5. Carrying cost 60% dari nilai persediaan, procurement cost Rp 20/unit setiap kali pesan,
jumlah matarial yang dibutuhkan selama setahun 1800 unit dengan harga Rp 1,5/unit.
Hitung pesanan paling ekonomis, dan berapa kali harus diorder. Ikutkan tabel
perhitungannya !
Jawaban:
Diketahui: R = 1800 unit
S = Rp 20
P = Rp 1,5
I = 60%
Maka:
2×R×S 2 × 1800 × 20 7200
EOQ =
√ P×I
=
√ 1,5 × 0,6
=
√0,9
= √80000 = 282,84 (dibulatkan 283)
Pesanan ekonomis 1800/283 = 6,36 kali (12/6,36 = 1,89 bulan sekali pesan)
Freq Pemesanan 1x 2x 3x 4x 6x 6,36x 10x 12x
Bulan sekali pesan 12 6 4 3 2 1,89 1.2 1
Jml unit tiap kali
pesan 1800 900 600 450 300 283 180 150
Nilai inventory (Rp) 424,5
2700 1350 900 675 450 0 270 225
Nilai inventori rata- 212,2
rata (Rp) 1350 675 450 337.5 225 5 135 112.5
Biaya penyimpanan 127,3
(Rp) 810 405 270 202.5 135 5 81 67.5
Biaya pemesanan (Rp) 20 40 60 80 120 127,2 200 240
Jumlah biaya (Rp) 254,5
830 445 330 282.5 255 5 281 307.5
6. Buat analisis dengan menggunakan metode dalam menentukan lokasi ( plant location) !
a. Analisis Pemeringkatan Faktor
Tahapan dalam analisis pemeringkatan faktor yaitu:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait.
Misalkan terdapat tiga lokasi yang sedang dipertimbangkan untuk membangun
suatu pabrik yaitu Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Untuk lokasi dimana
sebaiknya pabrik tersebut akan didirikan, maka akan dianalisis lima faktor utama
yaitu; pasar, biaya tenaga kerja, tersedianya pembangkit tenaga, bahan baku
dan pajak.
2. Menetapkan bobot pada setiap faktor untuk melihat berapa penting faktor
tersebut dalam pencapaian tujuan perusahaan. Misalnya perusahaan
memutuskan untuk memberi bobot sebagai berikut: Potensi pasar 40%, biaya
tenaga kerja 20%, pembangkit tenaga 10%, tersedianya bahan baku 20% dan
pajak 10%.
3. Mengembangkan suatu skala untuk setiap faktor (misalnya 1 sampai 10 atau 1
sampai 100). M kemudian menentukan skor setiap lokasi untuk setiap faktor,
dengan menggunakan skala yang telah dikembangkan.
4. Mengalikan skor itu dengan bobot dari setiap faktor dan menentukan jumlah
total untuk setiap lokasi.
Skor Skor Tertimbang (bobot x skor)
Faktor
Bobot Sb
terkait Jkt Mks Jkt Sby Mks
y
Pasar Potensial 0,4 85 70 60 (0,4)(85)=34 (0,4)(70)=28 (0,4)(60)=24
Biaya Tenaga 0,2
60 75 80 (0,2)(60)=12 (0,2)(75)=15 (0,2)(80)=16
Kerja
Pembangkit 0,1 (0,1)
40 50 55 (0,1)(40)=4,0 (0,1)(55)=5,5
Tenaga (50)=5,0
Tersedianya 0,2
50 60 75 (0,2)(50)=10 (0,2)(60)=12 (0,2)(75)=15
Bahan Baku
0,1 (0,1)
Pajak 45 55 60 (0,1)(45)=4,5 (0,1)(60)=6
(55)=5,5
Total 1,0 64,5 65,5 66,5
7. PT “X” memproduksi mainan anak-anak dengan biaya tetap pertahun sebesar Rp 300
juta, biaya variabel Rp 5 per unit, harga jual produk tersebut adalah Rp 10. Kapasitas
produksi 100 juta unit per tahun. Hitung berapa unit yang harus diproduksi sehingga
perusahaan tidak untung dan tidak rugi, dan hitung pula ketika diinginkan keuntungan
20% dari biaya tetap.
Jawaban:
Diketahui: FC = Rp 300,000,000 (fix cost/biaya tetap)
VC = RP 5 (variabel cost/biaya variabel)
P = Rp 10 (price/harga jual)
Keadaan tidak untung namun juga tidak rugi disebut Break Even Point (BEP), dicapai
saat terjadi keseimbangan antara penerimaan (dari penjualan) dan total biaya (biaya
tetap ditambah total biaya variabel), yang diformulasikan sebagai berikut:
Q x P = FC + (Q x VC), dimana Q adalah jumlah produksi (unit)
Untuk menghitung berapa unit yang harus diproduksi agar dicapai keadaan Break Even
Point, maka persamaan di atas menjadi:
(Q x P) - (Q x VC) = FC
Q(P - VC) = FC
Q = FC / (P - VC)
Maka:
Q = 300,000,000/(10 - 5) = 60.000.000 unit
Misalkan diinginkan keuntungan (laba) 20% dari biaya tetap, maka banyaknya mainan
yang harus diproduksi adalah:
Q = (FC + laba) / (P - VC)
= 300,000,000 + (0,2 x 300,000,000) / (10 - 5)
= 360,000,000 / 5
= 72.000.000 unit
b0 =
∑Y =
3296
= 253,358
n 13
b1 =
∑ XY =
1686
= 9,264
∑ X2 182
Maka diperoleh persamaan:
Yt = 253,358 + 9,264 X