Anda di halaman 1dari 18

SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

Disusun Oleh :

Joshua Valentino (5192431001


Rajab Nasution (

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

APRIL 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmatNya penyusunan makalah yang berjudul “ sistem pentanahan jaringan

distribusi ini selesai tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak

kekurangan atau masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan

dan wawasan penyusun. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini. Penyusun berharap

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat membantu

memahami materi dalam proses pembelajaran.

Akhir kata penyususn mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Batam, Mei 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

Judul

Kata pengantar .................................................................................................. i


Daftar isi ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ....................................................................... 1

1.2 Identifikasi masalah............................................................... 1


1.3 Batasan masalah……………………………………………. 1

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 persyaratan sistem pentanahan…….................................................. 2

2.2 Tujuan sistem Pentanahan......................................................... 2

BAB III PEMBAHASAN


3.1 sistem pentanahan netral……………………………………… 5
3.2 metode pentanahan tititk netral………………………………. 8
3.3 metode pentanahan distribusi………………………………… 10
3.4 komponen utama system pentanahan………………………… 12

BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada system tenaga yang semakin besar dengan panjang saluran dan besarnya
tegangan, akan menimbulkan arus gangguan yang semakin besar pula.( diatas 5A )
Dengan demikian apabila terjadi gangguan tanah makin besar dan busur listrik tidak
dapat padam dengan sendirinya. ditambah lagi gejala-gejala busur tanah atau
'arcing grounds' semakin menonjol. Gejala busur tanah adalah suatu proses terjadinya
pemutusan (clearing) dan pukulan balik (restriking) dari busur listrik secara berulang-
ulang. ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan tegangan lebih transien yang
tinggi yang dapat merusak peralatan.

Oleh karena pada sistem-sistem tenaga relatif besar, sistem tidak lagi dibiarkan
terapung atau system delta, tetapi titik netral sistem itu diketanahkan melalui
tahanan atau reaktansi. Pengetanahan itu umumnya dilakukan dengan menghubungkan
titik netral transformator daya dengan tanah.

1.2 Identifikasi masalah


Berdasarkan latar belakang di atas identifikasi masalah yang dapat disimpulkan adalah
bagaimana sistem pentanahan yang baik dan benar sesuai dengan peralatan yang
digunakan.

1.3 Batasan masalah


Untuk menghindari permasalahan yang tidak sesuai dengan harapan, maka perlu adanya
batasan-batasan permasalahan. Dalam makalah ini permasalahannya hanya pentanahan
jaringan menengah dan macam-macam metode pentanahan serta komponen pentanahan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Persyaratan Sistem Pentanahan

Sistem pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam jaringan distribusi


yang langsung rangkaiannya ditanahkan dengan cara mentanahkan badan peralatan
instalasi yang diamankan, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi, terhambatlah atau
bertahannya tegangan sistem karena terputusnya arus oleh alat-alat pengaman tersebut.
Agar sistem pentanahan dapat bekerja secara efektif, harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :

1. Membuat jalur impedansi rendah ketanah untuk pengamanan


personil dan peralatan menggunakan rangkaian yang efektif.

2. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus


akibat surja hubung (surge current)

3. Menggunakan bahan tahan terhadap korosi terhadap berbagai


kondisi kimiawi tanah. Untuk meyakinkan kontiniutas
penampilan sepanjang umur peralatan yang dilindungi.

4. Menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah


dalam pelayanannya.

2.2 Tujuan Sistem Pentanahan


Secara umum tujuan dari sistem pentanahan dan grounding pengaman adalah
sebagai berikut :

1. Mencegah terjadinya perbedaan potensial antara bagian tertentu dari


instalasi secara aman.

2. Mengalirkan arus gangguan ke tanah sehingga aman bagi manusia dan

peralatan.

3. Mencegah timbul bahaya sentuh tidak langsung yang menyebabkan


tegangan kejut.

Sistem pentanahan dapat dibagi dua :

1. Pentanahan Sistem (netral) berfungsi :

a. Melindungi peralatan / saluran dari bahaya kerusakan yang


diakibatkan oleh adanya ganguan fasa ke tanah

b. Melindungi peralatan / saluran dari bahaya kerusakan isolasi yang


diakibatkan oleh tegangan lebih

c. Untuk keperluan proteksi jaringan

d. Melindungi makhluk hidup terhadap tegangan langkah (step


voltage)

2. Pentanahan Umum Berfungsi

a. Melindungi mahluk hidup dari tegangan sentuh

b. Melindungi peralatan dari tegangan lebih.

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Sistem Pentanahan Netral

Pada sistem-sistein yang tidak diketanahkan atau pada sistem delta, arus gangguan
itu tergantung dari impedansi kapasitif Za, Zb dan Zc, yaitu impedansi kapasitif masing-
masing kawat-fasa terhadap tanah, (Gambar 1a). Bila sistem itu diketanahkan arus
gangguan itu tidak lagi tergantung pada impedansi kapasitif kawat-kawat tetapi juga
tergantung pada impedansi alat pengetanahan dan transformatornya, (Gambar 1b).

Gambar 1a. Sistem tanpa grounding Gambar 1.b. Sistem dengan


grounding

Jadi dengan mengetanahkan titik netral system, arus gangguan jelas menjadi
lebih besar dibandingkan dengan arus gangguan pada sistem delta, namun sebaliknya
membatasi tegangan pada fasa-fasa yang tidak terganggu. Jadi di dalam menentukan
impedansi pengetanahan itu harus diperhatikan hubungan antara besar arus gangguan
dan tegangan yang mungkin timbul.

3.2 Metode Pentanahan Titik Netral

1. Pentanahan Netral Langsung

Pengetanahan ini ialah apabila titik netral trafo kita hubungkan langsung ketanah,
pada system ini bila terjadi gangguan kawat ketanah akan mengakibatkan terganggunya
kawat dan gangguan ini harus diisolasi dengan memutus Pemutus daya ( PMT /
CB ). Tujuannya untuk mentanahkan titik netral secara langsung dan membatasi
kenaikan tegangan dari fasa yang tidak terganggu. digunakan pada sistem dengan tegangan
20 kV.
Pentanahan netral yang sederhana dimana hubungan langsung dibuat antara
netral dengan tanah .

Gambar

Sistem pentanahan netral lagsung

2. Pengetanahan dengan Tahanan

Sistem ini mempunyai tegangan lebih transien yang disebabkan oleh pemutusan
relatif rendah. Maksud pengetanahan ini adalah untuk membatasi arus gangguan ke
tanah antara 10% sampai 25% dari arus gangguan 3 fasa. Batas yang paling bawah
adalah batas minimum untuk dapat bekerjanya rele gangguan tanah, sedangkan batas
atas adalah untuk membatasi banyaknya panas yang hilang pada waktu terjadi gangguan.

Untuk membatasi arus gangguan tanah, alat pembatas arus dipasang antara
titik netral dengan tanah. Salah satu dari pembatas arus ini adalah tahanan dan tahanan.

Jika harga tahanan pentanahan tinggi sehingga komponen logging dari arus
gangguan kurang dari arus kasitif, maka kondisi sistem akan mendekati sistem netral yang
tidak ditanahkan dengan resiko terjadinya tegangan lebih.

3. Pentanahan Netral Dengan Reaktansi


Reaktor pengetanahan ini digunakan bila trafo daya tidak cukup membatasi arus
gangguan tanah. Pengetanahan ini digunakan untuk memenuhi persyaratan dari sistem
yang diketanahkan, dengan pengetanahan ini besarnya arus gangguan ketanah di atas 25%
dari arus gangguan 3 fasa, Keuntungannya dengan mengetanahkan trafo daya adalah
untuk menekan tegangan lebih transien, sehingga trafo daya dapat menggunakan isolasi
dan tipe arrester yang lebih kecil.dan mengurangi penggunaan metode pengetanahan
dengan reaktor, terutama untuk sistem-sistem di atas 115 kV.

Suatu sistem dapat dikatakan ditanahkan reatansi bila suatu impendansi yang lebih
induktif, disiipkan dalam titik netral trapo (generator) dengan tanah.

Metode ini mempunyai keuntungan dari pentanahan tahanan :

a. Untuk arus gangguan tanah maksimum peralatan reaktor lebih kecil dari resistor.

b. Energi yang disisipkan dalam reaktor lebih kecil.


3.3 METODE PENGETANAHAN SISTEM DISTRIBUSI

Pada sistem Tegangan Menengah sampai dengan 20 kV harus selalu diketanahkan


karena menjaga kemungkinan kegagalan sangat besar oleh tegangan lebih transient tinggi
yang disebabkan oleh busur tanah (arching ground atau restriking ground faults).

Pengentanahan, untuk sistem distribusi saluran udara ( SUTM ) dan sistem yang
disuplai dengan trafo dengan pengaman lebur pada sisi primer perlu memberikan arus
gangguan yang cukup untuk melebur pengaman leburnya.Dalam standart SPLN no.2
tahun 1978 ditetapkan pengetanahan Jaringan Tegangan Menengah adalah
pengetanahan netral sistem 20 kV beserta pengamannya dengan tahanan. Ditinjau dari
besarnya tahanan pentanahan, sistem pengetanahan jaringan menengah dapat diklasifikasikan
seperti berikut :

a. Pengetanahan Tahanan rendah 12 Ohm dan arus gangguan tanah maksimum tiap

Phasa 1000A

I hs= 20 KV / 1,73 = 1000 A

12Ohm

yang dipakai pada saluran kabel atau kabel tanah ( SKTM ) tegangan menengah 20
kV untuk sistem 3 phasa 3 kawat. Pengetanahan sistem ini dilakukan pada gardu-
gardu distribusi dan sambungan kabel.( Gambar 2 )

Gambar 2. Pentanahan

b. Pengetanahan Tahanan rendah 40 Ohm dan arus gangguan tanah maksimum tiap
phasa

300A.
I = 20KV/1,73=300A
40 Ω

yang dipakai pada saluran udara tegangan menengah ( SUTM ) 20 kV untuk sistem 3
phasa 3 kawat. Pengetanahan sistem ini dilakukan pada tiap-tiap tiang dengan tahanan
maksimum 20 Ohm.

C. Pengetanahan Tahanan tinggi 500 Ohm dan arus gangguan tanah maksimum tiap
phasa

25A.
20 KV / 1,73
I= = 23,12 A
500 Ohm

yang dipakai pada saluran udara tegangan menengah 20 kV untuk system 3 phasa 3
kawat.
Keunikan dari sistem ini, karena gangguan tanah sangat kecil maksimum 25 Amp
sehingga bila terjadi persentuhan kawat Tegangan menengah pada jaringan atau instalasi
Tegangan rendah, bila tahanan tanah pada instalasi mak 1 Ohm ( tegangan sentuhnya
1 x 25A = 25 Voll, tidak melebihi tegangan sentuh 50 volt yang diijinkan).
Mengingat rendahnya arus hubung singkat phasa tanah, maka sebagian besar gangguan
yang sifatnya temporer dapat bebas dengan sendirinya

3.4 KOMPONEN UTAMA SISTEM PENTANAHAN

Dalam system pentanahan komponen komponen utama yang diperlukan antara


lain elektroda pentanahan dan hantaran pentanahan.
Elektroda Pentanahan adalah penghantar yang ditanam dalam tanah dan sebagai kontak
langsung dengan tanah yang diusahakan sampai mencapai titik air tanah. Bahan elektroda
pentanahan ialah tembaga atau baja profil digalvanisir atau pipa galvanis, sedangkan ukuran
dan jenis elektroda pentanahan bermacam-macam tergantung dari lokasi dan metode
pentanahannya. Jenis elektroda pentanahan antara lain :

• Elektroda Batang / pasak yaitu elektroda dari batang logam tembaga Cu ( Cupper Rod
/ Ground Rod ) berdiamater minimum 5/8”, atau batang logam baja profil / pipa
galvanis berdiameter 1,5” yang dipancangkan tegak dalam tanah sedalam 2,75 meter.
(Gambar 7. elektroda batang)

• Elektroda pita ( strip plat ) yang dibentuk lingkaran ditanam minimum


0,5 – 1m dari permukaan tanah. ( Gambar 8 )

Gambar 8. Elektroda pita

• Elektroda plat ditanam minimum 50 cm dari permukaan tanah. ( Gambar 9 )


Gambar 9. Elektroda plat
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mengingat pentingnya sistem pengetanahan dalam suatu instalasi listrik maupun
peralatan listrik, dengan tujuan agar tercapai keandalan sistem dalam penyaluran tenaga
listrik dari pusat pembangkit sampai konsumen disamping keselamatan peralatan
terpasang dan keselamatan jiwa manusianya adalah sebagai berikut :

• mencegah terjadinyanya tegangan kejut listrik yang berbahaya untuk orang


dalam daerah tersebut

• memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya dalam


keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau ledakan
DAFTAR PUSTAKA

1. A.Aris Munandar, Dr, MSc. Dan Susumu Kawahara, Dr. Teknik Tenaga
Listrik II,
Transmisi Distribusi, Pradnya Paramita, Jakarta. Badan Standarisasi Nasional BSN,
Persyaratan
Umum Instalasi Listrik 2000 ( PUIL 2000 ) Hutahuruk.TS, Ir., 1987, Pengetanahan
Netral
Sistem Tenaga dan Pengetanahan Peralatan,Pener bit Erlangga.
Lili Tjarli.T, Ir., 1996, Buku Acuan Kontraktor
Listrik Golongan D, Materi Distribusi, PT.PLN
Kantor Pusat, Maret

Anda mungkin juga menyukai