Anda di halaman 1dari 9

BRONKOPNEUMONIA

1. Konsep Penyakit
A. Definisi
Bronchopneumonia adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan suatu
bentuk pneumonia dimana daerah konsodilasi terdistribusi luas disekitar bronkus dan
bukan bercorak lobaris (Kamus Keperawatan, 2012)
Bronkopneumonia suatu peradangan yang terjadi pada jaringan paru yang
melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen
sampai ke bronkus (Riyadi Sujono & Sukarmin, 2009)
Bronkopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya.

B. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronkopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
pathogen. Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh viris, jamur, bakteri,
protozoa, mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia (Sandra M. Nettina, 2001) antara
lain :
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella.
2. Virus : Legionella, Pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama

C. Manifestasi Klinis
Suhu meningkat 39-400C disertai menggigil, nafas sesak dan cepat, batuk-batuk yang
non-produktif, bunyi nafas pada saat pemeriksaan paru adalah redup, saat auskultasi
suara nafas terdengar ronchi basah yang halus dan nyaring.
Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufiensi (keadaan tak dapat
melakukan fungsi yang normal). Pernapasan dimulai dengan infeksi saluran nafas
bagian atas, menderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia dan kesulitan
menelan

D. Komplikasi
komplikasi dari bronkopneumonia adalah :
1. Atletasis adalah pengembangan paru-paru yangt tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflex batuk hilang
2. Empisema adalah keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat disuatu tempat atau seluruh rongga pleura
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
4. Infeksi sistemik
5. Endokarditis adalah peradangan pada setiap katup endokardial
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak (Whaley Wong, 2006)

E. Penatalaksanaan
A. Terapi
 Pemberian cairan intravena dan oksigen biasanya dicampurkan glukosa 5%
dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq 500
ml/kolf
 Pasien yang asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia maka dapat
diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah dan diberikan inhalasi
sesuai dengan indikasi
B. Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan. Kemotherapi untuk
mvcoplasma pneumonia dapat diberikan critromicin 4x500 mg/hari atau 3-4
mg/hari.
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah netrofil)
 Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksi
 Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa
 Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
 Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba
b. Pemeriksaan radiologi
 Rontgen thorax
Menunjukka konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai
pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. Kronkoskopi untuk
menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat
G. Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena aspirasi
makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran sebagai berikut :
 Infeksi saluran bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler
dan alveoli
 Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk kedalam
saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya
peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus
mengalami malabsorpsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengkajian fokus
a. Demografi meliputi, nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak napas,
disertai batuk ada sputum tetapi tidak bisa keluar
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi hari
minimun 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum
(hijau, putih atau kuning) dan banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu nafas, dada terlihat hiperinlasi
dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna kulit pucat
dengan sianosis bibir,dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita sebelumnya belum pernah menderita kasus yang sama
tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya
bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kimia dalam jangka
panjang misalnya debu atau asap
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukian merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat.
f. Pola pengkajian
1. Pernapasan
 Gejala : nafas pendek ( timbulnya tersembunyi dengan batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat
bangun tidur). Produksi sputum (hijau, putih atau kuning) dan
banyak sekali. Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan
pada polusi kimia/iritan pernapasan dalam jangka panjang
(misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk gergaji)
 Tanda : lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu,
retaksi supra klatikula, melebarkan hidung)
 Dada : dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP
(bentuk barel), gerakan diafragma minimal
 Bunyi nafas : krekels lembab, kasar
 Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu-abu
keseluruhan
2. Sirkulasi
 Gejala : pembengkakan ekstremitas bawah
 Tanda : peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung
atau takikardi, bunyi jantung redup, warna kulit/membran mukosa :
normal atau sianosis perifer
3. Makanan atau cairan
 Gejala : mual dan muntah, nafsu makan buruk, ketidakmampuan
untuk makan karena distress pernapasan
 Tanda : turgor kulit buruk, berkeringat, palpitasi abdominal dapat
menyebabkan hepatomegali
4. Aktifitas atau istirahat
 Gejala : keletihan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktiitas
sehari-hari karena sulit bernapas, ketidakmampuan untuk tidur,
dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau
istirahat
 Tanda : keletihan, gelisah, kelemahan umum/kehilangan masa otot
5. Integritas
 Gejala : peningkatan faktor resiko
 Tanda : perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka terhadap
rangsangan
6. Hygiene
 Gejala : penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuha n
melakukan aktifitas sehari-hari
 Tanda : kebersihan buruk, bau badan
7. Keamanan
 Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat atau faktor
lingkungan, adanya infeksi berulang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi suputum
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan membrane alveolus kapiler,
gangguan penerimaan oksigen
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
4. Gangguan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output
yang berlebih
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas
sehari-hari
C. Intervensi
1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi suputum
a. Tujuan : mengidentifikasi atau menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan
nafas
b. Kriteria hasil : menunjukkan jalan nafas efektif dengan bunyi nafas vesikuler
dan tidak ada dispnea
c. Intervensi
 Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : takipnea, pernapasan dagnkal, dan pergerakan dada tidak
simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding
dada dan cairan paru
 Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara
dan bunyi nafas adventinus. Misalnya mengi
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi
dengan cairan. Bunti nafas bronchial (normal pada bronkus) dapat
juga terjadi pada area konsolidasi.
 Bantu pasien latihan relaksasi nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-
paru atau jalan nafas lebihg kecil. Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk
mempertahankan jalan nafas pasien. Penekanan menurunkan
ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya
nafas lebih dalam dan lebih kuat
 Berikan cairan sedikitnya 1000ml/hari (kecuali kontraindikasi)
tawarkan air hangat daripada air dingin
Rasional : cairan (khususnya hangat) memobilisasi dan
mengeluarkan sekret
 Lakukan penghisapan lendir sesuai dengan indikasi
Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara
mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan, karena batuk
tidak efektif atau perubahan tingkat kesadaran
 Kolaborasi dengan tim medis sesuai dengan indikasi (mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator, analgesik)
Rasional : analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-
hati, karena dapat menurunkan upaya batuk atau menekan
pernafasan

