Anda di halaman 1dari 28

Catatan:

KARIL ACC (11 JUNI 2022)


LAPORAN
KARYA ILMIAH

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA


TENTANG OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN “TEAMS GAMES TOURNAMENT”
MENGGUNAKAN MEDIA MISTERI CARD

DISUSUN OLEH :
ANGGI WINDARTO (837447574)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UPBJJ-UT SURABAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
TENTANG OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN “TEAMS GAMES TOURNAMENT”
MENGGUNAKAN MEDIA MISTERI CARD
PADA KELAS IV UPT SDNEGERI 200 GRESIK
TAHUN AJARAN 2021-2022

Anggi Windarto
(837447574)

Universitas Terbuka Pokjar Tulangan


UPBJJ Surabaya

Email : arif28.a271@gmail.com

ABSTRAK

Pelajaran matematika adalah pelajaran yang kurang diminati oleh peserta didik.
Anak seakan ketakutan dan bosan terhadap pelajaran matematika. Hasil observasi dan
sharing dengan guru kelas kelas IV UPT SD Negeri 200 Gresik pada tanggal 25 April
2021 bahwa peserta didik kelas IV UPT SD Negeri 200 Gresik pada mata pelajaran
matematika materi operasional bilangan bulat masih banyak yang nilainya kurang dari
KKM. Nilai KKM pada mata pelajaran tersebut adalah 70, dari 30 siswa hanya 10 yang
mencapai KKM, sedangkan 20 siswa lainnya belum mencapai KKM. Tujuan penelitian
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas IV UPT SD Negeri 200
Gresik pada mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan operasi hitung bilangan
bulat. Pada penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games
Tournament) dengan media misteri card. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas kolaboratif. Subjek dalam penelitian ini peserta didik kelas IV UPT SD Negeri 200
Gresik dengan jumlah siswa 32 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Indikator keberhasilan yang ditetapkan apabila
rata-rata nilai hasil tes dan persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik dari siklus I
ke siklus II mengalalami peningkatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika siswa mengalami peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan dengan kenaikan
rata-rata persentase ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan dari
62,5% menjadi 93,75%. Selain itu dari data observasi diperoleh sebelum diberikan
tindakan peserta didik terlihat kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran lebih didominasi oleh pendidik. Setelah diberikan tindakan peserta didik
terlihat lebih aktif dan antusias baik pada saat kegiatan tanya jawab maupun pada saat
kegiatan kelompok.

Kata kunci : hasil belajar matematika, model pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Team
Games Tournament), Media misteri card
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelajaran matematika adalah pelajaran yang kurang diminati oleh peserta didik.
Anak seakan ketakutan dan bosan terhadap pelajaran matematika. Pada hakekatnya
pelajaran matematika adalah ilmu deduktif yang abstrak, sedang anak usia SD relatif
berada pada pemikiran konkrit dengan kemampuan yang bervariasi. Penelitian yang
dilakukan Jean Peaget dan teman-teman (dalam Karso, dkk. 2014) menunjukkan
bahwa anak tidak bertindak dan berfikir sama seperti orang dewasa. Lebih-lebih
dalam pembelajaran matematika di SD, sesuatu yang abstrak dapat saja menjadi
sesuatu yang sangat sulit dimengerti oleh anak-anak. Oleh karena itu tugas pendidik
membantu anak untuk mengembangkan kemampuan intelektual yang sesuai dengan
perkembangan intelektual anak.
Dalam kegiatan belajar mengajar, hasil belajar yang di capai peserta didik tidak
sesuai dengan harapan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa
mempengaruhi proses dan hasil belajar setiap individu peserta didik, diantaranya yaitu
faktor internal (dari dalam diri) dan eksternal (luar diri) peserta didik.
Hasil observasi dan sharing dengan guru kelas kelas IV UPT SD Negeri 200
Gresik pada tanggal 25 April 2021 bahwa peserta didik kelas IV UPT SD Negeri 200
Gresik pada mata pelajaran matematika materi operasional bilangan bulat masih
banyak yang nilainya kurang dari KKM. Nilai KKM pada mata pelajaran tersebut
adalah 70, dari 30 siswa hanya 10 yang mencapai KKM, sedangkan 20 siswa lainnya
belum mencapai KKM.
Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar pada operasi hitung bilangan bulat dan
rendahnya motivasi peserta didik yang kesulitan belajar, maka diperlukan suatu
layanan bimbingan belajar. Layanan bimbingan belajar adalah kegiatan bimbingan
yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mencapai keberhasilan belajar
secara optimal. Sebagai pendidik yang berkompeten dan profesional tentunya
pendidik dalam proses belajar mengajar akan menggunakan model pembelajaran yang
dapat melibatkan peserta didik sehingga peserta didik aktif dalam belajar.
Bilangan bulat adalah bilangan utuh dalam arti bukan bilangan pecahan. Bilangan
bulat dinyatakan dengan B = ( ... , -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ... ). Operasi hitung bilangan
bulat yang diterapkan di SD adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian.
Sebagai pendidik, seorang pendidik harus mampu memahami dan menerapkan
berbagai metode dan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Seiring
dengan berkembangnya zaman telah banyak model-model pembelajaran yang bisa
kita dapatkan dari google, salah satunya adalah model pembelajaran TGT (Teams
Games Tournament). Dalam sistem pembelajaran yang seperti ini, peserta didik ikut
aktif dalam pembelajaran jadi tidak hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan
guru. (Aisyah, 2002) Pendidik harus melibatkan peserta didik secara aktif dalam
pembelajaran dengan kegiatan diskusi, kerja kelompok, melakukan permainan, atau
kegiatan laboratorium.
Model pembelajaran TGT (Team Games Tournament) merupakan jenis
pembelajaran kooperatif. Dengan model pembelajaran TGT (Team Games
Tournament) peserta didik yang pintar diusahakan dapat membantu peserta didik
yang kurang, sedangkan bagi peserta didik yang relatif sudah menguasai materi
diharapkan akan lebih memahami materi yang diajarkan. Dengan demikian, kegiatan
belajar tidak hanya untuk peserta didik yang berkemampuan tinggi saja tetapi juga
milik peserta didik yang berkemampuan rata-rata rendah. Keterlibatan peserta didik
secara aktif dalam proses belajar mengajar tentu saja dapat menciptakan kondisi
belajar menjadi lebih menyenangkan. Pemilihan model pembelajaran seperti ini
merupakan model pembelajaran alternatif yang menarik dan melibatkan siswa secara
aktif yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti perlu melakukan sebuah penelitian tindakan
kelas dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Operasi Hitung
Bilangan Bulat menggunakan Media Misteri Card dengan Model Teams Games
Tournament” pada kelas IV UPT SD NEGERI 200 GRESIK Tahun Ajaran 2021-
2022.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan kondisi pembelajaran di kelas IV UPT SD NEGERI 200
GRESIK terdapat beberapa kendala yakni :
1. Peserta didik kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar
2. Banyaknya siswa yang belum menguasai materi operasi bilangan bulat
3. Pendidik kurang kreatif dalam mengembangkan kegiatan pembeljaran
4. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik
C. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah ditemukan, peneliti dapat
menganalisa penyebab masalah tersebut diantaranya :
1. Pendidik masih menggunakan metode ceramah dalam melaksanakan
proses belajar mengajar sehingga peserta didik kurang aktif
2. Tidak aktifnya KKG di kecamatan Kedamean sehingga Pendidik pasif
dan kurang dorongan untuk menjadi pribadi yang lebih aktif dan kreatif

D. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Berdasarkan analisa masalah diatas peneliti bisa menerapkan pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan model TGT (Team Games Tournament) agar
peserta didik lebih aktif dan pembelajaran di kelas berjalan dengan menyenangkan.
Setiap bulannya diusahakan ada sebuah pertemuan KKG untuk menambah ilmu
dan pengetahuan pendidik agar lebih kreatif dan aktif dalam pembelajaran
sehingga dapat meningkatan hasil belajar peserta didik terutama di UPT SD
NEGERI 200 GRESIK.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: Apakah hasil belajar siswa UPT SD Negeri 200 Gresik pada
mata pelajaran matematika materi operasi bilangan bulat dapat ditingkatkan dengan
menggunakan model pembelajaran TGT dan media Misteri Card?

F. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa UPT SD Negeri 200 Gresik pada mata
pelajaran matematika materi operasi bilangan bulat dapat ditingkatkan dengan
menggunakan model pembelajaran TGT dan media Misteri Card

G. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini akan mengkaji model pembelajaran yang sesuai
untuk meningkatkan prestasi belajar matematika tentang operasi hitung bilangan
bulat dengan menggunakan model pembelajaran TGT (Team Games Tournament)
dan media misteri card. Dengan demikian temuan penilitian ini akan menambah dan
memperkaya khasanah pengetahuan di bidang model pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
Bagi siswa :
a. Memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan
b. Memiliki keterampilan konsep dasar operasi hitung bilangan bulat yang tepat
c. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika
Bagi pendidik :
a. Memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan
b. Meningkatkan kinerja pendidik dalam mengajakan operasi hitung bilangan bulat
c. Menambah pengetahuan pendidik dalam menggunakan metode dan model
pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran matematika
Bagi Lembaga :
a. Meningkatkan mutu pembelajaran matematika di SD
b. Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
II. KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Siswa SD

Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang paling dasar dalam pendidikan formal di
Indonesia. Sekolah Dasar dilaksanakan dalam waktu 6 tahun, mulai kelas 1 sampai kelas
6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama
(SMP) atau yang sederajat. Sekolah Dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun
swasta.

Sementara itu sebutan Masa Berkelompok dan Masa Penyesuaian Diri dikaitkan
dengan keinginan anak-anak untuk diterima teman-teman sebayanya sebagai anggota
kelompok, serta pentingnya penyesuaian diri di dalam kelompoknya. Setiap anak adalah
pelajar yang unik, memiliki kepribadian singular, latar belakang pengalaman, dan cara
belajar tertentu.

Menurut Preston (2020, 56-45), anak usia sekolah dasar mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :

1. Anak merespons (menaruh perhatian) terhadap bermacam-macam aspek dari


dunia sekitarnya.
2. Anak adalah seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki
dan menemukan sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui.
3. Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka
ingin aktif, belajar, dan berbuat.
4. Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci
yang seringkali kurang penting/bermakna.
5. Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam
pengalaman-pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS
sehingga dapat memahami orang-orang di sekitarnya. Misalnya pula dapat
dikembangkan dengan merumuskan hipotesis dan memecahkan masalah.

Sebagai guru harus memahami ciri-ciri anak tersebut dalam rangka kesiapan suatu
pembelajaran. Untuk dapat menghadapi bahan belajar dengan baik, siswa dituntut
menunjukkan adanya perhatian. Perhatian seseorang terhadap sesuatu dapat ditunjukkan
dari gerak-geriknya. Sebagai contoh seorang guru memberi tugas kepada siswanya untuk
mengamati lalu lintas di dekat sekolahnya, ternyata semua siswa tampak serius mencatat,
berdiskusi dengan temannya dengan wajah ceria. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-
siswa menjalankan tugas guru dengan baik dan penuh perhatian. Tetapi jika terjadi hal
yang sebaliknya, misalnya anak-anak hanya main sendiri, tidak mau mencatat dan
berdiskusi, berarti siswa kurang atau tidak ada perhatian. Perhatian menjadi titik awal
yang mengarah kepada belajar, perhatian merupakan prasyarat dalam belajar. Dengan
perhatian akan timbul ketertarikan terhadap sesuatu yang dihadapi, selanjutnya
diharapkan akan terjadi peristiwa belajar. Untuk itu, sangat penting bagi guru atau calon
guru untuk mengenal sifat-sifat atau karakteristik anak usia SD.

Menurut Jean Piaget, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional
konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat
membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa
belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik
bagi siswa. Hal ini dilakukan karena perhatian anak pada tingkat usia tersebut masih
mudah beralih, artinya dalam jangka waktu tertentu perhatian anak dapat tertarik kepada
banyak hal, tetapi waktu tertentu pula perhatian anak berpindah-pindah. Sifat lain bahwa
perhatian anak sering berfokus pada lingkungan terdekat. Kedekatan ini dapat bersifat
langsung maupun tidak langsung. Bersifat langsung, misalnya dalam melihat pesawat
terbang akan lebih tertarik pada bentuk dan warnanya dari pada fungsinya, artinya dalam
memahami suatu konsep anak-anak lebih tertarik pada wujud benda konkritnya. Begitu
juga pengalaman yang termediasi pun akan membawa anak kepada perhatian, misalnya
bahan bacaan atau cerita, sajian TV dapat mendekatkan anak pada dunia yang lebih luas.

B. Pembelajaran Matematika di SD

1. Pengertian Pembelajaran Matematika


Matematika merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu yaitu matematika,
fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu social dan linguistik. Didasarkan pada pandangan
konstruktivisme, hakikat matematika yakni anak yang belajar matematika dihadapkan
pada masalah tertentu berdasarkan konstruksi pengetahuan yang diperolehnya ketika
belajar dan anak berusaha memecahkannya (Hamzah, 2007 ; 126-132).
Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep
atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Namun
demikian, dalam pembelajaran pemahaman konsep sering diawali secara induktif melalui
pengalaman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk
mempelajari konsep matematika. Selama mempelajari matematika dikelas, aplikasi hasil
rumus atau sifat yang diperoleh dari penalaran deduktif maupun induktif sering
ditemukan meskipun tidak secara formal hal ini disebut dengan belajar bernalar
(Depdiknas, 2003 ; 5-6)
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang perhitungan, pengkajian\ dan
menggunakan nalar atau kemampuan berpikir seseorang secara logika dan pikiran yang
jernih. Sedangkan pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa dalam belajar. Bagaimana belajar memperoleh dan memproses
pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dimyati, dan Mujiono, 2002 ; 157).
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada
peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik
memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Muksetyo Gatot,
dkk, 2007 ; 1.26). Suatu proses pembelajaran yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang
dilakukan guru untuk menciptakan situasi kelas agar siswa belajar dengan menggunakan
model pembelajaran terbimbing.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika


Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, guru harus mampu
mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen yang satu
dengan lainnya dapat berinteraksi secara harmonis. Salah satu komponen dalam
pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode pembelajaran
secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran.
Sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran serta
media yang cocok dengan materi atau bahan ajar. Tujuan pembelajaran matematika
adalah melatih dan menumbuhkan cara berfikir sistematis, logis, kritis, kreatif, dan
konsisten, serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan
masalah (Prihandoko, 2006 ; 21)
C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. menurut Arifin
(2012: 298) mendefinisikan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan kegiatan
penilaian hasil belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya
panggkal dan puncak proses belajar. Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5).
Menurut Gagne (Aunurrahman 2013 :47), hasil belajar dapat berupa :
1. Informasi verbal,yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan  sesuatu dengan kata-kata
dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.
2. Keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencangkup belajar
konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi
disekolah.
3. Strategi kognitif yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan
jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan,
belajar, mengigat, dan berpikir.
4. Keterampialan motorik yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.
5. Sikap,yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang
yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor intelektual.
Dari pendapat ahli diatas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah gabungan dari
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan, menyalurkan aktivitas kognitif sendiri, yaitu suatu kemampuan internal
yang mempengaruhi tingkah laku seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-
kepercayaan serta faktor intelektual.

D. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran sistematis
untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalm tujuan tertentu
yang ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran merupakan gambaran umum namun
tetap mengerucut pada tujuan khusus. Hal tersebut membuat model pembelajaran
berbeda dengan metode pembelajaran yang sudah menerapkan langkah atau pendekatan
pembelajaran yang justru lebih luas cakupannya.
Suprihatiningrum (2013, hlm. 145) yang menyatakan bahwa model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur pembelajaran dengan sistematis
untuk mengelola pengalaman belajar siswa agar tujuan belajar tertentu yang diinginkan
bisa tercapai.
Menurut Trianto (2015, hlm. 51) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan sistem belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Saefuddin & Berdiati,
2014, hlm. 48).
Beradasarkan pendapat beberapa ahli diatas terlihat adanya kesamaan ciri khusus
yang menyelubungi semua pengertian model pembelajaran. Ciri khusus tersebut adalaha
adanya pola atau rencana yang sistematis. Untuk itu sebagai pendidik agar pembelajaran
berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan maka sebagai pendidik perlu sebuah
persiapan dan rencana pembelajaran.

E. Teams Games Tournament (TGT)


1. Pengertian Teams Games Tournament (TGT)
Menurut Kurniasih, 2012 “Teams Games Tournament” (TGT) adalah salah satu
tipe atau metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterakna, melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya dan mengandung unsur permainan. Sedangkan menurut (Kusumandari, 2011)
bahwa: “Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 5-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku/ras
yang berbeda”. Menurut (Slavin, 2005), “Teams Games Tournament (TGT) pada
awalnya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode
pembelajaran pertama dari Johns Hopkins”. Model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) adalah metode berkelompok yang mudah di terapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status.
Pada Teams Games Tournament (TGT) tidak terdapat kuis yang biasa digunakan
dalam model pembelajaran kooperatif lain. Sebagai penggantinya, diadakan turnamen
akademik setelah penyajian materi di kelas selesai. Dalam turnamen ini, siswa
berkompetisi dengan anggota kelompok lain untuk mendapatkan poin yang akan
disumbangkan pada skor kelompok.Turnamen memungkinkan siswa dari semua tingkat
untuk menyumbangkan dengan maksimal skor-skor bagi kelompoknya jika mereka
berusaha dengan maksimal, hal ini dikarenakan siswa berkemampuan akademik rendah
dan tinggi mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh prestasi, baik sebagai
individu maupun anggota kelompok.

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran TGT


Menurut Sutirman, 2013, langkah-langkah model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) sebagai berikut :
a. Persentasi materi
Pada awal pembelajaran guru hendaknya memberikan motivasi, apersepsi dan
menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian guru menyampaikan materi
pelajaran yang sesuai dengan indikator kompetensi yang harus dikuasai oleh
siswa. Penyampaian materi dapat secara langsung melalui ceramah oleh guru,
dapat pula dengan paket media pembelajaran audiovisual yang berisi materi yang
sesuai.
b. Pembentukan kelompok
Setelah materi disampaikan oleh guru di depan kelas, selanjutnya dibentuk
kelompokkelompok siswa. Kelompok terdiri dari 4-5 orang yang bersifat
heterogen dalam hal prestasi belajar, jenis kelamin, suku, maupun lainnya. Setiap
kelompok diberi lembar kerja atau materi dan tugas lainnya untuk didiskusikan
dan dikerjakan oleh kelompok. Kesuksesan setiap anggota kelompok akan
menjadi faktor keberhasilan kelompok.
c. Games tournament
Setelah siswa belajar dan berdiskusi dalam kelompok, selanjutnya dilakukan
permainan lomba (turnamen) yang bersifat akademik untuk mengukur
penguasaan materi oleh siswa. Permainan yang dilakukan adalah semacam lomba
cerdas cermat, dengan peserta perwakilan dari setiap kelompok. Soal dapat
diberikan dalam bentuk pertanyaan lisan atau dalam bentuk kartu soal yang
dipilih secara acak. Teknis pelaksanaan permainan turnamen ini adalah dimulai
dengan guru merangking siswa dalam setiap kelompok. Selanjutnya menyiapkan
meja turnamen sebanyak jumlah anggota dalam kelompok. Jika tiap kelompok
beranggotakan 4 orang, maka disiapkan empat meja. Meja pertama diisi oleh
siswa dengan rangking pertama di setiap kelompok, meja kedua diisi oleh siswa
dengan rangking kedua di setiap kelompok, meja ketiga diisi oleh siswa dengan
rangking ketiga di setiap kelompok, meja keempat diisi oleh siswa dengan
rangking empat di setiap kelompok. Setiap siswa dapat berpindah meja
berdasarkan prestasi yang diperolehnya pada turnamen. Siswa yang memperoleh
nilai tertinggi pada setiap meja naik ke meja yang lebih tinggi tingkatnya. Siswa
yang peringkat kedua tetap di meja semula, sedangkan siswa dengan nilai
terendah turun ke meja yang lebih rendah tingkatnya.
d. Penghargaan kelompok
Perolehan skor anggota kelompok dirata-rata menjadi skor kelompok. Individu
dan kelompok yang mencapai kriteria skor tertentu mendapat penghargaaan.

3. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)


Menurut (Suarjana, 2000) dalam (Ekocin, 2011) menyatakan model pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT) memiliki beberapa kelebihan di antaranya: (a) lebih
meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas, (b) mengedepankan penerimaan terhadap
perbedaan individu, (c) dengan waktu yang sedikit siswa dapat menguasai materi secara
mendalam, (d) proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, (e)
motivasi belajar lebih tinggi, serta (f) mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi
dengan orang lain. Di dalam TGT juga terdapat kelemahan di antaranya: bagi guru
sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi
akademis, serta adanya siswa berkemampuan tinggi yang kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada temannya.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
adalah strategi pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang
beranggotakan 4-5 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda,
dimulai dari guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta menyajikan materi, dan
siswa bekerja serta saling membantu dalam kelompok masing-masing untuk
menyelesaikan tugas atau memahami materi pelajaran dengan bimbingan guru, dan di
akhir pembelajaran diadakan turnamen untuk memastikan seluruh siswa menguasai
materi pelajaran.

F. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelejaran


Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi pelajaran kepada peserta didik dan dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar. Menurut Asyad (2015:10) Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat
merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.
Menurut Karim (2014:7) media pembelajaran adalah suatu perentara yang
menghubungkan si penyampai pesan dengan si penerima pesan , dalam hal ini pesan
berupa materi pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan dalam hal yang berhubungan
dengan program pendidikan.
Media memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan sebagai suatu sarana
atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam suatu proses
komunikasi antara komunikator dan komunikan (Asyar, 2011).
Secara umum media pembelajaran memiliki peran sebagai berikut :
a. Memperjelas penyajian pesan pembelajaran agar tidak terlalu bersifat verbal.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra.
c. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif peserta didik.
d. Menjadikan pengalaman manusai dari abstrak menjadi konkret.
e. Memberikan stimulus dan rangsangan kepada peserta didik untuk belajar secara
aktif.
f. Dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar.

G. Mistery Card

Mistery card atau bisa dikatakan kartu misteri merupakan media pembelajaran
yang memungkinkan seorang guru dapat menarik minat dan perhatian peserta didik
untuk ikut aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dimana dengan menggunakan media
pembelajaran ini mampu merangsang siswa untuk berpikir inovatif, kreatif, dan kritis.
Media pembelajaran mistery card terdiri dari kartu misterius, dikatakan misterius karena
kartu dimasukkan ke dalam amplop yang kemudian amplop diletakkan didalam suatu
kotak sehingga isi dari kartu tersebut tidak diketahui. Isi dari kartu dapat berupa materi,
pertanyaan, gambar, perintah maupun suatu petunjuk, bonus serta sanksi (Neneng Paisah,
dkk. 2013).

Pembelajaran dengan menggunakan mistery card membuat peserta didik tidak


merasa bosan dalam mengikuti pelajaran, mereka ingin dan ingin terus untuk belajar di
kelas, karena dipenuhi dengan rasa semangat dan antusiasme yang tinggi untuk
mengikuti pelajaran. Permainan mistery card didesain untuk menemukan konsep
membuat siswa berlatih dengan santai dan menyenangkan sehingga peserta didik lebih
mudah mengingat dan memahami materi operasi bilangan bulat.

H. Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat

Dalam penelitian ini materi pelajaran yang digunakan adalah materi “Operasi
Hitung Bilangan Bulat”.

a. Penjumlahan
Cara operasi hitung penjumlahan pada bilangan bulat sebagai berikut :
a + (-b) = a - b
-a + (-b) = -(a+b)

b. Pengurangan
Cara operasi hitung pengurangan pada bilangan bulat seperti berikut :
a - (-b) = a + b

-a - b = -(a+b)
c. Perkalian
Cara operasi hitung perkalian pada bilangan bulat seperti berikut :
(+) x (+) = (+)

(+) x (-) = (-)

(-) x (-) = (+)

(-) x (+) = (-)

d. Pembagian
Cara operasi hitung pembagian pada bilangan bulat sepertii berikut :
(+) : (+) = (+)

(+) : (-) = (-)

(-) : (-) = (+)

(-) : (+) = (-)

e. Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat


Aturan operasi hitung campuran bilangan bulat sebagai berikut :
1. Bilangan di dalam tanda kurung didahulukan.
2. Penjumlahan dan pengurangan adalah SAMA KUAT, sehingga pengerjaan
dimulai dari kiri.
3. Perkalian dan pembagian adalah SAMA KUAT, sehingga pengerjaan
dimulai dari kiri.
4. Perkalian dan pembagian LEBIH KUAT dibandingkan penjumlahan dan
pengurangan, sehingga dikerjakan terlebih dahulu.

I. Kerangka Berpikir

Hasil belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh seberapa besar pemahaman
peserta didik terhadap materi yang disampaikan oleh pendidik dengan menggunakan
metode yang tepat. Dalam hal ini peneliti ingin menguji pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan media mistery card
terhadap hasil belajar siswa. Karena pembelajaran kooperatif dirasa lebih tepat
digunakan supaya peserta didik lebih mudah memahami materi pelajaran yang
dianggap susah, karena peserta didik dapat mendiskusikan materi tersebut dengan
temannya sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Jika dibuat suatu gambar mengenai kerangka berpikir penelitian ini, maka dapat
dilihat seperti ini :

J. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini, maka dapat diangkat
suatu hipotesis penelitian sebagai berikut :
“Hasil belajar siswa UPT SD Negeri 200 Gresik pada mata pelajaran matematika
materi operasi bilangan bulat dapat ditingkatkan dengan menggunakan model
pembelajaran TGT dan media Misteri Card”.

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subjek, tempat, dan waktu serta pihak yang membantu penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik pada kelas IV UPT SD
Negeri 200 Gresik. Peserta didik pada kelas ini berjumlah 32, yang terdiri dari 12
laki-laki dan 18 perempuan.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di UPT SD Negeri 200 Gresik, yang beralamatkan
di Jl. Raya Kedamean no.45 Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik.
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian berlangsung pada saat penelitian dilaksanakan. Adapun
waktu penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu, dalam 4 kali pertemuan.
Berikut adalah tabel waktu pelaksanaan penelitian :
4.
No Hal Waktu Pelaksana

1 Mengidentifikasi Masalah 8 April 2022 Peneliti


Peneliti
2 Pelaksanaan RPP Siklus 1 9 April 2022
Menyiapkan RPP Perbaikan
3 15 April 2022 Peneliti
Siklus II
4 Pelaksanaan Siklus II 16 April 2022 Peneliti
Pihak yang Membantu
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perancang pelaksanaan
kegiatan penelitian siklus I dan siklus II dibantu oleh :
1. Ibu Dra. Anik Kirana, M.Pd selaku Dosen Pembimbing PKP.
2. Bpk. Akhmad Sodikin, S.Pd.,M.Si selaku Kepala Sekolah UPT SD Negeri
200 Gresik yang telah memberi ijin penuh untuk melakukan penelitian.
3. Rekan Pendidik UPT SD Negeri 200 Gresik yang telah mendukung, dan
memberi masukan terhadap proses penelitian

K. Desain Prosedur Perbaikan Kegiatan Pengembangan

Menurut Arikunto (2009:16) menyatakan bahwa secara garis besar terdapat empat
tahapan yang lazim dilalui dalam melaksanakan penelitian tindakan, yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun siklus
pelaksanaan PTK menurut John Eliot sebagai berikut :

Bagan siklus pelaksanaan PTK model Eliot (Mahmud, 2011:221)


Rencana pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus I sebagai berikut :
1. Perencanaan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,
oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan (Arikunto, 2009:17).
Dalam pelaksanaan penelitian ini, maka perencanaan pembelajarannya
sebagai berikut :
1. Menelaah materi pembelajaran dan menelaah indikator bersama tim
kolaborasi
2. Menyusun RPP sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dan
skenario pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran TGT
(Team Games Tournament) dengan media mistery card.
3. Menyiapkan media mistery cardnya
4. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa
5. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan pendidik,
peserta didik, dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan menurut Mahmud (2011: 220) mengenai apa yang dilakukan guru
atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan yang
diinginkan. Menurut Mulyasa (2011:71) Tindakan mencakup prosedur dan
tindakan yang dilakukan, serta proses perbaikan yang akan dilakukan. Setiap
siklus dilaksanakan satu kali pertemuan.
Pembelajaran matematika pada siklus I dilaksanakan melalui penerapan
model pembelajaran TGT (Team Games Tournament) dengan media mistery
card. Jika ternyata tindakan perbaikan pada siklus pertama belum berhasil
menjawab masalah yang menjadi kerisauan pendidik maka terdapat siklus
berikutnya yang langkah-langkahnya tetap sama dengan menerapkan model
pembelajaran TGT (Team Games Tournament) dengan media mistery card.
Dalam pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam 2 siklus. Siklus I, dan siklus II
akan dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah disusun.
3. Observasi
Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap peserta didik (Mahmud: 2011,220).
Observasi mencakup prosedur perekaman data tentang proses dan hasil
implementasi tindakan yang dilakukan (Mulyasa: 2011, 71).
Pada penelitian ini pengumpulan data tindakan kelas melalui observasi
langsung. Saat pelaksanaan observasi, peneliti berkolaborasi dengan pendidik
yang mengampu kelas IV A sebagai mitra. Observasi yang dilakukan bertujuan
untuk mengetahui keterampilan pendidik, aktivitas peserta didik dan hasil belajar
peserta didik dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan.
4. Refleksi
Refleksi menguraikan tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan
dan refleksi tentang proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilakukan, serta
kriteria dan rencana tindakan pada siklus berikutnya (Mulyasa: 2011, 71).
Berdasarkan hasil analisis peneliti melakukan refleksi, yaitu mencoba
mengkaji proses pembelajran yaitu keterampilan pendidik dan peserta didik,
serta hasil belajar peserta didik pada kelas IV A UPT SD Negeri 200 Gresik
Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik. Apakah sudah efektif melihat
ketercapain dalam indikator kinerja pada siklus pertama. Kemudian tim
kolaborasi membuat tindakan lanjut pernbaikan untuk siklus berikutnya mengacu
pada siklus sebelumnya.

L. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dapat dijelaskan dibawah ini :
1. Observasi
Menurut Sugiyono (2014:145), Observasi merupakan suatu proses yang
kompleks,suatu proses yang tersusum dari pelbagai proses biologis dan psikologis.
Observasi dilakukan untuk mengamati suatu kondisi atau keadaan dan perilaku
ketika proses pembelajaran berlangsung dari awal hingga akhir. Observasi dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa di
lapangan tentang pemahaman terhadap suatu konsep pembelajaran yang
disampaikan oleh guru.
2. Tes
Tes merupakan alat ukur yang dgunakan oleh seseorang untuk menilai
seberapa paham kemampuan seseorang dalam menerima pembelajaran. Tes dapat
berupa berbagai pertanyaan baik lisan maupun tertulis.. Dalam penelitian ini, tes
yang digunakan adalah yang berkaitan dengan tingkat kemampuan siswa dalam
pemahaman penjumlahan bilangan cacah. Bentuk tes yang digunakan adalah tes tulis
berupa soal uraian/essay.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2015:240), dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan
harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk
gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain sebagainya.
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto proses pelaksanaan
pembelajaran, dokumen-dokumen penunjang penelitian seperti nilai muatan mata
pelajaran Matematika peserta didik kelas IV UPT SD Negeri 200 Gresik selama
dilaksanakannya siklus pembelajaran, dan dokumen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).

M. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul (Sugiono, 2018:147). Kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel yang diteliti melakukan untuk meneliti,
memeriksa, mempelajari, membandingkan dan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah. Data yang diperoleh selama penelitian akan dianalisis baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Kuantitatif dapat dilihat dari perolehan nilai angka setiap siswa di
hasil tes. Analisis ini dihitung menggunakan statistik sederhana yaitu:
1) Untuk menilai keaktifan siswa dalam kerja kelompok
Tabel 3.2 Rekapitulasi Prestasi Observasi Kegiatan Siswa Pada Data Awal
Penilaian
No Item Observasi
3 2 1
Mendengarkan penjelasan atau instruksi dari
1
guru
2 Melakukan tanya jawab dengan guru
3 Bekerja dalam kelompok
Keaktifan siswa dalam menggunakan media
4
lidi
5 Mempresentasikan prestasi kerja kelompok
6 Menyimpulkan prestasi pembelajaran
Keterangan penilaian:
3= Baik
2= Cukup
1= Kurang
2) Untuk Menilai Keaktifan Guru
Tabel 3.3 Rekapitulasi Prestasi Observasi Aktivitas Guru
Penilaian
No Aspek yang diobservasi
3 2 1
1 Persiapan
a. Menggunakan bahan pembelajaran yang
sesuai GBPP
b. Merumuskan tujuan pembelajaran
c. Mengorganisasikan materi
d. Menggunakan alat bantu pembelajaran
e. Merencanakan skenario
f. Merencanakan prosedur dan jenis
penilaian
2 Pelaksanaan
a. Memotivasi siswa
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran
c. Mengadakan apersepsi
d. Menggunakan media
e. Menggunakan waktu secara efesien
f. Menangani pertanyaan dan respon siswa
g. Memantapkan penguasaan materi
pembelajaran
h. Mengembangkan sikap positif
3 Evaluasi
a. Melaksanakan evaluasi dalam proses
b. Melaksanakan evaluasi proses diakhir
pembelajaran
c. Membahas prestasi evaluasi
d. Memberikan tugas
e. Menutup pelajaran
Keterangan penilaian:
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Untuk menganalisis data prestasi observasi keaktifan guru dan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
F
× 100
P= N %
Keterangan:
P = Presentase aktivitas guru dan siswa
F = Banyaknya aktivitas guru dan siswa yang muncul
N = Jumlah aktivitas guru dan siswa keseluruhan (Indiarti, 2008)
3) Rata – rata
x=
∑x
∑N
Keterangan :
x : Nilai rata – rata
∑ x : Jumlah nilai seluruh siswa
∑ N : Jumlah siswa
(Suharsini Arikunto,2003:264)

4) Ketuntasan belajar
f
P= ×100 %
n
Keterangan :
P : Persentase ketuntasan
f : Jumlah frekuensi yang tuntas belajar
N : Jumlah siswa
( Depdikbud,1994)
Untuk Kualitatif berbentuk kalimat yang menggambarkan tentang kualitas
proses pembelajaran.
IV. HASIL dan PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan fakta yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran matematika


materi operasi hitung bilangan bulat di UPT SD Negeri 200 Gresik adalah hasil belajar
yang kurang memuaskan karena pada proses pembelajaran peserta didik banyak
bersikap pasif, media atau alat peraga yang kurang mendukung dan penyampaian materi
kurang dapat dipahami peserta didik. Berdasarkan masalah tersebut pendidik mencoba
menggunakan media konkret yakni mistery card yang jarang diketahui oleh peserta didik
yang dapat membuat peserta didik penasaran dan menarik rasa ingin tahuan peserta didik
. Pelaksanaan penelitian tindakan ini dilakukan selama dua siklus, yakni siklus I dan
siklus II. Berikut ini adalah uraian pada setiap siklusnya :

1. Siklus 1
Dalam pelaksanaan perbaikan siklus I ini, ada 4 tahapan yang dilakukan yaitu :
a. Perencanaan (Planning)
Rencana perbaikan pada siklus I ini dilaksanakan pada hari kamis, 7 April
2022 di kelas IV UPT SD Negeri 200 Gresik. Pada pelaksanaan kegiatan
perbaikan pembelajaran siklus I ini, peneliti bertindak sebagai pengajar yang
kemudian mempersiapkan skenario yang direncanakan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sedangkan teman sejawat mengamati
berlangsungnya kegiatan pembelajaran dari awal hingga selesai. Materi yang
diberikan kepada peserta didik adalah Matematika Operasi Hitung Bilangan Bulat.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berpedoman
pada KI dan KD mata pelajaran Matematika materi operasi hitung bilangan
bulat.
2) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan yaitu kartu dan
amplop yang sudah ada di dalam kelas.
3) Menyiapkan lembar kerja Peserta didik yang digunakan untuk mengukur
pemahaman peserta didik.
4) Menyiapkan lembar observasi peserta didik dan pendidik yang akan
digunakan untuk mengamati aktivitas peserta didik dan pendidik selama
proses pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan (action)
Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilakukan pada hari jum’at, 8 April 2022.
Waktu pelaksanaan tindakan siklus I ini dimulai pada pukul 08.00 – 09.30 dalam
satu kali dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Penelitian tindakan ini dilaksanakan
di kelas IV UPT SD Negeri 200 Gresik dengan jumlah Peserta didik dalam satu
kelas adalah 32 anak. Proses pembelajaran mengacu pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.
c. Pengamatan (observing)

Tahapan pengamatan atau observasi dari pembelajaran di siklus I ini adalah


hasil observasi aktivitas pendidik dan hasil observasi aktivitas peserta didik ketika
pembelajaran berlangsung. Berikut adalah data-data dari aktivitas pendidik dan
peserta didik dalam pembelajaran siklus I :

1. Data Aktivitas pendidik dalam pembelajaran siklus I


Berikut disajikan tabel hasil observasi aktivitas pendidik saat pembelajaran
pada siklus I :

Data Aktivitas Pendidik Siklus I

Skor Nilai
No. Aspek yang Diamati
1 2 3 4
A. Persiapan
Membuat Rencana Pelaksanaan
1. √ 3
Pembelajaran (RPP) Siklus I
Mempersiapkan media yang akan
2. √ 3
digunakan
3. Mempersiapkan lembar kerja √ 3
Peserta didik
B. Pelaksanaan
Pendidik memberi salam kepada
1. √ 4
Peserta didik
Pendidik menyapa, menanyakan
2. kabar kepada Peserta didik, dan √ 4
melakukan apersepsi
Pendidik memberikan motivasi
3. √ 3
kepada Peserta didik
Pendidik menyampaikan tujuan
4. √ 3
pembelajaran
Pendidik melakukan berdoa
5. √ 4
bersama Peserta didik
Kecakupan materi dengan
6. √ 3
kompetensi pembelajaran
Pendidik menyampaikan pengantar
7. materi Matematika tentang √ 3
mendeskripsikan benda
Pendidik melakukan tanya jawab
8. √ 3
dengan Peserta didik
Pendidik menunjukkan cara
9. mendeskripsikan benda dengan √ 3
kalimat yang baik dan benar
Pendidik memberi perintah dan
petunjuk dengan jelas tentang
10. √ 3
penggunaan ejaan yang benar
dalam menulis deskripsi
Menunjukkan kesesuaian model
pembelajaran dengan indikator,
11. √ 3
materi ajar, dan karakteristik
Peserta didik
Performance (suara yang jelas
dalam penyampaian materi, posisi
Pendidik dalam menjelaskan materi
12. dan ketika proses pembelajaran, √ 3
interaksi yang baik antara Pendidik
dan Peserta didik dalam
pembelajaran)
Pendidik melakukan tanya jawab
13. mengenai hal-hal yang belum √ 3
dipahami oleh peserta didik
Pendidik memberikan evaluasi
14. kepada Peserta didik dengan √ 3
memberikan soal
Pendidik merefleksi kembali
15. pembelajaran yang sudah dilakukan √ 2
hari ini
C. Suasana Kelas
1. Kondusif √ 2
2. Aktif dan interaktif √ 2
Jumlah Skor yang Diperoleh 60
Jumlah Skor Maksimal 80
Persentase Aktivitas Pendidik 75%
Kriteria Baik
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa jumlah skor yang diperoleh
pendidik pada siklus I adalah 60, maka didapatkan nilai presentase aktivitas
pendidik adalah 75%. Dengan perolehan tersebut dapat disimpulkan bahwa
aktivitas pendidik selama kegiatan pembelajaran dikategorikan baik.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kegiatan pendidik dalam


melaksanakan pembelajaran sudah baik, hanya saja masih terdapat beberapa
kekurangan dalam proses pembelajaran sehingga memerlukan perbaikan lagi
dalam pembelajaran berikutnya agar tercapainya ketuntasan dalam pembelajaran di
dalam kelas sesuai dengan harapannya.

2. Data observasi peserta didik dalam pembelajaran siklus I


Pengamatan aktivitas peserta didik dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung, berikut adalah tabel hasil observasi aktivitas peserta didik pada
siklus I :
Data Aktivitas Siswa Siklus I

Skor Jum
No. Aspek yang Diamati
1 2 3 4 lah

A. Persiapan
Siswa antusias ketika guru
1. √ 3
menyampaikan apersepsi
Siswa siap untuk menerima materi
2. √ 3
yang akan diberikan
Siswa semangat dalam memulai
3. √ 3
pembelajaran
Siswa berkonsentrasi penuh dalam
4. √ 3
pembelajaran
B. Pelaksanaan
Siswa memperhatikan penjelasan
1. √ 4
yang diberikan guru
2. Siswa aktif bertanya √ 2
Siswa aktif menjawab pertanyaan
3. √ 3
yang diberikan guru secara lisan
Siswa mengerjakan tugas yang
4. √ 3
diberikan oleh guru tepat waktu
Siswa aktif berdiskusi dengan
5. √ 3
teman sekelompoknya
Siswa tekun dalam mengerjakan
6. √ 3
tugas yang diberikan oleh guru
Siswa berani menyampaikan
7. pendapat ketika diskusi didalam √ 3
kelas
Siswa mendeskripsikan benda yang
8. telah ditentukan guru dengan √ 3
kalimat yang baik dan benar
Saling membantu dan
9. √ 3
menyelesaikan tugas kelompok
Sisw aktif bekerja sama dalam
10 √ 3
kelompok
Siswa menunjukkan kepedulian
11. terhadap teman-teman yang belum √ 2
berhasil
Siswa berani menyampaikan hasil
12. √ 3
diskusi di depan kelas
Siswa aktif menanggapi presentasi
13. √ 2
dari teman lain yang sedang tampil
Siswa aktif bertanya kepada guru
14. tentang materi yang belum √ 3
dipahami
Siswa mengerjakan soal tes
15. evaluasi yang diberikan guru √ 3
dengan tertib
Siswa memperhatikan ketita guru
16. memberikan penguatan dan √ 4
kesimpulan tentang materi hari ini
Jumlah Skor yang Diperoleh 59
Jumlah Skor Maksimal 80
Persentase Aktivitas Siswa 73,75%
Kriteria Cukup
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa skor yang diperoleh pada
siklus I yaitu 59 dari jumlah skor maksimal 80. Maka didapatkan nilai akhir
persentase aktivitas siswa sebesar 73,75%. Dengan perolehan ini maka bisa
dikatakan bahwa observasi aktivitas peserta didik pada siklus I dikatakan cukup
baik.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa peserta didik dalam melaksanakan
pembelajaran di dalam kelas sudah cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan
agar tercapainya hasil belajar yang memuaskan.
3. Data Hasil Belajar
Data ini didapatkan dari hasil tes evaluasi peserta didik tentang operasi hitung
bilangan bulat pada siklus I. Berikut adalah tabel data peserta didik pada siklus
I:
Nilai Individu Tahap Siklus I

Kode Nama Jenis


No. KKM Nilai Keterangan
Siswa Kelamin
1. AKS L 75 80 T
2. AH L 75 75 T
3. AR P 75 70 TT
4. AF P 75 75 T
5. AK P 75 65 T
6. AS P 75 75 TT
7. BS L 75 85 T
8. CM P 75 80 T
9. EN L 75 90 T
10. FP L 75 80 T
11. FR L 75 85 T
12. FSA P 75 80 T
13. FS L 75 60 TT
14. GP P 75 80 TT
15. GS P 75 50 TT
16. KA P 75 85 TT
17. KS L 75 65 TT
18. MD L 75 70 TT
19. MR L 75 80 T
20. NAC P 75 90 T
21. NDS P 75 80 T
22. NE P 75 80 TT
23. NF L 75 72 TT
24. NK P 75 70 TT
25. NZ P 75 80 T
26. NL P 75 60 TT
27. NM L 75 80 T
28. RA L 75 90 T
29. RR L 75 78 T
30. RS P 75 75 T
31. WD L 75 80 T
32. WE L 75 80 T
Jumlah 2445
Keterangan :
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah peserta didik yang tuntas = 20 anak
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas = 12 anak

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata dari


pembelajaran dengan media mistery card dalam materi operasi hitung bilangan
bulat adalah 76 dan hasil persentase ketuntasan belajar seluruh peserta didik
sebesar 62,5 %. Meskipun dapat dikatakan mengalami peningkatan daripada
sebelumnya, namun hasil pada siklus I masih belum memenuhi kriteria
kelulusan yang ditentukan peneliti, maka dari itu penelitian akan dilanjutkan
pada siklus II dengan harapan akan mencapai kriteria ketuntasan yang
diinginkan peneliti.

d. Refleksi (reflecting)
Setelah melakukan pembelajaran dan melihat data hasil penelitian, peneliti
merefleksi proses pembelajaran pada siklus I. Berikut hasil refleksi pada
pembelajaran siklus I :
1. Pendidik masih belum sepenuhnya menguasai kelas
2. Pendidik masih kurang dalam penguatan di kelas
3. Peserta didik masih kurang memahami model bermain yang disuguhkan
pendidik
4. Peserta didik masih belum bisa menanggapi
2. Siklus II
Pada siklus II peneliti mengulang kembali siklus I hanya saja dengan beberapa
perubahan untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, namun tahapan pada siklus II
sama dengan tahapan pada siklus I yaitu :
a. Perencanaan (Planning)
Rencana perbaikan pada siklus II ini dilaksanakan pada hari kamis, 14 April
2022 di kelas IV UPT SD Negeri 200 Gresik. Pada pelaksanaan kegiatan
perbaikan pembelajaran siklus II ini, peneliti bertindak sebagai pengajar yang
kemudian mempersiapkan skenario yang direncanakan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sedangkan teman sejawat mengamati
berlangsungnya kegiatan pembelajaran dari awal hingga selesai. Materi yang
diberikan kepada peserta didik adalah Matematika Operasi Hitung Bilangan Bulat.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
5) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berpedoman
pada KI dan KD mata pelajaran Matematika materi operasi hitung bilangan
bulat.
6) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan yaitu kartu dan
amplop yang sudah ada di dalam kelas.
7) Menyiapkan lembar kerja Peserta didik yang digunakan untuk mengukur
pemahaman peserta didik.
8) Menyiapkan lembar observasi peserta didik dan pendidik yang akan
digunakan untuk mengamati aktivitas peserta didik dan pendidik selama
proses pembelajaran berlangsung.

b. Pelaksanaan (action)
Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilakukan pada hari jum’at, 15 April 2022.
Waktu pelaksanaan tindakan siklus I ini dimulai pada pukul 08.00 – 09.30 dalam
satu kali dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Penelitian tindakan ini dilaksanakan
di kelas IV UPT SD Negeri 200 Gresik dengan jumlah Peserta didik dalam satu
kelas adalah 32 anak. Proses pembelajaran mengacu pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.

c. Pengamatan (observing)

Tahapan pengamatan atau observasi dari pembelajaran di siklus II ini adalah


hasil observasi aktivitas pendidik dan hasil observasi aktivitas peserta didik ketika
pembelajaran berlangsung. Berikut adalah data-data dari aktivitas pendidik dan
peserta didik dalam pembelajaran siklus II :

1. Data Aktivitas pendidik dalam pembelajaran siklus II


Berikut disajikan tabel hasil observasi aktivitas pendidik saat pembelajaran
pada siklus II :

Data Aktivitas Pendidik Siklus II

Skor Nilai
No. Aspek yang Diamati
1 2 3 4

A. Persiapan

Membuat Rencana Pelaksanaan


1. √ 3
Pembelajaran (RPP) Siklus II

Mempersiapkan media yang akan


2. √ 4
digunakan

Mempersiapkan lembar kerja


3. √ 3
Peserta didik

B. Pelaksanaan

Pendidik memberi salam kepada


1. √ 4
Peserta didik

Pendidik menyapa, menanyakan


2. kabar kepada Peserta didik, dan √ 4
melakukan apersepsi
Pendidik memberikan motivasi
3. √ 3
kepada Peserta didik

Pendidik menyampaikan tujuan


4. √ 3
pembelajaran

Pendidik melakukan berdoa


5. √ 4
bersama Peserta didik

Kecakupan materi dengan


6. √ 3
kompetensi pembelajaran

Pendidik menyampaikan pengantar


7. materi Matematika tentang √ 4
mendeskripsikan benda

Pendidik melakukan tanya jawab


8. √ 4
dengan Peserta didik

Pendidik menunjukkan cara


9. mendeskripsikan benda dengan √ 4
kalimat yang baik dan benar

Pendidik memberi perintah dan


petunjuk dengan jelas tentang
10. √ 3
penggunaan ejaan yang benar
dalam menulis deskripsi

Menunjukkan kesesuaian model


pembelajaran dengan indikator,
11. √ 3
materi ajar, dan karakteristik
Peserta didik

Performance (suara yang jelas


dalam penyampaian materi, posisi
Pendidik dalam menjelaskan materi
12. dan ketika proses pembelajaran, √ 4
interaksi yang baik antara Pendidik
dan Peserta didik dalam
pembelajaran)

Pendidik melakukan tanya jawab


13. mengenai hal-hal yang belum √ 4
dipahami oleh peserta didik

Pendidik memberikan evaluasi


14. kepada Peserta didik dengan √ 4
memberikan soal

Pendidik merefleksi kembali


15. pembelajaran yang sudah dilakukan √ 3
hari ini

C. Suasana Kelas

1. Kondusif √ 4
2. Aktif dan interaktif √ 3

Jumlah Skor yang Diperoleh 71

Jumlah Skor Maksimal 80

Persentase Aktivitas Pendidik 88,75%

Kriteria Baik

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa jumlah skor yang diperoleh
pendidik pada siklus II adalah 71, maka didapatkan nilai presentase aktivitas
pendidik adalah 88,75%. Dengan perolehan tersebut dapat disimpulkan bahwa
aktivitas pendidik selama kegiatan pembelajaran dikategorikan baik.

2. Data observasi peserta didik dalam pembelajaran siklus II


Pengamatan aktivitas peserta didik dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung, berikut adalah tabel hasil observasi aktivitas peserta didik pada
siklus II :
Data Aktivitas Siswa Siklus II

Skor Jum
No. Aspek yang Diamati
1 2 3 4 lah

A. Persiapan
Siswa antusias ketika guru
1. √ 4
menyampaikan apersepsi
Siswa siap untuk menerima materi
2. √ 4
yang akan diberikan
Siswa semangat dalam memulai
3. √ 4
pembelajaran
Siswa berkonsentrasi penuh dalam
4. √ 4
pembelajaran
B. Pelaksanaan
Siswa memperhatikan penjelasan
1. √ 4
yang diberikan guru
2. Siswa aktif bertanya √ 4
Siswa aktif menjawab pertanyaan
3. √ 3
yang diberikan guru secara lisan
Siswa mengerjakan tugas yang
4. √ 3
diberikan oleh guru tepat waktu
Siswa aktif berdiskusi dengan
5. √ 3
teman sekelompoknya
Siswa tekun dalam mengerjakan
6. √ 3
tugas yang diberikan oleh guru
Siswa berani menyampaikan
7. pendapat ketika diskusi didalam √ 3
kelas
Siswa mendeskripsikan benda yang
8. telah ditentukan guru dengan √ 3
kalimat yang baik dan benar
Saling membantu dan
9. √ 3
menyelesaikan tugas kelompok
Sisw aktif bekerja sama dalam
10 √ 3
kelompok
Siswa menunjukkan kepedulian
11. terhadap teman-teman yang belum √ 3
berhasil
Siswa berani menyampaikan hasil
12. √ 3
diskusi di depan kelas
Siswa aktif menanggapi presentasi
13. √ 4
dari teman lain yang sedang tampil
Siswa aktif bertanya kepada guru
14. tentang materi yang belum √ 4
dipahami
Siswa mengerjakan soal tes
15. evaluasi yang diberikan guru √ 4
dengan tertib
Siswa memperhatikan ketita guru
16. memberikan penguatan dan √ 4
kesimpulan tentang materi hari ini
Jumlah Skor yang Diperoleh 70
Jumlah Skor Maksimal 80
Persentase Aktivitas Siswa 87,5%
Kriteria Sudah Baik
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa skor yang diperoleh pada
siklus I yaitu 59 dari jumlah skor maksimal 80. Maka didapatkan nilai akhir
persentase aktivitas siswa sebesar 73,75%. Dengan perolehan ini maka bisa
dikatakan bahwa observasi aktivitas peserta didik pada siklus II dikatakan sudah
baik. .
3. Data Hasil Belajar
Data ini didapatkan dari hasil tes evaluasi peserta didik tentang operasi hitung
bilangan bulat pada siklus II. Berikut adalah tabel data peserta didik pada
siklus I :
Nilai Individu Tahap Siklus I

Kode Nama Jenis


No. KKM Nilai Keterangan
Siswa Kelamin
1. AKS L 75 85 T
2. AH L 75 80 T
3. AR P 75 80 T
4. AF P 75 75 T
5. AK P 75 80 T
6. AS P 75 80 T
7. BS L 75 85 T
8. CM P 75 80 T
9. EN L 75 90 T
10. FP L 75 80 T
11. FR L 75 85 T
12. FSA P 75 80 T
13. FS L 75 76 T
14. GP P 75 80 T
15. GS P 75 75 T
16. KA P 75 85 T
17. KS L 75 75 T
18. MD L 75 75 T
19. MR L 75 80 T
20. NAC P 75 90 T
21. NDS P 75 80 T
22. NE P 75 80 T
23. NF L 75 75 T
24. NK P 75 75 T
25. NZ P 75 80 T
26. NL P 75 75 T
27. NM L 75 80 T
28. RA L 75 90 T
29. RR L 75 73 TT
30. RS P 75 74 TT
31. WD L 75 80 T
32. WE L 75 80 T
Jumlah 2564

Keterangan :
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah peserta didik yang tuntas = 32 anak
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas = 0 anak

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata dari


pembelajaran dengan media mistery card dalam materi operasi hitung bilangan
bulat adalah 80 dan hasil persentase ketuntasan belajar seluruh peserta didik
sebesar 93,75 %. Meskipun dapat dikatakan mengalami peningkatan daripada
sebelumnya, namun hasil pada siklus II masih belum memenuhi kriteria
kelulusan yang ditentukan peneliti, maka dari itu penelitian akan dilanjutkan
pada siklus II dengan harapan akan mencapai kriteria ketuntasan yang
diinginkan peneliti.

d. Refleksi (reflecting)
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan peneliti terhadap
pelaksanaan pembelajaran di siklus II dinyatakan berhasil karena proses
pembelajaran dengan menggunakan media lidi berjalan dengan baik, dan seluruh
kekurangan yang ada pada siklus I dapat diselesaikan dan diperbaiki dengan baik
pada siklus II ini. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dan
siswa, serta hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan. Perolehan persentase
aktivitas guru pada siklus I yang semula 75% menjadi 88,75% di siklus II.
Persentase aktivitas siswa pada siklus I yang semula 73% menjadi 87% di siklus
II. Serta persentase hasil belajar siswa pada siklus I yang semula 62,5% menjadi
93,75%di siklus II. Dari hasil tersebut, maka peneliti tidak perlu lagi melakukan
siklus selanjutnya.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan

Setelah melaksanakan penelitian selama dua siklus dengan menerapkan model


TGT dan dengan media mistery card, proses pembelajaran berjalan dengan baik. Hal
ini dikarenakan adanya perbaikan dari kekurangan yang diperoleh dari refleksi diri
setelah pembelajaran. Penggunanaan model TGT dan media mistery card dapat
membantu meningkatkan hasil belajar operasi hitung bilangan bulat peserta didik
kelas IV UPT SD Negeri 200 Gresik. Serta meningkatkan antusiasme dan keaktifan
siswa selama proses pembelajaran karena adanya persaingan antar kelompok dalam
mengerjakan soal melalui game tersebut dan adanya reward bagi kelompok yang
mendapatkan nilai tertinggi. Hasil observasi pada perbaikan pembelajaran selama dua
siklus ini mengalami peningkatan yang dapat dilihat dari persentase ketuntasan pada
setiap siklusnya. Berikut adalah tabel perbandingan pada kegiatan perbaikan dari pra-
siklus sampai dengan siklus II :
Perbandingan Pada Setiap Pelaksanaan Perbaikan

No. Kegiatan Pra-Siklus Siklus I Siklus II


1 Aktivitas Guru 63% 75% 88%
2 Aktivitas Siswa 50% 73% 87%
Ketuntasan Hasil
3 37% 62,5% 93,75%
Belajar Siswa

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa tingkat persentase pada setiap
siklus aspek kegiatan peserta didik dan pendidik mengalami peningkatan. Peneliti
telah berhasil meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV UPT SD Negeri 200
Gresik. Peneliti berhasil memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus
sebelumnya dengan baik, sehingga meningkatkan antusias dan semangat siswa dalam
belajar.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pembelajaran siklus I dan


siklus II diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media lidi akan lebih menarik
perhatian peserta didik yang kemudian mendorong rasa ingin tahu anak untuk aktif
bertanya dan berdiskusi dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa pun akan
meningkat, baik hasil belajar secara kelompok maupun secara individu.
Dikarenakan penelitian ini telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah
ditentukan oleh peneliti, maka penelitian ini telah dinyatakan berhasil, dan tidak perlu
pelaksanaan perbaikan siklus berikutnya.

V. SIMPULAN dan SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan deskripsi data yang telah diuraikan, maka
peneliti menyimpulakan bahwa hasil belajar peserta didik UPT SD Negeri 200
Gresik pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung bilangan bulat dengan
menggunakan model pembelajaran TGT (team games tournament) dan media
misteri card mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan adanya
peningkatan rata-rata nilai hasil tes dan persentase ketuntasan belajar pada siklus I
dan siklus II. Rata-rata persentase ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II
mengalami kenaikan dari 62,5% menjadi 93,75% sehingga dapat diketahui ada
peningkatan sebesar 31,25%, hal ini membuktikan bahwa penggunaan model
pembelajaran TGT (team games tournamen) dengan media mistery card dalam
pelajaran matematika materi operasi hitung bilangan bulat dapat meningkatkan hasil
belajar pesertra didik pada kelas IV UPT SD Negeri 200 Gresik.
B. Saran dan Tindak Lanjut

Berdasarkan proses penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat


memberikan saran tindak lanjut yang hendaknya dilakukan oleh pendidik sebagai
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
1. Dalam menyiapkan materi yang akan diajarkan ke peserta didik, hendaknya
pendidik lebih kreatif dalam mengemas pembelajaran tersebut sehingga
peserta didik tidak mudah bosan.
2. Pemberian motivasi sebelum materi dan sesudah materi menambah semangat
peserta didik untuk mengikuti materi dengan lebih serius lagi.
3. Pendidik hendaknya lebih membuka wawasan dengan mencari atau bertanya
kepada teman sejawatnya untuk menambah pengalaman dan menambah
metode serta model pembelajarannya di kelas.
4. Pendidik harusnya mampu menciptakan suasana yang nyaman dan menarik
bagi peserta didik.
5. Peserta didik diusahakan untuk selalu aktif dalam pembelajaran agar
pemikiran peserta didik lebih berkembang dan lebih kreatif.
6. Mengkaitkan materi dengan kehidupan peserta didik sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Karso, Dkk. 2014. Pendidikan Matematika 1. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Lentera Kecil. 2018. Mengenal Karakteristik Siswa Sekolah Dasar. Diakses pada 27 Mei
2022, dari https://lenterakecil.com/mengenal-karakteristik-siswa-sekolah-dasar/

Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Depdiknas. 2003. Pembelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Muksetyo Gatoto, dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Prihandoko. 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika secara benar dan
menarik. Jakarta: Dediknas

Huda, Fatkhan Amirul. 2017. Pengertian Hasil Belajar. Diakses pada 27 Mei 2022, dari
Pengertian Hasil Belajar ~ Fatkhan.web.id

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Trianto. 2015. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara

Saefuddin, A. Dan Berdiati. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Kumandari, Erna. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif TGT. Diakses pada 27 Mei
2022, dari http://biologi.fkip.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2011/05/11.009-Penerapan-
Pembelajaran-Kooperatif-TGT.pdf

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media

Sutirman. 2013. Media dan Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Ekocin. 2011. Model Pembejaran Teams Games Tournaments. Diakses pada 27 Mei 2022,
dari http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-
tournaments-tgt-2/
Edi, Elisa. 2016. Pengertian Media Pembelajaran. Diakses pada 27 Mei 2022, dari Pengertian
Media Pembelajaran | EduChannel Indonesia

Neneng, Paisah. 2013. Penerapan Media Kotak dan Kartu Misterius. Diakses pada 27 Mei
2022, dari 200829-penggunaan-media-pembelajaran-kotak-dan.pdf (neliti.com)

Suharsimi, Arikunto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D) Bandung: CV Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai