarah. Landasan

epistemology didahulukan dalam pembahsan ini karena ia merupakan pondasi

bagi landasan lainnya. Sebab jika landasan epistemologis ini tidak kokoh

maka pada akhirnya landasan lainnya juga menjadi runtuh. Oleh karena itu,

persoalan epistemologis harus diuji diawal sebagai landasan utama untuk

melanjutkan pembahasan ke persoalan lainnya didalam kajian filsafat sejarah

kritis. Berdasarkan pada landasan epistemologis, estetis, dan etis maka

didiskusikan persoalan-persoalan dalam kajian filsafat sejarah kritis.

6
Berdasarkan landasan epistemologis inilah dibangun semua argument

dan logika yang memberikan kepastian bagi landasan estetis dan etis.

Landasan epistemologi ini menjadi pintu awal menelusuri seluk beluk

persoalan filsafat sejarah kritis. Sebab jika landasan ini tidak ditegakkan

terlebih dahulu maka sulit kemungkinan landasan yang lainnya dapat berdiri

kokoh dengan keyakinan yang utuh.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat sejarah kritis, adalah salah satu unsur filsafat sejarah yang

didasarkan kepada obyek penelitian bagaimana masa silam itu

dijelaskan, Filsafat sejarah kritis meletakkan posisi strategis, sejauh mana

kita dapat memperoleh pengetahuan yang benar mengenai masa silam dan

bagaimana sifat pengetahuan itu. Hal pertama yang dilakukan adalah kita

menyadari bahwa suatu pengalaman langsung mengenai masa silam

adalah tidak mungkin.

Kemudian pertanyaan mengenai kebenaran dalam mengkaji

sejarah, membawa kita kepada masalah benar-tidaknya pernyataan-

pernyataan para ahli sejarah mengenai masa silam. Ilmu sejarah ialah ilmu

yang mempelajari kejadian di masa lampau untuk dikonstruksi kembali

agar dapat diceritakan kembali sebagai kisah. Ilmu sejarah ialah salah satu

disiplin ilmu yang terdapat dalam lingkup ilmu sosial. Di dalam fungsinya

ilmu sejarah memerlukan berbagai ilmu bantu dari ilmu-ilmu yang lain

ataupun ilmu-ilmu dari ilmu social.

Ilmu sejarah membutuhkan ilmu bantu dalam pengungkapan

sejarah karena sejarah memiliki lingkup kajian yang begitu luas. Sehingga

untuk mengungkap suatu kejadian yang ditujukan mendekati

8
kebenaran. Ilmu sejarah dan ilmu social memiliki hubungan yang sangat

erat kaitanya, karena dari kedua ilmu ini memiliki timbal balik dalam

menjalankan fungsi keilmuanya. Mungkin ada beberapa sangkalan bahwa

ilmu sejarah tidak membutuhkan ilmu-ilmu sosial yang lain, tetapi

faktanya sejarah sedikit banyak menggunakan ilmu-ilmu sosial dalam

pengungkapan kejadian sejarah. dikarenakan Secara umum obyek dari

ilmu sejarah adalah manusia atau suatu kehidupan manusia(masyarakat)

dan tentunya kembali pada manusia adalah mahluk social.

9
DAFTAR PUSTAKA

Saragih, Syahrul Nizar. 2019. Filsafat Sejarah. Yogyakarta, K-Media

10

Anda mungkin juga menyukai