Anda di halaman 1dari 6

1.

Inventarisasi masalah-masalah apa saja yang muncul dalam penerapan MBS


diingkungan sekolah Anda?

Uraikan jawaban Anda dengan menggunakan klasifikasi fungsi-fungsi organisasi


(Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan Pengawasan) atau berdasarkan
klasifikasi Pilar/Elemen MBS (Kurikulum, Ketenagaan, Kesiswaan,
Ketatalaksanaan,sarana dan Prasarana, Keuangan).Jelaskan strategi yang dilakukan
sekolah Anda untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
Jawab: MBS atau Manajemen Berbasis Sekolah model pengelolaan yang memberikan
kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar kepada masing-masing sekolah serta
mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat secara langsung.
1. Masalah-masalah yang dirasakan dalam penerapan MBS di lingkungan sekolah adalah
sebagai berikut

- Penolakan terhadap perubahan

- Kurangnya pemahaman akan konsep sekolah sebagai sistem

- Kesulitan dalam penyusunan rencana pengembangan sekolah (RPS)

- Kurangnya pemahaman akan konsep MBS itu sendiri

- Kesulitan dalam menerapkan prinsip MBS yang sesuai

- Kurangnya kejelasan dalam pengaturan tenaga kependidikan

- Kurangnya kesiapan sekolah dalam melaksanan kurikulum berbasis kompetensi

2. Manfaat yang dapat dirasakan dengan diterapkannya MBS adalah sebagai berikut

- Peningkatan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam


pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya yang ada

- Peningkatan kepedulian warga sekolah dan masyarakat melalui keputusan bersama

- Peningkatan tanggungjawab sekolah kepada orangtua, masyarakat bahkan pemerintah


mengenai mutu sekolah

- Peningkatan kompetisi yang sehat antar sekolah 


 Perencanaan (Planning)
 Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan
pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan,
bagaimana dan oleh siapa. Perencanaan adalah proses dasar
dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya.
Perencanaan dalam organisasi adalah esensial, dalam
kenyataannya perencanaan memegang peranan lebih dibanding
fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi-fungsi
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sebenarnya
hanya melaksanakan keputusan-keputusan perencanaan.
Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan
kondisi di waktu yang akan datang dalam perencanaan dan
kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta periode
sekarang pada saat rencana dibuat.
 Pengorganisasian (Organizing)
 menjelaskan pengorganisasian merupakan suatu proses untuk
merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta
membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota
organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien.
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur
organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-
sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang
melingkupinya.
 Pengarahan (Actuating)
 Bagian yang termasuk dalam manajemen pengarahan sebagai
berikut:
 Motivasi: Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan,
menyalurkan dan memelihara perilaku manusia. Motivasi
merupakan subyek yang penting bagi manajer, karena menurut
definisi manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain.
Manajer perlu memahami orangorang berprilaku tertentu agar
dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang
diinginkan organisasi. Motivasi adalah subyek membingungkan,
karena motif tidak dapat diamati atau diukur secara langsung,
tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang yang tampak.
 Komunikasi dalam Organisasi: Komunikasi adalah kegiatan untuk
para manajer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu
mereka. Proses komunikasi memungkinkan manajer untuk
melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus
dikomunikasikan kepada para manajer agar mereka mempunyai
dasar perencanaan, rencana-rencana harus dikomunikasikan
pada pihak lain agar dilaksanakan. Pengorganisasian
memerlukan komuni kasi dengan bawahan tentang penugasan
jabatan mereka. Komunikasi tertulis dan lisan adalah bagian
esensi pengawasan. Manajer dapat melaksanakan fungsifungsi
manajemen mereka hanya melalui interaksi dan komunikasi
dengan pihak lain.
 Kepemimpinan manajerial didefinisikan sebagai suatu proses
pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
Implikasi penting dalam definisi tersebut yaitu: pertama,
kepemimpinan menyangkut orang lainbawahan atau pengikut;
kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan
yang tidak seimbang di antara pimpinan dan anggota kelompok;
ketiga, pemimpin dapat juga memberikan pengaruh.
Kepemimpinan merupakan bagian penting manajemen, tetapi
tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan
kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi
orangorang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran,
sedangkan manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga
mencakup fungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian dan
pengawasan.
Pengawasan (Controlling)
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang
telah diterapakan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Tiga tipe dasar pengawasan yang dapat dilakukan sebagai berikut:

 Pengawasan pendahuluan (feedforward control), atau sering


disebut steering controls, dirancang untuk mengantisipasi
masalahmasalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar
atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu
tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
 Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan (concurrent control), sering disebut pengawsan Ya-
Tidak , screening controls atau Berhenti-Terus , d ilakukan
selama suatu kegiatan berlangsung.
 Pengawasan umpan balik (feedback control), sering dikenal
sebagai past-action controls, mengukur hasil-hasil dari suatu
kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan
dari rencana atau standar ditentukan, dan penemuam-penemuan
diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan
datang. Pengawasan bersifat historis, pengukuran dilakukan
setelah kegiatan terjadi.

  Strategi Pelaksanaan MBS


Dalam mengimplementasikan desentralisasi pendidikan ini diperlukan strategi-strategi
tertentu, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Membuat Kurikulum yang Pro Kepada Siswa
Kurikulum layaknya sebuah momok besar bagi siswa-siswi dinegeri ini, hal ini karena mereka
tidak merasakan kesesuaian dengan kurikulum yang ada saat ini. Walaupun kurikum seringkali
berubah (diganti) akan tetapi rasanya masih selalu kurang sesuai. Sudah seharusnya pihak yang
berwenang merubah kurikulum yang disesuaikan dengan minat dan bakat para peserta didik.
2.      Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Menyenangkan
Untuk sebagian peserta didik, sekolah merupakan tempat yang tidak menyenangkan. Untuk
mengantisipasi hal tersebut diharapkan sekolah bisa menciptakan proses belajar mengajar
disekolah yang menyenangkan. Disinilah peran penting para pendidik yang seharusnya bisa
memahami karakteristik para peserta didiknya sehingga suasana dikelas menjadi lebih nyaman.
3.      Meningkatkan Mutu Para Pendidik.
Program Manajemen Berbasis Sekolah akan berjalan baik dengan peran aktif dari para
pendidik yang bermutu. Para pendidik yang bermutu diharapkan bisa bisa memanage sumber
daya yang tersedia disekolahnya seoptimal mungkin. Upaya yang umumnya dilakukan
pemerintah (Depdikbud) untuk meningkatkan mutu para pendidik adalah dengan mengadakan
program pelatihan.
4.      Dukungan Tenaga Kependidikan di Sekolah.
Stakeholder didalam sekolah lainnya yang memiliki peran penting dalam desentralisasi
pendidikan adalah tenaga kependidikan di Sekolah. Tenaga kependidikan yang dimaksud
adalah anggota masyarakat (selain tenaga pendidik) yang mengabdikan dirinya untuk
pendidikan disekolah. Dukungan tenaga kependidkan disekolah sangat penting guna
menciptakan kemandirian disekolah.
5.      Keaktifan Peserta Didik.
Keaktifan peserta didik disekolah sangat diperlukan guna menciptakan School-Based
Management yang baik. Meskipun peserta didik bukan pengambil kebijakan disekolah, tapi
peserta didik bisa memberikan saran dan masukan agar tercipta kemandirian disekolah
sehingga sekolah bisa mengalokasikan sumber daya yang tersedia secara optimal.
6.      Peran Aktif Orang Tua Peserta Didik.
Orang tua siswa memiliki peran penting didalam penyelenggaraan program Manajemen
Berbasis Sekolah ini. Orang tua peserta didik juga diharapkan turut mengawasi perilaku anak-
anaknya dan tidak sepenuhnya membebankan kepada pihak sekolah. Orang tua peserta didik
juga diharapkan aktif dalam memberikan pandangan-pandangannya guna memajukan sekolah.
7.      Sarana Prasarana Pendukung yang Memadai.
Untuk memajukan mutu pendidikan disekolah, sarana dan prasarana pendukung sangatlah
diperlukan. peserta didik akan menjadi lebih mudah dalam menyerap berbagai pelajaran
disekolah dengan bantuan sarana prasarana yang ada. Apalagi saat ini merupakan era ICT,
dimana para peserta didik akan semakin mudah memahami pelajaran-pelajaran dengan bantuan
multimedia.
8.      Pengawasan Masyarakat Sekitar.
Pengawasan dari masyarakat sekitar merupakan bentuk dukungan untuk menciptakan
sekolah yang baik. Jika sekolah tersebut berprestasi, ada baiknya masyarakat memberikan
apresiasi. Bagitu pula sebaliknya, apabila sekolah tersebut memiliki citra negatif, ada baiknya
masyarakat mengkritik kebijakan didalam sekolah tersebut atau mengadukannya ke Depdikbud.
9.      Dukungan Finansial
Faktor penting lainnya dalam menciptakan Manajemen Berbasis Sekolah yang baik adalah
dukungan finansial. Semakin kuat dukungan finansialnya, maka kemungkinan terciptanya
kemandirian sekolah akan semakin besar. Kita bisa mencontoh dari (sebagian) sekolah-sekolah
swasta dinegeri ini yang memiliki reputasi manajemen baik dengan dukungan finansial yang
kuat.
10.  Peran Pemerintah.
Peran pemerintah sangat vital didalam memajukan pendidikan nasional, dalam hal ini adalah
dengan program School-Based Management. Pemerintah diharapkan bisa membuat
kebijakan-kebijakan yang pro kepada pendidikan nasional seperti membuat kurikulum yang pro
kepada siswa, mengimplemetasikan kebijakan 20% APBN untuk pendidikan, dan lain-lainnya.
Itulah pembahasan mengenai sepuluh strategi untuk menciptakan Manajemen Berbasis
Sekolah yang baik. Kita semua Warga Negara Indonesia tentu berharap agar kebijakan
program desentralisasi pendidikan ini bisa berjalan dengan baik dan benar, sehingga tujuan
mulia untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional bisa segera tercapai.
2. Identifikasi manfaat yang Anda rasakan dengan diterapkannya MBS di sekolah Anda.
Uraikan jawaban Anda dengan menggunakan klasifikasi fungsi-fungsi organisasi
(Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan Pengawasan) atau berdasarkan
klasifikasi Pilar/Elemen MBS (Kurikulum, Ketenagaan, Kesiswaan,
Ketatalaksanaan,Sarana dan Prasarana, Keuangan).
Jawab: Selain memilik tujuan, implementasi Manajemen berbasis sekolah juga
memiliki beberapa manfaat diantaranya memberikan kebebesan dan kekuasaan yang besar
pada sekolah disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan
tanggung jawab pengelolaan sumberdaya dan pengembangan strategi MBS sesuai dengan
kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih
berkonsentrasi pada tugas. Keleluasan dalam mengelola sumberdaya dan dalam menyertakan
masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah dalam peranannya
sebagai manajer maupun pemimpin sekolah. Selain itu dengan diberikannya kesempatan pada
kepala sekolah untuk menyusun kurikulum, maka guru didorong untuk berinovasi dengan
melakukan eksperimentasi-eksperimentasi  dilingkungan sekolahnya. Dengan demikian, MBS
mendorong profesionalisme guru dan kepela sekolah sebagai pemimpin pendidikan di
sekolahnya. Melalui penyusunan kurikulum efektif inilah akan timbul rasa tanggap sekolah
terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan
tuntutan peserta didik dan masyarakat sekolah. Prestasi peserta didik dapat dimaksimalkan
melalui peningkatan partisipasi orang tua, misalnya, orang tua dapat mengawasi langsung
proses belajar anaknya.

Menurut Kathleen penerapan MBS yang efektif secara spesifik mengidentifikasi


beberapa manfaat diantaranya yaitu:
a.       Memungkinkan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan
meningkatkan pembelajaran.
b.       Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan keputusan
penting.
c.       Mendorong munculnya kreativitas dalam merancang bangun program pembelajaran.
d.      Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang dikembangkan
di setiap sekolah.
e.       Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika orang tua dan guru makin menyadari
keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program-program sekolah
f.        Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan baru di semua level
(Kathleen, ERIC_Digests, downloaded April 2002).
Dengan pemberian ruang gerak yang luas, diharapkan pada sekolah akan muncul
kreativitas, tanggung jawab, dan upaya yang sungguh-sungguh untuk mengembangkan sekolah.
Selain itu dengan adanya control dari masyarakat dan monitoring dari pemerintah pengelolaan
sekolah  menjadi lebih akuntabel, transparan, egaliter, dan demokratis, serta menghapuskan
monopoli dalam pengelolaan pendidikan. untuk kepentingan tersebut diperlukan kesiapan
pengelola pada berbagai level untuk melakukan perannya sesuai dengan kewenangan dan
tanggung jawab. Disamping itu dalam jangka panjang MBS akan mendorong tumbuhnya ciri-ciri
khusus sekolah sesuai dengan potensi daerah setempat, misalnya, di daerah yang memiliki
potensi kesenian sangat dimungkinkan akan muncul sekolah yang memiliki keunggulan dibidang
kesenian. Sekolah lain mungkin akan muncul dengan ciri khas bidang matematika, agama, olah
raga, dan sebagainya. Dalam jangka panjang keunggulan yang bervariasi ini akan menjadi awal
kebanggaan warga sekolah dan masyarakat sekitar.
Oleh karena itu, bila dilihat dari beberapa tujuan dan manfaatnya maka MBS dapat dikatakan
sebagai wahana penumbuhan School Based Development (SBD), artinya pengembangan
sekolah yang didasarkan atas potensi yang dimiliki. Dengan pemikiran ini setiap sekolah memiliki
potensi menjadi sekolah unggul, asal mampu mendayagunakan keunggulan-keunggulan yang
ada dalam lingkungannya. Keunggulan dalam pengertian ini tidak ditafsirkan secara tunggal,
dengan NEM saja. Dengan penerapan MBS, maka fungsi birokrasi pendidikan lebih banyak
memandu dan bukan melaksanakan sendiri oprasional pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai