Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Luka bakardapatmengakibatkanmasalah yang kompleks yang
dapatmeluasmelebihikerusakanfisik yang terlihatpadajaringan yang
terlukasecaralangsung.
Masalahkompleksinimempengaruhisemuasistemtubuhdanbeberapakeadaan
yang mengancamkehidupan. Seorangdenganlukabakar 50%
dariluaspermukaantubuhdanmengalamikomplikasidarilukadanpengobatand
apatterjadigangguanfungsional, halinimempunyaiharapanhidupkurangdari
50%. Sekarang, seorangdewasadenganluaslukabakar 75%
mempunyaiharapanhidup 50%. danbukanmerupakanhal yang
luarbiasauntukmemulangkanpasiendenganlukabakar 95% yang
diselamatkan. Penguranganwaktupenyembuhan,
antisipasidanpenanganansecaradiniuntukmencegahkomplikasi,
pemeliharaanfungsitubuhdalamperawatanlukadantehnikrehabilitasi yang
lebihefektifsemuanyadapatmeningkatkan rata-rata
harapanhiduppadasejumlahkliendenganlukabakarserius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya,
penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan
permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih
dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang
lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang
panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari
pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi
ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang
berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api.
Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang
lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar
pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien
dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh

1
yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit,
patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan
derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan
hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan
langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur,
status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi
beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar
sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau
kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien
luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih
baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai
pada luka bakar tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan Keperawatan Kritis pada pasien dengan luka
bakar ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahamai asuhan keperawatan kritis pada
pasien dengan luka bakar

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang


disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi (Artawan, 2013).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas dan suhu sangat
rendah (Adhy dkk, 2014:386).
Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang
berkembang di dunia. Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air
panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis
trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Pitoyo, 2013:2).
2. Etiologi Luka Bakar

Menurut Smeltzer (2002), luka bakar disebabkan oleh pengalihan


energi dari suatu sumber panas kepada tubuh melalui hantaran atau radiasu
elektromagnetik. Berikur ini adalah beberapa penyebab luka bakar, antar
lain :
1) Panas (missal Api, Air Panas, Uap panas)
2) Radiasi
3) Listrik
4) Petir
5) Bahan Kimia (sifat Asam dan basa kuat)
6) Ledakan Kompor, Udara Panas
7) Ledakan Ban, Bom
8) Sinar Matahari
9) Suhu yang sangat rendah

3
3. Manisfestasi Klinis

Kedalaman Dan Bagian


Penampilan Perjalanan
Penyebab Luka Kulit Yang Gejala
Luka Kesembuhan
Bakar Terkena
Derajat Satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan
(Superfisial): hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
tersengat matahari, (supersensivitas), ketika ditekan waktu satu
terkena api dengan rasa nyeri mereda minimal atau minggu,
intensitas rendah jika didinginkan tanpa edema terjadi
pengelupasan
kulit
Derajat Dua Epidermis Nyeri, hiperestesia, Melepuh, Kesembuhan
(Partial- dan bagian sensitif terhadap dasar luka dalam waktu
Thickness): tersira dermis udara yang dingin berbintik- 2-3 minggu,
m air mendidih, bintik merah, pembentukan
terbakar oleh nyala epidermis parut dan
api retak, depigmentasi,
permukaan infeksi dapat
luka basah, mengubahnya
terdapat menjadi
edema derajat-tiga
Derajat Tiga (Full- Epidermis, Tidak terasa nyeri, Kering, luka Pembentukan
Thickness): terbaka keseluruhan syok, hematuria bakar eskar,
r nyala api, terkena dermis dan (adanya darah berwarna diperlukan
cairan mendidih kadang- dalam urin) dan putih seperti pencangkokan,
dalam waktu yang kadang kemungkinan pula bahan kulit pembentukan
lama, tersengat arus jaringan hemolisis atau gosong, parut dan
listrik subkutan (destruksi sel darah kulit retak hilangnya
merah), dengan bagian kontur serta
kemungkinan lemak yang fungsi kulit,

4
terdapat luka tampak, hilangnya jari
masuk dan keluar terdapat tangan atau
(pada luka bakar edema ekstrenitas
listrik) dapat terjadi

4. Patofisiologi Luka Bakar


Luka bakar di sebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar
termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koogulasi,
denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran napas atas
merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ
visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak
yang lama dengan agens penyebab (burning agent). Nekrosis dan
kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka
bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai contoh, pada
kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1
o
detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,9 C dapat
menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga
terjadi cedera derajat-tiga (full-thickhess injury). Panjanan selama 15
menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,6o C mengakibatkan
cedera full-thickhess yang serupa. Suhu yang kurang dari 44o C dapat
ditoleransikan dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka
bakar.
Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan
dalamnya luka bakar; kemudian perawatannya dilakukan dalam 3 fase luka
bakar, yaitu : fase darurat/resusitasi , fase akut atau intermediate dan fase
rehabilitasi (Brunner & Suddarth 2001 )
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan
faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta
komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia.