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan membrane alveolus kapiler, gangguan


penerimaan oksigen
a. Tujuan : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan dengan
analisa gas darah dalam rentang normal dan tidak ada gejala distres
pernafasan.
b. Kriteria hasil : berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
c. Intervensi
 Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas
Rasional : manifestasi distres pernafasan tergantung pada indikasi
derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum
 Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku. Catat adanya
sianosis perifer atau sirkulasi sentral
Rasional : sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi atau respon
tubuh terhadap demam atau menggigil. Namun, sianosis daun
telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar mulut menunjukan
hipoksemia sistemik
 Pantau frekuensi jantung atau irama jantung
Rasional : takikardia biasanya ada karena demam atau dehidrasi.
Tetapi juga dapat merupakan respon terhadap hipoksemia
 Pertahankan istirahat tidur. Motivasi pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi nafas dalam dan aktifitas senggang
Rasional : menurunkan kebutuhan atau konsumsi oksigen untuk
memudahkan perbaikan infeksi
 Tinggikan kepala dan motivasi pasien untuk sering mengubah
posisi
Rasional : tindakan ini untuk meningkatkan pengeluaran sekret
untuk perbaikan ventilasi
 Berikan terapi oksigen dengan benar
Rasional : untuk mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg. Oksigen
diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman dengan
tepat dalam toleransi pasien.

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli


a. Tujuan : menujukkan pola nafas tidak efektif dengan frekuensi dan kedalaman
rentang normal dan paru bersih
b. Kriteria hasil : partisipasi dalam aktifitas atau perilaku peningkatan fungsi
paru
c. Intervensi
 Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada. Catat
upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu atau pelebaran
nasal.
Rasional : kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi
peningkatan kerja nafas. Kedalaman pernapasan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas
 Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti mengi
Rasional : bunyi nafas menurun atau tidak ada jika jalan nafas
obstruksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan atau kolaps jalan
nafas kecil (atelektasis). Ronkhi dan mengi menyertai obstruksi
jalan nafas.
 Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bantu pasien untuk
turun dari temapt tidur dan untuk ambulasi
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulasi
meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga
memperbaiki difusi gas
 Berikan oksigen tambahan
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
 Berikan humidifier tambahan misalnya nebulizer
Rasional : memberikan kelembapan pada membran mukosa dan
membantu pengenceran sekret untuk memudahkan pembersihan

Referensi

Widiastuti,Rahayu. 2012. Kamus Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 1, Jakarta:EGC

Doengos, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai