Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH TIMUR TENGAH

“MASA KEJAYAAN DINASTI UMAYYAH DAN DINASTI ABBSIYAH”


DOSEN PENGAMPU : Drs. Ponirin, M.Si

Disusun Oleh : Kelas C Reguler 2019

Lia Agustia Putri (3193321022)


Bornok Hotmatua Situmeang (3193121027)
Theresia Br. Sinuraya (3192421023)
Owen Permanenta Sembiring (3193121009)
Zulia Khairani (3193121013)
Tiara Salsabil (3191121001)
FAKULTAS ILMU SOSIAL

PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

T.A 2020\2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiah merupakan dinasti yang berdiri setelah
berakhirnya masa Khulafaurrasyidin, yang diawali dengan Dinasti Umyyah, setelah
Dinasti tersebut runtuh, Dinasti yang lain pun merebut kekuasaan, yaitu Dinasti
Abbasiyah. Kedua dinasti ini menggunakan system monarki, atau pemilihan pemimpin
berdasarkan keturunan, tidak seperti masa Khulafaurrasyidin yang memilih pemimpin
secara Demokratis
2. Rumusan Masalah
a. Bagiamana perkembangan kemajuan Dinasti Umayyah dan Abbasiyah?
b. Dalam bidang apa saja yang berhasil mereka kembangkan?
3. Tujuan
a. Memahami sejarah perkembangan Dinasti Umayyah dan Abbasiyah
b. Mengetahui bidang apa saja yang berhasil dikembangkan oleh Dinasti Umayyah
dan abbasiyah
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang..............................................................................................
2. Rumusan Masalah.........................................................................................
3 Tujuan Masalah.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. Dinasti Umayyah..........................................................................................
2. Kemajuan yang dicapai.................................................................................
3. Sistem Pendidikan........................................................................................
4. Kemunduran/Runtuhnya Dinasti Umayyah..................................................
5. Dinasti Abbasiyah.........................................................................................
6. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah..........................................................
7. Perkembangan Politik...................................................................................
8. Perkembangan Ekonomi...............................................................................
9. Bidang Administrasi.....................................................................................
10. Ilmu-Ilmu Pada Dinasti Abbasiyah............................................................
11. Pengaruh Turki, Persia, dan Byzantium.....................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB II

PEMBAHASAN

A. DINASTI UMAYYAH

Dinasti Umayah adalah periode pemerintahan Islam yang ketiga setelah masa Rasul dan
Khulafa Rasyidin. Sebagaimana diketahui dalam sejarah Islam, Dinasti Umayyah berdiri akibat
perebutan kekuasaan antara keluarga Umayyah dan keluarga Ali bin abi Thalib dalam peristiwa
tahkim (arbitrase).Akibat perebutan kekuasaan ini, kaum muslimin terpecah ke dalam tiga
golongan, yaitu:

 Kelompok yang berpihak pada Ali dan mempertahankan Khilafah syar’iyyah. Mereka
adalah penduduk Iraq dan Hijaz.
 Kelompok Mu’awiyah yang terdiri dari penduduk Syam.
 Kelompok ketiga adalah yang tidak berpihak pada keduanya dan membentuk kelompok
tersendiri dan menamakan diri dengan al-Khawarij. Mereka menempati sebelah timur
Iraq.

Setelah berhasil merebut kekuasaan, Muawiyah menerapkan sistem baru dalam


pemerintahannya yang berbeda dengan system sebelumnya. Ia menerapkan pemerintahan
monarkhi yaitu kekuasaan turun menurun di kalangan keluarganya. Muawiyah mengadopsi
system kekaisaran Persia dan Binjantium. Khilafah Bani Umayah berkuasa selama kurun 661-
750 M/41 H-132 H dengan 14 orang khalifah, dimulai dari Muawiyah bin Abi Sufyan dan
diakhiri oleh Marwan bin Muhammad.

Adapun masa pemerintahan dinasti umayyah di klasifikasikan sebagai berikut:

a. Pengambil Alih Kekuasaan

Implementasi dari terjadinya perang shiffin berimplikasi terhadap pergulatan politik di


dunia Islam, dan terjadinya persang shiffin tersebut diawali dari terjadinya polemik antara Ali
Bin Abi Thalib dan Muawiyah. Padahal jika ditinjau dari garis keturunan keduanya masih satu
garis keturunan. Dalam peristiwa inilah Ali Bin Abi Thalib mengalami kekalahan secara politik
dari pihak muawiyah dengan perantara jalan arbitrase (tahkim) sehinga kekalahan Ali secara
politis ini mampu dimanfaatkan oleh Muawiyah yang mendapat kesempatan untuk mengangkat
dirinya sebagai khalifah sekaligus Raja. Selain kesepakatan arbitrase menimbulkan dianggap
merugikanbagi pihak Ali r.a itu sendiri, juga menimbulkan polemic perpecahan dikalangan umat
Islam itu sendiri yang diawali oleh keluarnya sejumlah besar pendukung dan simpatisan Ali r.a
dalam menentang terhadap keputusan Ali, (Golongan khawarij)

b. Pembentukan Dinasti Umayyah

Pemerintahan dinasti Umayyah berasal dari nama Umaiyah ibn Abu Syam ibn Abdi
Manaf, pemerintahan ini berkuasa selama selama kurang lebih 91 tahun (41-132 atau 661-750
M) dengan 14 orang khalifah mereka Yaitu: Muawiyah (41-60 H / 661-679 M), Yazid I / (60-64
H / 680-683 M), Muawiyah II (64H / 683 M), Marwan (64-65 H / 683-684 M)22, Abdul Malik
(65-86 H / 684-705 M) , Al Walid (86-98 H / 705-714 M)23, Sulaiman (96-99 H / 615-717 M),
Umar bin Abdul Aziz (99-101 H / 717-719 M), . Yazid II (101-105 H / 719-723 M), Hisyam
(105-125 H /723-742 M), Al Walid II (125-126 H / 742-743 M), Yazid III (126 H / 743 M),
Ibrahim (126-127 H / 743-744 M), Marwan II (127-132 H / 744-749 M)

Dari sekian banyak khalifah yang berkuasa pada masa dinasti Umayyah hanya beberapa
khalifah saja yang dapat dikatakan khalifah besar yaitu Muawiyah ibn Abi Soyan, Abd al Malik
ibn Marwan, Al Walid ibn Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dan Hasyim ibn abd al
Malik.Pada awalnya pemerintahan Dinasti Umayyah bersifat demokrasi lalu berubah menjadi
feodal dan kerajaan. Pusat pemerintahannya bertempat di kota Damaskus, hal itu hal ini
dimaksudkan agar lebih mudah memerintah karena Muawiyah sudah begitu lama memegang
kekuasaan di wilayah tersebut serta ekspansi territorial sudah begitu luas.
Kemajuan yang Dicapai

Secara umum kemajuan dan perubahan yang dilakukan pada masa Dinasti Umayyah
sudah disinggung pada pembahasan di atas. Namun untuk lebih jelasnya maka penulis akan
menguraikan hal-hal yang telah dilakukan oleh seluruh khalifah yang berkuasa pada waktu itu, di
antaranya adalah :

I. Pemisahan Kekuasaan
Pemisahan kekuasaan antara kekuasaan agama (Spiritual power) dengan kekuasaan politik
(temporal power). Muawiyah bukanlah seorang yang ahli dalam soal-soal keagamaan, maka
masalah keagamaan diserahkan kepada para ulama.

II. Pembagian wilayah

Pada masa khalifah Umar ibn Khattab terdapat 8 propinsi, maka pada masa Dinasti Umayyah
menjadi 10 propinsi dan tiap-tiap propinsi dikepalai oleh seorang gubernur yang bertanggung
jawab langsung kepada Khalifah. Gubernur berhak menunjuk wakilnya di daerah yang lebih
kecil dan mereka dinamakan ‘amil.

III. Bidang administrai pemerintahan


 Dinasti umayyah membenyuk beberapa diwan (Departemen) yaitu :
Diwan al Rasail, semacam sekretaris jendral yang berfungsi untuk mengurus surat-
surat negara yang ditujukan kepada para gubernur atau menerima surat-surat dari
mereka;
 Diwan al Kharraj, yang berfungsi untuk mengurus masalah pajak.
 Diwan al Barid, yang berfungsi sebagai penyampai berita-berita rahasia daerah
kepada pemerintah pusat;
 Diwan al Khatam, yang berfungsi untuk mencatat atau menyalin peraturan yang
dikeluarkan oleh khalifah;
 Diwan Musghilat, yang berfungsi untuk menangani berbagai kepentingan umum.
IV. Organisasi Keuangan Percetakan uang dilakukan pada masa khalifah Abdul Malik ibn
Marwan, Walaupun pengelolaan asset dari pajak tetap di Baitul Mal
V. Organisasi Ketentaraan Pada masa ini keluar kebijakan yang agak memaksa untuk
menjadi tentara yaitu dengan adanya undang-undang wajib militer yang dinamakan
‘Nidhomul Tajnidil Ijbary”
VI. Organisasi Kehakiman Kehakiman pada masa ini mempunyai dua ciri khas yaitu:
a. Seorang qadhi atau hakim memutuskan perkara dangan ijtihad;
b. Kehakiman belum terpengaruh dengan politik.
VII. Bidang Sosial Budaya Pada masa ini orang-orang Arab memandang dirinya lebih mulia
dari segala bangsa bukan Arab, bahkan mereka memberi gelar dengan “Al Hamra”.
VIII. Bidang Seni Dan Sastra Ketika Walid ibn Abdul Malik berkuasa terjadi penyeragaman
bahasa, yaitu semua administrasi negara harus memakai bahasa Arab.
IX. Bidang Seni RupaSeni ukir dan pahat yang sangat berkembang pada masa itu dan
kaligerafi sebagai motifnya.
X. Bidang ArsitekturTelah dibangunnya Kubah al Sakhrah di Baitul Maqdia yang dibangun
oleh khalifah Abdul Malik ibn Marwan.

Mencermati sekilas tentang kemajuan yang telah dicapai oleh Dinasti Umayyah mengandung
pesan yang dapat kita tangkap disini bahwa ketika pemerintah mempunyai kemauan yang keras
untuk membangun negaranya maka rakyat yang dipimpinya akan mendukung semua program
pemerintah tersebut.
Sistem Pendidikan yang Diterapkan pada Dinasti Umayyah

Secara essensial pendidikan Islam pada masa dinasti umayyah kurang begitu diperhatikan,
sehingga sistem pendidikan berjalan secara alamiyah. walaupun sistemnya masih sama seperti
pada masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin. Pada masa ini pola pendidikan telah berkembang,
sehingga peradaban Islam sudah bersifat internasional yang meliputi tiga Benua, yaitu sebagian
Eropa, sebagian Afrika dan sebagian besar Asia yang kesemuanya itu di persatukan dengan
bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara. Dengan kata lain Periode Dinasti Umayyah ini
merupakan masa inkubasi. Dimana dasar-dasar dari kemajuan pendidikan dimunculkan,
sehingga intelektual muslim berkembang

Adapun Corak pendidikan pada Dinasti Umayyah yang dikutif dari Hasan Langgulung yaitu;

1. Bersifat Arab dan Islam tulen

Artinya pada periode ini pendidikan masih didominasi orang-orang arab, karna pada saat itu
unsur-unsur Arab yang memberi arah pemerintahan secara politis, agama dan budaya. Meskipun
hal ini tidak semuanya diterapkan pada semua pemerintahan Dinati Umayyah hal ini terbukti
dengan masa Muawiyah yang membangun pemerintahannya yang mengadopsi kerangka
pemerintahan Bizantium, dan dalam bidang keilmuan lainnya yang mengadopsin sebagai dari
negara-negara taklukan.
2. Menempatkan pendidikan dan penempatan birokrasi lainnya, yang sebagai ditempati oleh
orang-orang non-muslim dan non-arab.
3. Berusaha Meneguhkan Dasar-Dasar Agama Islam yang Baru MunculHal ini berawal dari
pandangan mereka bahawa Islam adalah agama, negara, sekaligus sebagai budaya, maka
wajar dalam periode ini banyak melakukan penaklukan wilayah-wilayah dalam rangka
menyiarkan dan memperkokoh ajaran Islam. Hal ini terbukti ketika pada masa pemerintahan
Umar bin abd Aziz pernah mengutus 10 orang ahli fikih ke Afrika utara untuk mengajarkan
anak-anak disana.
4. Perioritas pada Ilmu Naqliyah dan Bahasa. Pada periode ini pendidikan Islam
memprioritaskan pada ilmu-ilmu naqliyah seperti baca tulis al-Quran, pemahaman fiqih dan
tasyri, kemudian dengan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ilmu-ilmu tersebut yaitu ilmu
bahasa, seperti nahwu, sastra. Meskipun pada gilirannya terdapat juga penekanan pada ilmu-
ilmu aqliyah, hal ini terbukti dengan munculnya aliran-aliran theologies dan filsafat pada
masa ini.
5. Menunjukan bahan tertulis pada bahasa tertulis sebagai bahan media komunikasi

Kemunduran dan Runtuhnya Dinasti Umayyah

Dinasti Umayyah mengalami kemajuan yang pesat hanya pada dasawarsa pertama
kekuasaannya, sedangkan pada tahun berikutnya sudah mengalami kemunduran. Kemajuan yang
terjadi pasa masa pemerintahan Muawiyah sampai kepada Hisyam.Adapun beberapa faktor
penyebab kemunduran dinasti umayyah adalah :

 Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan. Pengaturannya tidak jelas sehingga
menyebabkan persaingan yang tidak sehat di lingkungan keluarga kerajaan;
 Adanya gerakan oposisi dari pendukung Ali dan Khawarij baik yang dilakukan secara
terbuka maupun secara tertutup. Hal ini banyak menyedot perhatian pemerintah ketika itu;
 Timbulnya permasalahan sosial yang menyebabkan orang non Arab dan suku Arabia Utara
sehingga Dinasti Umayyah kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan;
 Sikap hidup mewah di kalangan keluarga istana dan perhatian terhadap masalah keagamaan
sudah berkurang;
 Adanya kekuatan baru yang digalang oleh keturunan al Abbas ibn Abd al Muthalib sehingga
menyebabkan keruntuhan kekuasaan Dinasti Umayyah. Gerakan ini didukung penuh Bani
Hasyim dan golongan Syiah serta kaum Mawali yang di nomor duakan ketika pemerintahan
Bani Umayyah

A. Daulah Abbasiyah

Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Latar belakang berdirinya daula ini ialah karena runtuhnya daulah Umayyah di
Damaskus. Maka muncul upaya untuk mencari pemimpin islam dari Abbasiyah. Propaganda
yang mereka lakukan banyak menerima simpati dari masyarakat utamanay dari kalangan Syi”ah
karena bernuansa keagamaan. Nama Abbbasiyah ini diambil dari nama seorang nabi yang
bernama Al-Abbas ibn Al-Mhutalib ibnibn Hisyam. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-saffah
Ibnu Muhammad ibn ALI Ibn Abdullah Ibn al-Abbas. Orang-oran ini merasa lebih berhak atas
islam daripada bani ummayah, karena mereka merupakan keturunan hasyim yang sangat dekat
dengan nabi. Mereka melakukan pergerakan luar biasa dalam merebut kekuasaan dari dinasti
ummayah. Kekuasaan dinasti ini berlangsung sekitar lima abad sejak tahun 750-1258 M. Mereka
meruntuhkan dinasti ummayah dengan cara membunuh Marwan sebagai khalifahnya. Lalu
ketika Abbas menjabat khalifa ia diberi gelar al-saffah yang berarti pembunuh atau peminum
darah, hal ini karena ia membunuh orang-orang penting dari dinasti Ummayah.

Masa kekuasaan dinasti ini mencapai kejayaan dan kemegahan yang tidak ada
tandinganya pada abad pertengahan, kecuali mungkin oleh konstatinopel menjadi pewaris
kekuatan dan prestise kota Ctesiphon,Babilo,Nincech,Ur dan ibukota bangsa-bangsa timur. Lalu
pada masa kekuasaan khalifa Al-Mahdi perekonomian dinasti ini mulai membaik. Pertanian
mereka mulai menggunakan irigasi sehingga hasil panen seperti gandum, kuram dan yang
lainnya semakin melimpah, lalu begitu juga dengan hasil tambangnya berup emas. Lalu Basriah
mereka jadikan sebagai pelabuhan yang sangat penting kala itu. titik tertinggi yang pernah
dicapai oleh dinasti ini ialah dengan menguasai Raqqah tepi sungai efrat,asia kecIl, heraclea dan
tyna pada 806.
Perkembangan Politik

Sejarah mencatata islam mencapai kejayaan dan memimpin peradaban dunia pada masa
kekuasaan Daulah Abbasiyah. Seperti yang diterangkan orang Jurji Zaidan yang
menggambarkan bahwa Daulah Abbasiyah merupakan zaman dimana umat islam telah sampai
pada puncak kemuliaan, baik kekayaan,kemajuna dan kekuasaan. Ilmu-ilmu juga banyak lahir di
zaman ini. Daulah Abbasiyah ini berkuasa sekitar lima abas mulai dari 132h/750-656h/128m.
Untuk melihat pemerintahan yang panjang di sana, maka dibuat periodisasi dalam
memahaminya, periodisasi itu dibagi menjadi dua yaitu periodisasi pertama dan kedua. Di
periode pertama ini menggambarkan bagaimana perkembangan perkembangan di setiap bidang
masih menunjukkan grafik vertikal, stabil dan dinamis. Sedangkan pada periode kedua
menunjukkan bagaimana kejayaan itu terus merosot hingga datangnya pasukan Tartar yang
menghancurkan Daulah Abbasiyah. Dalam periode pertama kebijakan politik yang dilakukan
ialah memindahkan ibukota negara, kedua memusnahkan keturunan banu Ummayah, ketiga
merangkul orang-orang persia, kemepta menumpas pemberontakan-pemberontakan, kelima
menghapus politik kasta, dan yang keenam ialah kebijakan luar negeri. Pada periode kedua
kekuasaan Abbasiyah ini mulai menurun, karena negara-negara bagian tidak peduli lagi dengan
pemerintah pusat, wilayah-wilyah kekuasaanya secara politik sudah tercerai berai dan kekuatan
kekuatan militer pun tidak kuta lagi. Dan pada akhirnya ketika keadaan sangat kacau, maka
datanglah pasukan Hulako Khan dengan tentara tartarnya untuk menghancurkan daulah
Abbasiyah.

Perkembangan Ekonomi

Pada masa pemerintaha Banu Abbasiyah,pertumbuhan ekonomi dikatakan cukup stabil


dan menunjukkan angka vertikal. Uang masuk mereka juga lebih banyak daripada uang keluar.
Kue nasional membengkak dari belanja negara. Pada permulaag Abbasiyah para khalifa menaruh
perhatian terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan negara, mulai dari sektor pertanian,
industri dan perdagangan. Di sektor pertanian usaha-usaha yang dilakukan ialah memperlakukan
al Zimmah dan mawali dengan perlakuan baik dan adil, serta menjami hak milik dan jiwa
mereka, sehingga mereka kembali bertani di seluruh penjuru negeri. Lalu bersikap tegas terhadap
penjabat yang kejam kepada petani, kemudian memperluaa wilayah pertanian, membangun
sarana perhubungan ke daerah-daerah pertanian, dan membangun bendungan dan saluran irigasi.

Dalam bidang industri mereka membangun tempat-tempat industri di seluruh wilayah.


Perindustrian terbesar mereka berasal dari tambang, seperti emas, tembaga, senk dan yang
lainnya. dengan tempat industri itu maka banyak wilayah yang terkenal dengan industrinya
seperti Basrah dengan industri sabun, kufah dengan industri suteranya dan yang lainnya. lalu di
sektor perdagangan. Kota-kota besar seperti baghdad dan damaskus menjadi kota dengan
perdagangan yang besar di dunia. Lalu sungai tigris sebagai pelabuhan transmisi bagi kapal-
kapal dagang dari berbagai penjuru dunia. Lalu untuk menghindari terjadinya penyelewenga di
bidang perdagangan, maka khalifa Harun membentuk satu badan khusus yang bertugas
mengawasi pasaran dagagng, mengatur ukuran timbangan, menentukan harga pasar, atau dengan
kata lain mengatur politik harga.

Bidang Administraasi

Administrasi di kekuasaan ini tidak jauh berbeda dengan kekuasaan ummayah,namun


pada masa ini telah mengalami kemajuaan-kemajuan ,perbaikan dan penyempurnaan. Secara
umum kendali pemerintah dipegang oleh Khalifa sendiri. Urusan sipil dipegang menteri (wazir),
hukum diserahkan kepada hakim (qadi), dan militer dipegang oleh jendral ( amir). Sistem
pemerintahanya bersifat sentral. Dalam keadaan darurat, khalifa sering menyerahlan pemerintaha
kepada panglima besar angkatan perang dan diberi gelar Amirun al-Umara.

Ilmu-Ilmu Islam pada Dinasti Abbasiyah

Ilmu islam yang ada pada masa ini banyak sekali ilmu-ilmu yang lahir baik ilmu islam
maupun ilmu yang lainnya, ilmu-ilmu antara lain ialah ilmu tafsir,ilmu hadits, ilmu kalam,ilmu
tasawuf, ilmu bahasa, ilmu fiqh, ilmu kedokteran, ilmu perbintangan, lalu filsafat islam, dan ilmu
sejarah.

Pengaruh Turki,Persia,dan Byzantium

Orang-orang persia sudah ada bersama banu abbsaiyah mulai dari mereka melakukan
propaganda terhadap banu ummayah. Lalu pada masa ini orang persai juga tergabung dalam
barisan tentara bersama-sama dengan orang arab. Dan pengaruh yang juga sangat nyata ialah
penggunaan gelar-gelar khalifa yang menunjukkan arti sebagai khalifah allah. Pengaruh lainnya
menggunakan hari tahun baru orang persia. Lalu pengaruh bangsa turki, pertama mereka datang
sebagai pekerja. Lalu lama kelamaan merekaa menanamkan pengaruh, mereka memberi
pengaruh di bidang pemerintahan dan juga dalam peradaban bagi banu abbasiyah. Lalu pengaruh
dari Byzantium, dari hasil yang ada pengaruh dari byzantium ini lebih mengarah kepada
peperangan antara kedua pihak.
BAB III

PENUTUP
 Kesimpulan
Pada kedua Dinasti, baik Dinasti Umayyah maupun Dinasti Abbasiyah, memiliki kemajuan
pada masanya masing-masing, baik dalam system pendidikan, system politik, system ekonomi,
serta melakukan perluasan wilayah, perluasan wilayah besar-besaran dilakukan pada masa
Dinasti Umayyah, sedangkan pada masa Dinasti Abbasiyah mereka lebih focus terhadap bidang
Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Muhammad. PENGARUH PERSIA, TURKI DAN BYZANTIUM PADA PERADABAN


BANI ABBASIYAH. Palembang. UIN Raden Fatah. 2013.

Farah, Naila. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN ADMINITRASI PADA MASA BANI


UMAYYAH DAN BANI ABBASIYAH. Cirebon. IAIN Syekh Nurjati. 2000.

Mahroes, Serli. Kebangkitan Pendidikan Bani Abbasiyah Perspektif Sejarah Pendidikan Islam.
Bandung. Jurnal Tariyya. 2015.

Anda mungkin juga menyukai