5
Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk
mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan
pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya
menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Musliha,
2010)
 Respon sistemik
Perubahan patofisiologik yang disebabkan luka bakar yang berat
selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung
dengan di ikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian
sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan
hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadinya
perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke
dalam ruang interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika bukan hanya
melibatkan mekanisme kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan
elektrolit, volume darah, mekanisme pulmoner dan berbagai mekanisme
lainnya.
 Respon Kardiovaskuler
Curah jantung akan akan menurun sebelum perubahan yang
signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Keadaan ini
merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respons, system saraf
simpatik akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi
perifer (vasokontriksi) dan frekuensi denyut nadi. Resusitasi cairan yang
segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya tekanan darah dalam
kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung membaik. Umumnya
jumlah kebocoran cairan yang terbesar terjadi 24 hingga 36 jam pertama
sesudah luka bakar dengan mencapai puncaknya dalam tempo 6 hingga 8
jam. (Brunner & Suddarth)

6
Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik/petir

Patofisiologi (Hudak & Gallo; 1997)


Biologis LUKABAKAR Psikologis MK:
Gangguan Konsep diri
Kurang pengetahuan
Anxietas

Pada Wajah Di ruang tertutup Kerusakan kulit

Kerusakan mukosa Keracunan gas CO Penguapan meningkat


Masalah Keperawatan:
Resiko tinggi terhadap infeksi
Peningkatan pembuluh darah kapiler Gangguan rasa nyaman
Oedema laring COmengikat Hb Ganguan aktivitas
Kerusakan integritas kulit
Obstruksi jalan nafasHb tidak mampu mengikat O2
Ektravasasi cairan (H2O, Elektrolit, protein)
Gagal nafas
Hipoxia otak
MK: Jalan nafas Tekanan onkotik menurun. Tekanan hidrostatik meningkat
tidak efektif

Cairan intravaskuler menurun

Hipovolemia dan hemokonsentrasi Masalah Keperawatan:


Kekurangan volume cairan
Gangguan perfusi jaringan

Gangguan sirkulasi makro

Gangguan perfusi organ penting Gangguan sirkulasi seluler

Otak Kardiovaskuler Ginjal Hepar GI Traktus Neurologi Imun Gangguan perfusi

Hipoxia Kebocoran kapilerHipoxia sel ginjal


Pelepasan katekolamin Gangguan Neurologi
Daya tahan tubuh menurun
Dilatasi lambung Laju metabolisme meningkat

Sel otak
Fungsi ginjal menurun
mati Penurunan curah jantung Hipoxia hepatik Hambahan pertumbuhan

Glukoneogenesis glukogenolisis
Gagal
fungsi Gagal jantung Gagal ginjal Gagal hepar
sentral
MK: Perubahan nutrisi

MULTI SISTEM ORGAN FAILURE

7
5. Klasifikasi Luka Bakar
a. Kedalaman Luka Bakar
Menurut Brunerr & suddart (2002), luka bakar dapat di
klasifikasikan menenurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut
sebagi luka bakar Superficial partial-thickness, depp partial-thichess
dan full-thickness istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bkar derajat
satu, dua dan tiga :
1. Pada luka bakar derajat satu
Epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian dermis turut
cedera. Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah dan kering
seperti luka bakar matahari, atau mengalami lupuh/bullae.
2. Luka bakar derajat dua
Meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera
pada bagian dermis yang lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri,
tampak merah dan mengalmi eksudasi cairan. Pemutihan jaringan
yang terbakar di ikuti oleh pengisian kembali kapiler, folikel rambut
masih utuh.
3. Luka bakar derajat tiga
Meliputi destruksi total epidermis serta dermis, dan pada sebagian
kasus, jaringan yang berada dibawahnya. Warna luka bakar sangat
bervariasi mulai dari warna putih hingga merah, cokelat atau hitam.
Daerah yang terbakar tidak terasa nyeri karena serabut-serabut
srafnya hancur. Luka bakar tersebut tampak seperti bahan kulit.
Folikel rambut dan kelenjar keringat turut hancur.
b. Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar
Brunner dan Suddart (2002) mengestimasi luas permukaan
tubuh yang terbakar disederhanakan dengan menggunakan Rumus
Sembilan (Rule Of Nine). Rumus Sembilan merupakan cara yang
cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar. System tersebut

8
menggunakan persentase dalam kelipatan Sembilan terhadap
permukaan tubuh yang luas.
c. Berat ringannya Luka Bakar
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga
kategori yaitu :
1. Luka Bakar Mayor
a. Luka Bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan
lebih dari 20 % pada anak-anak
b. Luka bakar fullthickness lebih dari 20 %
c. Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan
perineum
d. Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya.
e. Terdapat luka bakar listrik bertengangan tinggi
2. Luka Bakar Moderat
a. Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-
20% pada anak-anak
b. Luka bakar fullthickness kurang dari 10%
c. Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga,
kaki dan perineum
3. Luka Bakar Miror
Luka bakar mirror seperti yang didefiniskan oleh Trofino (1991)
dan Griglak (1992) adalah :
a. Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa
dan kurang dari 10% pada anak-anak
b. Luka bakar fullthickness kurang dari 20%
c. Tidak terdapat luka bkar pada wajah, tangan dan kaki
d. Luka tidak sirkumfer
e. Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik dan fraktur
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus luka bakar yaitu
infeksi luka yang gejalanya sama dengan proses penyembuhan luka

9
yaitu adanya eritema, edema, dan nyeri tekan. Demam, malaise, dan
gejala yang lebih buruk dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan yang
lebih dalam. Luka bakar juga dapat menyebabkan timbulnya syok,
cedera inhalasi apabila pasien menghirup udara di dalam ruangan
tertutup (Lalani, 2013, Pamela, 2011: 189).
Luka bakar terutama dengan luas >20% dapat menyebabkan
gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Selain itu,
semakin berat kerusakan jaringan maka proses inflamasi juga semakin
lama terjadi dan tidak terkendali. Hal tersebut akan menyebabkan
terjadinya inflamasi sistemik dan penekanan sistem imun yang
berbahaya karena dapat menjadi SIRS dan MODS (Adhy dkk, 2014:
386).
7. Pemerisaan Penunjang
1. DPL
2. Ureum dan elektrolit
3. EKG/enzim jantung dengan luka bakar listrik
4. Golongan darah dan cross match
5. Jika curiga trauma inhalasi : rontgen toraks, gas darah arteri, perkiraan CO
8. Penatalaksanaan dan Terapi
1.  Resusitasi A,B,C
a.   Pernafasan (Airway)
Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka
segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma
inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar
pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
b.   Pernafasan (Breathing)
Kaji adanya trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan
pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
c.   Sirkulasi (Circulation)
Gangguan permebilitas kapiler : cairan dari intra vaskuler pindah ke
ekstra vaskuler → hipovolemi relatif →syok → ATN →  gagal ginjal
2.  Infus,kateter, CVP, oksigen, laboratorium, kultur luka.

10
3.  Resusitasi cairan
Cara Baxter merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak
dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan
rumus :
a.    Dewasa :
Baxter = RL 4cc x BB x % LB
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu
larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua
diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.
b.    Anak    : jumlah resusitasi + kebutuhan faal :
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB
d.   Kebutuhan faal :
< 1 tahun        : BB x 100 cc
1-3 tahun        : BB x 75 cc
3-5 tahun        : BB x 50 cc
4.  Monitor urine dan JVP
5.  Topikal dan tutup luka :
a.   Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% (1 : 30) + buang jaringan
nekrotik
b.   Tulle
c.    Silver sulfat diazin tebal
d.   Tutup kasa tebal
e.    Evaluasi 5-7 hari kecuali balutan kotor
6.   Obat-obatan :
a. Antibiotika : tidak diberikan jika pasien datang kurang dari 6 jam
sejak kejadian.
b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai
hasil kultur.

11
c. Analgetik : kuat (morfin, petidin)
d. Antasida

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesaa.
a. Identitas
Data klien, mencakup ; nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa, status
perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM/CM, tanggal
masuk, tanggal kaji, dan ruangan tempat klien dirawat.
Data penanggung jawab, mencakup nama, umur,
jenis kelamin, agama, pekerjaan, suku bangsa,
hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat keperawatan
1. Alasan Masuk Perawatan
Kronologis yang menggambarkan perilaku klien dalam
mencari pertolongan.
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien dengan luka bakar mengeluh adanya nyeri,
tergantung dari derajat luka bakar dan luasnya luka bakar juga
menentukan beratnya nyeri. Misalnya daerah wajah akan lebih
mengalami nyeri yang lebih berat bila dibandingkan dengan daerah
ekstrimitas. Selain itu luka bisa disertai dengan tanda-tanda syok
seperti penurunan kesadaran, tanda-tanda vital yang tidak stabil.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu dikaji apakah pernah mengalami luka bakar sebelumnya, riwayat
pengobatan luka bakar terdahulu.Kaji riwayat penyakit jantung, ginjal,
paru-paru dan DM.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang

12
Saat dikaji pasien mengeluh Nyeri pada daerah yang terkena luka
bakar, napas sesak, sering merasa haus dan tidak napsu makan
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adakah riwayat penyakit yang sama pada keluarga klien seperti
yang dialaminya sekarang. Apakah dalam keluarga klien ada yang
punya penyakit keturunan seperti asma, jantung dan DM.
2. Pengkajian Per Sistem (B1-B6)
1) B1 (Breathing)
Periksa bagian wajah, dada, dan leher pasien atas adanya tanda-
tanda distress pernafasan seperti penggunaan otot aksesori, keteraturan
retraksi dada, keteraturan pola nafas, dan suara nafas abnormal
(Kartika, 2011: 61).
Pada kasus luka bakar dapat ditemukan adanya batuk, suara serak,
stridor, takipne, dispnea, agitasi adanya sputum mengandung karbon,
penggunaan otot bantu pernafasan, pasien sulit bernafas, RR lebih atau
kurang dari 24x/menit, irama nafas tidak teratur, nafas cepat dan
pendek, suara nafas wheezing(Pamela, 2011).
2) B2 (Blood)
Kaji atas adanya keluhan nyeri pada dada, normalitas tanda-tanda
vital, dan denyut jantung yang cepat, pelan atau tidak teratur (Kartika,
2011).
Dalam pengkajian sistem kardiovaskuler pada kasus luka bakar
akan terjadi peningkatan curah jantung dalam beberapa menit cedera,
dan nadi sulit diraba (Pamela, 2011).
3) B3 (Brain)
Menurut metode Glascow Coma Scale (GCS) dengan penilaian
Eye (4 untuk buka mata spontan, nilai 3 dengan suara, nilai 2 dengan
nyeri dan 1 tanpa respon), penilaian Verbal (5 apabila orientasi bagus, 4
jika pasien bingung, 3 apabila kalimat tidak jelas, 2 jika suara tidak
jelas/bergumam dan 1 jika tidak ada respon) serta motorik (6 bila pasien
dapat mengikuti perintah dengan baik, 5 bila pasien mampu
melokalisasi nyeri, 4 bila pasien menghindari nyeri, 3 bila fleksi

13
abnormal, 2 bila ekstensi abnormal dan 1 bila tanpa respon) (Kartika,
2011: 58).
Pada kasus luka bakar dapat ditemukan penurunan kesadaran yaitu
nyeri pada respon membuka mata, gangguan verbal, dan gangguan
motorik karena adanya cedera (Lalani, 2013).
4) B4 (Bladder)
Catat frekuensi urin, adanya inkontinensia, terasa panas, atau
bau aneh dan status nyeri pada sistem urinaria.
Pada pasien luka bakar akan ditemukan urine berwarna
kemerahan yang menunjukkan adanya hemokromogen dan mioglobin
akibat kerusakan otot karena luka bakar yang dalam (Muttaqin dan
Kumala, 2012: 207).
5) B5 (Bowel)
Periksa adanya distensi abdomen, jejas, dan adanya luka.
Auskultasi keempat kuadran dan pastikan status peristaltik usus. Palpasi
adanya nyeri, hepatomegali, dan limpa Perkusi untuk mngetahui ukuran
organ dan memeriksa daerah cairan atau rongga intra abdominal
(Kartika, 2011).
Pada luka bakar akan ditemukan adanya penurunan metabolik
sebagai akibat dari respon sistemik pada 24 jam pertama cedera
(Gurnida, 2011).
6) B6 (Bone)
Gangguan muskuloskeletal di unit gawat darurat berhubungan
dengan trauma dan infeksi. Kaji luka atas adanya edema, eritema, jejas,
dan nyeri. Periksa pergerakan dan status neurovaskular pasien untuk
mendeteksi masalah. Lepaskan semua perhiasan dan pakaian ketat dari
daerah luka (Kartika, 2011: 62).
Pada pasien luka bakar dapat ditemukan edema jaringan dan
nekrosis (Lalani, 2013: 357).
Meliputi pemeriksaan warna, tekstur, turgor, suhu, kepucatan,
sianosis dan kekuningan (Kartika, 2011: 62).

14
Pada sistem integumen pasien luka bakar mengalami gangguan
integritas kulit seperti kulit berwarna abu-abu dan pucat, dan adanya
krustal (Pamela, 2011, Nurarif dan Hardhy, 2015).

3. Data penunjang
a. Hitung darah lengkap
PeningkatanHtawalmenunjukkanhemokonsentrasisampaidenganperpin
dahanataukehilangancairan.
b. Elektrolit
Kaliumdapatmeningkatpadaawalsampaidengancederajaringanataukeru
sakanseldarahmerahdanpenurunanfungsiginjal.
c. Rontgen dada
Dapat tampak normal pada paska luka bakar dini meskipun
dengan cedera inhalasi, namun cedera inhalasi sesungguhnya akan
tampak saat foto torax, kerusakan bagian-bagian paru.
d. EKG
Tanda ischemia, disritmiadapatterjadipadalukabakarlistrik.

15
B. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah
leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan
pengembangan dada.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik,
ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial
dari dada atau leher.
d. Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi
lapisan kulit.
e. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak
adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan
sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
g. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran
darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.

16
C. Intervensikeperawatan

Rencana Keperawatan
Tujuan
Diagnosa
dan
Keperawatan Intervensi Rasional
Kriteria
Hasil
1. Bersihan Bersihan 1. Kaji refleks Dugaan cedera inhalasi
jalan nafas jalan nafas gangguan/menelan;
tidak efektif tetap efektif. perhatikan pengaliran
berhubunga Kriteria air liur,
n dengan Hasil : ketidakmampuan
obstruksi Bunyi nafas menelan, serak, batuk
trakheobron vesikuler, mengi.
khial; RR dalam 2. Awasi frekuensi, Takipnea, penggunaan otot
oedema batas normal, irama, kedalaman bantu, sianosis dan
mukosa; bebas pernafasan ; perubahan sputum
kompressi dispnoe/cyan perhatikan adanya menunjukkan terjadi
jalan nafas . osis. pucat/sianosis dan distress pernafasan/edema
sputum mengandung paru dan kebutuhan
karbon atau merah intervensi medik.
muda.
3. Auskultasi paru, Obstruksi jalan
perhatikan stridor, nafas/distres pernafasan
mengi/gemericik, dapat terjadi sangat cepat
penurunan bunyi atau lambat contoh sampai
nafas, batuk rejan. 48 jam setelah terbakar.
4. Perhatikan adanya Dugaan adanya
pucat atau warna buah hipoksemia atau karbon
ceri merah pada kulit monoksida.
yang cidera Meningkatkan ekspansi

17
5. Tinggikan kepala paru optimal/fungsi
tempat tidur. Hindari pernafasan.
penggunaan bantal di Bilakepala/leher terbakar,
bawah kepala, sesuai bantal dapat menghambat
indikasi pernafasan, menyebabkan
nekrosis pada kartilago
telinga yang terbakar dan
meningkatkan konstriktur
leher.

6. Dorong batuk/latihan Meningkatkan ekspansi


nafas dalam dan paru, memobilisasi dan
perubahan posisi drainase sekret.
sering.
7. Hisapan (bila perlu) Membantu
pada perawatan mempertahankan jalan
ekstrem, pertahankan nafas bersih, tetapi harus
teknik steril. dilakukan kewaspadaan
karena edema mukosa dan
inflamasi. Teknik steril
menurunkan risiko infeksi.
8. Tingkatkan istirahat Peningkatan
suara tetapi kaji sekret/penurunan
kemampuan untuk kemampuan untuk
bicara dan/atau menelan menunjukkan
menelan sekret oral peningkatan edema trakeal
secara periodik. dan dapat
mengindikasikan
9. Selidiki perubahan kebutuhan untuk intubasi.
perilaku/mental Meskipun sering
contoh gelisah, berhubungan dengan
agitasi, kacau mental. nyeri, perubahan
kesadaran dapat
menunjukkan
10. Awasi 24 jam terjadinya/memburuknya

18
keseimbngan cairan, hipoksia.
perhatikan Perpindahan cairan atau
variasi/perubahan. kelebihan penggantian
cairan meningkatkan risiko
edema paru. Catatan :
Cedera inhalasi
meningkatkan kebutuhan
cairan sebanyak 35% atau
lebih karena edema.
11. Lakukan program O2 memperbaiki
kolaborasi hipoksemia/asidosis.
meliputi :Berikan Pelembaban menurunkan
pelembab O2 melalui pengeringan saluran
cara yang tepat, pernafasan dan
contoh masker wajah menurunkan viskositas
12. Awasi/gambaran seri sputum.
GDA
Data dasar penting untuk
pengkajian lanjut status
pernafasan dan pedoman
untuk pengobatan. PaO2
kurang dari 50, PaCO2
lebih besar dari 50 dan
penurunan pH
menunjukkan inhalasi asap
13. Kaji ulang seri dan terjadinya
rontgen pneumonia/SDPD.
Perubahan menunjukkan
atelektasis/edema paru tak
dapat terjadi selama 2 – 3
14. Berikan/bantu hari setelah terbakar
fisioterapi Fisioterapi dada
dada/spirometri mengalirkan area
intensif. dependen paru, sementara
spirometri intensif

19
dilakukan untuk
memperbaiki ekspansi
paru, sehingga
meningkatkan fungsi
15. Siapkan/bantu pernafasan dan
intubasi atau menurunkan atelektasis.
trakeostomi sesuai Intubasi/dukungan
indikasi. mekanikal dibutuhkan bila
jalan nafas edema atau
luka bakar mempengaruhi
fungsi paru/oksegenasi.
2. Kekurangan Pasien dapat 1. Awasi tanda vital, Memberikan pedoman
volume mendemostra CVP. Perhatikan untuk penggantian cairan
cairan sikan status kapiler dan kekuatan dan mengkaji respon
berhubunga cairan dan nadi perifer. kardiovaskuler.
n dengan biokimia 2. Awasi pengeluaran Penggantian cairan
Kehilangan membaik. urine dan berat dititrasi untuk meyakinkan
cairan Kriteria jenisnya. Observasi rata-2 pengeluaran urine
melalui rute evaluasi: warna urine dan 30-50 cc/jam pada orang
abnormal. tak ada hemates sesuai dewasa. Urine berwarna
Peningkatan manifestasi indikasi. merah pada kerusakan otot
kebutuhan : dehidrasi, masif karena adanyadarah
status resolusi dan keluarnya mioglobin.
hypermetab oedema,
olik, ketidak elektrolit 3. Perkirakan drainase Peningkatan permeabilitas
cukupan serum dalam luka dan kehilangan kapiler, perpindahan
pemasukan. batas normal, yang tampak protein, proses inflamasi
Kehilangan haluaran dan kehilangan cairan
perdarahan. urine di atas melalui evaporasi
30 ml/jam. mempengaruhi volume
sirkulasi dan pengeluaran
urine.
4. Timbang berat badan Penggantian cairan
setiap hari tergantung pada berat
badan pertama dan
perubahan selanjutnya

20
5. Ukur lingkar Memperkirakan luasnya
ekstremitas yang oedema/perpindahan
terbakar tiap hari cairan yang mempengaruhi
sesuai indikasi volume sirkulasi dan
pengeluaran urine.
6. Selidiki perubahan Penyimpangan pada
mental tingkat kesadaran dapat
mengindikasikan ketidak
adequatnya volume
sirkulasi/penurunan
perfusi serebral
7. Observasi distensi Stres (Curling) ulcus
abdomen,hematomesi terjadi pada setengah dari
s,feces hitam. semua pasien yang luka
bakar berat(dapat terjadi
pada awal minggu
pertama).
8. Hemates drainase NG Observasi ketat fungsi
dan feces secara ginjal dan mencegah stasis
periodik. atau refleks urine.
Memungkinkan infus
9. Lakukan program cairan cepat.
kolaborasi meliputi : Resusitasi cairan
 Pasang / menggantikan kehilangan
pertahankankatete cairan/elektrolit dan
r urine membantu mencegah
 Pasang/ komplikasi.
pertahankan
ukuran kateter IV.
 Berikan
penggantian
cairan IV yang
dihitung,
elektrolit, plasma,
albumin.

21
10. Awasi hasil Mengidentifikasi
pemeriksaan kehilangan
laboratorium ( Hb, darah/kerusakan SDM dan
elektrolit, natrium ). kebutuhan penggantian
cairan dan elektrolit.
11. Berikan obat sesuai Meningkatkan
idikasi : pengeluaran urine dan
- Diuretika membersihkan tubulus dari
contohnya Manitol debris /mencegah nekrosis.
(Osmitrol) Penggantian lanjut karena
- Kalium kehilangan urine dalam
- Antasida jumlah besar
Menurunkan keasaman
gastrik sedangkan inhibitor
histamin menurunkan
produksi asam
hidroklorida untuk
menurunkan produksi
asam hidroklorida untuk
menurunkan iritasi gaster.

Mengidentifikasi
12. Pantau: penyimpangan indikasi
- Tanda-tanda vital kemajuan atau
setiap jam selama penyimpangan dari hasil
periode darurat, yang diharapkan. Periode
setiap 2 jam selama darurat (awal 48 jam pasca
periode akut, dan luka bakar) adalah periode
setiap 4 jam selama kritis yang ditandai oleh
periode rehabilitasi. hipovolemia yang
- Warna urine. mencetuskan individu
- Masukan dan pada perfusi ginjal dan
haluaran setiap jam jarinagn tak adekuat.
selama periode
darurat, setiap 4 jam

22
selama periode akut,
setiap 8 jam selama
periode rehabilitasi.
- Hasil-hasil JDL
dan laporan elektrolit.
- Berat badan setiap
hari.
- CVP (tekanan
vena sentral) setiap
jam bial diperlukan.
- Status umum
setiap 8 jam. Inspeksi adekuat dari luka
13. Pada penerimaan bakar.
rumah sakit, lepaskan
semua pakaian dan
perhiasan dari area
luka bakar. Penggantian cairan cepat
14. Mulai terapi IV yang penting untuk mencegah
ditentukan dengan gagal ginjal. Kehilangan
jarum lubang besar cairan bermakna terjadi
(18G), lebih disukai melalui jarinagn yang
melalui kulit yang terbakar dengan luka bakar
telah terluka bakar. luas. Pengukuran tekanan
Bila pasien vena sentral memberikan
menaglami luka bakar data tentang status volume
luas dan menunjukkan cairan intravaskular.
gejala-gejala syok
hipovolemik, bantu
dokter dengan
pemasangan kateter
vena sentral untuk
pemantauan CVP. Temuan-temuan ini
15. Beritahu dokter bila: mennadakan hipovolemia
haluaran urine < 30 dan perlunya peningkatan
ml/jam, haus, cairan. Pada lka bakar

23
takikardia, CVP < 6 luas, perpindahan cairan
mmHg, bikarbonat dari ruang intravaskular ke
serum di bawah ruang interstitial
rentang normal, menimbukan hipovolemi.
gelisah, TD di bawah
rentang normal, urine
gelap atau encer Pasien rentan pada
gelap. kelebihan beban volume
16. Konsultasi doketr bila intravaskular selama
manifestasi kelebihan periode pemulihan bila
cairan terjadi. perpindahan cairan dari
kompartemen interstitial
pada kompartemen
intravaskuler.
Temuan-temuan guaiak
positif ennandakan adanya
17. Tes guaiak muntahan perdarahan GI. Perdarahan
warna kopi atau feses GI menandakan adaya
ter hitam. Laporkan stres ulkus (Curling’s).
temuan-temuan
positif. Mencegah perdarahan GI.
Luka bakar luas
18. Berikan antasida yag mencetuskan pasien pada
diresepkan atau ulkus stres yang
antagonis reseptor disebabkan peningkatan
histamin seperti sekresi hormon-hormon
simetidin adrenal dan asam HCl oleh
lambung.

3. kerusakan Pasien dapat 1. Pantau laporan GDA Mengidentifikasi


pertukaran mendemonstr dan kadar karbon kemajuan dan
gas asikan monoksida serum. penyimpangan dari hasil
berhubunga oksigenasi yang diharapkan. Inhalasi
n dengan adekuat. asap dapat merusak
cedera Kriteroia alveoli, mempengaruhi
inhalasi evaluasi: RR pertukaran gas pada

24
asap atau 12-24 x/mnt, membran kapiler alveoli.
sindrom warna kulit 2. Beriakan suplemen Suplemen oksigen
komparteme normal, oksigen pada tingkat meningkatkan jumlah
n torakal GDA dalam yang ditentukan. oksigen yang tersedia
sekunder renatng untuk jaringan. Ventilasi
terhadap normal, mekanik diperlukan untuk
luka bakar bunyi nafas pernafasan dukungan
sirkumfisial bersih, tak sampai pasie dapat
dari dada ada kesulitan dilakukan secara mandiri.
atau leher. bernafas. 3. Pasang atau bantu Pernafasan dalam
dengan selang mengembangkan alveoli,
endotrakeal dan menurunkan resiko
temaptkan pasien atelektasis.
pada ventilator
mekanis sesuai
pesanan bila terjadi
insufisiensi
pernafasan
(dibuktikan dnegna
hipoksia, hiperkapnia,
rales, takipnea dan
perubahan Memudahkan ventilasi
sensorium). dengan menurunkan
4. Anjurkan pernafasan tekanan abdomen terhadap
dalam dengan diafragma.
penggunaan
spirometri insentif
setiap 2 jam selama Luka bakar sekitar torakal
tirah baring. dapat membatasi ekspansi
5. Pertahankan posisi adda. Mengupas kulit
semi fowler, bila (eskarotomi)
hipotensi tak ada. memungkinkan ekspansi
dada.
6. Untuk luka bakar
sekitar torakal,

25
beritahu dokter bila
terjadi dispnea disertai
dengan takipnea.
Siapkan pasien untuk
pembedahan
eskarotomi sesuai
pesanan.

4. Resiko Pasien bebas 1.Pantau:


tinggi dari infeksi. - Penampilan luka Mengidentifikasi indikasi-
infeksi Kriteria bakar (area luka indikasi kemajuan atau
berhubunga evaluasi: bakar, sisi donor dan penyimapngan dari hasil
n dengan tak ada status balutan di atas yang diharapkan.
Pertahanan demam, sisi tandur bial tandur
primer tidak pembentukan kulit dilakukan)
adekuat; jaringan setiap 8 jam.
kerusakan granulasi - Suhu setiap 4 jam.
perlinduinga baik. - Jumlah makanan
n kulit; yang dikonsumsi
jaringan setiap kali makan.
traumatik. 2. Bersihkan area luka Pembersihan dan
Pertahanan bakar setiap hari dan pelepasan jaringan
sekunder lepaskan jarinagn nekrotik meningkatkan
tidak nekrotik (debridemen) pembentukan granulasi.
adekuat; sesuai pesanan.
penurunan Berikan mandi kolam
Hb, sesuai pesanan,
penekanan implementasikan
respons perawatan yang
inflamasi ditentukan untuk sisi
donor, yang dapat
ditutup dengan
balutan vaseline atau
op site. Antimikroba topikal
3. Lepaskan krim lama membantu mencegah
dari luka sebelum infeksi. Mengikuti prinsip

26
pemberian krim baru. aseptik melindungi pasien
Gunakan sarung dari infeksi. Kulit yang
tangan steril dan gundul menjadi media
beriakn krim yang baik untuk kultur
antibiotika topikal pertumbuhan baketri.
yang diresepkan pada
area luka bakar
dengan ujung jari.
Berikan krim secara
menyeluruh di atas
luka. Temuan-temuan ini
4. Beritahu dokter bila mennadakan infeksi.
demam drainase Kultur membantu
purulen atau bau mengidentifikasi patogen
busuk dari area luka penyebab sehingga terapi
bakar, sisi donor atau antibiotika yang tepat
balutan sisi tandur. dapat diresepkan. Karena
Dapatkan kultur luka balutan siis tandur hanya
dan berikan diganti setiap 5-10 hari,
antibiotika IV sesuai sisi ini memberiakn media
ketentuan. kultur untuk pertumbuhan
bakteri.
Kulit adalah lapisan
5. Tempatkan pasien pertama tubuh untuk
pada ruangan khusus pertahanan terhadap
dan lakukan infeksi. Teknik steril dan
kewaspadaan untuk tindakan perawatan
luka bakar luas yang perlindungan
mengenai area luas lainmelindungi pasien
tubuh. Gunakan linen terhadap infeksi.
tempat tidur steril, Kurangnya berbagai
handuk dan skort rangsang ekstrenal dan
untuk pasien. kebebasan bergerak
Gunakan skort steril, mencetuskan pasien pada
sarung tangan dan kebosanan.

27
penutup kepala
dengan masker bila
memberikan
perawatan pada
pasien. Tempatkan
radio atau televisis
pada ruangan pasien
untuk menghilangkan Melindungi terhadap
kebosanan. tetanus.
6. Bila riwayat imunisasi
tak adekuat, berikan
globulin imun tetanus
manusia (hyper-tet) Ahli diet adalah spesialis
sesuai pesanan. nutrisi yang dapat
7. Mulai rujukan pada mengevaluasi paling baik
ahli diet, beriakn status nutrisi pasien dan
protein tinggi, diet merencanakan diet untuk
tinggi kalori. Berikan emmenuhi kebuuthan
suplemen nutrisi nutrisi penderita. Nutrisi
seperti ensure atau adekuat memabntu
sustacal dengan atau penyembuhan luka dan
antara makan bila memenuhi kebutuhan
masukan makanan energi.
kurang dari 50%.
Anjurkan NPT atau
makanan enteral bial
pasien tak dapat
makan per oral.
5. Nyeri Pasien dapat 1. Berikan anlgesik Analgesik narkotik
berhubunga mendemonstr narkotik yang diperlukan utnuk memblok
n dengan asikan hilang diresepkan prn dan jaras nyeri dengan nyeri
Kerusakan dari sedikitnya 30 menit berat. Absorpsi obat IM
kulit/jaringa ketidaknyam sebelum prosedur buruk pada pasien dengan
n; anan. perawatan luka. luka bakar luas yang
pembentuka Kriteria Evaluasi disebabkan oleh
n edema. evaluasi: keefektifannya. perpindahan interstitial

28
Manipulasi menyangkal berkenaan dnegan
jaringan nyeri, peningkatan permeabilitas
cidera melaporkan kapiler.
contoh perasaan 2. Anjurkan analgesik Panas dan air hilang
debridemen nyaman, IV bila luka bakar melalui jaringan luka
luka. ekspresi luas. bakar, menyebabkan
wajah dan hipoetrmia. Tindakan
postur tubuh eksternal ini membantu
rileks. menghemat kehilangan
panas.
Menururnkan neyri dengan
3. Pertahankan pintu mempertahankan berat
kamar tertutup, badan jauh dari linen
tingkatkan suhu temapat tidur terhadap
ruangan dan berikan luka dan menuurnkan
selimut ekstra untuk pemajanan ujung saraf
memberikan pada aliran udara.
kehangatan. Menghilangkan tekanan
4. Berikan ayunan di pada tonjolan tulang
atas temapt tidur bila dependen.
diperlukan. Dukungan adekuat pada
5. Bantu dengan luka bakar selama gerakan
pengubahan posisi membantu meinimalkan
setiap 2 jam bila ketidaknyamanan.
diperlukan. Dapatkan
bantuan tambahan
sesuai kebutuhan,
khususnya bila pasien
tak dapat membantu
membalikkan badan
sendiri.
6. Resiko Pasien 1. Untuk luka bakar Mengidentifikasi indikasi-
tinggi menunjukkan yang mengitari indikasi kemajuan atau
kerusakan sirkulasi ekstermitas atau luka penyimpangan dari hasil
perfusi tetap bakar listrik, pantau yang diharapkan.
jaringan, adekuat. status neurovaskular

29
perubahan/d Kriteria dari ekstermitas setaip
isfungsi evaluasi: 2 jam.
neurovaskul warna kulit 2. Pertahankan Meningkatkan aliran balik
er perifer normal, ekstermitas bengkak vena dan menurunkan
berhubunga menyangkal ditinggikan. pembengkakan.
n dengan kebas dan 3. Beritahu dokter Temuan-temuan ini
Penurunan/i kesemutan, dengan segera bila menandakan keruskana
nterupsi nadi perifer terjadi nadi sirkualsi distal. Dokter
aliran darah dapat diraba. berkurang, pengisian dapat mengkaji tekanan
arterial/vena kapiler buruk, atau jaringan untuk
, contoh penurunan sensasi. emnentukan kebutuhan
luka bakar Siapkan untuk terhadap intervensi bedah.
seputar pembedahan Eskarotomi (mengikis
ekstremitas eskarotomi sesuai pada eskar) atau fasiotomi
dengan pesanan. mungkin diperlukan untuk
edema. memperbaiki sirkulasi
adekuat.
7. Kerusakan Menunjukka 1. Kaji/catat ukuran, Memberikan informasi
integritas n regenerasi warna, kedalaman dasar tentang kebutuhan
kulit b/d jaringan luka, perhatikan penanaman kulit dan
kerusakan Kriteria jaringan nekrotik dan kemungkinan petunjuk
permukaan hasil: kondisi sekitar luka. tentang sirkulasi pada aera
kulit Mencapai graft.
sekunder penyembuha 2. Lakukan perawatan Menyiapkan jaringan
destruksi n tepat waktu luka bakar yang tepat untuk penanaman dan
lapisan pada area dan tindakan kontrol menurunkan resiko
kulit. luka bakar. infeksi. infeksi/kegagalan kulit.
3. Pertahankan Kain nilon/membran
penutupan luka sesuai silikon mengandung
indikasi. kolagen porcine peptida
yang melekat pada
permukaan luka sampai
lepasnya atau mengelupas
secara spontan kulit
repitelisasi.
4. Tinggikan area graft Menurunkan

30
bila mungkin/tepat. pembengkakan
/membatasi resiko
pemisahan graft. Gerakan
jaringan dibawah graft
dapat mengubah posisi
yang mempengaruhi
5. Pertahankan posisi penyembuhan optimal.
yang diinginkan dan Area mungkin ditutupi
imobilisasi area bila oleh bahan dengan
diindikasikan. permukaan tembus
6. Pertahankan balutan pandang tak reaktif.
diatas area graft baru Kulit graft baru dan sisi
dan/atau sisi donor donor yang sembuh
sesuai indikasi. memerlukan perawatan
khusus untuk
mempertahankan
7. Cuci sisi dengan kelenturan.
sabun ringan, cuci, Graft kulit diambil dari
dan minyaki dengan kulit orang itu
krim, beberapa waktu sendiri/orang lain untuk
dalam sehari, setelah penutupan sementara pada
balutan dilepas dan luka bakar luas sampai
penyembuhan selesai. kulit orang itu siap
8. Lakukan program ditanam.
kolaborasi :
- Siapkan / bantu prosedur
bedah/balutan biologis.

31
D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien
dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari
rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).
E. Evaluasi Keperawatan
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Bersihan jalan nafas tetap efektif
2. Pasien dapat mendemostrasikan status cairan dan biokimia membaik.
3. Pasien dapat mendemonstrasikan oksigenasi adekuat.
4. Pasien bebas dari infeksi.
5. Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan
6. Pasien menunjukkan sirkulasi tetap adekuat.

32
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Pengkajian meliputi data umum, keadaan umum, pengkajian primer
dan pengkajian sekunder. Dari pengkajian tersebut didapatkan diagnosa
ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan edema dan
hipovolemia, kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan akibat peningkatan evaporasi, dan kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan kerusakan jaringan subkutis. Intervensi, implementasi,
dan evaluasi yang dilakukan berdasarkan dengan diagnosa keperawatan.
B. Saran
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis memperoleh beberapa
saran yang dapat dipertimbangkan sebagai tambahan acuan untuk program
selanjutnya yaitu antara lain:
1. Bagi perawat
Dapat melaksanakan metode triase kegawatdaruratan yang sesuai
sehingga akan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan gawat
darurat yang komprehensif dan meminimalkan masalah yang timbul pada
pasien luka bakar.
i. Bagi Mahasiswa
Sebagai sumber materi untuk menambah pengetahuan mahasiswa
mengenai asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien luka bakar di
instalasi gawat darurat dengan harapan dapat meningkatkan kualitas

33
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2004. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8.


Jakarta:
EGC
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I.
Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan PasienEdisi 3.
Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Adhy A Syumadkk, 2014, “ManfaatSuplementasiEkstrakIkanGabusTerhadap
Kadar Albumin, MDA pada Luka Bakar Derajat II”, Jurnal JST Kesehatan,
Vol.4 No.4 Oktober: 385 – 393.
Kartika, Dewi. 2011. “Dasar-dasarKeperawatanGawatDarurat”.
SalembaMedika: Jakarta.
Lalani,MD Amina dan Suzan Schneeweiss, MD. 2013. Kegawatdaruratan
Pediatri. EGC: Jakarta
Pamela S. Kidd,2011, “PedomanKeperawatanEmergensi”.
PenerbitBukuKedokteran EGC: Jakarta.
Nurarif, Amin Huda danKusumaHardhy. 2015.
AplikasiAsuhanKeperawatanBerdasarkanDiagnosaMedisdan NANDA
NOC-NIC, Media Action: Yogyakarta.

34
35

Anda mungkin juga menyukai