BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes merupakan salah satu gangguan kesehatan dengan jumlah penderita yang cukup besar
didalam populasi penduduk dunia. Diabetes merupakan suatu bentuk kelainan atau gangguan
metabolisme tubuh, dimana tubuh penderita diabetes mengalami gangguan mengolah karbohidrat
dikarenakan kurangnya hormon insulin atau mengalami kekurangan transporter glukosa. Adapun
penanganan diabetes melitus pada ibu hamil memerlukan perhatian yang serius karena menyangkut 2
nyawa yaitu : nyawa sang ibu serta janin yang tengah dikandung. Ibu hamil memiliki resiko mengalami
diabetes gestational yang biasanya diakibatkan karena obesitas dan hipertensi.
Semua ibu hamil pada suatu waktu dalam masa kehamilannya akan menjalani pemeriksaan untuk men-
screening diabetes gestasional. terutama pada ibu hamil yang usianya diatas 35 tahun, berat badan
berlebih, atau yang memiliki riwayat diabetes dalam keluarga dapat menjalani pemeriksaan ini lebih
awal dan lebih sering. Ibu hamil yang sebelum masa kehamilan tidak menderita diabetes melitus juga
berisiko untuk menderita diabetes melitus gestasional pada masa kehamilan.
Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu dan juga
janin yang tengah dikandungnya. Melakukan pemeriksaan teratur guna mengecek kondisi gula darah
merupakan tindakan yang sangat dianjurkan dan juga teratur mengunjungi dokter guna menjalani
konsultasi medis. Adapun penangan diabetes melitus pada ibu hamil sebagai usaha menjaga kestabilan
kondisi tubuh seperti melakukan pengaturan pola makan guna mengurangi resiko terjadinya
hipoglikemia.
Sekitar 2-5% ibu hamil dapat mengalami diabetes gestasional dengan peningkatan hingga 7-9% pada
populasi dengan ibu yang memiliki faktor risiko. Biasanya pemeriksaaan untuk screening penyakit ini
dilakukan pada masa antara kehamilan minggu ke-24 dan ke-28 karena pada saat ini plasenta
memproduksi hormon dalam yang dapat mengakibatkan resistensi insulin dalam jumlah banyak. Jika
hasil pemeriksaan didapatkan kadar yang meningkat, pemeriksaan selanjutnya perlu dilakukan untuk
konfirmasi diagnosis diabetes gestasional.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2 Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
TINJAUAN TEORI
1. KONSEP DASAR
A. Definisi
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir (syaifuddin, 2006).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi yang berakhir
sampai permulaan persalinan (Manuaba,2008).
Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa pembentukan
bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika,2009).
Jadi, kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin yang diawali dengan adanya pembuahan
dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi di hitung dari hari pertama haid terakhir.
Diabetes melitus merupakan kelainan herediter dengan ciri influensi atau absennya insulin dalam
sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan berkurangnya glikogenesis (Wahyu Purwaningsih,
2010).
Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu dan juga
janin yang tengah dikandungnya.
B. Etiologi
Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah insulin
yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran sel.
C. Patofisiologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang
pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Glukosa dapat difusi secara tetap melalui
plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar dalam darah ibu.
Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar dalam janin.
Pengendalian yang utama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain yaitu estrogen,
steroid, plasenta laktogen. Akibat lambatnya reabsorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif
lama dan menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat mencapai 3 kali
dari keadaan normal yang disebut: tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi
retensi insulin yaitu bila ditambah dengan estrogen eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia. Yang
menjadi masalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatif
hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia / diabetes kehamilan. Retensi insulin juga disebabkan
oleh adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen yang
mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi fungsi insulin. keadaan yang disebut
hiperglikemia, sehingga dapat menyembuhkan kondisi kompensasi tubuh seperti meningkatkan rasa
haus (polidipsi) mengekskresikan cairan (poliuri), mudah lapar (polifagi)
1. DM Tipe 1 (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung insulin (T1) yaitu kasus
yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
2. DM Tipe 11 (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak tergantung insulin (TT1)
yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah
3. Diabetes mellitus gestasional (DMG) atau diabetes laten yaitu diabetes yang hanya timbul dalam
kehamilan. Pengobatan tidak memerlukan insulin cukup dengan diit saja.
