Anda di halaman 1dari 122

ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE , PROMOSI

PENJUALAN DAN PERSPEKTIF WAKTU TERHADAP PERILAKU


IMPULSIVE BUYING

(Studi kasus Pada Ramayana Department Store Cabang Ciledug)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi


Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh :

Hendy Hidayat
NIM: 1111081000127

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

1438 H / 2017 M
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh


atmosfer toko, promosi penjualan, dan perspektif waktu terhadap perilaku
pembelian impulsif pada pelanggan department store Ramayana, cabang Ciledug,
baik secara simultan maupun parsial. Penelitian ini terdiri dari variabel
independen yaitu atmosfer toko, promosi penjualan, dan perspektif waktu,
variabel dependen yaitu perilaku pembelian impulsif. Penelitian ini merupakan
penelitian studi kasus dengan metode penelitian yaitu metode kuantitatif. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian adalah sumber data primer dan sumber data
sekunder. Teknik pengumpulan data primer diperoleh dari hasil kuesioner,
sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan (buku referensi, jurnal
dan penelitian sebelumnya). Penelitian ini dilakukan di department store
Ramayana cabang Ciledug. Dalam penentuan sampel digunakan teknik non
probability sampling yaitu sampling jenuh, sehingga didapatkan 100 orang
responden). Metode analisis data yang digunakan adalah uji validitas, uji
reliabilitas dan teknik analisis regresi linear berganda dengan pendekatan statistik
yang dioperasikan melalui program SPSS 20. Hasil dari analisis ini
kesimpulannya bahwa atmosfer toko, promosi penjualan, dan perspektif waktu
berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif. Hasil uji
signifikansi parsial (Uji statistik t) dari analisis dan pembahasan penelitian
menunjukan bahwa: 1) Atmosfer Toko memiliki pengaruh signifikan terhadap
Perilaku Pembelian Impulsif 2) Promosi Penjualan memiliki pengaruh signifikan
terhadap Perilaku Pembelian Impulsif. 3) Perspektif Waktu memiliki pengaruh
signifikan terhadap Perilaku Pembelian Impulsif 4) Atmosfer Toko, Promosi
Penjualan, dan Perspektif Waktu secara simultan memiliki pengaruh yang
signifikan pada Perilaku Pembelian Impulsif pada konsumen department store
Ramayana.

Kata Kunci: Atmosfer Toko, Promosi Penjualan, Perspektif Waktu, Pembelian


Impulsif

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang diberikan

kepada kita semua. Shalawat dan salam terhaturkan kepada junjungan umat Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan kita semua yang senantiasa

istiqomah dalam menjalankan sunah-Nya. Alahmdullilah, atas izin Allah SWT

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ANALISIS

PENGARUH STORE ATMOSPHERE, PROMOSI PENJUALAN DAN

PERSPEKTIF WAKTU TERHADAP PERILAKU IMPULSIVE BUYING

(STUDI KASUS PADA RAMAYANA DEPARTMENT STORE CABANG

CILEDUG)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik moril

maupun materil, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak ucapan

terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua ku yang amat ku sayangi, ibu Iswanti dan bapak Tumirin yang
telah memberikan dukungan terbaiknya baik berupa moril dan materil dan doa
yang selalu menyertai untuk penulis. Segala sesuatu yang kalian berikan tidak
akan tergantikan oleh apapun.
2. Kakak perempuanku Dian Ayuningtyas dan kakak iparku Abdullah
Kurniawan, terima kasih atas segala dorongan dan candaan yang telah kalian
berikan demi mengiringi selesainya skripsi ini.

ix
3. Ibu Ela Patriana MM., Selaku Dosen pembimbing atas segala motivasi,
bimbingan dan arahan tekhnisnya untuk skripsi Saya sehingga dapat
terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
4. Seluruh Dosen Program Studi Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mau berbagi pengalaman dan menjadi inspirasi
saya dalam membangun, membawa, semangat idealisme, yang sudah dibangun
dikelas sebagai bekal kehidupan.
5. Semua teman-teman Manajemen angkatan 2011, grup Share Everything,
Cahyo, Hilman, Akbar, Irlan, Rudi, Abi, Judo dan temen-teman seperjuangan
Manajemen Pemasaran dan semua teman-teman Manajemen yang tidak bisa
penulis sebut satu-satu, senang bisa berjuang bersama kalian semua hingga
selesainya skripsi ini.
Penulis ini menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, dikarenakan
terbatasnya ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu, penulis
menerima segala bentuk masukan kritik dan saran dari berbagai pihak. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 13 Juli 2017

Penulis

x
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN ............................................ ...... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................ ..... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................ ..... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............... ....... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... ...... vi

ABSTRACT .................................................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ........................................................................... ...... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................... ....... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................. ..... xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ...... xv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... ..... xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1


B. Perumusan Masalah ..................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 16

A. Landasan Teori ................................................................................. 16


1. Retail .................................................................................... 13
2. Store Atmosphere ................................................................. 16
3. Promosi Penjualan................................................................ 21
4. Perspektif Waktu .................................................................. 27
5. Impulsive Buying .................................................................. 29

xi
B. Hubungan antar variabel .................................................................. 30
C. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 32
D. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 38
E. Hipotesis........................................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 41

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 41


B. Teknik Penentuan Sampel .......................................................... 42
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 44
D. Metode Analisis Data ................................................................. 46
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................. 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 60

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................... 60


B. Analisis dan Pembahasan ........................................................... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 100

A. Kesimpulan ............................................................................... 100

B. Saran .......................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 105

LAMPIRAN ............................................................................................... 108

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Persentase Kenaikan TBI pada Ramayana 8

1.2 Persentase Kenaikan TBI pada Matahari Dept. Store 10

2.1 Penelitian Terdahulu 33

3.1 Skala Likert 45

3.2 Operasional Variabel Penelitian 56

4.1 Kalender Promosi Ramayana 66

4.2 Kuesioner Yang Disebar 69

4.3 Jenis Kelamin Responden 69

4.4 Usia Responden 70

4.5 Pengeluaran Responden 71

4.6 Distribusi Jawaban Responden mengenai Store

Atmosphere 72

4.7 Distribusi Jawaban Responden mengenai Promosi

Penjualan 75

4.8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perspektif

Waktu 76

4.9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pembelian

Impulsif 78

4.10 Hasil Uji Statistik Deskriptif 80

4.11 Hasil Uji Validitas Store Atmosphere 82

4.12 Hasil Uji Validitas Promosi Penjualan 83

4.13 Hasil Uji Validitas Perspektif Waktu 83

xiii
4.14 Hasil Uji Validitas Perilaku Impulsive Buying 84

4.15 Hasil Uji Realibilitas 85

4.16 One Sample Kolmogorov Smirnov Test 88

4.17 Hasil Uji Multikolonieritas 89

4.18 Hasil Uji Heteroskedasitas Dengan Uji Glejser 91

4.19 Hasil Uji Parsial 92

4.20 Hasil Uji Statistik F 96

4.21 Hasil Uji Regresi Berganda 96

xiv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Grafik Pertumbuhan Omzet Ritel Nasional 4

1.2 Persentase Kenaikan Jumlah Penduduk 7

2.1 Kerangka Pemikiran 38

4.1 Struktur Organisasi 65


4.2 Normal P-Plot Of Regression 86
4.3 Histogram 87
4.4 ScatterPlot 90

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1. Daftar Kuesioner Penelitian 108

2. Hasil Tabulasi Data 112

3. Hasil Uji SPSS Data 122

xvi
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masing-masing individu memiliki perilaku yang berbeda-beda.

Begitu pula terhadap perilaku pembeliannya. Tiap-tiap individu dapat

memilih berbagai macam keputusan pembeliannya. Sebelum melakukan

pembelian suatu produk biasanya konsumen selalu merencanakan terlebih

dahulu tentang barang apa yang akan dibelinya, jumlah, harga, tempat

pembelian, dan lain sebagainya. Namun demikian ada kalanya proses

pembelian yang dilakukan oleh konsumen timbul begitu saja saat ia

melihat suatu barang atau jasa. Konsumen melakukan pembelian pada

barang atau jasa yang bersangkutan karena merasa tertarik. Model atau

tipe pembelian tersebut dinamakan tipe pembelian yang tanpa

direncanakan atau impulse buying (Kawaguchi, 2012:2).

Ma’ruf (2005:64) berpendapat, perilaku pembelian impulsif adalah

proses pembelian barang yang terjadi secara spontan. Spontanitas

konsumen dalam memutuskan untuk membeli karena cenderung melihat

impulse product yang hampir selalu terletak dekat bagian depan toko,

dimana produk tersebut terlihat oleh semua orang dan benar-benar dapat

menarik orang untuk mengunjungi toko (Levy dan Weitz, 2012:504).

Menurut para ahli seperti Rook (1987) dalam Herabadi, et al (2009:20),

1
perilaku pembelian impulsif digambarkan sebagai perilaku pembelian

yang tidak direncanakan secara tiba-tiba ditandai oleh keinginan kuat dan

gigih, dorongan untuk membeli dan disertai dengan perasaan senang dan

kegembiraan. Dengan kata lain, pembelian impulsif adalah tindakan tidak

disengaja, dan disertai dengan respon emosional yang kuat (Rook dan

Gardner, 1993 dalam Herabadi, et al, 2009:20).

Perilaku pembelian impulsif merupakan sesuatu yang menarik bagi

produsen maupun peritel, karena merupakan pangsa pasar terbesar dalam

pasar ritel modern. Konsumen sebagai pengambil keputusan pembelian

atau yang berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan tersebut,

perlu dipahami melalui suatu penelitian yang teratur. Menurut penelitian

yang dilakukan POPAI (Point Of Purchase Advertising Institute), orang-

orang memutuskan 66% kegiatan belanjanya di dalam toko

(Wells, 2000:410). Semakin anda bisa membuat suasana toko Anda

menggairahkan dengan tata letak, pencahayaan, warna hingga alunan

musik, semakin bisa anda menggaet pengunjung untuk berinteraksi

(Amir, 2004:26).

Fenomena bisnis retail ini sering kali di lihat dari cermin

perekonomian suatu Negara, apalagi dengan pendapatan perkapita yang

terus mengalami pertumbuhan, menjadi daya serap produk ritel.

Indonesia berada di peringkat 12 dunia dalam Indeks Pembangunan

Retail Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat

pertumbuhan retail tertinggi yang pernah dicapai Indonesia dalam

2
indeks sejak 2001 (www.sindonews.com, 2015). Hal ini sejalan dengan

penyataan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) yang

memperkirakan pertumbuhan industri ritel tahun 2015 tumbuh 12%

menjadi Rp 188,6 trilliun, dan kembali naik 10% di tahun 2016

dibanding realisasi tahun lalu yang sekitar Rp 168 trilliun. Pertumbuhan

tersebut di picu atas perkembangan ekonomi Indonesia yang cukup

bagus, serta bertambahnya jumlah pemduduk kelas menengah yang

akan menjadi katalis peningkatan bisnis ritel tahun ini

(www.kompas.com, 2017)

Perkembangan industri ritel tidak terlepas dari pengaruh tiga faktor

utama yaitu ekonomi, demografi, dan sosial budaya. Menurut Soliha

(2008) adanya perkembangan industri ritel dipengaruhi o;eh beberpa

faktor, yaitu: (1) Politik dan Hukum, (2) Ekonomi, (3) Demografi, (4)

Teknologi, dan (5) Sosial, Values, dan Lifestyle. Peningkatan jumlah

penduduk dan ekonomi masyarakat menyebabkan tingkat pendapatan

masyarakat meningkat, hal ini tentu di ikuti kebutuhan konsumen yang

juga ikut meningkat. Kebutuhan yang terus-menerus meningkat

menyebabkan tingkat belanja konsumen juga ikut meningkat. Keadaan

seperti ini dilihat oleh para produsen ritel sebagai peluang besar untuk

terus mengembangkan usahanya, hal ini dapat dilihat dari grafik

pertumbuhan omset ritel modern nasional.

3
Gambar 1.1
Grafik Pertumbuhan Omzet Ritel Nasional

(Sumber: Aprindo, 2016)

Berdasarkan table 1.1 dari tahun 2005 hingga 2014 omzet ritel

nasional mengalami peningkatan dan penurunan. Penurunan yang

cukup signifikan terjadi di tahun 2009, semula tingkat omzet di tahun

2008 sebesar 21,1%, di tahun 2009 menjadi 4,7% , akan tetapi dalam 2

tahun selanjutnya tingkat omzet mengalami peningkatan yang cukup

signifikan dimana tingkat omzet tahun 2011 sebesar 20,0%, dan 2 tahun

selanjutnya mengalami penurunan dimana tingkat omzet ditahun 2013

sebesar 9,6 %, angka ini mengalami peningkatan ditahun 2014 sebesar

10,0%.

Dari data di atas, mayoritas ritel di dominasi oleh minimarket,

supermarket dan hypermarket. Sedangkan jumlah department store saat

ini hanya tercatat sekitar 300 gerai, relatif kecil dibandingkan jumlah

gerai hypermarket, supermarket dan minimarket yang mencapai 18.117.

4
Saat ini peritel jenis department store masih didominasi pemain lama

seperti Matahari, Ramayana, Sogo dan Metro (Aprindo).

Pertumbuhan department store relatif tidak terlalu tinggi,

karena department store juga harus bersaing secara tidak langsung

dengan hypermarket. Sebab sebagian besar konsumen melakukan

perubahan alokasi belanja dari produk yang menjadi bisnis department

store (fashion, sepatu, asesoris, perlengkapan rumah tangga) menjadi

kebutuhan sehari-hari (Datacon.co.id).

Dilihat dari angka diatas terdapat permasalahan dimana format

department store mulai di tinggalkan karena kalah bersaing dengan

hypermarket. Bahkan beberapa format department store seperti

Matahari yang dimiliki oleh PT Matahari Putra Prima Tbk (PT MPP)

dalam perjalanannya sempat lebih fokus pada bisnis ritel hypermarket

dan supermarket melalui Hypermart dan Foodmart sebelum akhirnya

menjual divisi department storenya kepada CVC Capital Partners dari

Luxemburg pada 2010. Begitupun dengan Ramayana yang

mengembangkan unit bisnisnya melalui Cahaya dan pasar swalayan

Jayasera.

Dengan alasan tersebut maka penulis memilih PT. Ramayana

Lestari Sentosa, Tbk khususnya Ramayana Department store cabang

Ciledug. Kawasan Ciledug dianggap tepat sebagai objek penelitian

karena adalah wilayah perumahan penduduk sub-urban, dimana

5
kawasan ini telah berkembang dengan pesat yang masyarakatnya tidak

kalah moderen dan hedonis dengan kaum urban yang bertempat tinggal

di pusat kota (Tejokusumo, 2012:1). Terlebih lagi dengan dibangunnya

jalan tol ke daerah Ciledug dan sekitarnya serta dibangunnya rute baru

transjakarta yang mengarah ke Ciledug dapat meningkatkan

prtumbuhan ekonomi daerah tersebut (kompas.id, 2017).

Perusahaan ini didirikan pada 1978 oleh pasangan suami istri

Paulus Tumewu dan Tan Lee Chuan yang dalam keluarganya memiliki

tradisi kuat sebagai pelaku industri retail di Sulawesi Selatan. Bersama

Agus Makmur yang saat ini menjabat Presiden Direktur mereka

membuka gerai yang pertama di Jalan Sabang, Jakarta Pusat dengan

nama Ramayana Fashion Store. Pada awalnya Ramayana hanya

menjual produk garmen dan pakaian, namun dalam perkembangannya

yakni pada tahun 1985 mereka mulai menjual produk aksesoris berupa

sepatu dan tas.

Pada tahun 1989, Ramayana telah menjadi jaringan retail

dengan 13 outlet dan memperluas produk yang dijualnya ke kebutuhan

rumah tangga, mainan, stationary, hingga makanan tradisional kering.

Hingga kini, Ramayana Department store memiliki 103 outlet yang

tersebar di Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa

Tenggara Timur.

6
Ramayana berfokus pada segmen menengah kebawah, dimana

pada tahun 2010 jumlah populasinya di Indonesia mencapai 56,5%.

Pada saat itu para pelanggannya rata-rata membelanjakan Rp 50.000,-

pada setiap kunjungan dan memiliki pendapatan per bulan sekitar Rp 1

juta - 2 juta per bulan (Datacon.co.id, 2015).

Segmen ini dapat dikatakan sangat menjanjikan karena

banyaknya jumlah populasinya, Boston Consulting Group (BCG)

merilis proyeksi jumlah kelas menengah di Indonesia. Gambar berikut

menunjukkan proyeksi jumlah kelas menengah di Indonesia dari tahun

2012 hingga 2020.

Gambar 1.2
Persentase kenaikan jumlah penduduk

Sumber : Bolton Consulting Group (2016)

Data di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk kelas

menengah diperkirakan mengalami peningkatan (pada tahun 2012

7
berjumlah 41,6 juta jiwa dan akan bertambah pada 2020 menjadi 68,2

juta jiwa.)

Sebagai pemain besar di pasar department store, Ramayana

mendapatkan predikat Top Brand Award pada tahun 2015 dan 2016

dengan persentase 15,5%. Secara konsisten Ramayana selalu masuk dua

besar top brand index sejak tahun 2013.

Tabel 1.1
Persentase kenaikan TBI pada Ramayana

Tahun TBI

2012 17,6%

2013 18,6%

2014 16,5%

2015 15,5%

2016 21,4%

Sumber : www. topbrand-award.com (2016)

TOP Brand Award adalah sebuah penghargaan yang diberikan

kepada merek-merek yang meraih predikat TOP, dalam setiap survei

melibatkan 2700 responden di delapan kota besar di Indonesia. Top

Brand Index diukur dengan menggunakan 3 parameter, yaitu top of

mind awareness (yaitu didasarkan atas merek yang pertama kali disebut

oleh responden ketika kategori produknya disebutkan), last used (yaitu

didasarkan atas merek yang terakhir kali digunakan/ dikonsumsi oleh

8
responden dalam 1 re-purchase cycle), dan future intention (yaitu

didasarkan atas merek yang ingin digunakan/ dikonsumsi pada masa

mendatang).

Dilihat dari hasil survei di atas, penurunan persentase selalu

terjadi sejak tahun 2013. Hal ini sedikit banyak di pengaruhi oleh

banyaknya kompetitor baru yang masuk ke Indonesia seperti H&M dan

Uniqlo yang masuk ke Indonesia mulai tahun 2012, dan makin

meningkatnya tingkat belanja online di Indonesia yang pada tahun 2013

mencapai nilai transakasi 130 triliun rupiah (startupbisnis.com, 2016).

Begitupun dengan Robinson department store, sama-sama

menyasar konsumen kelas menengah kebawah, Robinson pun tidak

luput dari penurunan sejak tahun 2013, bahkan Robinson tidak lagi

masuk ke daftar Top Brand Index sejak 2015. Tercatat Robinson

mendapatkan persentase TBI sebesar 1,7% pada 2012, kemudian

meningkat menjadi 2,7% pada 2013, lalu pada 2014 persentase

menurun menjadi 1,4% dan kemudian Robinson tidak lagi masuk ke

daftar TBI semenjak tahun 2015 (www. topbrand-award.com, 2016)

Senada dengan Ramayana dan Robinson, Matahari Department

store, yang menyasar konsumen kelas menengah atas, pun mengalami

hal yang serupa. Matahari Department store terus mengalami

penurunan persentase semenjak tahun 2013. Namun begitu Matahari

9
masih mampu menguasai separuh dari total persentase Top Brand

Index.

Tabel 1.2

Persentase kenaikan TBI pada Matahari Department store

Tahun TBI

2012 54,6%

2013 56,0%

2014 55,3%

2015 50,4%

2016 53,6%

Sumber : www. topbrand-award.com (2016)

Pada tahun 2016, terlihat adanya kenaikan pada persentase TBI

Ramayana dan Matahari. Hal ini senada dengan pendapatan mereka

yang meningkat pada semester pertama tahun 2016. Ramayana

mencatat kenaikan jumlah pengujung sebanyak 20% di periode yang

sama dengan tahun lalu, dengan kenaikan pendapatan mencapai 26%.

Sedangkan Matahari berhasil meraih peningkatan pendapatan sebesar

31,4% di bandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini di sebabkan

oleh bergesernya periode lebaran tahun ini dan tingginya daya beli

masyarakat pada periode lebaran lalu. Ramayana mencatat kenaikan

jumlah pengunjung mencapai 300% pada periode Ramadhan hingga

lebaran (beritasatu.com, 2016)

10
Agar dapat berhasil dalam pasar ritel yang kompetitif,

Ramayana harus dapat menawarkan produk yang tepat, dengan harga

yang tepat, pada tempat yang tepat, dan waktu yang tepat (Wardany,

2011:1). Selain itu, konsumen yang melakukan pembelian impulsif juga

bisa membantu Ramayana dalam meningkatkan penjualan apabila

Ramayana menerapkan strategi-strategi yang dapat mempengaruhi

keputusan konsumen dalam melakukan pembelian impulsif tersebut.

Dalam penelitian ini diambil beberapa variabel yang dapat

mempengaruhi perilaku pembelian impulsif, yaitu pertama adalah store

atmosphere atau suasana di dalam toko (Yistiani, 2012:90).

Adanya dampak yang signifikan dari lingkungan toko (store)

dalam perilaku berbelanja, mengharuskan peritel agar mengeluarkan

sumber daya yang cukup untuk mendesain toko dan mempresentasi

produk mereka (Levy dan Weitz, 2012:489). Suasana di dalam toko

atau gerai (store atmosphere) adalah kombinasi dari karakteristik fisik

toko seperti arsitektur, layout, pencahayaan, pemajangan, warna,

temperatur, musik, aroma yang secara menyeluruh akan menciptakan

image atau citra dalam benak konsumen (Utami, 2008:117). Store

atmosphere merupakan salah satu cara pemasar berkomunikasi dengan

konsumennya serta untuk meningkatkan penjualan dan mendatangkan

profit. Oleh karena itu store atmosphere harus diatur dengan baik

sehingga konsumen merasa lebih nyaman dan akan lebih sering

mengunjungi toko.

11
Selain store atmosphere, variabel lain yang dapat

mempengaruhi impulse buying yaitu perspektif waktu (Rohman,

2010:232). Waktu memiliki efek yang sangat besar pada perilaku

konsumen (Peter dan Olson, 2005:268). Menurut Belk (1975) dalam

Rohman (2010:227) perspektif waktu berhubungan dengan sifat

sementara dari situasi seperti momen tertentu ketika perilaku terjadi,

misalnya: jam, hari, bulan, dan musim. Konsumen yang memiliki waktu

luang pada waktu berbelanja dapat mempengaruhi reaksi impulsif

sehingga sering gagal untuk membeli produk yang direncanakan dan

membeli produk yang tidak direncanakan (Park et al., 2006 dalam

Rohman, 2010:227).

Selanjutnya variabel yang digunakan untuk menarik

pengunjung diantaranya adalah promosi, promosi digunakan untuk

menyampaikan informasi kepada konsumen. Menurut Erwin (2011)

kegiatan promosi berkaitan dengan seluruh kegiatan yang dilakukan

perusahaan dalam rangka mengomunikasikan kebaikan produknya dan

membujuk konsumen untuk membeli produk tersebut. Promosi dibuat

semenarik mungkin sehingga masyarakat benar benar mau berkunjung.

Setelah bearada didalam toko konsumen akan disuguhi dengan

informasi tambahan lainnya dan suasan yang nyaman sehingga mereka

rela untuk berlama lama di dalam toko, penyediaan fasilitas layanan

pembelanjaan seperti sistem pembayaran. melalui kartu kredit juga

12
sangat efektif dalam membentuk pembentukan keputusan pembelian

konsumen.

Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pembelian tak terencana

yang dilakukan oleh konsumen (impulse buying). Impulse buying atau

biasa disebut juga unplanned purchase, adalah perilaku orang dimana

orang tersebut tidak merencanakan sesuatu dalam berbelanja. Menurut

Utami (2010: 51) impulse buying adalah pembelian yang terjadi ketika

konsumen melihat produk atau merek tertentu, kemudian konsumen

menjadi tertarik untuk mendapatkannya, biasanya karena adanya

rangsangan yang menarik dari toko tersebut

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti tentang

pengaruh store atmosphere, perspektif waktu dan promosi penjualan

terhadap perilaku impulsive buying. Oleh karena itu penelitian ini diberi

judul “ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE,

PROMOSI PENJUALAN DAN PERSPEKTIF WAKTU

TERHADAP PERILAKU IMPULSIVE BUYING (STUDI KASUS

KONSUMEN RAMAYANA DEPARTMENT STORE CABANG

CILEDUG)”.

13
B. Perumusan Masalah

1. Adakah pengaruh signifikan antara store atmosphere terhadap

impulsive buying secara parsial?

2. Adakah pengaruh signifikan antara promosi penjualan terhadap

impulsive buying secara parsial?

3. Adakah pengaruh signifikan antara perspektif waktu terhadap

impulsive buying secara parsial?

4. Adakah pengaruh signifikan store atmosphere, promosi penjualan dan

perspektif waktu terhadap perilaku impulsive buying secara simultan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dia atas maka tujuan penelitian ini

adalah:

a. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh signifikan antara

store atmosphere terhadap perilaku impulsive buying secara

parsial?

b. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh signifikan antara

promosi penjualan terhadap perilaku impulsive buying parsial?

c. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh signifikan antara

perspektif waktu terhadap perilaku impulsive buying secara

parsial?

14
d. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh signifikan antara

store atmosphere, promosi penjualan dan perspektif waktu

terhadap perilaku impulsive buying secara simultan?

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah:

a. Peneliti

Dapat memberikan wawasan serta pengetahuan pada

peneliti serta memberikan kesempatan untuk menerapkan teori-

teori yang didapat saat kuliah kemudian membandingkan dengan

kondisi nyata yang ada.

b. Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapakan mampu memberikan

informasi bagi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah

strategi dalam upaya mempengaruhi kosumen melakukan tindakan

impulse buying, dan dapat menjadi masukan dan informasi bagi

perusahaan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh

berpengaruh dominan terhadap impulse buying konsumen.

c. Akademis

Penelitian ini dapat menjadi koleksi literatur perpustakaan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan referensi bagi seluruh

mahasiswa yang ingin mempelajari masalah dan melakukan

penelitian serupa.

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Retail

Toko eceran (Retailer) adalah semua badan usaha yang

volume penjualannya terutama datang dari penjualan eceran.

Perdagangan eceran/pengeceran (reatailing) adalah yang termasuk

semua aktivitas dalam menjual barang atau jasa langsung ke

komsumen akhir untuk kebutuhan pribadi atau nonbisnis, Kotler

(2012).

Menurut Levy & Barton (2012), “Retailing is the set of

business activities that adds value to the products and service sold

to consumers for their personal or family use”. Yang berarti

retailing adalah serangkaian kegiatan usaha yang memberikan nilai

tambah terhadap produk dan jasa yang dijual kepada konsumen

untuk penggunaan pribadi atau keluarga. Sedangkan menurut

Berman & Evans (2010), “Retailing encompasses the business

activities involved in selling goods and service to consumers for

their personal, family, or household use.” Yang berarti retailing

meliputi kegiatan usaha yang terlibat dalam penjualan barang dan

16
jasa kepada konsumen untuk penggunaan pribadi mereka,

keluarga, atau rumah tangga.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa retail atau retailing adalah semua kegiatan atau aktivitas

pemasaran yang memberikan nilai tambah pada produk barang atau

jasa dan menjualnya kepada konsumen untuk penggunaan pribadi

mereka, keluarga, atau rumah tangga.

2. Store Atmosphere

Bisnis di dunia retail semakin lama semakin pesat, untuk

menguasai pangsa pasar diperlukan berbagai strategi. Salah satu

strategi yang dapat di gunakan adalah store atmosphere untuk

memenangkan persaingan dan menarik minat konsumen

melakukan pembelian di toko.

Atmosphere (suasana toko) adalah suasana terencana yang

sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen

untuk membeli (Kotler 2012). Store atmosphere mempengaruhi

keadaan emosi pembeli yang menyebabkan atau mempengaruhi

pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang

dominan yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan.

menurut Sutisna dan Pawitra (2001) mengatakan store atmosphere

adalah status afeksi dan kognisi yang dipahami konsumen dalam

suatu toko, walaupun mungkin tidak sepenuhnya disadari pada saat

berbelanja . Menurut Christina (2008) store atmosphere atau

17
suasana toko merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko

seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna,

temperatur, musik, serta aroma yang secara menyeluruh akan

menciptakan citra dalam benak konsumen

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa store

atmosphere adalah keadaan atau suasana terencanakan yang

disesuaikan pasar sasaran. Melalui karakteristik toko seperti

arsitektur, tata letak, pencahayan, warna, music, tempreatur, aroma.

untuk dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam berbelanja

a. Tujuan Penataan Atmosphere

Menurut Levi dan Weitz (2012), Ketika peritel hendak

menata atau mendekorasi ulang sebuah toko, manajer harus

memperhatikan tiga tujuan dari atmosphere berikut:

1. Atmosfer harus konsisten dengan citra toko dan strategi

secara keseluruhan.

2. Membantu konsumen dalam menentukan keputusan

pembelian.

3. Ketika membuat suatu keputusan mengenai desain,

manajer harus mengingat mengenai biaya yang diperlukan

dengan desain tertentu yang sebaik-baikanya sesuai dengan

dana yang dianggarkan.

