BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sistem Surveilans Ideal

Surveilans yang ideal merupakan sebuah sistem yang terdiri dari 2

komponen. Komponen yang pertama adalah komponen informasi. Alur informasi
surveilans, yaitu:

3.1.1 Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan adalah

3.1.1.1 Prevalensi xeroftalmia

Dikumpulkan melalui pengumpulan pasif berdasarkan data kunjungan ke

pelayanan kesehatan. Data prevalensi Xeroftalmia penting untuk
mengetahui besar masalah Kurang Vitamin A (KVA) di suatu daerah

3.1.1.2 Data hasil tes adaptasi

Tes adaptasi memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi untuk

mengetahui masalah KVA. Data bisa didapat dari hasil tes yang dilakukan.

3.1.1.3 Pemeriksaan biokimia serum retinol

Apabila ada indikasi kejadian KVA, perlu dilakukan pemeriksaan serum

retinol untuk mengetahui kadar vitamin A dalam tubuh. Data didapat dari
hasil pemeriksaan laboratorium.

3.1.1.4 Cakupan bayi balita 6-59 bulan yang mendapatkan kapsul vitamin A

Kegiatan pelaporan ini telah diatur di Permenkes. Pelaporan dilakukan

untuk usaha preventif masalah KVA. Dilaporkan setiap bulan cakupan
pemberian vitamin A oleh petugas.

3.1.1.5 Penyakit infeksi

Masalah gizi tak bisa di lepas dari peran penyakit infeksi karena penyakit
infeksi dapat menyebabkan malabsorpsi zat gizi
 3.1.1.6 Konsumsi pangan (tes dietetic recall asupan vit.A yang dikonsumsi)

Selain penyakit infeksi masalah gizi yang salah satunya KVA juga
dipengaruhi oleh konsumsi pangan. Hal yang bisa dilakukan adalah tes
dietetik Recall asupan vitamin A yang dikonsumsi oleh warga Hal ini dapat
dilakukan dengan wawancara yang dilakukan oleh petugas surveilans.

3.1.1.7 Kelompok umur warga

Anak-anak lebih mudah terkena masalah kekurangan vitamin A. Oleh

karena itu diperlukan data jumlah sebaran usia penduduk di suatu wilayah
untuk mengetahui besar Resiko yang dapat dialami oleh wilayah tersebut
untuk mengalami KVA.

3.1.1.8 Tingkat pendidikan ibu

Tingkat pendidikan Ibu berpengaruh pada pola pangan suatu keluarga makin
tinggi pendidikan Ibu maka makin baik pula pola konsumsi pangan di dalam
suatu keluarga yang dapat mempengaruhi asupan gizi di suatu keluarga oleh
karena itu perlu dilakukan pengambilan data tingkat pendidikan Ibu
biasanya data ini tersedia di Badan Pusat Statistik

3.1.2. Pengolahan data

Pengolahan data termasuk cleaning data dan proses pelaporan serta agregasi data
yang baik.

3.1.3. Penyajian

Data akan disajikan dalam ukuran-ukuran epidemiologi seperti

prevalensi,insiden,rasio,dan ukuran lainnya.

3.1.4. Analisis

Data yang telah diambil kemudian harus dianalisis menggunakan berbagai

metode statistik yang ada dan diolah menjadi sebuah informasi.
3.1.5. Penyebaran informasi

Informasi tak akan ada gunanya ketika tidak disebarkan. Oleh karena itu,
informasi disebarkan dengan penyajian yang menarik dan mudah dipahami
pengambil keputusan.

6. Pengambilan keputusan

Keputusan diambil oleh otoritas kesehatan. Informasi surveilans menjadi dasar

perencanaan dan evaluasi program.

Komponen yang kedua yaitu komponen tindakan. Tindakan dilakukan oleh unit
pelayanan kesehatan berdasarkan keputusan oleh otoritas kesehatan. Setelah
kegiatan selesai,kembali dilakukan pengumpulan data lagi dan siklus surveilans
memutar lagi sesuai definisi surveilans yaitu sistem yang ongoing

3.2 Sistem Surveilans Riil

Pada data yang kami dapatkan, dilaporkan bahwa surveilans

epidemiologi gizi di Kota Bau-Bau hanya mengenai cakupan distribusi vitamin
A pada Balita. Distribusi Vitamin A Pada tahun 2013 Balita yang mendapatkan
Vitamin A sebanyak 9.926 balita ( 87.72%). Sedangkan pada tahun 2014 balita
yang mendapatkan Vitamin A sebanyak 8.607 balita (87,85%). Pada tahun 2015
meningkat balita yang mendapatkan vitamin A 2 kali sebanyak 11.761 balita
(91,14%). Dan pada tahun 2016 meningkat balita yang mendapatkan Vitamin A
2 kali sebanyak 10.537 (91,50%). Sedangkan pada tahun 2017 kembali
mengalami peningkatan balita yang mendapatkan Vitamin A 2 kali sebanyak
12.519 (72,11%). Dapat disimpulkan bahwa jumlah balita yang mendapat
Vitamin A mengalami peningkatan setiap tahunnya.