1 SM PDF
1 SM PDF
ABSTRAK
Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh
dunia. Kandidiasis orofaring merupakan manifestasi klinis yang pertama kali muncul pada pasien
HIV/AIDS dan merupakan infeksi oportunistik yang tersering ditemukan yang disebabkan oleh jamur
spesies Candida. Prevalensi kandidiasis orofaring telah dilaporkan terjadi 50–95% pada pasien
HIV/AIDS. Gejala klinis kandidiasis kadang-kadang asimtomatik, gejala yang paling umum adalah
rasa tidak enak dan terbakar pada mulut, munculnya plak berwarna putih, perubahan rasa dan
kesukaran menelan makanan baik cair maupun padat. Diagnosis definitif dilakukan dengan cara
ditemukannya spesies Candida pada pemeriksaan kerokan dengan larutan KOH. Obat-obatan yang
sering digunakan dalam terapi kandidiasis adalah golongan azol, namun banyak yang mengalami
kegagalan terapi disebabkan karena pada pasien HIV/AIDS mengalami penurunan sistem kekebalan
tubuh akibat limfosit T CD4+ yang rendah, penggunaan preparat azol jangka lama, dan disebabkan
isolat Candida albicans, oleh karena itu terapi terbaik adalah meningkatkan kekebalan tubuh
penderita HIV/AIDS dengan terapi antiretroviral.
ABSTRACT
Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) is a big
problem that threatens Indonesia and many countries around the world. Oropharingeal candidiasis is
among the initial clinical manifestations HIV/AIDS patients and the most common opportunistic
infection was seen that caused by mycosis of Candida species. The prevalence of oropharingeal
candidiasis is occuring 50–95% in HIV/AIDS patients. Symptoms of candidiasis may be
asymptomatic, the most common symptom is mouth discomfort and burning, white plaques, altered
taste sensation, and difficulty swallowing liquids nor solids. A definitive diagnosis of oropharingeal
candidiasis is made by the presence of Candida species on examination of scraping from potassium
hydroxide (KOH) slide preparation. The most common drug prescribed to treat candidiasis is azole,
but many therapeutic failure because of HIV/AIDS patients has decreased immune system due to low
CD4+ cell count, long term use azoles and isolates caused of Candida albicans, hence the best
therapeutic is increase of imunity HIV/AIDS patients with antiretroviral treatment.
863
Cakradonya Dent J 2015; 7(2):807-868
864
Cakradonya Dent J 2015; 7(2):807-868
sangat rentan terhadap kandidiasis. Demikian yaitu kandidiasis orofaring, esofagus dan
juga halnya pada penderita HIV.11,12 vulvovagina. Kandidiasis orofaring adalah
Untuk menginvasi lapisan mukosa hifa manifestasi yang pertama kali muncul dan
Candida albicans memiliki kemampuan untuk secara umum terdapat pada mayoritas pasien
menempel erat pada epitel manusia dengan HIV/AIDS yang tidak diobati.11,12
perantara protein dinding hifa (Hyphal wall Pada beberapa bulan sampai tahun
protein/Hwp1), hal ini dimungkinkan karena setelah terinfeksi virus HIV muncul infeksi
protein ini memiliki susunan asam amino oportunistik berupa kandidiasis orofaring yang
mirip dengan substrat transaminase keratinosit mungkin merupakan suatu tanda atau indikasi
mamalia sehingga diikat dan menempel pada dari kehadiran/munculnya virus HIV,
sel epithelial. Selain itu pada jamur ini walaupun pada umumnya tidak berhubungan
terdapat mannoprotein yang mirip integrin dengan keadaan umum pasien. Secara klinis
vertebrata sehingga jamur mampu menempel kandidiasis orofaring adalah penting untuk
ke matriks ekstraseluler seperti fibronektin, mencurigai adanya infeksi virus HIV.
kolagen, dan laminin. Hifa juga mengeluarkan Kandidiasis orofaring pada pasien AIDS tidak
proteinase dan fosfolipase yang mencerna sel berespons dengan pengobatan atau dengan
epitel inang sehingga invasi lebih mudah upaya peningkatan gizi (pemberian gizi yang
terjadi.11–13 adekuat) dan dapat menyebar ke
Beberapa faktor virulensi Candida esofagus.11,12,14
albicans antara lain kemampuan adhesi, Kandidiasis secara umum mudah dilihat
kemampuan mengubah diri secara cepat dari pada palatum mole. Pada awalnya dapat pula
ragi ke hifa, memproduksi enzim hidrolitik terlihat lesi pada sepanjang perbatasan
(proteinase asam dan fosfolipase), perubahan ginggival. Kandidiasis persisten berupa
fenotip dan ketidakstabilan kromosom, variasi eksudat berwarna putih yang sering disertai
antigenik, mimikri, dan produksi toksin.11 dengan eritematous pada mukosa.11,12
Terdapat hubungan yang jelas antara Gejala kandidiasis orofaring berupa rasa
kandidiasis oral dan pengaruh faktor sakit terbakar, sensasi rasa yang berubah atau
predisposisi lokal dan umum. Faktor gangguan mengecap, dan kesukaran untuk
predisposisi lokal yang mampu untuk menelan makanan cair atau padat. Pada
mempromosikan pertumbuhan kandida atau banyak pasien dapat asimptomatik.
mempengaruhi respons imun oral mukosa. Kebanyakan kandidiasis orofaring terdiri dari
Faktor predisposisi umum biasanya 3 bentuk, yaitu pseudomembran (berupa plak
berhubungan dengan status imun dan endokrin berwarna putih pada mukosa bukal, gusi atau
pasien.11,13 lidah), eritematosa dan cheilitis angularis atau
Faktor inang yang menyebabkan infeksi hiperplastik kronis kandidiasis (leukoplakia,
baik lokal maupun invasif oleh Candida cheilitis pada sudut mulut).11,14
albicans antara lain pemakaian antibiotika Kandidiasis pseudomembran (Gambar
karena menyebabkan proporsi jamur 1) merupakan infeksi kandida klasik yang
meningkat, kapasitas imun inang yang membentuk plak putih ukuran 1–2 cm atau
menurun akibat lekopenia dan pemberian lebih luas di mukosa mulut. Infeksi ini
kortikosteroid, atau pada AIDS karena fungsi biasanya menampilkan membran yang melekat
sel T yang terganggu. Faktor lain seperti longgar yang terdiri dari organisme jamur dan
pemakaian protesa gigi, gangguan fungsi debris sellular yang meninggalkan sebuah
kelenjar liur, steroid inhalasi, merokok, dan peradangan, terkadang area kemerahan atau
gangguan nutrisi juga dapat menjadi faktor perdarahan jika pseudomembran
risiko terjadinya kandidiasis.13,14 dihilangkan.11,14
Gejala Klinis
Kandidiasis oral kadang-kadang dapat
terjadi tanpa gejala, gejala yang paling umum
adalah rasa tidak enak dan terbakar pada mulut
serta perubahan rasa. Kandidiasis oral
tergolong dalam kandidiasis mukokutan.
Kandidiasis mukokutan pada pasien
HIV/AIDS terdiri atas tiga bentuk antara lain: Gambar 1. Kandidiasis pseudomembran11
865
Cakradonya Dent J 2015; 7(2):807-868
866
Cakradonya Dent J 2015; 7(2):807-868
Manifestasi
Terapi Pilihan Terapi Alternatif
Klinis
• Nistatin drop 4–5 x kumur 500.000 U • Itrakonazol suspensi 200 mg/hari saat
Kandidiasis sampai lesi hilang (10–14 hari) perut kosong
orofaring • Flukonazol oral 1x100 mg selama 10–14 • Amfoterisin B IV 0,3 mg/kgBB
hari
• Flukonazol oral 200 mg/hari sampai 800 • Amfoterisin B IV 0,3 mg/kgBB
Kandidiasis mg/hari selama 14–21 hari
esofagus • Itrakonazol suspensi 200 mg/hari selama
14–21 hari
mengalami kegagalan terapi dengan golongan • Sebaiknya gunakan sikat gigi yang lembut
azol, hal ini disebabkan karena pada pasien agar mencegah terjadinya trauma di mulut.
HIV/AIDS mengalami penurunan sistem • Menasehati pasien untuk berkumur-kumur
kekebalan tubuh akibat limfosit T CD4+ yang agar sisa makanan terangkat sebelum
rendah, penggunaan preparat azol jangka lama, menggunakan obat hisap atau cairan.
dan disebabkan isolat C. albicans. Kadar • Mengingatkan pasien agar menghindari
hambat minimal flukonazol terhadap C. makanan atau minuman yang sangat panas
glabrata 16–46 kali lebih tinggi dibandingkan atau sangat pedas.
terhadap C. albicans, sehingga dianjurkan • Pasien kandidiasis yang menggunakan
penggunaan flukonazol dengan dosis yang protesa sebaiknya melepaskan protesa
lebih tinggi. Sedangkan kadar hambat minimal sebelum menggunakan obat topikal seperti
flukonazol pada C. kruseii sangat tinggi klotrimazole atau nistatin. Apabila prostesis
sehingga flukonazol tidak dapat digunakan.12,15 dilepas gunakan cairan klorhexidin untuk
membersihkannya.
Profilaksis • Pada wanita hamil atau wanita yang akan
Tidak ada terapi profilaksis untuk hamil hindari penggunaan obat derivat azol
kandidiasis yang dianjurkan pada pasien (seperti flukonazol, itrakonazol,
HIV/AIDS, namun pada kasus yang berat atau vorikonazol) karena dapat menyebabkan
rekurens dapat dipertimbangkan pemberian gangguan skeletal dan abnormalitas
flukonazol oral 1x100–200 mg atau kraniofasial pada janin.
itrakonazol oral 1x200 mg. Terapi yang
• Setiap pasien sebaiknya menyimpan atau
terbaik adalah dengan meningkatkan
menyediakan cadangan obat solusion oral
kekebalan tubuh dengan terapi antiretroviral
(misalnya di lemari pendingin)
(ARV). Terapi rumatan diberikan pada pasien
dengan respon imun yang baik atau sudah
Prognosis
mendapatkan terapi ARV dan kadar CD4+ Prognosis dan beratnya kandidiasis
sudah mengalami peningkatan ≥200 sel/µL.
orofaring sangat bervariasi antara satu pasien
Pada pasien dengan kandidiasis orofaring
dengan pasien lainnya dan pada setiap pasien
refrakter yang tidak respons dengan terapi
juga bergantung pada kondisi klinis
ekinokandin intravena dapat
berikutnya. Prognosis penyakit ini juga
direkomendasikan posakonazol atau
bergantung pada beratnya penyakit infeksi
vorikonazol sampai imun membaik karena
yang menyertai. Umumnya prognosis baik
angka kekambuhan yang tinggi.15,16
pada pasien yang telah diberikan terapi baik
secara topikal atau sistemik, akan tetapi infeksi
Edukasi ini bisa mengalami kekambuhan. Ini
Selain terapi profilaksis, beberapa hal
bergantung pada kondisi dari pasien itu sendiri
yang perlu diedukasikan kepada pasien adalah
seperti berkurangnya produksi kelenjar ludah
sebagai berikut:15
atau pengaruh imunosupresi yang tidak
• Anjurkan pasien untuk menjaga kesehatan baik.12,14,15
mulut dengan menyikat gigi setiap hari
khususnya setelah makan.
867
Cakradonya Dent J 2015; 7(2):807-868
868