18
b. Dimensi-Dimensi Store Atmosphere

Cakupan strategi Store atmosphere bisa dikelompokan

menjadi Instore dan Outstore. Store atmosphere bisa dipahami

sebagai penataan ruang dalam (Instore) dan ruang luar (Outstore)

yang dapat menciptakan kenyamanan bagi pelanggan.(Sutisna dan

Pawitra 2001). Dimensi store atmosphere menurut Levy dan Weitz

(2012) adalah sebagai berikut.

1) Suara merupakan keseluruhan alunan suara yang

dihadirkan dalam ruangan untuk menciptakan kesan rileks

yang berupa alunan suara musik dari sound system.

2) Bau, merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam

ruangan untuk menciptakan perasaan rileks yang

ditimbulkan oleh pewangi ruangan.

3) Pencahayaan, merupakan cara agar produk yang dijual

dapat lebih terlihat serta meningkatan emosi positif

pengunjung yang sedang berbelanja.

4) Warna, merupakan cara untuk membentuk citra retailer

dan membantu menaikkan perasaan positif pengunjung

dengan cara memadukan kreasi warna secara kreatif.

19
5) Features area, adalah penataan ruang-ruang dalam retail

demi membangun perilaku pembelian dengan cara

menempatkan area area tertentu untuk menarik perhatian

pengunjung. Features area terdiri dari:

a. Jendela, adalah area yang menampilkan produk

yang dijual oleh retail sehingga pengunjung dapat

mengetahui produk apa yang dijual oleh retail

tersebut.

b. Pintu masuk, retailer biasanya menempatkan produk

parfum atau kosmetik di dekat pintu masuk demi

menciptakan suasana nyaman bagi konsumen.

c. Freestanding display, adalah perlengkapan atau

manequin yang di letakkan di gang (aisle) untuk

menarik pengunjung toko agar mau menghampiri

area tersebut. Freestanding display biasanya di

gunakan dalam retail yang berformat racetrack atau

freeform layout.

d. End caps, adalah tampilan produk yang diletakkan

di ujung gang (aisle) dan di gunakan dalam retail

berformat grid layout.

e. Area promosi, adalah area untuk menempatkan

produk produk yang sedang dalam promosi.

20
f. Dinding, karena lantai retail terbatas, banyak retailer

menggunakan dinding untuk menampilkan

produknya. Produk bisa disusun di rak atau di

gantung dan dipadukan dengan fotografi agar lebih

indah.

g. Ruang ganti, adalah tempat dimana pengunjung

mencoba baju yang akan dibelinya. Ruang ganti

yang cukup luas, bersih dan nyaman akan

membentuk mood positif pengunjing untuk membeli

produk tersebut.

h. Area checkout, adalah area di sepanjang kasir yang

di gunakan untuk memajang produk produk selagi

pengunjung mengantri untuk membayar.

Dalam hal ini Ramayana tidak menggunakan end caps dan

area checkout karena kedua poin tersebut biasanya hanya

digunakan untuk format supermarket.

3. Promosi Penjualan

Promosi merupakan salah satu elemen dari retailing

marketing mix yang mempunyai peranan penting dalam pemasaran.

Dalam bauran promosi di dalam ritel yang sangat penting terhadap

keputusan belanja adalah promosi penjualan. Menurut pendapat

Keegen (2007) promosi merupakan penjualan ditunjukan kepada

konsumen atau program perdagangan mana saja yang durasinya

21
terbatas yang menambah nilai berwujud ( Tangible) untuk suatu

produk atau merek. Promosi penjualan dirancang untuk

meningkatkan ketersediaan produk dalam saluran distribusi.

Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui

penggunaaan alat-alat insentif yang beragam untuk mendorong

pembelian suatu produk atau jasa tertentu secara cepat dan

meningkatkan jumlah barang yang dibeli konsumen (Tjiptono,

2008:229). Promosi penjualan, sebagai unsur utama dalam

kampanye pemasaran, adalah berbagai kumpulan alat-alat insentif

yang sebagian besar berjangka pendek, yang dirancang untuk

merangsang pembelian produk atau jasa tertentu dengan lebih cepat

dan lebih besar oleh konsumen atau pelanggan. Sedangkan

menurut Kotler dan Keller (2012:500) promosi penjualan (sales

promotion) adalah beragam insentif jangka pendek untuk

mendorong percobaan atau penjualan suatu produk atau jasa.

menurut Belch (2004:513) tujuan dari promosi penjualan

adalah untuk mempengaruhi pembelian agar mencoba

menggunakan produk atau menganjurkan agar konsumen

menggunakan produk secara rutin. Tujuan dasar dari dilakukannya

promosi penjualan adalah untuk mendorong pembeli agar

bertindak, memulai rangkaian perilaku yang mengakibatkan

aktivitas pembelian.

22
a. Dimensi-dimensi Promosi Penjualan

Menurut kotler dan keller (2012:543) alat promosi

penjualan terbagi menjadi tiga dimensi:

1. Alat Promosi Konsumen, meliputi:

a) Sampel produk, sampel adalah penawaran untuk

mencoba produk. Pemberian sampel adalah cara

paling efektif untuk memperkenalkan produk yang

sudah ada, meskipun biaya yang dikeluarkan untuk

sampel cukup mahal.

b) Kupon, kupon adalah sertifikat yang memberikan

penghematan kepada pembeli ketika mereka

membeli produk tertentu. Kupon dapat

mempromosikan percobaan merek baru atau

mendorong penjualan merek yang sudah ada.

c) Pengembalian tunai (rebates), pengembalian tunai

adalah pengurangan harga setelah pembelian dan

bukan saat membeli ditoko ritel. Konsumen

memberikan “bukti pembelian” kepada produsen,

yang kemudian mengembalikan secara tunai

sebagain harga pembelian lewat pos.

d) Harga khusus, harga khusus atau juga disebut juga

pengurangan harga (discount) yang menawarkan

23
penghematan harga dengan menandai langsung pada

label atau kemasan.

e) Premi, premi atau hadiah langsung adalah barang

yang ditawarkan secara gratis atau pada harga

murah sebagai insentif untuk membeli produk.

f) Program frekuensi, progam frekuensi adalah

program yang memberikan hadiah kepada

konsumen yang membeli produk dengan frekuensi

dan intensitas tertentu.

g) Kontes,undian dan permainan, Kontes,undian dan

permainan program yang memberikan peluang

kepada konsumen untuk memenangkan sesuatu,

seperti uang tunai, perjalanan, atau barang, lewat

keberuntngan atau suatu usaha.

h) Penghargaan dukungan, penghargaan dukungan

adalah penghargaan tunai yang diberikan kepada

pengguna rutin produk atau jasa perusahaan, seperti

kartu belanja langganan supermarket yang

memberikan poin untuk setiap kali berbelanja dan

dapat ditukarkan suatu produk tertentu.

i) Pengujian gratis, pengujian gratis mengajak

prospektif konsumen untuk mencoba produk tanpa

biaya dengan harapan mereka akan membeli.

24
j) Garansi produk adalah janji eksplisit penjual bahwa

produk akan bekerja seperti yang ditentukan atau

bahwa penjual akan memperbaiki atau

mengembalikan uang pembeli selama periode

tertentu.

k) Promosi silang, yaitu menggunakan produk yang

sudah terkenal untuk mempromosikan produk baru

yang belum terkenal.

l) Promosi titik pembelian, promosi titik pembelian

meliputi pajangan dan demontrasi di titik penjualan,

seperti pemajangan di counter atau pemajangan

poster dan tanda untuk memberikan informasi

mengenai lokasi produk.

2. Alat Promosi Dagang, meliputi:

a) Price-off, doskon langsung dari daftar harga pada

setiap pembelian selama periode waktu yang

ditentukan

b) Allowance, jumlah yang ditawarkan sebagai imbalan

untuk peritel yang setuju untuk menampikan

produk-produk dari produsen dalam beberapa cara

c) Free goods, penawaran tambahan barang dagangan

gratis, kepada perantara yang membeli dalam

jumlah tertentu.

25
3. Alat Promosi Bisnis, meliputi:

a) Trade show and conventions, pameran dagang dan

konvensi tahunan engan tujuan untuk menyediakan

akses unuk penjualan yang akan datang,

memperoleh pemberitaan, meningkatkan visibilitas

perusahaan di dalam industri.

b) Kontes Penjualan, kontes penjualan bertujauan

mendorong tenaga penjualan untuk meningkatkan

hasil penjualan merek selama periode yang

ditentukan, dengan hadiah (uang, perjalanan wisata,

hadiah, atau kupon) kepada mereka yang berhasil

c) Speciality advertisisng, barang iklan khusu atau

souvenir pernaik-pernik bermanfaat yang dcetak

dengan nama, lambing, atau pesan pengiklan yang

diberikan sebagi hadiah kepada tenaga pejual.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

promosi adalah cara perusahaan untuk dapat memperkenalkan

produk dan mempengaruhi perilaku belanja atau keputusan

pembelian konsumen dengan cara memberikan nilai tambah

terhadap suatu produk atau merek melalui berbagai unsur atau

bauran pemasaran.

26
Dalam hal promosi penjualan, peneliti hanya mengambil

dimensi alat promosi konsumen saja, karena ruang lingkup

penelitian hanya meliputi konsumen Ramayana. Dan dalam

prakteknya Ramayana hanya menggunakan beberapa poin promosi

penjualan yaitu harga khusus/diskon, premi/hadiah langsung,

kontes/undian, penghargaan dukungan dan pengujian gratis.

4. Perspektif Waktu

Waktu memiliki efek yang sangat besar pada perilaku

konsumen (Peter dan Olson, 2005:268). Perspektif waktu

berhubungan dengan sifat sementara dari situasi seperti momen

tertentu ketika perilaku terjadi, misalnya: jam, hari, bulan, dan

musim (Belk, 1975 dalam Rohman 2010:227). Selain itu, proses

pembelian juga dapat dipengaruhi oleh waktu luang. Menurut

Mowen dan Minor (2002:223), seseorang memiliki keinginan akan

kegiatan waktu luang, yaitu semua kegiatan yang dicari untuk

mengisi waktu luang atau “waktu non-kerja” dengan alasan, seperti

keinginan untuk mendapatkan kepuasan intrinsik, keterlibatan

dalam kegiatan, kebebasan yang dirasakan, dan penguasaan

terhadap lingkungan atau diri sendiri. Konsumen yang memiliki

waktu luang pada waktu berbelanja dapat mempengaruhi reaksi

impulsif sehingga sering gagal untuk membeli produk yang

direncanakan dan membeli produk yang tidak direncanakan (Park

et al., 2006 dalam Rohman, 2010:227).

27
Menurut Etzel, et al. (2004:110), dalam melakukan

pembelian, konsumen dapat dibentuk oleh:

a. Suatu musim, minggu, hari, atau jam. Waktu dapat

mempengaruhi permintaan suatu produk, jadwal promosi, dan

keputusan penentuan harga, seperti contoh pada musim

menjelang hari raya Idul Fitri permintaan daging akan

meningkat, jadwal promosi untuk iklan sirup akan lebih gencar

pada saat menjelang berbuka puasa, dan harga barang

kebutuhan pokok akan naik ketika permintaan tinggi. Contoh

lain dari pengaruh suatu jam yaitu restoran yang lebih ramai

pengunjung ketika jam makan siang, serta pengaruh dari suatu

hari dan bulan seperti supermarket akan lebih banyak didatangi

pengunjung pada hari Sabtu atau Minggu (weekend), atau pada

awal bulan.

b. Dampak peristiwa masa lalu dan sekarang. Contohnya,

pengalaman ketika seseorang berbelanja di suatu toko akan

berpengaruh di kemudian hari, apakah ia akan kembali

berbelanja pada toko tersebut atau tidak.

c. Waktu luang. Adalah waktu kosong yang dipakai konsumen

untuk berbelanja, hal ini berkaitan pada berapa banyak waktu

yang dibutuhkan untuk membeli suatu produk dan

menggunakannya. Para peritel mencari cara agar konsumen

dapat tetap berbelanja dengan waktu luang yang sedikit,

28
contohnya sebuah studio foto mengirimkan hasil fotonya

melalui email agar konsumen tidak perlu menghabiskan

waktunya untuk mengambil foto tersebut.

5. Impulsive buying

Menurut sinaga et al (2012) dalam Japarianto (2014:82)

Impulsive buying didefinisikan sebagai tindakan membeli yang

sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu

pertimbangan atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki

toko.

Sedangkan Mowen & Minor (2002:10) mendefinisikan

pembelian impulsif (impulse buying) adalah tindakan membeli yang

dilakukan tanpa memiliki masalah sebelumnya atau maksud/niat

membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko. Intinya impulsive

buying dapat dijelaskan sebagai pilihan yang dibuat pada saat itu

juga karena perasaan positif yang kuat mengenai suatu benda.

Dengan kata lain faktor emosi merupakan “tanda masuk” ke dalam

lingkungan dari orang-orang yang memiliki gairah yang sama atas

segala sesuatu barang.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa impulse buying

atau pembelian tak terencana adalah pembelian yang dilakukan

secara spontanitas atau tidak direncanankan sebelumnya ketika

konsumen memasuki toko dan melihat suatu barang, impulse buying

29
terjadi karena adanya emosi positif atau penilaian positif konsumen

terhadap suatu barang.

Engel, Blackwell, Miniard (2012) mengemukakan lima

karakteristik penting yang membedakan tingkah laku konsumen

yang impulsif dan tidak impulsif. Karakteristik tersebut adalah:

1. Konsumen merasakan adanya suatu dorongan yang tiba-tiba dan

spontan untuk melakukan suatu tindakan yang berbeda dengan

tingkah laku sebelumnya.

2. Dorongan tiba-tiba untuk melakukan suatu pembelian

menempatkan konsumen dalam keadaan tidak seimbang secara

psikologis, di mana konsumen tersebut merasa kehilangan

kendali untuk sementara waktu.

3. Konsumen akan mengalami konflik psikologis dan berusaha

untuk mengimbangi antara pemuasan kebutuhan langsung dan

konsekuensi jangka panjang dari pembelian.

4. Konsumen akan mengurangi evaluasi kognitif dari produk

5. Konsumen seringkali membeli secara impulsif tanpa

memperhatikan konsekuensi yang akan datang.

B. Hubungan Antar Variabel

1. Pengaruh Store atmosphere terhadap Impulsive buying

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013:1) dan

Sengkey (2015:1162) tentang store atmosphere dan perilaku Impulsive

buying sama sama menyimpulkan bahwa semakin baik atmosfer yang

30
diciptakan di dalam toko akan dapat mendorong terjadinya impulsive

buying pelanggan. Hal ini disebabkan karena atmosfer toko juga

mempengaruhi kenyamanan pelanggan dalam berbelanja,

menghabiskan waktu serta menilai barang-barang yang ditawarkan,

kemudian pelanggan akan melakukan komunikasi dengan karyawan

toko dan menggunakan fasilitas seperti dressing room dan mereka

akan cenderung menghabiskan lebih banyak uang dari yang

sebelumnya direncanakan (Berman dan Evans, 2010:552)

2. Pengaruh Promosi Penjualan terhadap Impulsive buying

Pada penelitian promosi dan impulse buying yang dilakukan oleh

Saino (2015:1) menyatakan bahwa melalui promosi penjualan,

perusahaan dapat menarik kosumen baru, mempengaruhi

konsumennya untuk mencoba produk baru, mendorong konsumen

membeli lebih banyak dan dapat meningkatkan pembelian tidak

terencana (impulse buying).

3. Pengaruh Perspektif Waktu terhadap Impulsive buying

Ismail (2013:33) dan Agustanti (2014) dalam penelitiannya

menyimpulkan faktor situasional yang terdiri dari lingkungan fisik,

lingkungan sosial dan perspektif waktu memiliki pengaruh terhadap

perilaku impulsive buying. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan

pendapat para ahli (Zhuang et al., 2007, dalam Ismail, 2013:34) yang

menyatakan bahwa konsumen yang memiliki waktu luang dapat

mempengaruhi keputusan impulsive buying.

31
C. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah suatu acuan yang digunakan dalam

melakukan penelitian. Penelitian terdahulu berasal dari kumpulan jurnal

dan skripsi dengan melihat hasilnya dan kemudian dibandingkan dengan

penelitian selanjutnya dengan menganalisa berdasarkan keadaan dan

waktu yang berbeda. Berikut adalah tabel penelitian terdahulu:

32
No Judul penelitian Peneliti dan Metode Kesamaan dan Hasil Penelitian
Tahun Penelitian Perbedaan
1 Pengaruh Promosi Dan Denny Metode Kesamaan Promosi dan Store atmosphere
Store atmosphere Kurniawan dan analisis: SEM 1. Menggunakan variabel berpengaruh positif dan signifikan
Terhadap Impulse Yohanes (Structural independen promosi secara bersama sama terhadap
dan store atmosphere.
buying Dengan Sondang Equation Shoping Emotion. Shoping Emotion
2. Menggunakan variabel
Shopping Emotions Kunto, SSi, Model) dependen impulsive sebagai variabel intervening secara
Sebagai Variabel Msc (2013) buying signifikan berpengaruh positif
Intervening Studi Kasus Perbedaan terhadap Impulse buying.
Di Matahari Deparment 1. Menggunakan metode
Store Cabang Super alisis SEM.
Mall Surabaya 2. Menggunakan
variabel shopping
emotion sebagai
variabel intervening
2 Pengaruh Store Nur Fahmi Metode Kesamaan Store atmosphere dan Promosi
atmosphere dan Winawati dan analisis: Path 1. Menggunakan Penjualan secara signifikan
Promosi Penjualan Saino (2015) Analysis variabel independen berpengaruh positif terhadap
promosi dan store
Terhadap Impulse Shoping Emotion, dan Shoping
atmosphere.
buying Dengan 2. Menggunakan Emotion secara signifikan
Shopping Emotion variabel dependen berpengaruh terhadap Impuse
Sebagai Variabel impulsive buying Buying
Intervening Studi kasus Perbedaan
Konsumen Hipermart 1. Menggunakan metode
Ponorogo City Center alisis path.

33
2. Menggunakan
variabel shopping
emotion sebagai
variabel intervening
3 Analisis Citra Merek, Cindy Metode Kesamaan Hasil uji analisis regresi
Atmosfer Toko, Dan Silvianty analisis : 1. Menggunakan menunjukkan bahwa secara parsial
Psikologis Terhadap Sengkey & regresi linier variabel independen atmosfer toko dan Psikologis
atmosfer toko
Keputusan Pembelian Rudy Steven berganda berpengaruh signifikan terhadap
2. Menggunakan metode
Pada Time Out Sport Wenas (2015) analisis regresi linear keputusan pembelian, namun tidak
Café It Center Manado berganda pada variabel Citra merek yang
Perbedaan tidak berpengaruh signifikan pada
1. Menggunakan keputusan pembelian.
variabel independen
citra merk dan
psikologis
2. Menggunakan
variabel dependen
keputusan pembelian
4 Respon Situasional Rumra Metode Kesamaan Hasil penelitian ini menunjukkan
Sebagai Stimulus Suryanti Ismail analisis: 1. Menggunakan faktor situasional yaitu lingkungan
Pembelian Impulsif di (2013) Deskriptif variabel independen fisik, lingkungan sosial dan
respon situasional perspektif waktu memberikan
Kota Ambon
dimana di dalamnya stimulus paling besar dalam
terdapat variabel perilaku pembelian impulsif. Hasil
perspektif waktu penelitian ini juga menunjukkan
bahwa tujuan berbelanja dan
suasana hati tidak

34
2. Menggunakan memiliki peran dalam menstimuli
variabel dependen konsumen untuk melakukan
pembelian impulsif pembelian
Perbedaan impulsif.
1. Menggunakan metode
analisis deskriptif.
5 Pengaruh Situasi Wuri Metode Kesamaan Hasil uji analisis ini menunjukkan
Pembelian Terhadap Agustanti analisis : 1. Menggunakan bahwa situasi pembelian yang
Keputusan Pembelian (2014) Regresi Linier variabel independen terdiri dari lingkungan fisik,
situasi pembelian
Pada Giant Supermarket Berganda lingkungan sosial, tujuan,
dimana di dalamnya
Cilacap terdapat variabel perspektif waktu dan keadaan yang
perspektif waktu mendahului berpengaruh positif
2. Menggunakan metode terhadap keputusan pembelian.
analisis regresi liner
berganda.
Perbedaan
1. Menggunakan
variabel dependen
keputusan pembelian.
6 The Impact Of The Jhanghiz Metode Kesamaan Hasil penelitian mengatakan bahwa
Credit Card, Shopping Syahrivar & analisis : 1. Menggunakan terdapat pengaruh positif dan
Discount, Promotion Randy Regresi variabel independen signifikan antara shopping
Approach, And Store Ardianto Binomial shopping discount dan discount, promotion approach daan
Layout Towards (2016) Logistik promotion approach store layout terhadap impulssive
Impulse Buying yang termasuk dalam buying behaviour. Namun hasil
Behaviour dimensi promosi penelitian juga menunjukkan
penjualan bahwa tidak terdapat pengaruh

35
2. Menggunakan signifikan antara credit card
variabel store layout terhadap impulsive buying
yang termasuk dalam behaviour.
dimensi store
atmosphere
3. Menggunakan
variabel dependen
impulsive buying
behaviuor
Perbedaan
1. Menggunakan
variabel independen
credit card
2. Menggunakan metode
analisis regresi
binomial logistik
7 Store Atmosphere On Eirene Natalia Metode Kesamaan Hasil penelitian ini mengatakan
Consumer Impulsive Makal & Sifrid analisis : 1. Menggunakan bahwa elemen store atmosphere
Buying Behaviour At S. Pangemanan Regresi linear variabel dependen (Exterior, general interior, store
Multimart II (2014) berganda store atmosphere layout, interior display dan human
Supermarket Manado 2. Menggunakan variabel) berpengaruh secara
variabel independen signifikan terhadap perilaku
perilaku impulsive impulsive buying.
buying
3. Menggunakan metode
analisis regresi linear
berganda
Perbedaan

36
1. Tidak terdapat
variabel dependen
promosi penjualan
dan perspektif waktu

37
D. Kerangka Pemikiran

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian maka

di butuhkan sebuah kerangka pemikiran, kerangka pemikiran dalam

penelitian ini dapat di gambarkan secara sistematis sebagai berikut:

Store Atmosphere Promosi penjualan Perspektif Waktu


(X1) (X2) (X2)

Impulsive Buying (Y)

Uji Kualitas Data


1. Uji Validitas
2. Uji Realibilitas

Uji Asumsi klasik


Uji Normalitas
Uji Multikolineritas
Uji Heterokedasatisitas

Uji Hipotesis
1.Uji F
2.Uji T

Uji regresi linear berganda

Uji koefisien determinasi

Kesimpulan dan implikasi

38
E. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan atau proposisi yang belum dibuktikan

mengenai faktor atau fenomena yang menjadi minat peneliti (Malholtra,

2009:56). Berdasarkan kerangka pemikiran dan juga penelitian terdahulu,

maka dapat dirumuskan suatu hipotersis yang merupakan dugaan

sementara dalam menguji suatu penelitian, yaitu:

1. Ho1 : b1 = 0, tidak terdapat pengaruh antara store atmosphere

terhadap perilaku impulsive buying

Ha1 : b1 ≠ 0, terdapat pengaruh antara store atmosphere terhadap

perilaku impulsive buying

2. Ho2 : b2 = 0, tidak terdapat pengaruh antara promosi penjualan

terhadap perilaku impulsive buying

Ha2 : b2 ≠ 0, terdapat pengaruh antara promosi penjualan terhadap

perilaku impulsive buying

3. Ho3 : b3 = 0, tidak terdapat pengaruh antara perspektif waktu

terhadap perilaku impulsive buying

Ha3 : b3 ≠ 0, terdapat pengaruh antara perspektif waktu terhadap

perilaku impulsive buying

4. Ho : b1 : b2 : b3 = 0, tidak terdapat pengaruh secara simultan antara

store Atmosphere, promosi penjualan dan perspektif

waktu terhadap perilaku impulsive buying

39
Ho : b1 : b2 : b3 ≠ 0, terdapat pengaruh secara simultan antara store

Atmosphere, promosi penjualan dan perspektif waktu

terhadap perilaku impulsive buying

40
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berfokus pada variabel independen yaitu store

atmosphere, promosi penjualan dan perspektif waktu serta variabel

dependen yaitu perilaku pembelian impulsif. Batasan lokasi penelitian ini

mencakup wilayah sekitar department store Ramayana cabang Ciledug.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016.

B. Teknik Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah gabungan seluruh elemen yang memiliki

serangkaian karakteristik serupa yang mencakup semesta untuk

kepentingan masalah riset pemasaran (Malholtra,2009:364).

Populasi dapat juga dikatakan sebagai wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 61).

Populasi dalam penelitian adalah konsumen yang pernah

berbelanja di department store Ramayana cabang Ciledug dan

pernah melakukan pembelian impulsif.

41
2. Teknik Sampling

Sampel adalah subkelompok populasi yang terpilih untuk

berpartisipasi dalam studi (Malholtra, 2009:364). Sampel yang

diambil dalam penelitian berjumlah 100 responden. Hal ini

didasarkan pada pernyataan Roscoe (1982) dalam Sugiyono

(2010:74), yang menyatakan bahwa ukuran sampel yang layak

dalam sebuah penelitian adalah antara 30 sampai 500, karena

jumlah populasi tidak diketahui, maka digunakan rumus

Lemeshow untuk menentukan jumlah sampel yang harus diambil

Berikut rumus dari menentukan jumlah populasi yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini, besarnya sampal dapat

ditentukan sebagai berikut:

𝑍 2 𝑃(1 − 𝑃)
𝑛 =
(1)2

Dimana n adalah jumlah sampel, p adalah proporsi

populasi, Z adalah skor Z pada derajat kepercayaan tertentu serta

merupakan sampling error. Nilai p selalu dalam kisaran antara 0 - ~

maka besar p (1-p) dapat dicari sebagai berikut:

Jika p = p (1-p)

p = p – p2

42
p maksimum jika,

𝑑𝑝
= 0
𝑑𝑝

1 – 2p = 0
p = 0,5
Maka subtitusi nilai p dalam rumus Lemeshow sebagai berikut:

𝑍 2 𝑝(1 − 𝑃)
𝑛 =
(𝑑)2

𝑍 2 0,5(1 − 0,5)2
𝑛 =
(𝑑)2

𝑍2
𝑛 = 2
4𝑑

Persamaan diatas merupakan rumus baku apabila jumlah

populasi tidak diketahui. Jika derajat kepercayaan sebesar 95% dan

sampling error sebesar 10% dan jumlah sampel sebesar 1,96 maka:

𝑍2
𝑛 =
4𝑑 2

(1,96)2 3,84164
𝑛 = =
4(0,1)2 0,04

𝑛 = 96,04 = 100

Jadi jumlah sampel menurut rumus Lemeshow sebesar

96,04 dan dibulatkan menjadi 100 responden.

43
Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel

non probability sampling, yaitu dengan menggunakan metode

purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik sampling

yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-

pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sampel untuk tujuan tertentu (Riduwan, 2010:63).

Adapun pertimbangan penentuan sampel adalah sebagai berikut:

a. Sebagian populasi yang pernah berbelanja di department store

Ramayana cabang Ciledug

b. Sebagian populasi yang pernah melakukan pembelian yang

sebelumnya tidak direncanakan (impulsif)

C. Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Menurut Malhotra (2009:120) data primer dibuat oleh peneliti

untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang

ditangani. Sedangkan menurut Suliyanto (2005:6) menjelaskan data

primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah suatu organisasi atau

peneliti langsung dari objeknya.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung

dari responden melalui daftar pertanyaan yang diajukan. Data primer

yang dikumpulkan meliputi data identitas responden, pendapat

44
responden tentang perilaku pembelian impulsif berdasarkan store

atmosphere, promosi penjualan dan perspektif waktu yang diterapkan

pada department store Ramayana cabang Ciledug.

Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode penyebaran kuesioner pada konsumen

department store Ramayana cabang Ciledug. Kuesioner pada

penelitian ini terdiri dari pernyataan-pernyataan yang bersumber dari

tiap-tiap indikator variabel penelitian. Pernyataan-pernyataan pada

kuesioner dibuat dengan skala Likert. Skala likert adalah pengukuran

dengan lima kategori respon yang berkisar antara “sangat setuju” dan

”sangat tidak setuju” yang mengharuskan responden menentukan

derajat persetujuan atau ketidaksetujuan responden terhadap masing-

masing dari serangkaian pertanyaan mengenai objek stimulus

(Malhotra, 2009: 298). Skala 1-5 untuk memperoleh data yang bersifat

numerical dan diberi skor atau nilai. Untuk kategori pertanyaan

dengan jawaban sangat tidak setuju atau sangat setuju.

Tabel 3.1
Skala Likert

No Jawaban Nilai
1. Sangat Setuju (SS) 5
2. Setuju (S) 4
3. Netral (N) 3
4. Tidak Setuju (ST) 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: Malhotra, 2009

45
2. Data Sekunder

Menurut Malholtra (2009:121), data sekunder merupakan data

yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah

yang dihadapi, data ini dapat ditemukan dengan cepat serta tidak

mahal. Sedangkan menurut Suliyanto (2005:6) data sekunder

(Secondary data) adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang

sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya

sudah dalam bentuk publikasi seperti jurnal, buku, majalah dll.