Ada beberapa macam klasifikasi berdasarkan kelas, salah satunya menurut White (1965)
1. Kelas A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau diabetes kehamilan dengan
kadar gula darah normal setelah makan, tetapi terjadi meningkatkan kadar glukosa 1 atau 2 jam. Ibu
tidak memerlukan insulin, cukup dioabati dengan perawatan diet.
2. Kelas B. Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama 10 tahun, tidak
disertai kelainan pembuluh darah.
3. Kelas C. Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama 10-19 tahun dengan
tidak disertai penyakit vascular.
4. Kelas D. Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia 10 tahun disertai
dengan kelainan pembuluh darah.
5. Kelas E. Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul termasuk arteri uterus.
3. Obesitas
5. Adanya hidramnion
8. Herediter
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Mansjoer, (2000), yaitu sebagai berikut :
1. Polifagia.
2. Poliuria
3. Polidipsi
4. Lemas
5. BB menurun
6. Kesemutan
7. Gatal.
8. Mata kabur
9. Pruritus vulva.
10. Ketonemia
11. Glikosuria
3. Penderita gemuk.
5. Riwayat kehamilan yang mengalami sering meninggal dalam rahim, sering mengalami lahir mati,
sering mengalami keguguran.
Kejadian penyakit gula dalam kehamilan sering memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan dan
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Keadaan pre-diabetes lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan, persalinan, dankala nifas.
c. Saat persalinan, karena meerlukan tenaga yang besar, dapat terjadi koma diabetikum.
a. Dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam rahim: terjadi keguguran, persalinan premature,
kematian dalam rahim, lahir mati atau bayi yang besar.
a. Gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama atau terlantar.
a Dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim (setelah minggu 36)
dan lahir mati.
Diabetes mellitus dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan janin intrauteri.
Komplikasi ibu hamil dengan dibetes mellitus yang terjadi dalam berbagai manifestasi klinik dapat
bersumber dari :
2. Viskositas darah meningkat, sehingga distribusi dan suplai O 2 ke jaringan makin menurun.
b. Mikrokoagulasi.
1. Kardiovaskuler
a. Anensefalus.
b. Ensefalokel.
c. Meningomielokele.
d. holoprosensefale.
e. Mikrosefali.
3. Penulangan
4. Genitourinari
5. Gastrointestinal
b. Atresiaani
Manajemen Terapeutik
Manajemen terapeutik yang diberikan bertujuan untuk kemungkinan timbulnya komplikasi pada ibu dan
mempertinggi angka keselamatan bayi (salvage fetal rate).
Ada tiga tujuan utama pengobatan diabetes melitus gestational sebagai berikut :
Diet ibu diabetes dalam kehamilan tidak berbeda dengan diabetes lainnya, kecuali penambahan kalori
total untuk mencapai penambahan berat badan 10-12 kg selama hamil dan menjaga asupan karbohidrat
tidak kurang dari 200 gr/hari. Diperhatikan diet yang teratur dan asupan kalori total yang tepat diselingi
dengan makanan kecil (4-6 kali sehari).
H. Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria Diagnosis:
1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir. Atau:
2. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam. Atau:
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat
yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula
tetap diperbolehkan
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan dalam 250 ml air
dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum
larutan glukosa selesai
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok. Apabila hasil
pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT
(Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
· TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/dl
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu dilakukan di
klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu diingat dari hasil
pemeriksaan reduksi urine adalah:
1. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk menegakkan
diagnosis
3. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-obatan, dan lainnya
I. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah
dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang
dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes
tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal
dan jenis makanan) yaitu :
· J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
· J 3 :jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
· Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
2. Mempunyai hyperkolestonemia.
3. Diet B1 Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi,
yaitu penderita diabetes terutama yang :
9. Menderita selulitis.
10. Dalam keadaan pasca bedah. Indikasi tersebut di atas selama tidak
ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.
4. Diet B1 dan Diet B2 (Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang
B2 klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt).
Sifat-sifat diet B2
Sifat diet B3
2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan
makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum
kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan
sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam
kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi
hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan
pedoman pada 140 mg/dl.
a). Humulin
· Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara injeksi SK, IM, Humulin R
dapat diberikan secara IV. Humulin R mulai kerja ½ jam, lamanya 6-8 jam, puncaknya 2-4 jam. Humulin N
mulai kerja 1-2 jam, lamanya 18-24 jam, puncaknya 6-12 jam. Humulin 30/70 mulai kerja ½ jam, lamanya
14-15 jam, puncaknya 1-8 jam.
· Kontraindikasi : Hipoglikemik.
· Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi, diberikan bersama obat
hiperglokemik aktif.
· Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi local atau sistemik.
· Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli.
· Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2x/hari (SK). Onset: ½ jam.
Puncak: 4-12 jam. Terminasi: setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dengan Novo pen 3 dengan jarum
Novofine 30 G x 8mm.
· Kontraindikasi : Hipoglikemia.
· Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli
· Indikasi : DM
· Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau lebih sehari. Penfill SK, IV,
IM. Harus digunakan dengan Novo Pen 3 & jarum Novofine 30 G x 8 mm. Tidak dianjurkan untuk pompa
insulin. Durasi daya kerja setelah injeksi SK: ½ jam, puncak: 1-3 jam. Terminasi setelah 8 jam.
· Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang meningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.
d. Humalog/Humalog Mix 25
· Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25 insulin lispro 25%, insulin lispro
protamine suspensi 75%.
· Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara homeostasis normal
glukosa. Humalog stabil awal untuk DM, dapat digunakan bersama insulin manusia kerja lama untuk
pemberian pra-prandial
· Dosis : Dosis bersifat individual. Injeksi SK aktivitas kerja cepat dari obat ini, membuat obat ini
dapat diberikan mendekati waktu makan (15 menit sebelum makan)
· Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau gangguan emosional. Gagal ginjal
atau gagal hati. Perubahan aktivitas fisik atau diet. Hamil.
· Interaksi obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi sulih tiroid dapat menyebabkan
kebutuhan tubuh akan insulin meningkat. Obat hipoglikemik oral, salisilat, antibiotik sulfa, dapat
menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin menurun.
· Komposisi : Produk campuran netral berisi 30% soluble HM insulin & 70% isophane HM insulin
(monokomponen manusia). Rekombinan DNA asli.
· Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2 x/hari. Onset: ½ jam. Puncak 2-
8 jam. Terminasi setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dalam Novo Pen 2 dengan jarum Novofine 30 G
x 8 mm.
· Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat meningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk memperbaiki sensitivitas
insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga juga dapat membantu menaikkan
berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan
intake kalori.
A. Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kehamilan
5. Riwayat Obstetri
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
9. Pemeriksaan Fisik
b. Wajah
c. Mata
d. Hidung
e. Keadaan mulut
f.Telinga
g. Leher
B. Diagnosa Keperawatan
1. Intervensi
2. Evaluasi
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
1. Nama : Ny ‘S’
2. Umur : 31th
3. Suku/Bangsa : Sumatera/Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekarjaan : Pedagang
9. Dx. Medis : DM
1. Nama : Tn. ‘Z’
2. Umur : 34th
5. Pendidikan : D3
7. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
8. Alamat : Jl.Krapyak, Sleman
2. Data Subjektif
b). Keluhan utama
Ibu mengeluh sering merasa haus, merasa lapar dan sering BAK
Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular seperti PMS, HIV/AIDS, TBC,
penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, jantung, dan penyakit menahun seperti Asma, jantung, dan
Hipertensi. Dan Ibu mengatakan dulu pernah melakukan operasi sesar.
Ibu mengatakan keluarga ibu maupun keluarga suami tidak pernah/sedang menderita penyakit menular
seperti PMS, HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, jantung, dan penyakit menahun
seperti Asma, jantung, dan Hipertensi.
Trimester I
Frekuensi : 6 Minggu
Komplikasi : tidak ada
Terapi : belum diberikan
Trimester II
Frekuensi : 2x
Keluhan : pusing
Komplikasi : DMG
Trimester III
Frekuensi : 2x
Komplikasi : DMG
Terapi : tablet fe
TT 1 : TT Caten
TT 4 : tanggal
TT 5 : tanggal
· Ibu mengatakan suami dan keluarga senang dan menerima dengan kehamilan sekarang.]
· Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung ibu dengan kehamilan sekarang.
· Ibu mengatakan hubungan ibu, suami, keluarga, dan tetangga baik-baik saja
Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti keluarganya bergantian menjaganya selama di
Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak yang menjenguknya,
h). Aspek spiritual
Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin beribadah, begitu juga
selama dirawat di rumah sakit.
- Ibu mengatakan belum mengetahui tentang kehamilan trimester 1,2, dan 3.
- Ibu mengatakan belum mengerti tentang masa nifas dan menyusui.
2. Data Objektif
a) .Pemeriksaan umum
Kesadaran : composmentis
Tanda vital :
Palpasi
· Leopold I : pada bagian fundus teraba bulat, lunak, dan ridak melenting yaitu bokong janin.
· Leopold II : pada bagian kanan ibu teraba panjang, datar, keras yaitu punggung janin, pada bagian
kiri ibu teraba bagian-bagian kecil yaitu ekstremitas janin.
· Leopold III : Pada bagian terendah teraba bulat, keras, melenting yaitu kepala janin.
Auskultasi
DJJ : 144x/menit
HbA1c : 7%
e). System pengindraan
Inspeksi : bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada rangsangan cahaya
miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik.
Palpasi : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.
Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien mampu
mengerjakan apa saja yang diperintahkan.
3) Sistem penciuman
Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai dengan tulisan
alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.
Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan garam dan
gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.
5) Sistem integument
Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik karena
proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit bersih, kulit
kepala bersih, distribusi rambut merata.
6) Sistem pencernaan
Bentuk mulut simetris, gigi utuh mukosa bibir kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus
10x/menit.
7) Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada negative,
tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara sonor pada dada
sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.
8) Sistem kardiovaskuler
Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena juularis, tidak ada
bunyi tambahan.
9) Sistem perkemihan
Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah supra pubis, blas
tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.
N2(optikus) : lapang pandang klien agak berkurang behubungan dengan penuaan
N3 (okulomotorius) : normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak terkena cahaya)
N5 (trigeminus) : reflek mengunyah ada, kelopak mata(+), rahang dapat mengatup secara
simetris
N11 (accesorius) : kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik.
Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan tidak ada luka.
1. Nutrisi
1. Makan 3x/hari Kalori
Tidak Ada
- Jenis
6-7 gls/hari
- Porsi/Jumlah
± 1.500 – 1.750 ml/hari
- Makanan pantangan
1. Minum
- Frekuensi
- Jumlah
- Warna
1. Mandi Sendiri Ya
- Frekuensi
- Penggunaan
shampoo
1. Pemeliharaan Kuku
- Frekuensi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
4. Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
C. Intervensi
3.
4.
- Kebutuhan
insulin dapat
dinilai
4. - Ajarkan berdasarkan
pasien tentang temuan glukosa
metode finger darah serum
stick untuk secara periodic
memantau 5.
glukosa sendiri.
5. - Diskusikan
tentang dosis ,
jadwal dan tipe
- Pembagian dosis
insulin.
insulin
mempertimbangk
an kebutuhan
basal maternal
dan rasio waktu
makan.
6. - Kolaborasi
dengan ahli gizi. 6. - Diet secara
spesifik pada
individu perlu
untuk
mempertahankan
normoglikemi.
7. - Insiden
abnormalitas janin
7. - Observasi dan bayi baru lahir
kadar Glukosa menurun bila
darah. kadar glukosa
darah antara 60 –
100 mg/dl,
sebelum makan
antara 60 -105
mg/dl, 1 jam
sesudah makan
dibawah 140
mg/dl dan 2 jam
sesudah makan
kurang dari 200
mg/dl.
8. Memberikan
keakuratan
gambaran rata
rata control
glukosa serum
selama 60 hari . -
Kontrol glukosa
serum
memerlukan
waktu 6 minggu
untuk stabil.
8. - Tentukan
hasil HbA1c
setiap 2 – 4
minggu.
3. - Untuk
mengidentifikasi
pola pertumbuhan
abnormal
4. - Aktifitas
dan pergerakan
3. - Observasi janin merupakan
tinggi fundus petanda baik dari
uteri setiap kesehatan janin.
kunjungan.
5. - Tes serum
. -Tinjau ulang albumin glikosilat
prosedur dan menunjukkan
rasional untuk glikemia lebih dari
Non stress Test beberapa hari.
setiap minggu.
5.
-Observasi kadar
albumin glikosilat
pada getasi
minggu ke 24
sampai ke 28
khususnya pada
ibu dengan
resiko tinggi.
6. - Insiden
6. - Dapatkan kerusakan tuba
kadar serum alfa neural lebih besar
fetoprotein pada
gestasi minggu pada ibu diabetik
ke 14 sampai dari pada non
minggu ke 16. diabetik bila
kontrol sebelum
kehamilan sudah
buruk.
2. - Peningkatan
glukosa dan kadar
keton
menandakan
ketoasidosis yang
dapat
mengakibatkan
asidosis janin dan
potensial cedera
susunan syaraf
pusat.
3. Peningkatan
infeksi asenden,
dapat
mengakibatkan
sepsis neonatal.
4. Meningkatka
n perfusi plasenta
dan meningkatkan
kesediaan n -
--- Peningkatan
infeksi asenden,
dapat
mengakibatkan
sepsis neonatal.
2. - Periksa
adanya glukosa
atau keton dan
- Meningkatkan
albumin dalam
perfusi plasenta
urin ibu dan
dan meningkatkan
pantau tekanan
kesediaan oksigen
darah.
untuk janin.
. - Memberikan
3. - Observasi informasi tentang
tanda vital. cadangan pada
plasenta untuk
oksigenasi janin
selama periode
intrapartal.
4. - Anjurkan 6. - Tacikardi,
posisi rekumben bradikardi atau
lateral selama deselerasi lambat
persalinan. pada penurunan
variabilitas
menandakan
5. - Tinjau hasil kemungkinan
tes pranatal hipoksia janin.
seperti profil
biofisikal, tes
nonstres dan tes
stres kontraksi.
6. - Observasi
frekuensi denyut
jantung janin.
D. Evaluasi
Diagnosa 1 : Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Diagnosa 3 : Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal,
perubahan pada sirkulasi.
Diagnosa 4 : Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan
dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra
uterin.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Diabetes melitus pada kehamilan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu dan juga janin
yang tengah dikandungnya.
2. Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah insulin
yang dihasilkan oleh tubh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran sel.
3. Faktor resiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalahRiwayat keluarga dengan diabetes
melitus, Glukosuria dua kali berturut-turut, Obesitas, Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan
(abortus spontan), Adanya hidramnion, Kelahiran anak sebelumnya besar, Umur mulai tua, Herediter.
4. Hal yang terpenting dari penanganan diabetes gestasional adalah mengontrol kadar gula dalam
darah.
B. Saran
Bagi ibu hamil hendaknya mengatur pola makan dan porsi makan dengan benar, menhindari makan dan
minuman yang mengandung glukosa berlebih, rutin berolahraga, serta selalu rajin untuk control gula
darah, agar jika terdapat peningkatan gula darah yang berlebih, segera mendapatkan penangan dari
petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, lowdermik, dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede dan I N Chandranita Manuaba. 2007. Pemgantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC