Anda di halaman 1dari 6

Dream Up

Rere berjalan lurus melewati gerbang sekolah, keringat mengucur deras di dahinya .Hal itu
didapatnya setelah berjalan 3 km dari rumah ke sekolahnya .Tersengal sengal nafasnya ketika sampai
di kelas .segera di teguk minuman yg dibawanya dari rumah. Hal ini harus dilakukannya untuk
menghemat pengeluaran keluarganya. Ayahnya hanya seorang serabutan sedangkan ibunya adalah
seorang buruh pabrik .
Rere : "Ah lega akhirnya".
Ujarnya setelah meneguk air putih dan segera ia mengeluarkan buku pelajaran yang akan
menjadi materi ulangan hari ini.Tak lama segerombolan siswa datang, membuat kelas yg awalnya sepi
dan tenang menjadi ramai . mereka benar benar membuat gaduh seluruh kelas karena kegaduhan
mereka , Rere menjadi memandangi mereka.
Dysis : "He apa kamu liat liat ? Gak suka?"
Erika : "Kalau emang kamu gak suka keluar aja sana!"
Tak kuhiraukan perkataan mereka dan aku kembali fokus ke buku yg aku baca .Tak lama
sahabatku Khanza datang.
Khanza : "Eh kamu kok udah datang aja sih ?"
Rere : "Iya aku berangkat agak pagi tadi ."
Bian : "Woy lagi ngobrol apa sih?"tanya bian yang baru saja datang dengan gio .
Gio : "Eh nanti kan pembagian ulangan."
Khanza : "Oh ya ?
Gio : "Iya."

Tak lama jam pelajaran pun dimulai guru. Mata pelajaran matematika sekaligus wali kelas di
kelas Rere segera masuk dan mengumumkan nilai ulangan matematika Minggu lalu .

Bu ghania:". Assalamualaikum wr.wb. sebelum kita mulai pelajaran kali ini silahkan mempersiapkan
terlebih dahulu.
Baik anak anak,ibu akan umumkan 5 peraih nilai tertinggi di kelas ini.Yg ke 5 erika , khanza, dysis,
bian dan peraih nilai tertinggi adalah Rere.”
Selama pembagian nilai ulangan bukannya mendengarkan erika dan dysis sibuk berbicara sendiri
Dan setelah Bu ghania mengumumkan hasil UH kelas terdengar riuh ada yg bersorak senang sampai
kecewa. Tak lama pelajaran pun dimulai,tapi tiba tiba terdengar dering telpon di hp Bu ghania.
Bu Ghania : "Halo assalamualaikum, oh ya ,apa?baik , waalaikumsalam."
"Rere bisa bicara sebentar?"
Rere : "Bisa Bu, bisa ada apa ?"
Bu Ghania : "Tadi ibu kamu nelfon,ayah kamu mengalami kecelakaan kerja . Kamu di suruh pulang
oleh ibu kamu."
Rere :"Baik Bu,tapi benarkah itu terjadi ?"tanyanya dengan nada cemas
Bu Ghania : "Sebaiknya kamu pastikan segera di rumah kamu ."
Rere : "Iya bu."katanya sambil mengambil tas nya di meja lali kembali lagi ke Bu ghania untuk
salim
Rere : "Saya pamit Bu assalamualaikum wr.wb.
Bu Ghania : "Waalaikumsalam ,hati hati ya ."
Ketika ia sampai dirumah. Ia langsung menghampiri ayahnya.
Rere : " Ayah, ayah kenapa? "
Sholeh : " Ayah nggak papa, Nak. Ini hanya luka kecil saja. "
Taklama kemudian ibunya, Ibu Sarah keluar dari dapur membawa segelas air putih.
Bu Sarah : " Ayah kamu nggak papa nak . Ibu mau bicara sama kalian, Ibu pikir ibu harus mencari
pekerjaan lain "
Sholeh : " Ibu mau kerja apa? memangnya sudah diterima? "
Bu Sarah : " Ibu mau kerja jadi TKW di Malaysia dan ibu sudah diterima, ibu mau berangkat satu
minggu lagi. "
Rere : " Kenapa bu? kenapa harus jadi TKW? "
Bu Sarah : " Sebentar lagi kamu mau SMA dan masih butuh banyak biayanya lainnya. Ibu terpaksa
melakukannya. "
Sholeh : " Ayah nggak setuju, Ayah pasti akan cepat sembuh dan bisa kembali bekerja. "
Bu Sarah : " Biarkan ibu bekerja ya, karena ibu sudah akan berangkat. "
Rere : " Ibu jangan bekerja jauh-jauh, nanti yang menjaga ayah dan aku siapa? " ( Rere berbicara
dengan raut muka sedih )
Bu Sarah : " Kamu kan sudah besar jadi kamu bisa menjaga diri kamu sendiri. "
Sholeh : " yaudah bu. Ibu berangkat saja tapi ibu harus janji setelah ayah sembuh ibu harus segera
pulang. "
Bu Sarah : " Baik yah. "

- 1 Minggu kemudian
Setelah keberangkatan ibunya ke Malaysia, semua pekerjaan di rumah menjadi tanggung jawab
Rere. Belum lagi dia harus merawat ayahnya yang sedang sakit. Hal ini membuatnya menjadi sering
terlambat. Hari ini juga dia terlambat dari kesekian kalinya, diapun segera menuju ke kelas dan ternyata
pelajaran telah dimulai.
Rere : "Permisi bu, maaf saya terlambat."
Bu Ghania : "Iya silahkan masuk. Kenapa kamu terlambat nanti jelaskan pada ibu ya diruang guru?
Setelah pelajaran ini selesai."
Rere : "Baik, Bu."
Setelah pelajaran selesai dia ingat jika harus segera menuju ke ruang guru. Tetapi Dhysis dan
teman-temannya mulai membuat ulah lagi.
Erika : "Enak banget sih jadi anak kesayangan kalau telat gak dihukum."
: "Pilih kasih banget guru-guru."
Dysis : "Sekolah pake beasiswa aja sombong."
: " Gausah banyak tingkah deh."
Kemudian Gio dan Kanzha datang, mereka sepertinya akan membela Rere.
Erika : "Asikkk, ada temen baiknya nih."
Dysis : " Gausah jadi pahlawan kesiangan deh."
Kanza : "Kalian kenapa sih jahatin Rere terus, punya salah apa sih dia sampai kalian bully kayak
gini."
Erika : "Udah deh kalian gak usah ikut-ikutan."
Gio : "Udah re, cepetan ke ruang guru hirauin aja omongan mereka."
Tak lama, Rere sampai di ruang guru dan segera menemui Bu Ghania
Rere : "Permisi Bu Ghania, ada apa bu tadi memanggil saya?"
Bu Ghania : "Ibu mau tanya, kenapa akhir-akhir ini kamu sering terlambat? Jika begini terus kamu
akan ditegur oleh Kepala Sekolah dan nantinya beasiswa kamu akan dicabut nak"
Rere : "Maaf bu, sekarang saya harus merawat ayah dan menyiapkan keperluan dirumah dulu
bu"
Bu Ghania : "Maaf nak, ibu tidak tahu, tetapi setidaknya kamu mengusahakan agar bisa berangkat
lebih pagi dan tidak terlambat lagi"
Rere : "Iya bu, saya usahakan, kalau begitu saya permisi dulu bu"
Bu Ghania : "Iya nak"
Rere melamun saat ia berjalan kembali ke kelas. Ia memikirkan bagaimana cara agar tidak
sering terlambat sekolah. Sesampainya di kelas, ia murung dan dihampiri oleh Khanza, Gio dan Bian.
Khanza : "Kamu kenapa murung re? Tadi ditanyain apa aja sama Bu Ghania?
Rere : "Jadi gini, tadi Bu Ghania tanya kenapa belakangan ini aku sering terlambat ke sekolah"
Gio : "Terus kamu jawab apa Re?"
Rere : "Ya aku bilang kalau aku harus merawat ayahku dan menyiapkan keperluan rumah dulu" 
Bian : "Yang sabar re...”

Bel pulang seekolah pun berbunyi , Bian dan Rere pulang bersamaan .

Bian : “Gimana keadaan Ayahmu re?”


Rere : “Ayahku masih terbaring lemas dikamarnya.”
Bian : “Kasihan banget, kenapa kamu gak jagaain ayahmu aja?kan itu ayahmu sendiri loh.”
Rere : “Aku udah usaha kok, buat jagaain ayahku juga buat sekolahku.”
Bian : “Tapi kan harusnya kamu memprioritaskan ayahmu, kan ibumu udah bekerja keras
buatkamu,kalau seandainya ayahmu kenapa-napa pasti ibumu kecewa.
kan bisa aja ayahmu lagi butuh apa-apa tapi kamu gaada disana buat jagaaindia.
setega itu kamu sama ayahmu sendiri? (Rere hanya terdiam.)”
“Mungkin ucapan bian benar, sebaiknya aku merawat ayah saja” katanya dalam hati. Bel pulang
sekolah sudah berbunyi.Bian dan Rere pulang bersamaan.
Dan esoknya Rere tidak masuk sekolah.
Gio : ”Duh... Rere mana sih kok gak dateng dateng”
Bian : ”Kayaknya dia gamasuk sekolah deh”
Khanza : ”Tau dari mana kamu?”
Bian : ”Gatau aku asal aja”
Bu Ghania datang dengan membawa setumpuk kertas.
Bu Gania : ”Baik anak anak,sekarang kita ulangan matematika.”
Bu Ghania membagikan  lembar ulangan ke siswanya.
Bian : ”Yaah Rere gamasuk sekolah,kalo dia masuk pasti dapat nilai bagus.”
Khanza : ”Iya”

Kemudian hasil ulangan dikoreksi dan setelah itu dibagikan kepada seluruh siswa. Dan benar Bian
mendapatkan nilai paling tinggi.
Gio : ”Sayang banget Rere gamasuk  sekolah,padahal hari ini ulangan”
Dysis : ”Udah sih biarin,biar dia ga pake uang sekolah kita terus”
Erika : ”Iya bener,biar di sekolah kita gaada lagi orang miskin”
Gio : ”Jaga omongan kalian,dia pintar makanya dia dapat beasiswa”
Dysis : “Belain aja terus,dibayar berapa sih kalian”
Erika dan Dyisis pun meninggalkan Gio.
Dirumah, Rere fokus merawat ayahnya pikir .Sehari…dua hari…seminggu… dihabiskan Rere untuk
merawat ayahnya dirumah.Namun hal itu membuat ayahnya merasa heran.
Sholeh : “Nak,sudah seminggu kamu tidak masuk sekolah, bagaimana kalau kamu ketinggalan
pelajaran disekolah.”
Rere : “Aku gapapa kok gk sekolah, aku juga bisa mengulang sekolah tahun depan asalkan ayah
gk kenapa-napa. Soalnya kalu ayah kenapa-napa, aku gak punya siapa-siapa lagi,ibukan
kerja jauh. aku jadi kangen ibu…”
Sholeh : “Nak, ibu kamu kan udah kerja jauh-jauh hanya untuk membiayai sekolahmu. Ayah juga
sampai terluka kayak begini hanya buat memenuhi kebutuhanmu, tapi kamu malah menyia-
nyiakan usaha ayah dan ibumu kalau sampai kamu gaksekolah lagi. (Rere pun terdiam
mencerna ucapan ayahnya.)”

Juga sampai terluka begini juga karena buat menuhin kebutuhanmu, tapi kamu malah menyia-nyiakan
usaha ayah dan ibu. Kalau kamu sampai gak sekolah lagi ayah dan ibu kecewa sekali.
(Rere pun terdiam mencerna ucapan ayahnya). Keesekoan harinya, Rere mulai kembali bersemangat ke
sekolah
Rere : “Ayah, Rere pamit dulu ya.”
Sholeh : “Iya nak, hati-hati ya.”
Rere : “Iya yah, assalmualaikum.”
Sholeh : “Waalaikumsallam.”
Sesampainya di sekolah Rere langsung menuju kelasnya. Ia merasakan rindu terhadap sekolahnya.
Dysis, Rayhand, dan Erika mulai naik pitam karena kembali hadirnya Rere di sekolah.
Erika : “Haduh, anak gak tau diri masuk lagi. Kenapa gak keluar aja sih?”
: “Mau cari muka aja tuh anak.”
Dysis : “Ngapa sih kalian mau-maunya ngobrol sama anak caper kaya gitu. Udah deh orang
gak tau diri gitu pasti gak akan peduli, orang gak punya malu gitu. Pergi aja yuk.”
Erika : “Dia kan suka sama Rere makannya belain “
Gio : “Kalian!”
Rere : “Udah yoh sabar gausah peduli. Aku gak papa kok.”
Erika : “Capernya muncul tuh mulai deh.”
Perdebatan itu diinsterupsi oleh kehadiran Bu Ghania di kelas.
Bu Ghania : “Assalmualikum wr.wb.”
Siswa kelas: “Waalaikumsallam wr.wb.”
Bu Ghania : “Ada apa ini, tadi kok asik banget ngobrolnya.”
Dysis : “Gapapa kok cuma lagi ngobrol aja nih.”
Bu Gina : “Yaudah kita langsung mulai aja pelajarannya.”
Saat bel pulang berbunyi Rere, Bian, Khanza, dan Gio berencana untuk menjenguk
Ayah Rere. Sesampainya di rumah Rere, mereka disambut oleh ayah Rere.
Rere : “Silahkan masuk kalian duduk-duduk aja dulu.”
Khanza : “Iya udah santai aja dulu.”
Rere : “ Eh za ayo temenin aku beli makanan yuk.”
Gio : “Eh gausa repot-repot.”
Khanxa : “Bi kok diem aja.”
Bian : “Gapapa kok.”
Gio : “Eh aku telfon mamaku dulu ya.”
Bian : “Oke.”
Kemudian Rere, Gio, dan Khanza pergi ke warung ntuk membeli makanan. Akan tetapi Bian
memilih tidak ikut mereka dan tetap berada di rumah Rere. Pada saat Rere dan teman-temannya pergi
ke warung, Bian asik berbincang-bincang dengan Ayah Rere.
Bian : “Maaf om, saya sedikit berbicara tentang Rere boleh gak om?”
Sholeh : “Boleh, silahkan nak.”
Bian : “Jadi gini om bukannya saya mau merendahkan anak om, tapi ini memang kenyataan,
om.”
Sholeh : “Ada apa dengan anak saya, coba cerita biar saya bisa menasehati anak saya.”
Bian : “Sebenarnya seperti ini. Rere itu anaknya kalau di sekolah judes dan sombong, jadi kalau
temannya bertanya tentang tugas Rere itu gak mau ngasih tahu. Terus dia itu selalu ramai
sendiri pas waktu pelajaran dan sering dihukum sama guru. Teman sekelasnya juga hampir
semuanya gak suka ke Rere. Terus katanya beasiswanya akan dicabut.”
Sholeh : “Masa Rere kayak gitu di Sekolah, tapi setau saya mulai kecil Rere bukan tipe anak yang
seperti itu.”
Bian : “Maaf loh om, tapi memang seperti itu kenyataannya.”
Sholeh : “Masa sih, nanti coba om bicarakan sama Rere.”
Bian : “Iya om, tapi jangan bilang kalau saya yang memberitahu om, ya.”
Sholeh : “Iya”
Akhirnya Rere dan temannya datang setelah pergi membeli makanan. Kemudian mereka makan
bersama-sama. Setelah itu mereka pamit pulang karena hari sudah mulai sore.
Gio : “Om, saya dan teman-teman pamit dulu ya.”
Khanza : “Assalamualaikum...”
Sholeh : “Walaikumsalam...”
Setelah mereka semua pulang. Ayah rere bertanya kepada rere tentang kebenaran cerita Bian.
Sholeh : “Rere, sini duduk sebentar ayah mau bicara.”
Rere : “Iya, ada apa yah.”
Sholeh : “Apa benar kamu sering dihukum oleh guru?”
Rere : “Tidak pernah yah.”
Ayah : “Ya, sudah lupakan dah tentang ini.”
Keesokan harinya ketika Rere sekolah, Ayahnya menelpon Bu Ghania dan bertanya tentang sikap
buruk Rere yang diceritakan oleh Bian apa benar terjadi di sekolah. Setelah itu Bu Ghania bertanya
kepada Rere.
Bu Ghania : “Rere apa kamu sering berbuat tidak baik kepada temanmu. Terus apakah kamu
memfitnah ibu dan menceritakan kepada ayah kamu.”
Rere : “Loh, tidak bu. Saya tidak pernah melakukannya.”
Bu Ghania : “Kamu itu sudah sering ditoleransi dan dimaafkan, tetapi balasannya kepada ibu guru
malah seperti ini. Jadi nilai sikap kamu saya kasih C.”
Rere : “Astaghfirullah, bu. Mungkin saya itu difitnah bu. Saya tidak pernah bicara seperti itu.”
Bu Ghania : “Ibu selama ini sudah baik sama kamu, ibu tidak menyangka kamu bisa melakukan hal
seperti itu.”
Rere : “Yasudah bu, saya minta maaf, pasti suatu hari nanti kebenaran akan terungakap.” (Rere
berbicara dengan ekspresi yang sedih dan sambil menangis)
Bian yang mendengar hal tersebut semakin senang dan berusaha untuk kembali memojokkan Rere .
Saat jam pulang sekolah ia bergega menemui ayah Rere. Mereka memang sudah berencana untuk
mengobrol kan tentang Rere .
Bian : “Permisi om.”
Sholeh. : “Eh, nak Bian sudah datang, gimana kejadian hari ini?”
Bian. : “Begini pak, Bu Ghania telah salah paham ia mengira ini salah Rere, padahal ini
salah Dysis dan Erika"
Sholeh. : " Benarkah begitu?"
Bian. : " Benar pak"

Tanpa sepengetahuan Bian, Dysis dan Erika mendengar percakapannya dengan ayahnya Rere, dan
merekamnya sehingga esok ia bisa memeberitahukannya pada Bu Ghania.

Keesokan Harinya-

Dysis & Erika : "Bu, ada sesuatu yang perlu kami bicarakan soal Rere."
Bu Ghania. : " Ada masalah apa dengan rere?"

Kemudian Dysis dan Erika menunjukan rekaman itu kepada Bu Ghania, Bu Ghania pun terkejut dan
segera memanggil Rere dan Bian kemari.

Bu Ghania : " Baiklah , pertama tama ibu meminta maaf kepada Rere karena telah memfitnah kamu
kemarin. Dan untuk Bian, apa maksut kamu tentang video ini, apa benar kalau kamu yang melakukan
ini?"
Rere. : " Bian? jadi selama ini kamu yang melakukanya?"
Bian. : " Maaf semuanya, selama ini aku hanya iri pada Rere, aku iri jika Rere selalu menjadi
Juara pertama, aku iri saat Rere mendapatkan nilai ulangan yang lebih bagus daripada aku, aku saat
semua siswa membiayai keperluan sekolah mereka sendiri tapi Rere malah enak enakan dibiayai
sekolah , aku iri akan semua hal pada Rere".

Rere hanya terdiam

Bu Ghania : " sudah sudah, lebih baik kalian semua berdamai satu sama lain "
Dysis : " Maafin kami ya Re"
Erika : " Maafin kita udah banyak salah sama kamu, maafin kita ya "
Bian : " Yaudah maafin aku juga ya"
Rere : " Aku udah maafin kalian dari dulu kok"
Dysis & Erika : "Makasi ya Rere, kamu baik banget"

Setelah itu mereka berempat menjadi teman yang saling mendukung. Begitu pula Rere dan Bian,
meskipun tak seakrab dulu lagi.

Anda mungkin juga menyukai