Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan Pendamping ASI ( MP ASI )


2.1.1 Definisi Makanan Pendamping ASI
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman
yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi
kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai usia 4 bulan sampai 24
bulan. Semakin meningkat usia bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi
semakin berubah karena tumbuh kembang, kebutuhan gizi. MP-ASI
merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga
(Molika,2014).

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman


yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24
bulan, guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP-ASI merupakan
makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan
pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun
jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi (Mufida,2015).

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini adalah makanan tambahan


yang diberikan kepada bayi pada usia kurang dari 6 bulan selain air susu
ibu (ASI) (Prawesti,2016).

Jadi kesimpulannya Makanan Pendamping ASI adalah makanan dan


minuman yang diberikan kepada bayi berusia 6-24 bulan untuk
memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh kembang bayi.

10
11

2.1.2 Tujuan Pemberian MP-ASI


Menurut Molika (2014) Pada usia 6 bulan atau lebih ASI saja sudah tidak
lagi dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi, usia pemberian ASI
disarankan sesudah berumur 6 bulan atau lebih. Tujuan pemberian MP-
ASI diantaranya :
2.1.3.2 Melengkapi zat gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi yang
semakin meningkat sejalan dengan pertambahan umur anak.
2.1.3.3 Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-
macam makanan dengan berbagai bentuk, tekstur, dan rasa.
2.1.3.4 Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan
menelan.
2.1.3.5 Mencoba beradaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar
energi tinggi.

2.1.3 Jenis MP-ASI


Menurut Molika (2014) jenis MP-ASI yang dapat diberikan adalah:
2.1.3.1 Makanan Lumat
Makanan Lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring
tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan
lumat halus, contoh: bubur susu, bubur sumsum, pisang
saring/kerok, pepaya saring, tomat saring dan nasi tim saring.
2.1.3.2 Makanan Lunak
Makanan Lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak
air dan tampak berair, contoh : bubur nasi, bubur ayam, nasi tim
dan kentang puri.
2.1.3.3 Makanan Padat
Makanan Padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair
dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh : lontong, nasi
tim, kentang rebus dan biskuat.
12

Jenis dan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI


Umur Jenis Pemberian Frekuensi / hari
6-8 bulan ASI dan makanan lumat Usia 6 bulan :
(sari buah/bubr) Teruskan ASI dan
makanan lumat 2 kali
sehari
Usia 7-8 bulan :
Teruskan ASI dan
makanan lumat 3 kali
sehari
9-11 bulan ASI dan makanan Teruskan ASI dan
lembik atau cincang makanan lembik 3 kali
sehari di tambah
makanan selingan 2 kali
sehari
12-24 ASI dan makanan Teruskan ASI dan
bulan keluarga keluarga 3 kali sehari
ditambah makanan
selingan 2 kali sehari
Sumber: kemenkes, RI, 2014

Beberapa bulan terakhir, para orang tua mengenal metode pemberian


MPASI alternative yang banyak disebut di media social, yaitu baby-led
weaningI (BLW). Metode BLW diperkenalkan oleh Rapley dan Markett
pada tahun 2005. Mereka menyarankan bayi diberi “finger food”, yaitu
makanan yang dapat dipegang oleh bayi, sejak bayi berusia 6 bulan,
tanpa melalui tahap pemberian makanan berkonsistensi lunak (bentuk
puree atau lumat).
BLW atau Baby Led Weaning adalah metode pemberian MPASI dengan
cara membiarkan bayi untuk memimpin seluruh proses makan
13

menggunakan naluri dan kemampuan mereka. Dari sekitar umur tiga


bulan, bayi mulai menemukan tangan mereka, mereka melihatnya, dan
mulai menggerakkannnya di depan muka mereka, reaksi spontan pertama
adalah menggenggamnya. Sekitar umur empat bulan, bayi bisa
menggapai barang-barang yang menarik perhatiannya. Seiring dengan
semakin halus gerakkanny, bayi mulai bisa menggerakkan tangan dan
lengannya secara akurat untuk mencengkram objek menarik dan
meletakkannya ke dalam mulut. Bibir dan lidahnya sangat sensitive dan
bayi menggunakannya untuk belajar tentang rasa, tekstur, bentuk dan
ukuran benda-benda setiap harinya. Pada saat mereka berumur enam
bulan kebanyakan dari mereka dapat meraih objek yang mudah diambil,
mengambilnya dalam genggaman dan memasukkannya dengan akurat ke
dalam mulut mereka. Diantara umur enam sampai sembulan bulan,
beberapa kemampuan satu persatu berkembang. Pertama, bayi sanggup
menggigit dan menggerogoti sepotong kecil makanan dengan gusinya
(atau giginya jika sudah tumbuh). Segera setelah itu, bayi menemukan
cara untuk menahan makanan dalam mulutnya selama beberapa saat dan
setelah bayi lebih dapat mengontrol lidahnya, dia dapat menggerak-
gerakkan makanan dalam mulut dan menelannya. Bayi yang dibiarkan
makan sendiri setiap saat makan mempunyai banyak kesempatan untuk
mempraktikkan keterampilan ini dan menjadi ahli serta percaya diri
(Rapley,2008).

Jenis makanan yang diberikan pertama kali bermacam-macam ada yang


memberikan papaya, alpukat, mentega potong, pir dan wortel kukus
campuran tuna, brokoli dan oats (one dish meal), puree salmon, puree
bubur nasi, tomat iris, labu siam dan wortel kukus, jeruk, jagung semi
kukus, daging giling+kentang (one dish meal), nasi kepal, ayam rebus,
ayam goring dan sayur-sayuran kukus.
14

Bentuk makanan yang diberikan sebagian besar ibu memberikan


makanan berupa finger food atau one dish meal (gabungan segala
makanan dijadikan 1 bentuk bulat biasa terdiri dari makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, sayuran dan lemak). Selain itu makanan pertama
juga diberikan dalam bentuk puree. Adapula yang memberikan dalam
bentuk puree dan finger food.

2.1.4 Syarat - Syarat MP-ASI


Menurut Molika (2014) makanan pendamping ASI yang memenuhi syarat
adalah:
2.1.4.1 Kaya energi, protein dan mikronutrien (terutama zat besi,zink,
kalsium,vitamin A, vitamin C dan folat).
2.1.4.2 Bersih dan aman, yaitu tidak ada pathogen (tidak ada bakteri
penyebab penyakit atau organisme yang berbahaya lainnya),
tidak ada bahan kimia yang berbahaya atau toksin, tidak ada
potongan tulang atau bagian yang keras atau yang membuat anak
tersedak.
2.1.4.3 Tidak terlalu panas.
2.1.4.4 Tidak terlalu pedas atau asin.
2.1.4.5 Mudah dimakan oleh anak.
2.1.4.6 Disukai anak.
2.1.4.7 Mudah disiapkan.

2.1.5 Cara Pemberian MP-ASI


Berikut ini merupakan cara pemberian makanan pendamping asi (MP-
ASI) menurut Molika (2014) antara lain :
15

2.1.6.2 Setelah bayi berusia 6 bulan


Perkenalkan ke makanan yang padat atau di cincang halus atau
makanan bertekstur semi cair. Mulailah dengan makanan lunak
seperti biskuit yang diencerkan pakai air atau susu. Kenalkan
pula bubur susu dalam jumlah sedikit demi sedikit. Mulai
pemberian sayuran yang dijus, kemudian buah yang dihaluskan
atau dijus. Sayur dan buah yang disarankan yaitu : pisang, pir,
alpukat, jeruk.

2.1.6.3 Bayi usia 6 sampai 9 bulan


Pada usia ini, bayi pertama kalinya dikenalkan dengan makanan.
Makanan yang diberikan pada bayi antara lain, bubur susu yang
cair terbuat dari bahan tepung beras putih, tepung beras merah,
kacang hijau, dan tepung jagung sebagai sumber karbohidrat.
Perkenalkan dengan tekstur yang lebih kasar (semi padat) yaitu
bubur tim saring. Seandainya bayi menolak atau muntah, di coba
terus karena tahapan ini harus dilaluinya. Pada umur 6 bulan alat
cerna sudah lebih berfungsi, oleh karena itu bayi mulai
diperkenalkaan dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari. Jenis sayur
dan buah ynng disarankan: asparagus, wortel, bayam, sawi, bit,
lobak, mangga, blewah, timun suri, peach. Bisa juga ditambahkan
daging ayam, daging sapi, hati ayam, hati sapi, tahu dan tempe.
Berikan sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok
makan, 1 kali sehari. Berikan ASI dulu kemudian MPASI
berbentuk cairan berikan sendok dan tidak menggunakan botol
dan dot.
2.1.6.4 Bayi umur 9 sampai 12
Pada umur 10 bulan bayi diperkenalkan dengan makanan
keluarga secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi
16

harus diatur secara berangsur mendekati makanan keluarga.


Berikan makanan selingan satu kali sehari, pilihlah makanan
selingan yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang hijau dan
buah. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak dini akan
berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat di
kemudian hari.
Di usia ini biasanya gigi bayi sudah mulai tumbuh dan untuk
semakin merangsang pertumbuhan giginya, bayi bias mulai diberi
makanan semi padat seperti nasi tim. Berikan makanan selingan 1
kali sehari dengan memilih makanan yang bernilai gizi tinggi
seperti bubur kacang hijau, nuah dan lain-lain.

2.1.6.5 Bayi umur 12 sampai 24 bulan


Pada usia ini, bayi sudah bias menyantap nasi lunak dengan lauk
yang mirip seperti makanan untuk balita. Sayuran dan buah-
buahan yang boleh disantap menjadi lebih variatif. Telur sudah
boleh diberikan, , kecuali bila dimasak setengah matang, karena
telur yang direbus setengah matang akan mudah tercemar bakteri
salmonella. Sebisa mungkin, bayi jangan diberikan makanan dari
daging olahan, seperti bakso, sosis, dan nugget, kecuali bila
dibuat sendiri. Makanan olahan tersebut banyak menggunakan
sodium sebagai pengawet dan MSG sebagai penguat rasa yang
memberikan efek kurang baik untuk pertumbuhan anak.

Cara pemberian MPASI balita menggunakan teknik BLW (baby


led weaning), sebagian besar ibu tidak memiliki teknik khusus
dalam pemberian makanan, agar bayi lebih mudah makan sendiri
adalah dengan memberi contoh secara langsung dengan
melibatkan makan bersama keluarga atau ikut menemani makan.
17

Sebagian ibu ada yang melakukan teknik khusus seperti


membentuk makanan menjadi karakter lucu menggunakan
cetakan atau membuat makanan yang kaya warna seperti sayur
capcay agar makanan menjadi menarik. Sebagian ibu berhati-hati
dalam mengolah bahan makanan untuk bayinya seperti
menggunakan olive oil untuk menumis atau menggunakan
unsalted butter. Adapula ibu yang memerhatikan cara masak
dalam mempersiapkan makanan seperti mengolah sayuran dengan
cara dikukus atau ditumis dengan cepat menjaga kandungan
vitaminnya kemudian memasak makanan tinggi vitamin A,D,E,K
dengan cara digoreng karena merupakan jenis vitamin yang fat
soluble.

2.1.6 Hal yang perlu diperhatikan dalam pengenalan MP- ASI


Menurut Molika (2014) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengenalan MP-ASI adalah sebagai berikut:
2.1.7.2 MP-ASI diberikan sedikit demi sedikit, misalnya 2 – 3
sendok pada saat pertama, dan jumlahnya bisa ditambah seiring
perkembangan bayi agar terbiasa dengan teksturnya.
2.1.7.3 Pemberian MP-ASI dilakukan di sela-sela pemberian ASI dan
dilakukan secara bertahap pula.Misalnya untuk pertama 1 kali
sehari, kemudian meningkat menjadi 3 kali dalam sehari.
2.1.7.4 Tepung beras sangat baik digunakan sebagai bahan MP-ASI
karena sangat kecil kemungkinannya menyebabkan alergi pada
bayi. tepung beras yang baik adalah yang berasal dari beras
pecah kulit yang lebih banyak kandungan gizinya.
2.1.7.5 Pengenalan sayuran sebaiknya didahulukan daripada pengenalan
buah, karena rasa buah lebih manis lebih disukai bayi, sehingga
jika buah dikenalkan terlebih dahulu, dikhawatirkan akan ada
18

kecenderungan bayi untuk menolak sayur yang rasanya lebih


hambar. Sayur dan buah yang dikenalkan hendaknya dipilih yang
mempunyai rasa manis.
2.1.7.6 Hindari penggunaan garam dan gula. Utamakan memberikan
MP-ASI dengan rasa asli makanan, karena bayi usia 6 - 7 bulan
fungsi ginjalnya belum sempurna. Untuk selanjutnya, gula dan
garam bisa ditambahkan tetapi tetap dalam jumlah yang sedikit
saja.
2.1.7.7 Untuk menambah cita rasa MP - ASI bisa menggunakan kaldu
ayam, sapi atau ikan yang dibuat sendiri, serta bisajuga
ditambahkan berbagai bumbu seperti daun salam, daun bawang,
seledri.
2.1.7.8 Jangan terlalu banyak mencampur banyak jenis makanan pada
awal pemberian MP-ASI, namun cukup satu persatu saja.
Berikan dulu 2-4 hari untuk mengetahui reaksi bayi terhadap
setiap makanan yang diberikan, untuk mengetahui jika ia
memiliki alergi terhadap makanan tertentu.
2.1.7.9 Perhatikan bahan makanan yang sering menjadi pemicu alergi
seperti telur, kacang, ikan, susu dan gandum.
2.1.7.10 Telur bisa diberikan kepada bayi kepada bayi sejak umur 6
bulan, tetapi pemberiannya bagian kuning terlebih dahulu,
karena bagian putih telur dapat memicu reaksi alergi.

Yang harus diperhatikan dalam menentukan MP-ASI sebagai berikut:


a) Umur bayi
Metabolisme anak sebenarnya tidak sama dengan metabolisme orang
dewasa, hanya anak-anak lebih aktif perkembangannya, sehingga
19

untuk itu diperlukan bahan ekstra. Lebih muda usia seorang anak maka
lebih banyak zat makanan yang diperlukan untuk tiap kilogram berat
badannya.
b) Berat badan bayi
Berat badaan yang lebih maupun kurang dari pada berat badan rata-
rata untuk umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah
zat makanan yang harus diberikan supaya pertumbuhan berjalan
sebaik-baiknya.
c) Suhu Lingkungan
Suhu tubuh dipertahankan pada 36,5°C – 38°C untuk metabolisme
yang optimum. Dengan adanya perbedaan suhu antara tubuh dan
lingkungannya, maka tubuh melepaskan sebagian panasnya yang harus
diganti dengan hasil metabolisme.
d) Aktifitas
Tiap aktifitas memerlukan energi. Makin banyak aktifitas yang
dilakukan maka makin banyak energi yang dibutuhkan.
e) Keadaan sakit
Pada keadaan sakit, seperti adanya infeksi terhadap metabolisme yang
berlebihan daripada asam amino dan lagi pula suhu tubuh meninggi,
kedua-duanya memerlukan makanan yang tidak boleh dilupakan.

2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi pemberian MPAsi


Faktor yang mempengaruhi pemberian MP - ASI dini Pemberian MP-ASI
terlalu dini juga dapat dipengaruhi dari beberapa faktor antara lain:
2.1.7.1 Faktor Predisposisi
a) Usia
Menurut Hurlock (dalam Chairani,2013) usia dapat
mempengaruhi cara berfikir, bertindak dan emosi seseorang.
Usia yang lebih dewasa umumnya memiliki emosi yang stabil
20

dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Usia ibu akan


mempengaruhi kesiapan emosi ibu. Usia ibu yang terlalu
muda saat hamil bisa menyebabkan kondisi fisiologis dan
psikologisnya belum siap menjadi ibu. Hal ini dapat
mempengaruhi kehamilan dan pengasuhan anak. Pada umur
20-30 tahun merupakan idealnya rentang usia yang aman
untuk bereproduksi dan pada umumnya ibu pada usia tersebut
memiliki kemampuan laktasi yang lebih baik daripada yang
berumur lebih dari 30 tahun.

b) Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik indiviidu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan
oleh pelaku pendidikan. Ibu dengan tingkat pendidikan yang
lebih tinggi cenderung memberikan susu botol lebih dini dan
ibu yang mempunyai pendidikan formal lebih banyak
memberikan susu botol pada usia 2 minggu dibanding ibu
tanpa pendidikan formal. Tingkat pendidikan mempengaruhi
cara berpikir dan perilaku (Nauli, 2012).

c) Pengetahuan
Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan
tingkat pengetahuan. Jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik,
maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik.
Pengetahuan ibu berhubungan dengan tingkat pengenalan
informasi tentang pemberian makanan tambahan pada bayi
usia kurang dari enam bulan.Pengetahuan ibu tentang kapan
pemberian makanan tambahan, fungsi makanan tambahan,
21

makanan tambahan dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan


risiko pemberian makanan pada bayi kurang dari enam bulan
sangatlah penting. Tetapi bayak ibu-ibu yang tidak
mengetahui hal tersebut diatas sehingga memberikan
makanan tambahan pada bayi usia di bawah enam bulan tanpa
mengetahui risiko yang akan timbul. Tingkat pendidikan
mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi.
Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan
lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan
dengan makanan. Sehinga sulit menerima informasi baru
tentang gizi (Nauli, 2012).

d) Pekerjaan
Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau
keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat
pekerja memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting
sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan
berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai
produktifitas yang tinggi sehingga mampumeningkatkan
kesejahteraan. Faktor pekerjaan ibu adalah faktor yang
berhubungan dengan aktivitas ibu setiap harinya untuk
memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan
hidupnya yang menjadi alasan pemberian makanan tambahan
pada bayi usia kurang dari enam bulan. Pekerjaan ibu bisa
saja dilakukan di rumah, di tempat kerja baik yang dekat
maupun jauh dari rumah. Ibu yang belum bekerja sering
memberikan makanan tambahan dini dengan alasan
22

melatihatau mencoba agar pada waktu ibu mulai bekerja bayi


sudah terbiasa (Nauli, 2012).

e) Pendapatan
Pendapatan adalah salah satu faktor yang berhubungan
dengan kondisi keuangan yang menyebabkan daya beli untuk
makanan tambahan menjadi lebih besar. Pendapatan
menyangkut besarnya penghasilan yang diterima, yang jika
dibandingkan dengan pengeluaran, masih memungkinkan ibu
untuk memberikan makanan tambahan bagi bayi usia kurang
dari enam bulan. Biasanya semakin baik perekonomian
keluarga maka daya beli akan makanan tambahan juga
mudah, sebaliknya semakin buruk perekonomian keluarga,
maka daya beli akan makanan tambahan lebih sukar Tingkat
penghasilan keluarga berhubungan dengan pemberian MP-
ASI dini. Penurunan prevalensi menyusui lebih cepat terjadi
pada masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas.
Penghasilan keluarga yang lebih tinggi berhubungan positif
secara signifikan dengan pemberian susu botol pada waktu
dini dan makanan buatan pabrik (Nauli, 2012).

2.1.7.2 Faktor Pendorong


a) Pengaruh Iklan
Sumber informasi diduga berpengaruh dalam pemberian susu
formula. Media massa khususnya televisi dan radio, memiliki
pengaruh yang besar terhadap pemberian susu formula,
karena iklan pada media tersebut produsen berusaha
menampilkan beberapa kelebihan dari beberapa produk
mereka yang sangat penting bagi pertumbuhan bayi, sehingga
23

seringkali ibu beranggapan bahwa susu formula lebih baik


dari ASI (Chairani, 2013).

2.1.7.3 Faktor Pendukung


a) Dukungan Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan adalah orang yang mengerjakan sesuatu
pekerjaan di bidang kesehatan atau orang mampu melakukan
pekerjaan di bidang kesehatan. Faktor petugas kesehatan
adalah kualitas petugas kesehatan yang akhirnya
menyebabkan ibu memilih untuk memberikan makanan
tambahan pada bayi atau tidak. Petugas kesehatan sangat
berperan dalammemotivasi ibu untuk tidak memberi makanan
tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya,
jika dilakukan penyuluhan dan pendekatan yang baik kepada
ibu yang memiliki bayi usia kurang dari enam bulan, maka
pada umumnya ibu mau patuh dan menurutinasehat petugas
kesehatan, oleh karena itu petugas kesehatan diharapkan
menjadi sumber informasi tentang kapan waktu yang tepat
memberikan makanan tambahan dan risiko pemberian
makanan tambahan dini pada bayi (Nauli, 2012).

b) Dukungan Keluarga
Menurut Afifah (dalam Chairani, 2013) lingkungan keluarga
merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan ibu menyusui bayinya secara eksklusif. Keluarga
(suami, orang tua, mertua, ipar, dan sebagainya) perlu
diinformasikan bahwa serorang ibu perlu dukungan dan
bantuan keluarga untuk berhasil menyusui secara eksklusif,
misalnya dengan cara menggantikan sementara tugas ibu
24

rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan membersihkan


rumah.

2.2 Balita
2.2.1 Definisi Balita
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011) menjelaskan balita
merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu
berbeda-beda, bisa cepat maupun lambat tergantung dari beberapa faktor
diantaranya herediter, lingkungan, budaya dalam lingkungan, sosial
ekonomi, iklim atau cuaca, nutrisi dan lain-lain (Aziz, 2006 dalam
Nurjannah, 2013).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2014) seorang anak


dikatakan balita apabila anak berusia 12 bulan sampai dengan 59 bulan.
Price dan Gwin (2014) mengatakan bahwa seorang anak dari usia 1
sampai 3 tahun disebut batita atau toddler dan anak usia 3 sampai 5 tahun
disebut dengan usia pra sekolah atau preschool child. Usia balita
merupakan sebuah periode penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak (Febry, 2008).

Pada masa golden age, mempunyai keinginan belajar yang luar biasa.
Karena anak senang belajar apa saja maka anak juga senang belajar
membaca. Dalam perkembangan otak , ada periode yang dikenal sebagai
periode pacu tumbuh otak ( brain growth spurt ), yaitu saat dimana otak
berkembang sangat cepat. Periode pacu tumbuh otak pertama kali dimulai
ketika bayi masih dalam kandungan ibu (memasuki trimester ketiga).
Periode pacu tumbuh otak kedua terjadi setelah si kecil lahir hingga
berusia 36 bulan.
25

2.2.2 Karakteristis Balita


Anak usia 1 sampai 3 tahun akan mengalami pertumbuhan fiisik yang
relatif melambat, namun perkembangan motoriknya akan 12 meningkat
cepat (Hatfield, 2008).

Anak mulai mengeksplorasi lingkungan secara intensif seperti anak akan


mulai mencoba mencari tahu bagaimana suatu hal dapat bekerja atau
terjadi, mengenal arti kata “tidak”, peningkatan pada amarahnya, sikap
yang negatif dan keras kepala (Hockenberry, 2016).
Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak memiliki karakteristik
yang berbeda-beda di setiap tahapannya. Karakteristik perkembangan
pada balita secara umum dibagi menjadi 4 yaitu negativism, ritualism,
temper tantrum, dan egocentric. Negativism adalah anak cenderung
memberikan respon yang negatif dengan mengatakan kata “tidak”.
Ritualism adalah anak akan membuat tugas yang sederhana untuk
melindungi diri dan meningkatkan rasa aman. Balita akan melakukan hal
secara leluasa jika ada seseorang seperti anggota keluarga berada
disampingnya karena mereka merasa aman ada yang melindungi ketika
terdapat ancaman.

Karakteristik selanjutnya adalah Temper tantrum. Temper tantrum adalah


sikap dimana anak memiliki emosi yang cepat sekali berubah. Anak akan
menjadi cepat marah jika dia tidak dapat melakukan sesuatu yang tidak
bisa dia lakukan. Erikson tahun 1963 menyatakan Egocentric merupakan
fase di perkembangan psikososial anak. Ego anak akan menjadi
bertambah pada masa balita. Berkembangnya ego ini akan membuat anak
menjadi lebih percaya diri, dapat membedakan dirinya dengan orang lain,
mulai 13 mengembangkan kemauan dan mencapai dengan cara yang
26

tersendiri serta anak juga menyadari kegagalan dalam mencapai sesuatu


(Price dan Gwin, 2014; Hockenberry, 2016).

Pengasuhan makan fase 6 bulan ke-dua adalah ibu memenuhi kebutuhan


makanan untuk bayi. Kebutuhan makan bayi dikatakan cukup apabila
telah diberikan ASI plus makanan lumat. Makanan lumat yang diberikan
dari bahan tepung yang dicampur dengan susu atau nasi dapat berupa
bubur susu atau nasi biasa beserta ikan, daging atau putih telur lainnya
dan ditambah dengan sayuran. Makanan lumat diberikan dalam frekuensi
yang sama atau dapat lebih dari 3 kali perhari, dan dapat dikurangi
apabila tidak memenuhi kriteria tersebut (Bahar, 2002 dalam Julaeha,
2012).

MP-ASI diberikan secara bertahap dan variasi, yang awalnya berbentuk


bubur, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek sampai
makanan padat (Agus, 2001 dalam Ningrum, 2016).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2006 menyatakan


bahwa jenis, jumlah dan frekuensi makanan pada bayi dan balita
sebaiknya diatur sesuai dengan perkembangan usia dan kemampuan
organ dalam mencerna makanan (Hayati, 2014).

Waktu pemberian makan pada anak dapat disesuaikan waktu makan


secara umum yaitu pagi hari (07.00-08.00), siang hari (12.00-13.00) dan
malam hari (18.00-19.00). Makanan selingan diberikan diantara dua
waktu makan yaitu pukul 10.00-11.00 dan pukul 16.00-17.00 (Ningrum,
2016). Pemberian makanan pada balita dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
27

Tabel 2.1 Pemberian makanan pada balita


Usia Bentuk Makanan Frekuensi
0-6 bulan Asi Ekslusif Sesering mungkin
minimal 8 kali/hari
6-9 bulan Makanan lunak/lembek 2 kali sehari, 2 sendok
makan setiap kali
makan
9-12 bulan Makanan lembek 3 kali sehari plus 2
kali makanan selingan
1-3 tahun Makanan keluarga 3 kali sehari plus 2
1-1½ piring nasi/pengganti kali makanan selingan
2-3 potong sedang lauk
hewani
1-2 potong sedang lauk
nabati ½ mangkuk sayur
2-3 nuah potong buah-
buahan
1 gelas susu
4-6 tahun 1-3 piring nasi/pengganti 3 kali sehari plus 2
2-3 potong lauk hewani kali makanan selingan
1-2 potong lauk nabati
1-1½ mangkuk sayur
2-3 potong buah-buahan
1-2 gelas susu
Sumber :Depkes RI,2006

Selain takaran dan frekuensi makanan untuk balita, terdapat anjuran


pemberian makanan untuk balita berdasarkan Depkes RI (2006)
(Ningrum, 2016), yaitu:

2.2.2.1.3 Usia 0-6 bulan


Anjuran pemberian makanan yaitu ASI diberikan setiap kali
bayi menginginkan untuk menyusu minimal 8 kali sehari
(pagi, siang, dan malam), jangan memberikan makanan atau
28

minuman selain ASI dan menyusui bayi secara bergantian


payudara kanan dan kiri.

2.2.2.2 Usia 6-12 bulan


Anjuran pemberian makanan yaitu lanjutkan pemberian ASI
sampai usia 2 tahun. Pada usia 6-9 bulan, bayi mulai
dikenalkan dengan makanan pendamping ASI dalam bentuk
lumat sari bubur susu sampai nasi tim lumat, 2 kali sehari.
Pemberian setiap kali makan disesuaikan dengan umur yaitu
6 bulan: 6 sendok makan, 7 bulan: 7 sendok makan, 8 bulan:
8 sendok makan. Pemberian makanan pendamping ASI
diberikan setelah pemberian ASI terlebih dahulu.

Anjuran pemberian makan pada usia 9-12 bulan yaitu


makanan pendamping ASI dimulai dari bubur nasi sampai
bubur tim diberikan sebanyak 3 kali sehari. Pemberian setiap
kali makan disesuaikan dengan umur yaitu 9 bulan: 9 sendok
makan, 10 bulan: 10 sendok makan, 11 bulan: 11 sendok
makan. Makanan pendamping ASI dapat ditambahkan telur
atau ayam atau ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi
atau wortel atau bayam atau kacang hijau atau santan atau
minyak. Anjuran lainnya apabila menggunakan makanan
pendamping ASI dari pabrik sebaiknnya membaca cara
pemakaiannya, batas umur dan tanggal kadaluarsa. Selain itu
bayi mulai diajarkan makan dan minum menggunakan
sendok dan gelas.

2.2.2.2.3 Usia 1-2 tahun


29

Anjuran pemberian makanan yaitu memberikan ASI setiap


balita menginginkan. Berikan nasi lembek 3 kali sehari
ditambah telur atau ayam atau ikan atau tempe atau tahu atau
daging sapi atau wortel atau bayam atau kacang hijau atau
santan atau minyak. Berikan makanan selingan sebanyak 2
kali sehari diantara waktu makan seperti bubur kacang hijau,
pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya. Berikan juga buah-
buahan atau sari buah serta bantu anak untuk makan sendiri.

2.2.2.4 Usia 2-3 tahun


Anak diberikan makanan yang biasa dimakan oleh keluarga
sebanyak 3 kali sehari yang terdiri dari nasi lauk pauk, sayur
dan buah. Berikan juga makanan selingan 2 kali sehari
diantara waktu makan dan jangan berikan makanan yang
manis dan lengket diantara waktu makan.

2.2.2.4 Usia 3-5 tahun


Anjuran pemberian makanan yaitu sama dengan anjuran
pemberian makan usia 2-3 tahun. Pemberian makanan pada
anak harus memenuhi standar kecukupan gizi yaitu gizi yang
lengkap dan seimbang (Febri et al., 2008). Syarat dari menu
seimbang adalah dapat memenuhi kecukupan energi tubuh,
protein, lemak, vitamin, mineral dan air yang dapat
membantu dalam proses 20 pertumbuhan dan perkembangan
anak (Sutomo dan Anggraini, 2010).

2.3 Kerangka Konsep


30

Kerangka konsep merupakan kerangka yang berisi gabungan konsep-konsep


yang telah dipaparkan dalam teori, sesuai dengan variabel yang diteliti.

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor-faktor yang Pengaruh pada pemberian


mempengaruhi ; MP-ASI pada balita usia 6-
24 bulan.
1. Usia
2. Pendidikan
3. Pengetahuan
4. Pekerjaan
5. Pendapatan

1. Pengaruh iklan
2. Dukungan petugas
kesehatan
3. Dukungan
keluarga

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti

2.4 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
31

2.4.1 Ada hubungan antara usia ibu dengan pemberian makanan


pendamping ASI (MPASI) balita usia 6-24 bulan di Puskesmas
Jejangkit Marabahan.
2.4.2 Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian makanan
pendamping ASI (MPASI) balita usia 6-24 bulan di Puskesmas
Jejangkit Marabahan.
2.4.3 Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian makanan
pendamping ASI (MPASI) balita usia 6-24 bulan di Puskesmas
Jejangkit Marabahan.
2.4.4 Tidak Ada hubungan antara usia pekerjaan dengan pemberian
makanan pendamping ASI (MPASI) balita usia 6-24 bulan di
Puskesmas Jejangkit Marabahan.
2.4.5 Ada hubungan antara pendapatan ibu dengan pemberian makanan
pendamping ASI (MPASI) balita usia 6-24 bulan di Puskesmas
Jejangkit Marabahan.

Anda mungkin juga menyukai