Data sekunder merupakan jenis data yang bukan diusahakan

dan dicari langsung oleh peneliti, Data ini dapat diperoleh dari

literatur-literatur, jurnal-jurnal penelitian terdahulu maupun data

dokumen yang berhubungan dan diperlukan dalam penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk mendapatkan data primer dilakukan penyebaran

kuesioner kepada pelanggan department store Ramayana Ciledug

sebanyak 100 responden. Sebelum kuesioner diberikan kepada

responden, penulis melakukan try out terhadap 30 responden dengan

memberikan 25 butir pernyataan yang dibagi menjadi empat variabel

utama yaitu store atmosphere, promosi penjualan, perspektif waktu dan

perilaku pembelian impulsif untuk menguji validitas dan reliabilitas

dari seluruh pernyataan yang diberikan.

46
a. Uji Validitas

Menurut Ghozali (2012:52) uji validitas digunakan untuk

mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner

dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Uji signifikansi dilakukan untuk membandingkan nilai rhitung (nilai

Corrected Item – Total Correlation pada output Cronbach alpha)

dengan rtabel untuk degree of freedom (df) = n – 2 yaitu 30 – 2 = 28,

dengan alpha 0,05. Jika rhitung lebih besar daripada rtabel maka butir

pertanyaan atau indikator tersebut valid (Ghozali, 2012:53).

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu (Ghozali, 2012:47). Uji reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan rumus Cronbach Alpha, untuk mengetahui tingkat

reliabilitas instrumen dari keempat varibel penelitian jika dari hasil

uji reliabilitas memberikan nilai alpha > 0,70 (Nunnally, 1994

dalam Ghozali, 2012:48).

2. Uji Asumsi Klasik

Model regresi berganda dapat dikatakan sebagai model yang

baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data yang

47
terbebas dari asumsi klasik statistik, baik itu normalitas,

multikolinearitas dan heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas Data

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi

data normal atau mendekati normal. Terdapat dua cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu:

1. Uji Kolmogorov – smirnov yaitu uji yang dapat dibuat dari

hasil Asym Sig (2-tailed). Uji normalitas berdasarkan

Kolmogorof-Smirnov Tes yang baik, memiliki hasil Asym.

Sig (harus lebih besar dari 0.05 (Umar, 2010).

2. Uji P-Plot yaitu uji normalitas dengan analisis grafik

menggunakan grafik normal. Dengan grafik plot ini, pola

distribusi dikatakan normal jika gambar distribusi dengan

titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan

penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal.

Apabila data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak

mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola

distribusi tidak normal (Bhuono, 2005:24).

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

48
korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen

saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.

Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi

antar sesama variabel independen sama dengan nol. Dapat juga

dilihat dari nilai tolerance dan Variate Inflation Factor (VIF), nilai

toleransi yang besarnya di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10

menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas pada variabel

independennya (Ghozali, 2012:105).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kita dapat

melihatnya dari grafik Scatterplot antara prediksi variabel

dependen dengan residualnya. Dasar membentuk pola tertentu atau

teratur maka mengidentifikasi telah terjadi heteroskedastisitas.

Sebaliknya apabila titik-titik yang ada menyebar di atas dan di

bawah angka 0 sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

(Ghozali, 2012:139).

3. Uji Hipotesis

a. Uji t (Uji Parsial)

Uji parsial atau t-test bertujuan untuk mengetahui besarnya

pengaruh masing-masing variabel independen secara individual

49
(parsial) terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output

SPSS dapat dilihat pada tabel coefficients. Nilai dari uji t dapat

dilihat dari p-value (pada kolom sig.) pada masing-masing

variabel independen, dapat dinyatakan suatu variabel

independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen

jika p-value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan

(0,05), atau thitung (pada kolom t) lebih besar dari ttabel.

Penentuan ttabel ditentukan dengan alpha 0,05 dan df = N – 2

(Ghozali, 2012:99).

Dalam penelitian ini menggunakan uji signifikan dua arah

atau two tailed test, yaitu suatu uji yang mempunyai dua daerah

penolakan Ho yaitu terletak di ujung sebelah kanan dan kiri.

Dalam pengujian dua arah, biasa digunakan untuk tanda sama

dengan (=) pada hipotesis nol dan tanda tidak sama dengan (≠)

pada hipotesis alternatif. Tanda (=) dan (≠) ini tidak

menunjukan satu arah, sehingga pengujian dilakukan untuk dua

arah (Suharyadi dan Purwanto, 2009:88-89). Model untuk

menguji pengaruh secara parsial adalah sebagai berikut

(Ghozali, 2012:99):

1) Uji Hipotesis dengan membandingkan thitung dengan ttabe

a) Apabila thitung < - ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak

dan Ha diterima, artinya variabel independen secara

50
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen.

b) Apabila thitung ≤ ttabel atau thitung ≥ - ttabel, maka Ho diterima

dan Ha ditolak, artinya variabel independen secara parsial

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen.

2) Uji hipotesis berdasarkan signifikansi

a) Jika angka sig. > 0,05, maka Ho diterima

b) Jika angka sig. < 0,05, maka Ho ditolak

b. Uji F (Uji Simultan)

Uji simultan dengan f-test ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen

terhadap variabel dependen. Hasil Ftest ini pada output SPSS

yang dilihat pada ANOVA (Analysis of Variance) (Ghozali,

2012:98). Hasil uji f menunjukkan variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-

value (pada kolom sig) lebih kecil dari level of significant yang

ditentukan, atau Fhitung (pada kolom F) lebih besar dari Ftabel.

Ftable dihitung dengan cara df = k-1 dan df2 = n-k adalah jumlah

variabel dependen dan independen. Hipotesis yang digunakan

adalah:

1. Menentukan Ho dan Ha :

Ho : b1 : b2 : b3 : b4 = 0 , berarti tidak terdapat pengaruh yang

51
signifikan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

Ha : bi : b2 : b3 : b4 ≠ 0 , berarti terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

2. Menentukan Fhitung dengan rumus :

R2/K
Fhitung = (1 – 𝑅)2/ (𝑛 – 𝐾 – 1)

Dimana R2 = koefisien determinasi

N = Jumlah pengamatan atau sampel

K = Jumlah variabel independen

3. Dasar pengambilan keputusan

a) Dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel:

(1) Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha

diterima. Artinya, variabel independen secara

simultan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen.

(2) Apabila Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha

ditolak. Artinya, variabel independen secara

simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen.

b) Dengan menggunakan angka signifikansi:

(1) Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima

(2) Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak

52
4. Analisis Regresi Linier Berganda

a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Ghozali (2012:97) menyatakan bahwa koefisien

determinasi (Adjusted R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Hal ini berarti nilai koefisien determinasi

menunjukkan persentase pengaruh keseluruhan variabel

independen (store atmosphere, promosi penjualan dan

perspektif waktu) terhadap nilai variabel dependen (perilaku

pembelian impulsif). Jika pengaruh tidak mencapai 100%,

maka kekurangannya dijelaskan oleh variabel lain.

Besarnya koefisien determinasi adalah 0 sampai dengan 1.

Semakin mendekati nol, semakin kecil pengaruh semua

variabel independen terhadap nilai variabel dependen (dengan

kata lain semakin kecil kemampuan model dalam menjelaskan

perubahan nilai variabel dependen). Sedangkan jika koefisien

determinasi mendekati satu, maka sebaliknya semakin besar

pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel

dependen.

b. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai

ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau

lebih variabel independen (variabel penjelas atau bebas),

53
dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-

rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan

nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003 dalam

Ghozali, 2012:95). Formulasi untuk regresi linier berganda

adalah sebagai berikut:

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+e

Y = Perilaku pembelian impulsif (variabel dependen)

a = konstanta

b1 = Koefisien regresi variabel store atmosphere

b2 = Koefisien regresi variabel promosi penjualan

b3 = Koefisien regresi variabel perspektif waktu

X1 = store atmosphere

X2 = promosi penjualan

X3 = perspektif waktu

e = faktor penggangu/Error

5. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur kemampuan

variabel-variabel independen, yaitu store atmosphere, promosi

penjualan dan perspektif waktu dalam menjelaskan variasi variabel

dependen, yaitu perilaku impulsive buying. Nilai koefisien determinasi

(R2) adalah 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel

54
memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variasi variabel dependen (Ghozali, 2013)

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel operasional adalah sebuah konsep yang mempunyai

variasi nilai yang diterapkan dalam suatu penelitian. Adapun cara

pengukuran dari variabel ini adalah dengan menggunakan skala

pengukuran Likert atau Ordinal. Berikut ini adalah variabel-variabel

penelitian yang dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini meliputi:

a. Store Atmosphere (X1)

b. Promosi penjualan (X2)

c. Perspektif waktu (X3)

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel terikat yang dipengaruhi karena

adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Perilaku Pembelian Impulsif konsumen Ramayana Department store

cabang Ciledug

55
Tabel 3.2
Operasional Variabel

No Variabel Dimensi Indikator Skala

1 Store 1. Suara 1.1 Di dalam toko


Atmosphere diperdengarkan
(X1) musik yang
Levi dan menenangkan.
Weits
(2012) 2. Bau 2.1 Tercium bau
wangi
pengharum
ruangan di
dalam toko.

3. Pencahayaan 3.1 Toko memiliki


pencahayaan
yang baik.

4. Warna 4.1 Warna interior


toko terlihat Ordinal
menarik.

5. Features 5.1 Produk terlihat


Area jelas dari
jendela
5.2 Terdapat
barang-barang
yang membuat
nyaman di pintu
masuk

5.3 Manequin tidak


menghalangi
jalan

5.4 Pengelompokan

56
barang yang
sedang promosi.

5.5 Produk yang


diletakkan di
dinding terlihat
jelas

5.6 Terdapat kamar


ganti yang
nyaman dan
bersih
2 Promosi
penjualan 1. Harga khusus 1.1 Produk dengan
(X2) harga khusus
(Kotler & (discount)
Keller mendorong
2012) konsumen untuk
membeli
produk.

2. Premi 2.1 Pemberian


hadiah langsung
mendorong
konsumen untuk
membeli Ordinal
produk.

3. Undian 3.1 Undian


berhadiah
mendorong
konsumen untuk
membeli
produk.

4. Penghargaan 4.1 Pemberian poin


dukungan pada suatu kartu

57
belanja dapat
mendorong
konsumen untuk
membeli
produk.

5. Pengujian 5.1 Konsumen


gratis dibolehkan
mencoba produk
tanpa membeli

3. Perspektif 1. Waktu luang 1.1 Konsumen


waktu memiliki waktu
(X3) luang yang
(Etzel, et banyak untuk
al., berbelanja
2004)
2. Musim,ming 2.1 Konsumen lebih
gu,hari, atau sering
jam berbelanja pada
saat menjelang
musim tertentu
seperti hari raya

2.2 Konsumen lebih


sering Ordinal
berbelanja pada
hari Sabtu atau
Minggu

2.3 Konsumen lebih


sering
berbelanja pada
awal bulan

3. Dampak 3.1 Pengalaman


Peristiwa berbelanja
masa lalu dan konsumen akan
sekarang mempengaruhi

58
keputusan
berbelanja di
masa yang akan
datang.
4 Perilaku 1. Spontanitas 1.1 Memotivasi
Pembelian konsumen
Impulsif untuk membeli
(Y) produk secara
(Engel et tiba-tiba
al, 2012)
2. Hilangnya 2.1 Adanya
kendali ketidakseimban
perasaan gan psikologi
sementara.

3. Terjadi 3.1 Desakan


konflik (emosional)
Ordinal
psikologis mendadak
untuk membeli

4.1 konsumen
4. Berkurangny
melakukan
a evaluasi
evaluasi
kognitif
minimal dengan
di dominasi
perasaan

5. Ketidakpedul 5.1 Pembelian


ian akan tanpa
akibat mempedulikan
konsekuensi

59
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Profil Ramayana Lestari Sentosa, TBK

Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) didirikan 14

Desember 1983 oleh pasangan suami istri Paulus Tumewu dan

Tan lee Chuan, di Ujung Pandang (Makasar). Pada tahun 1978

didirikan outlet perintis “Ramayana Fashion Store” di Jl. H.Agus

Salim, Jakarta Pusat yang dikenal dengan R1. RALS mulai

beroperasi secara komersial pada tahun 1983.

PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk, dipilih sebagai

perusahaan dengan manajemen terbaik kedua dikawasan Asia

pasifik pada majalah Asia money edisi desember 2000.

Kepemilikan saham Ramayana Lestari Sentosa Tbk adalah PT

Ramayana Makmur Sentosa (induk usaha terakhir) dengan

persentase kepemilikan sebesar 55,88%, Paulus Tumewu

presentasi kepemilikan sebesar 3,66% dan 40,46% dimiliki Free

float.

Ruang lingkup kegiatan RALS adalah perdagangan umum

yang menjual berbagai macam barang seperti pakaian, aksesoris,

tas, sepatu, kosmetik dan produk - produk kebutuhan sehari –

hari melalui gerai serba ada Ramayana Supermarket

60
(Departement Strore). Jumlah gerai yang dioperasikan oleh

RALS terdiri dari 116 gerai dengan nama Ramayana (106 gerai),

Robinson (7 gerai), dan Cahaya (3 gerai). RALS bergabung

dalam anggota organisasi SPAR International BV mulai 1

September 2014.

Ramayana mengunggulkan prinsip tritunggal yaitu

KUALITAS-LAYANAN-NILAI yang telah menyokong

kesuksesan dan kegiatan ekspansi Perseroan yang stabil selama

empat dasawarsa terakhir ini. Pelanggan menuntut KUALITAS,

oleh karena itu, Ramayana menyajikan pilihan barang-barang

yang berkualitas, dengan gaya rancangan yang sesuai dengan

tren-tren masa kini.

Ramayana menyajikan barang-barang ini dengan

LAYANAN yang unggul. Pelanggan harus senantiasa merasa

seperti tamu kehormatan dan merasa nyaman setiap kali

berbelanja. Persaingan yang ketat menuntut adanya tatanan

NILAI – salah satu dari nilai-nilai inti Perseroan. Dengan inflasi

mengintai dan daya beli yang menyusut, pelanggan kini semakin

sensitif pada harga. Mereka semakin mengetahui harga dan tahu

apakah mereka mampu membelinya. Keberhasilkan Ramayana

dalam kesinambungan usaha, sebagian besar berasal dari

tingginya nilai yang ditawarkan untuk produk pakaian dan

barang-barang lainnya dengan harga ekonomis.

61
Seiring dengan perkembangan zaman, Ramayana

mengintensifikasikan upaya untuk meningkatkan margin

keuntungan, menghadapi perubahan demografis dan harga lebih

tinggi untuk barang kebutuhan sehari-hari, memengaruhi daya

beli sasaran pasarnya yaitu masyarakat Indonesia dari kalangan

menengah-bawah dan berpenghasilan rendah.

2. Marketing Perusahaan

 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran adalah pengambilan keputusan-

keputusan mengenai biaya pemasaran, bauran pemasaran,

harga produk, kondisi produk dan alokasi pemasaran dalam

hubungan dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dan

kondisi persaingan.

 Harga (price)

Bagi konsumen harga merupakan segala bentuk biaya

moneter yang dikorbankan oleh konsumen untuk

memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah kombinasi

dari barang.

 Promosi (promotion)

Di dalam perusahaan ritel sangat memerlukan promosi untuk

memasarkan produk yang telah di hasilkan, dimana dalam

hal ini promosi sebagai alat bantu untuk mendefinisikan

produk, untuk menghimbau pembeli dan untuk meneruskan

62
informasi dalam proses mengambil keputusan pembeli

dengan adanya promosi.

 Pelayanan (service)

Unsur pelayanan adalah unsur yang memiliki peranan

penting dalam persaingan non-harga dengan pengecer-

pengecer lain. Unsur-unsur pelayanan menjadi nyata bagi

Perusahaan dengan bersaing dengan para pesaingnya karena

unsur pelayanan sangat sulit ditiru oleh pesaing.

Prospek usaha PT. Ramayana Lestari Sentosa,Tbk adalah

untuk mencapai target pasar yang luas lebih kurangnya 70% dari

populasi adalah kelas menengah kebawah. Promosi yang

dilakukan Ramayana dengan berusaha mengoptimalkan

penjualan di hari-hari raya Indonesia seperti lebaran,natal dan

tahun baru melalui strategi above the line, termasuk iklan televisi

dan radio, pemasangan iklan di berbagai surat kabar local

maupun Nasional, serta billboard di area-area strategis. Brosur

juga disebarkan kepada komunitas local untuk menari perhatian.

Dalam pelaksanaannya, Ramayana Lestari Sentosa tbk memiliki

beberapa strategi dalam memutuskan penetapan diadakannya

discount, baik dalam segi waktu, kegunaan, serta efek dari

diadakan kebijakan diskon. Penggunaan Sitem Informasi

Manajemen pada POS (menyatukan system depan dan belakang

kantor) yang sejalan dengan system SKU akan mempercepat alur

proses order barang.

63
Strategi-strategi yang dilakukan PT.Ramayana Lestari Sentosa:

 Mencari alternatif produk-produk yang berkualitas dengan

harga yang murah.

 Menekan biaya opersional sehingga tidak melebihi 16% dari

penjualan.

 Mengadakan evaluasi kerja secara berkala.

 Menutup toko yang kurang menguntungkan untuk

mengurangi kerugian.

3. Visi Perusahaan

Sebagai jaringan Perusahaan retail Ramayana berkomitmen

untuk melayani kebutuhan bersegmen menengah bawah,

Ramayana menyediakan beragam produk terjangkau dan

berkualitas, menawarkan pelayanan pelanggan yang penuh

perhatian.

4. Misi Perusahaan

Ramayana tetap menjaga posisi di sektornya sebagai peritel

terbesar di Indonesia, melalui ekspansi pasar, pengendalian biaya

yang cerdas, meningkatkan layanan pelanggan, pengembangan

sumber daya manusia, dan membangun hubungan yang saling

menguntungkan dengan rekan bisnisnya: semuanya untuk

memaksimalkan nilai pemegang saham.

5. Struktur Organisasi

Ramayana department store menetapkan struktur organisasi

berdasarkan pada masing-masing bagian yaitu

64
 Level paling atas (high level) merupakan level

manajemen yang mengatur semua manajemen di

bawahnya, terdiri dari manajer toko dan asisten manajer

toko

 Level menengah (medium level) merupakan manajemen

yang terdiri dari para supervisor .

 Level bawah (low level) terdiri dari para pramuniaga dan

staf

Gambar .4.1
Gambar Struktur Organisasi
.
Manajer Toko

Ast. Manajer
Toko

Spv. Kasir HRD Spv. Ekspedisi Spv. Area

Koordinator Administrator Ekspeditor/ Koordinator


Staf Ekspedisi

Kasir SPG/SPB

Sumber : Data Primer (2016)

6. Kalender Promosi Ramayana 2016

Berikut adalah kalender promosi yang diadakan oleh Ramayana

sepanjang tahun 2016.

65
Tabel 4.1
Kalender Promosi Ramayana

BULAN HARI TGL ACARA

Januari Jum'at 1 Festival T-Shirt & jeans

Jum'at 8 Branded sale

Jum'at 15 Dobel diskon merk terkenal


SHOES
FAIR Jum'at 22 Pesta pakaian dalam

Jum'at 29 Jutaan sepatu & tas murah

Februari Jum'at 5 Imlek big diskon

Jum'at 12 Dobel diskon

IMLEK Jum'at 19 Harga heboh

Jum'at 26 Anniversary sale

Maret Jum'at 6 Pesta pakaian remaja

Jum'at 11 Beli 1 gratis 1 / beli 2 gratis 1

ANNIVERSARY Jum'at 18 Dobel diskon merk terkenal

Jum'at 25 Jutaan sepatu & tas murah

April Jum'at 1 Pesta batik indonesia

Jum'at 8 Harga gila

Jum'at 15 Dobel diskon


SHOES FAIR Murah terus terusan diskon
Jum'at 22 terus terusan

Jum'at 29 Branded sale

Mei Jum'at 6 Pesta T-shirt & Jeans

66
Jum'at 13 Sejuta pakaian remaja murah

BIG SALE Jum'at 20 Branded sale

Jum'at 27 Dobel diskon

Juni Jum'at 3 Pesta celana pendek & T-shirt

HOLIDAY Jum'at 10 Back to school sale

BACK TO
SCHOOL Jum'at 17 Branded shoes sale

PRA Lebaran big sale : pakaian


LEBARAN Jum'at 24 muslim & anak

Lebaran big sale : pakaian


Juli Jum'at 1 wanita & sepatu

Lebaran big sale : pakaian


Jum'at 8 remaja & sepatu

Lebaran big sale : pakaian pria


Jum'at 15 & sepatu
LEBARAN
Lebaran big sale : Pakaian
Jum'at 22 anak & sepatu

Lebaran big sale : semua


Jum'at 29 barang

Agustus Jum'at 5 Cuci gudang

Jum'at 12 Murah 1 harga


DISKON
Jum'at 19 Dobel diskon
KEMERDEKAAN
Jum'at 26 Harga heboh

September Jum'at 2 Doble diskon merk terkenal

Jum'at 9 Pesta pakaian dalam


BRANDED SALE
Jum'at 16 Pesta jaket

67
Murah terus terusan diskon
Jum'at 23 terus terusan

Jum'at 30 Harga heboh

Oktober Jum'at 7 Festival Jeans

Beli 1 gratis 1 / beli 2 gratis


Jum'at 14 1
SHOES FAIR
Jum'at 21 Harga heboh

Jum'at 28 Dobel diskon

November Jum'at 4 Murah 1 harga

Jum'at 11 Harga gila

Jum'at 18 Dobel diskon


SHOES FAIR Pesta celana pendek & T-
Jum'at 25 shirt

Desember Jum'at 2 Cuci gudang

Jum'at 9 Murah 1 harga

DISKON NATAL Jum'at 16 Dobel diskon


&
TAHUN BARU Jum'at 23 Harga heboh

Jum'at 30 Branded sale


Sumber : Data Primer (2016)

B. Analisis Dan Pembahasan

1. Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah yang pernah belanja

ke ramayana dan pernah melakukan pembelian yang tidak

direncanakan yang berjumlah 100 orang. Berikut ini adalah

68
deskripsi mengenai identitas responden penelitian berdasarkan

hasil pengolahan kuesioner yang terdiri dari jenis kelamin, usia,

pekerjaan, dan penghasilan.

a. Jumlah Kuisioner Yang Disebar

Tabel 4.2
Kuesioner yang disebar

No. Keterangan Jumlah Persentase

1 Jumlah kuesioner yang 100 1

disebar

2 Jumlah kuesioner yang 0 0,00

tidak kembali

3 Jumlah kuesioner yang 0 0,00

tidak dapat diolah

4 Jumlah kuesioner yang 100 1

dapat diolah

Sumber: Data primer yang diolah

b. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil responden

berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.3

Jenis kelamin responden

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Pria 29 0,29

2 Wanita 71 0,71

69
3 Jumlah 100 1

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa sebanyak 29

orang atau 29% responden berjenis kelamin pria, dan sisanya

sebanyak 71 orang atau 71% responden berjenis kelamin

wanita. Hal ini menjelaskan mayoritas responden adalah

wanita.

c. Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil responden

berdasarkan usia

Tabel 4.4
Usia Reponden

No. Usia Frekuensi Persentase

1 <20 Tahun 12 0,12

2 20-35 Tahun 46 0,46

3 >35 Tahun 42 0,42

5 Jumlah 100 1

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.4 menujukkan bahwa responden yang

berbelanja di Ramayana di rentang usia <20 tahun sebanyak

12 orang dengan persentase 12%, usia 20-35 tahun sebanyak

46 orang dengan persentase 46%, dan usia >35 tahun

sebanyak 42 orang dengan persentase 42%. Hal ini

menunjukkan bahwa usia responden terbanyak adalah usia

70
20-35 tahun dengan jumlah 46 orang, selisih sedikit dengan

usia >35 tahun dengan jumlah 42 orang.

d. Pengeluaran responden

Tabel 4.5 menyajikan hasil dari pengeluaran perbulan

responden Ramayana

Tabel 4.5
Pengeluaran responden

No. Pengeluaran Frekuensi Persentase

1 <Rp 1.000.000 6 0,06

2 Rp 1.000.000-Rp 23 0,23

1.499.999

3 Rp 1.500.000-Rp 24 0,24

1.999.999

4 Rp. 2.000.000-2.999.999 28 0,28

5 Rp. 3.000.000-4.999.999 12 0,12

6 Rp 5.000.000-7.500.000 7 0,07

7 >Rp 7.500.000 0 0,00

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.5 menunjukkan hasil pengeluaran responden

Ramayana dari pengeluaran <Rp 1.000.000 dengan frekuensi

6 dan persentase 0,06%, penghasilan Rp 1.000.000-

1.499.999 dengan frekuensi 23 dengan persentase 0,23%,

penghasilan Rp 1.500.000-Rp 1.999.999 dengan frekuensi 24

dan persentase 0,24%, pengeluaran Rp 2.000.000-2.999.999

dengan frekuensi 28 dengan persentase 0,28%, pengeluaran

71
Rp 3.000.000-4.999.999 dengan frekuensi 12 dengan

persentase 0,12%, pengeluaran Rp 5.000.000-7.500.000

dengan frekuensi 7 dengan persentase 0,07% dan

pengeluaran Rp >Rp 7.500.000 dengan frekuensi 0 dengan

persentase 0,00%. Hal ini menunjukkan pengeluaran

responden terbanyak berada di kisaran Rp 2.000.000-

2.999.999.

2. Distribusi Jawaban

a. Distribusi jawaban variabel Store Atmosphere (X1)

Variabel X1 pada penelitian ini diukur melalui 10

pernyataan yang disebarkan ke 100 responden dan

mempresentasikan indikator-indikator dari variabel store

atmosphere. Hasil jawaban responden terhadap store

atmosphere dijelaskan pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.6

Distribusi Jawaban Responden Mengenai Store Atmosphere

No Pernyataan SS S R TS STS Tota


l
1.1 Musik di
Ramayana
3% 57% 38% 2% 0% 100%
membuat saya
nyaman
2.1 Toko Ramayana
memiliki aroma
10% 59% 25% 6% 0% 100%
yang nyaman dan
segar
3.1 Ramayana 13% 58% 24% 5% 0% 100%

72
memiliki
pencahayaan yang
baik di dalam
tokonya
4.1 Ramayana
memiliki warna
9% 56% 3% 4% 1% 100%
interior yang
menarik
5.1 Saya tertarik
untuk masuk
setelah melihat
14% 39% 41% 5% 1% 100%
display yang
dipajang di
jendela toko
5.2 Saya merasa
nyaman begitu
8% 43% 43% 6% 0% 100%
memasuki toko
Ramayana
5.3 Saya merasa
nyaman berjalan
3% 47% 48% 2% 0% 100%
jalan di dalam
toko Ramayana
5.4 Ramayana
mengelompokkan
barang-barang 4% 36% 57% 3% 0% 100%
yang sedang
promosi/diskon
5.5 Saya dapat
melihat produk
yang di pajang di 9% 39% 49% 3% 0% 100%
dinding dengan
jelas

73
5.6 Ramayana
memiliki kamar
6% 51% 37% 6% 0% 100%
ganti yang bersih
dan nyaman
Rata-rata 7,9% 48,5% 39,2% 4,2% 0,2% 100%
Sumber: Data primer diolah

Data tabel 4.6 variabel store atmosphere (X1) diatas,

responden menjawab sangat tidak setuju (STS) berjumlah

0.2%, yang menjawab tidak setuju (TS) berjumlah 4.2%,

menjawab netral (N) berjumlah 39,2%, yang menjawab

setuju (S) 48,5% dan menjawab sangat setuju(SS) 7,9%.

Pada tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa mayoritas

jawaban responden konsumen Ramayana “setuju” pada

variabel store atmosphere. Dari beberapa poin diatas poin

nomor 2.1 yang memiliki persentase paling besar yaitu

sebesar 59% setuju, pernyataan tersebut terkait dengan aroma

dalam toko yang wangi dan segar, sehingga membuat

nyaman konsumen saat berbelanja.

b. Distribusi jawaban promosi penjualan (X2)

Variabel X2 pada penelitian ini diukur melalui 5

pernyataan yang disebarkan ke 100 responden dan

mempresentasikan indikator-indikator dari variabel promosi

penjualan. Hasil jawaban responden terhadap promosi

penjualan dijelaskan pada tabel 4.7 sebagai berikut:

74
Tabel 4.7

Distribusi Jawaban Responden Mengenai Promosi Penjualan

No Pernyataan SS S R TS STS Total


1.1 Saya tertarik
untuk membeli
produk yang 7% 29% 61% 3% 0% 100%
memberikan
harga diskon
2.1 Saya tertarik
untuk membeli
produk yang 2% 62% 33% 3% 0% 100%
memberikan
hadiah langsung.
3.1 Saya tertarik
untuk membeli
produk yang 11% 29% 49% 11% 0% 100%
mengadakan
undian berhadiah
4.1 Saya tertarik
untuk membeli
produk yang 5% 42% 35% 17% 1% 100%
memberikan
voucher belanja
5.1 Saya tertarik
untuk membeli
produk yang 7% 29% 61% 3% 0% 100%
boleh di coba
terlebih dahulu.
Rata-rata 6,4% 38,2% 47,8% 7,4% 0,2% 100%
Sumber: Data primer diolah

75
Data tabel 4.7 variabel promosi penjualan (X2) diatas,

responden menjawab sangat tidak setuju (STS) berjumlah

0.2%, yang menjawab tidak setuju (TS) berjumlah 7,4%,

menjawab netral (N) berjumlah 47,8%, yang menjawab

setuju (S) 38,2% dan menjawab sangat setuju(SS) 6,4%.

Pada tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa mayoritas

jawaban responden konsumen Ramayana merasa “netral”

pada variabel promosi penjualan. Dari beberapa poin diatas

poin nomor 1.1 dan 5.1 yang memiliki persentase paling

besar yaitu sebesar 61%, pernyataan tersebut terkait dengan

harga khusus atau diskon serta pengujian gratis terhadap

suatu barang.

c. Distribusi jawaban perspektif waktu (X3)

Tabel 4.8

Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perspektif Waktu

No Pernyataan SS S R TS STS Total

1.1 Saya
berbelanja saat
13% 41% 42% 4% 0% 100%
memiliki
waktu luang
2.1 Saya sering
berbelanja
pada saat 14% 63% 21% 2% 0% 100%
menjelang hari
raya
2.2 Saya sering 16% 39% 30% 14% 1% 100%

76
berbelanja
pada hari
Sabtu atau
Minggu
2.3 Saya sering
berbelanja
18% 42% 29% 10% 1% 100%
pada awal
bulan.
3.1 Pengalaman
berbelanja di
Ramayana
mendorong
14% 41% 23% 21% 1% 100%
saya untuk
berbelanja
kembali di
toko tersebut
Rata-rata 15% 45,2% 29% 10,2% 0,6% 100%
Sumber: Data primer diolah

Data tabel 4.8 variabel perspektif waktu (X3) diatas,

responden menjawab sangat tidak setuju (STS) berjumlah

0.6%, yang menjawab tidak setuju (TS) berjumlah 10,2%,

menjawab netral (N) berjumlah 29%, yang menjawab setuju

(S) 45,2% dan menjawab sangat setuju(SS) 15%.

Pada tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa mayoritas

jawaban responden konsumen Ramayana merasa “setuju”

pada variabel perspektif waktu. Dari beberapa poin diatas

poin nomor 2.1 memiliki persentase paling besar yaitu

sebesar 63%, pernyataan tersebut terkait dengan kegiatan

77
berbelanja di suatu musim tertentu yaitu: konsumen

Ramayana lebih suka berbelanja ketika menjelang hari raya.

d. Distribusi jawaban pembelian impulsif (Y)

Variabel Y pada penelitian ini diukur melalui 5

pernyataan yang disebarkan ke 100 responden dan

mempresentasikan indikator-indikator dari variabel

pembelian impulsif. Hasil jawaban responden terhadap

pembelian impulsif dijelaskan pada tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9

Distribusi Jawaban Responden Tentang Pembelian Impulsif

No Pernyataan SS S R TS STS Total


1.1 Saya
termotivasi
untuk membeli 7% 27% 60% 6% 0% 100%
produk pada
saat itu juga
2.1 Saya secara
tiba-tiba
menginginkan 2% 58% 36% 4% 0% 100%
produk
tersebut
3.1 Saya tiba-tiba
merasa
membutuhkan 10% 29% 52% 9% 0% 100%
produk
tersebut
4.1 Saya membeli
4% 41% 37% 17% 1 100%
produk dengan

78
mengesamping
kan hal-hal
lain
5.1 Saya
melakukan
pembelian
tanpa berpikir
terlebih dahulu 4% 65% 22% 8% 1% 100%
mengenai
akibat dari
pembelian
tersebut
Rata-rata 5,4% 44% 41,4% 8,8% 0,4% 100%
Sumber: Data primer diolah

Data tabel 4.9 variabel pembelian impulsif (Y) diatas,

responden menjawab sangat tidak setuju (STS) berjumlah

0.4%, yang menjawab tidak setuju (TS) berjumlah 8,8%,

menjawab netral (N) berjumlah 41,4%, yang menjawab

setuju (S) 44% dan menjawab sangat setuju(SS) 5,4%.

Pada tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa mayoritas

jawaban responden konsumen Ramayana merasa “setuju”

pada variabel pembelian impulsif. Dari beberapa poin diatas

poin nomor 5.1 memiliki persentase paling besar yaitu

sebesar 65%, pernyataan tersebut terkait dengan konsekuensi

pembelian yaitu: Saya melakukan pembelian tanpa berpikir

terlebih dahulu mengenai akibat dari pembelian tersebut.

79
3. Pengujian statistik

a. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi

suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

varian, maksimum, minimum, range, kurtois, skewness (Ghozali,

2013). Selanjutnya akan di uji secara statistik deskriptif seperti yang

terlihat dalam tabel 4.10

Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
Std.
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
Error
Store Atmosphere 100 24 45 35,97 ,408 4,079
Promosi Penjualan 100 11 25 17,16 ,311 3,110
Perspektif Waktu 100 11 25 18,19 ,316 3,158
Pembelian Impulsif 100 11 25 17,26 ,303 3,031

Valid N (listwise) 100

Sumber: Data primer diolah

Tabel 4.10 menjelaskan bahwa pada variabel store

atmosphere, jawaban minimum responden sebesar 24 dan

maksimum sebesar 45, dengan rata-rata total jawaban 35,97 dan

standar deviasi 4,079. Variabel promosi penjualan jawaban

minimum responden sebesar 11 dan maksimum sebesar 25, dengan

rata-rata total jawaban 17,16 dan standar deviasi 3,110. Variabel

perspektif waktu dengan jawaban minimum 11 dan maksimum

sebesar 25, dengan rata-rata total jawaban 18,19 dengan standar

deviasi 3,158, dan variabel pembelian impulsif jawaban minimum

80
responden sebesar 11 dan maksimum sebesar 25, dengan rata-rata

total jawaban 17,26 dan standar deviasi 3,031.

b. Uji validitas dan realibilitas

Uji validitas dihitung untuk mengukur sah atau tidaknya suatu

kuisioner. Suatu kuisioner dianggap valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh kuisioner tersebut (Ghozali 2013). Dasar pengembilan

keputusannya adalah:

 Jika r hitung > dari r tabel maka pernyataan dianggap valid

 Jika r hitung < dari r tabel maka pernyataan dianggap tidak

valid

Pada uji validitas dengan membandinhkan nilai r hitung dengan r

tabel untuk degree of freedom (df)= n-2. Penelitian ini menggunakan

100 responden, maka jumlah r tabelnya=0,1966, sedangkan r hitung

untuk setiap variabel bebas dapat dilihat dari kolom corrected item

total correction. Dalam penelitian ini analisis validitas dilakukan

terhadap instrumen penelitian variabel store atmosphere, promosi

penjualan, perspektif waktu dan perilaku impulsive buying.

Tabel berikut ini menunjukkan hasil uji validitas dari empat

variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Store

atmosphere (X1), Promosi Penjualan (X2), Perspektif waktu (X3)

dan Perilaku Impulsive Buying (Y) dengan 100 sampel responden.

81
Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji validitas variabel Store

Atmosphere, tabel 4.12 menunjukkan variabel promosi penjualan,

tabel 4.13 menunjukkan perpektif waktu dan 4.14 menunjukkan

variabel perilaku impulsive buying.

1) Uji Validitas Store Atmosphere

Tabel 4.11

Hasil Uji Validitas Store Atmosphere

No Pearson Sig(2-
keterangan
Pernyataan Correlation Tailed)
X1.1 ,627** ,000 VALID
**
X1.2 ,676 ,000 VALID
**
X1.3 ,735 ,000 VALID
**
X1.4 ,719 ,000 VALID
**
X1.5 ,693 ,000 VALID
**
X1.6 ,757 ,000 VALID
**
X1.7 ,327 ,001 VALID
**
X1.8 ,368 ,000 VALID
**
X1.9 ,468 ,000 VALID
X1.10 ,399** ,000 VALID
Sumber: Data primer yang diolah (2016)

Tabel 4.11 menunjukkan variabel store

atmosphere (X1) mempunyai kriteria valid untuk semua

item pertanyaan dengan nilai signifikansi dibawah 0,05

dan keseluruhan nilai t hitung melebihi r tabel 0,1966, hal

ini menunjukkan bahwa masing-masing pernyataan pada

variabel store atmosphere dapat diandalkan dan layak

diajukan kepada responden.

82
2) Uji Validitas Variabel Promosi Penjualan

Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Variabel Promosi Penjualan
No Pearson Sig(2-
keterangan
Pernyataan Correlation Tailed)
X2.1 ,933** ,000 VALID
**
X2.2 ,783 ,000 VALID
**
X2.3 ,857 ,000 VALID
**
X2.4 ,821 ,000 VALID
**
X2.5 ,933 ,000 VALID
Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.12 menunjukkan variabel promosi penjualan

(X2) mempunyai kriteria valid untuk semua item

pertanyataan dengan nilai signifikansi dibawah 0.05 dan

keseluruhan nilai t hitung melebihi r tabel 0,1966, hal ini

menunjukkan bahwa masing-masing pernyataan pada

variabel promosi penjualan dapat diajukan sebagai

penelitian.

3) Uji Validitas Variabel Perspektif Waktu

Tabel 4.13
Hasil Uji Validitas Variabel Perspektif Waktu
No Pearson Sig(2-
keterangan
Pernyataan Correlation Tailed)
X3.1 ,635** ,000 VALID
**
X3.2 ,675 ,000 VALID
**
X3.3 ,784 ,000 VALID
**
X3.4 ,795 ,000 VALID
**
X3.5 ,746 ,000 VALID
Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.13 menunjukkan variabel perspektif waktu (X3)

mempunyai kriteria valid untuk semua item pernyataan

dengan nilai signifikansi dibawah 0,05 dan keseluruhan

83
nilai t hitung melebihi r tabel 0,1966. Hal ini

menunjukkan bahwa masing-masing pernyataan pada

variabel perspektif waktu dapat diandalkan dan layak

diajukan sebagai penelitian.

4) Uji Validitas Variabel Perilaku Impulsive Buying

Tabel 4.14
Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Impulsive
Buying
No Pearson Sig(2-
keterangan
Pernyataan Correlation Tailed)
Y.1 ,835** ,000 VALID
Y.2 ,863** ,000 VALID
Y.3 ,815** ,000 VALID
Y.4 ,835** ,000 VALID
Y.5 ,789** ,000 VALID
Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.14 menunjukkan variabel Perilaku Impulsive

Buying (Y) mempunyai kriteria valid untuk semua item

pernyataan dengan nilai signifikansi dibawah 0.05 dan

keseluruhan nilai t hitung melebihi r tabel 0,1966, hal ini

menunjukkan bahwa masing-masing pernyataan pada

variabel Perilaku Impulsive Buying dapat diajukan

sebagai penelitian.

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal

jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu variabel

diakatan realibel jika memberikan Cronbanch Alpha (α)

> 0,70.

84
Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan

terhadap instrument penelitian variabel store

atmosphere, promosi penjualan, perspektif waktu dan

perilaku impulsive buying, sebagaimana termuat dalam

tabel 4.15 berikut ini.

Tabel 4.15
Hasil uji realibilitas

Cronbach's
No. Variabel Keterangan
Alpha
1 Store Atmosphere 0.785 Reliable
2 Promosi Penjualan 0.909 Reliable
3 Perspektif Waktu 0.775 Reliable
Perilaku Impulsive
4 0,880 Reliable
Buying

Sumber: Data primer yang diolah (2016)

Tabel 4.15 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel

store atmosphere sebesar 0,785, promosi penjualan sebesar 0,909,

perspektif waktu sebesar 0,775 dan perilaku impulsive buying

sebesar 0,880 . Dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam

kuesioner ini reliabel karena memiliki nilai cronbach’s alpha lebih

dari 0,70.

c. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas Data

Pengujian ini dilakukan dengan normaly probability plot,

Pedoman suatu model dikatakan terdistribusi normal jika nilai-

nilai sebaran terletak disekitar garis lurus diagonal. Gambar akan

menunjukan hasil uji normalitas store atmosphere, promosi

85
penjualan, perspektif waktu terhadap perilaku pembelian

impulsif.

Gambar 4.2

Sumber: Data diolah SPSS (2016)

Berdasarkan gambar 4.2 diatas, didapat hasil bahwa semua

data berdistribusi secara normal, sebaran data berada disekitar

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

86
Gambar 4.3

Sumber: Data diolah SPSS (2016)

Gambar 4.3 Menunjukkan bahwa dari grafik histogram

didapatkan garis kurva normal, sehingga dapat disimpulkan

bahwa data yang diteliti berdistribusi normal.

Selain analisis grafik diatas, penelitian ini juga menggunakan

uji statistik yaitu dengan non parametrik Kolmogrov-Smirnov

(K-S) dalam melakukan uji normalitas.

87
Tabel 4.16
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 100
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation 2,75473199

Most Extreme Differences Absolute ,041


Positive ,041
Negative -,041
Kolmogorov-Smirnov Z ,414
Asymp. Sig. (2-tailed) ,996
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah SPSS (2016)

Selain analisis grafik diatas, penelitian ini juga menggunakan

uji statistik yaitu dengan non parametrik Kolmogorov-Smirnov

(K-S) dalam melakukan uji normalitas. Uji normalitas dengan

menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test dapat dilihat dari nilai

Asymp. Sig. (2tailed) memiliki nilai lebih besar dari 0.05 yaitu

dengan nilai 0,996 sehingga dapat disimpulkan bahwa data

tesebut terdistribusi secara normal.

2) Uji multikolonieritas

Uji Multikolonieritas digunakan untuk menguji model regresi

yang terdapat korelasi antara variabel bebas (Independen) model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Untuk menguji ada tidaknya korelasi antara

variabel bebas digunakan metode Tolerance dan Variance

Inflation Factor (VIF). Menurut Ghazali (2013), nilai cutoff yang

88
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas

adalah nilai tolerance <0,10 atau sama dengan VIF > 10. Tabel

4.19 menunjukkan hasil uji multikolonieritas pada peneltian ini.

Tabel 4.17
Hasil Uji Multikolonieritas
a
Coefficients

Collinearity Statistics
Model

Tolerance VIF
1 (Constant)

Store Atmosphere ,846 1,182


Promosi Penjualan ,952 1,050
Perspektif Waktu ,880 1,137
Sumber: Data diolah SPSS (2016)

Berdasarkan tabel 4.17 diatas menjelaskan bahwa nilai

tolerance lebih besar 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar

variabel independent store atmosphere (X1), promosi penjualan

(X2) dan perspektif waktu (X3). Hasil perhitungan nilai variance

inflation factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada

satu variabel independent yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar

variabel dalam model regresi penelitian ini.

3) Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual

satu pengalaman ke pengalaman lain. Model regresi yang baik

adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

89
Menurut Ghozali (2013) dasar analisis jika tidak ada pola yang

jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada

sumbu Y, maka terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.4

Sumber: Data diolah SPSS(2016)

Berdasarkan gambar 4.4, grafik scatterplot menunjukkan

bahwa data tersebar diatas dan di bawah angka 0 (nol) pada

sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas atau tidak

membe2ntuk suatu pola pada penyebaran data tersebut. Hal ini

berarti tidak terjadi heteroskedastistas pada model persamaan

regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk

memprediksi perilaku impulsive buying berdasarkan variabel

yang mempengaruhinya, yaitu store atmosphere, promosi

penjualan dan perspektif waktu.

90
Tabel 4.18
Hasil Uji Heteroskedasitas dengan Uji Glejser
a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.

Std.
B Beta
Error
1
(Constant) ,781 2,322 ,336 ,737

Store Atmosphere ,002 ,042 ,005 ,047 ,963


Promosi
,018 ,051 ,036 ,350 ,727
Penjualan
Perspektif Waktu ,061 ,053 ,125 1,162 ,248
a. Dependent Variable: RES2

Sumber: Data diolah SPSS (2016)

Berdasarkan hasil uji Glejser diatas diketahui bahwa nilai

signifikansi variabel store atmosphere (X1) sebesar 0.963 lebih

besar dari 0.05,artinya tidak terjadi heterokedasitas pada variabel

X1. Diketahui nilai signifikasi variabel promosi penjualan (X2)

sebesar 0.727 lebih besar dari 0.05,dan artinya tidak terjadi

heterokedasitas pada variabel X2. Dan diketahui nilai

signifikansi variabel perspektif waktu (X3) sebesar 0,248 lebih

besar dari 0,05, yang berarti tidak terjadi heterokedasitas pada

variabel X3.

d. Uji Hipotesis

1) Uji Parsial (Uji T)

Cara melakukan uji t adalah dengan Quick look: apabila

jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat

kepercayaannya sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0

91
dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2, dengan kata lain

memerima hipotesis alternatif (Ha).

Tabel 4.19
Hasil Uji Parsial
a
Coefficients

Unstandardize Standardized
d Coefficients Coefficients
Model t Sig.

Std.
B Beta
Error
1 (Constant) ,973 4,188 ,232 ,817

Store Atmosphere ,181 ,075 ,244 2,418 ,017


Promosi penjualan ,345 ,093 ,354 3,726 ,000
Perspektif waktu ,211 ,095 ,220 2,226 ,028
a. Dependent Variable: Perilaku Impulsive Buying

Sumber: Data diolah SPSS

Ada dua cara untuk melihat apakah variabel independen

mempengaruhi variabel dependen

a) Membandingkan hasil uji thitung dengan ttabel jika thitung

lebih besar dari ttabel maka Ha diterima begitupun

sebaliknya.

b) Melihat dari nilai sig nya jika nilai sig <0,05 maka Ha

diterima

Dari hasil yang didapat nilai degree of freedom (df) 98 =

1,9845 dari ketiga variabel yaitu store atmosphere, promosi

penjualan dan perspektif waktu memiliki nilai ttabel masing-

masing lebih tinggi dari 1,9845 itu artinya ketiga variabel

Independen memiliki pengaruh kepada variabel dependen

sedangkan dilihat dari nilai sig baik variabel store atmosphere

dan promosi penjualan memiliki nilai sig < 0,05 itu artinya

92
bahwa ketiga variabel Independen memiliki pengaruh kepada

variabel dependen.

Ha1: Store Atmosphere berpengaruh secara signifikan

terhadap perilaku impulsive buying

Berdasarkan hasil tabel diatas variabel Store Atmosphere

mempunyai tingkat signifikan 0,017 dan thitung 2,418 maka hal

ini berarti Ha1 diterima karena thitung >1,9845 sehingga dapat

dikatatakan bahwa Store Atmosphere berpengaruh signifikan

terhadap perilaku impulsive buying

Hasil Penelitian menunjukkan hasil yang signifikan, artinya

pelanggan Ramayana Department Store cabang Ciledug setuju

dengan adanya store atmosphere yang baik dan nyaman yang

bisa dilihat dari kuesioner. Dengan memberikan kenyamanan

kepada pelanggan melalui Store Atmosphere yang baik, nyaman

dan tepat membuat pelanggan Ramayana Department Store

menjadi lebih betah berlama-lama dalam berbelanja dan

mendorong terjadinya perilaku impulsive buying.

Denny Kurniawan dan Yohanes Sondang Kunto, SSi, Msc

(2013) meneliti tentang Pengaruh Promosi Dan Store

Atmosphere Terhadap Impulse Buying Dengan Shopping

Emotions Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Matahari

Deparment Store Cabang Super Mall Surabaya. Dari penelitian

tersebut terdapat pengaruh positif antara Store Atmosphere

terhadap Impulsive Buying.

93
Ha2: Promosi penjualan berpengaruh secara signifikan

terhadap perilaku Impulsive Buying

Berdasarkan hasil tabel diatas variabel promosi penjualan

mempunyai tingkat signifikan 0,000 dan thitung 3,726 maka hal

ini berarti Ha2 diterima karena thitung >1,9845 sehingga dapat

dikatatakan bahwa promosi penjualan berpengaruh signifikan

terhadap perilaku impulsive buying.

Hasil penelitian menunjukkan hasil yang signifikan antara

variabel promosi penjualan terhadap perilaku impulsive buying..

Artinya dengan promosi penjualan yang tepat dan menarik dapat

membuat pelanggan Ramayana Department Store Ciledug

melakukan impulsive buying.

Nur Fahmi Winawati dan Saino (2015) meneliti tentang

Pengaruh Store Atmosphere dan Promosi Penjualan Terhadap

Impulse Buying Dengan Shopping Emotion Sebagai Variabel

Intervening Studi kasus Konsumen Hipermart Ponorogo City

Center. Dari penelitian tersebut terdapat pengaruh positif antara

Store Atmosphere terhadap Impulsive Buying.

Ha3: Perspektif waktu berpengaruh secara signifikan

terhadap perilaku impulsive buying

Berdasarkan hasil tabel diatas variabel perspektif waktu

mempunyai tingkat signifikan 0,028 dan thitung 2,226 maka hal

ini berarti Ha3 diterima karena thitung >1,9845 sehingga dapat

94
dikatatakan bahwa perspektif waktu berpengaruh signifikan

terhadap perilaku impulsive buying.

Hasil penelitian menunjukkan hasil yang signifikan antara

variabel perpsektif waktu terhadap perilaku impulsive buying..

Artinya pelanggan Ramayana Department Store Ciledug ketika

melakukan impulsive buying sangat dipengaruhi oleh waktu-

waktu tertentu.

Wuri Agustanti (2014) dalam penelitiannya yang berjudul

Pengaruh Situasi Pembelian Terhadap Keputusan Pembelian

Pada Giant Supermarket Cilacap menghasilkan kesimpulan

bahwa situasi pembelian yang terdiri dari lingkungan fisik,

lingkungan sosial, tujuan, perspektif waktu dan keadaan yang

mendahului berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.

2) Hasil Uji Simultan (Uji F)

Uji F ditunjukan untuk menguji seberapa besar atau kuat

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara

berganda. Untuk mengambil keputusan hipotesis diterima atau

ditolak dengan membandingkan nilai F > 4 maka H0 dapat

ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain

menerima Ha (Ghozali,2013).

95
Tabel 4.20
Hasil uji statistik F
a
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


b
1 Regression 157,974 3 52,658 6,729 ,000
Residual 751,266 96 7,826
Total 909,240 99
a. Dependent Variable: Perliaku Impulsive Buying
b. Predictors: (Constant), Store Atmosphere, Promosi Penjualan, Perspektif
Waktu
Sumber: Data diolah SPSS (2016)

Berdasarakan hasil uji F pada tabel 4.16 didapat nilai F

hitung sebesar 6,729 dengan signifikansi 0,000. Karena tingkat

signifikansi lebih kecil dari pada 0,05 maka model regresi dapat

dikatakan bahwa Store Atmosphere, promosi penjualan dan

perspektif waktu mempunyai pengaruh terhadap perilaku

impulsive buying.

e. Uji Regresi Linier Berganda

Hasil uji regresi berganda dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.21
Hasil Uji Regresi Berganda
a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Erro Beta
r
1 (Constant) ,973 4,18 ,232 ,817
8
Store ,181 ,075 ,244 2,418 ,017
Atmosphere
Promosi ,345 ,093 ,354 3,726 ,000
penjualan
Perspektif waktu ,211 ,095 ,220 2,226 ,028
a. Dependent Variable: Perilaku Impulsive Buying

Sumber: Data diolah SPSS (2016)

96
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara store

atmosphere, promosi penjualan dan perspektif waktu (variabel

independen) terhadap perilaku impulsive buying (variabel dependen)

digunakan analisis regresi linier berganda yang dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+e

Keterangan:

Y = perilaku impulsive buying (variabel dependen)

a = konstanta regresi berganda

b1 = Koefisien regresi variabel store atmosphere

b2 = Koefisien regresi variabel promosi penjualan

b3= Koefisien regresi variabel Perspektif waktu

X1= Store atmosphere

X2= Promosi penjualan

X3= Perspektif waktu

e = faktor penggangu/Error

Berdasarkan tabel 4.22 diatas didapatkan hasil dari koefisien

regresi, maka dapat dibuat suatu persamaan sebagai berikut:

Y = 0,973 + 0,181 X1 + 0,345X2 + 0,211 X3+e

Koefisien B dinamakan koefisien arah regresi yang

menyatakan perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap perubahan

variabel X sebesar satu satuan. Perubahan ini merupakan

pertambahan bila B bertanda positif dan penurunan bila B bertanda

97
negatif. Nilai konstanta 0,973, hal ini menunjukkan jika variabel (X)

nilainya 0, maka variabel Y nilainya positif yaitu sebesar 0,973..

Angka koefesien regresi 0.181 menyatakan bahwa apabila konsumen

merasakan store atmosphere yang membuatnya merasa nyaman

maka kemungkinan konsumen tersebut melakukan pembelian

impulsif akan meningkat. Nilai Angka koefesien regresi 0,345 dapat

dikatakan bahwa apabila konsumen mendapatkan promosi yang

dianggapnya menarik maka kemungkinan konsumen tersebut

melakukan pembelian impulsif akan meningkat. Dan nilai angka

koefesien regresi 0,211 menyatakan bahwa konsumen cenderung

lebih impulsif dalam melakukan pembelian di waktu-waktu tertentu.

Manajer dapat menggunakan data-data diatas untuk

melakukan forecasting agar dapat menentukan langkah apa yang

perlu diambil demi meningkatkan tingkat pembelian impulsif secara

efisien.

f. Pengujian Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
a
1 ,417 ,174 ,148 2,797

a. Predictors: (Constant), perspektif waktu, promosi penjualan, Store


atmosphere

Nilai koefisien korelasi kekuatan hubungan antara variabel

store atmosphere (X1) promosi penjualan (X2) dan perspektif waktu

terhadap variabel pembelian impulsif (Y) adalah sebesar 0.174 hal

98
ini berarti bahwa kekuatan hubungan antara variabel store

atmosphere (X1) promosi penjualan (X2) dan perspektif waktu (X3)

terhadap variabel perilaku pembelian impulsif (Y) adalah sebesar

17,4%.

Nilai koefisien determinasi atau nilai Adjusted R Square

digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel

independen terhadap variabel dependen. Terlihat pada tabel diatas,

angka Adjusted R Square adalah 0.148 hal ini berarti 14,8% variabel

dependen perilaku pembelian impulsif dapat dijelaskan oleh variabel

independen store atmosphere, promosi penjualan dan perspektif

waktu. Sedangkan 85,2% (100%-14,8%) berasal dari variabel lain

atau faktor lain yang tidak diteliti dalam model regresi ini yang dapat

mempengaruhi perilaku pembelian impulsif (Y).

99
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel store

atmosphere, promosi penjualan dan perspektif waktu terhadap perilaku

impulsive buying. Penelitian sudah melalui uji validitas untuk mengetahui sah

atau tidaknya kuisioner yang digunakan dalamm penelitian. Dan dilakukan

pengujian realibitas untuk mengetahui bahwa jawaban responden terhadap

pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Hasil dari uji validitas

dan realibitas menunjukan bahwa seluruh pertanyaan dalam setiap variabel

valid dan reliabel.

Pada uji asumsi klasik, uji normalitas data berdistribusi normal yang

dibuktikan melalui uji analisis grafik Normal Probability plot dan grafik

histogram, juga dengan uji Kolmogorov-Smirnov Test. Kemudian pada uji

multikolonieritas bahwa dapat disimpulkan tidak terjadi multikolonieritas

antara variabel bebas, sedangkan pada uji heteroskedastisitas menunjukkan

tidak ada gejala heteroskedastisitas pada model regresi linier yang diolah dalam

penelitian.

Kemudian dari hasil uji hipotesis uji t dan uji F yang telah dilakukan pada

penelitian ini, yaitu store atmosphere, promosi penjualan dan perspektif waktu

terhadap perilaku impulsive buying, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

100
1. Terdapat pengaruh signifikan store atmosphere terhadap perilaku

impulsive buying di Ramayana cabang Ciledug, yang artinya suasana

toko yang nyaman membuat pelanggan ingin berbelanja lebih banyak

tanpa disadari.

2. Terdapat pengaruh signifikan promosi penjualan terhadap perilaku

impulsive buying di Ramayana cabang Ciledug, yang artinya promosi

penjualan yang di berikan pada pelanggan Ramayana berpengaruh

terhadap perilaku impulsive buying.

3. Terdapat pengaruh signifikan perspektif waktu terhadap perilaku

pembelian impulsif di Ramayana cabang Ciledug, yang artinya di waktu-

waktu tertentu konsumen Ramayana Ciledug cenderung berbelanja lebih

banyak.

4. Terdapat pengaruh signifikan store atmosphere, promosi penjualan dan

perspektif waktu terhadap perilaku impulsive buying konsumen

Ramayana cabang Ciledug, yang artinya atmosfer toko yang nyaman,

promosi penjualan yang menarik dan perspektif waktu mendorong

konsumen Ramayana Ciledug untuk melakukan impulsive buying.

A. Saran

Penelitian ini merupakan proses pembelajaran dan diharapkan

untuk menambah ilmu pengetahuan manajemen khususnya dalam bidang

konsentrasi Pemasaran mengenai store atmosphere, promosi penjualan dan

perspektif waktu terhadap perilaku impulsive buying. Bekal ilmunya dapat

101
diaplikasikan dalam kehidupan nyata dan menjadi bahan untuk melanjutkan

belajar ke jenjang studi yang lebih tinggi.

Hasil penelitian ini membuktikan adanya pengaruh variabel

independen (store atmosphere, promosi penjualan dan perspektif waktu)

terhadap perilaku impulsive buying dikarenakan sebagian besar responden

yang menjawab adalah wanita dengan persentase sebesar 71%, hal ini

membuktikan bahwa wanita merupakan konsumen yang memiliki peluang

bagi Ramayana Ciledug dalam melakukan impulsive buying. Wanita

merupakan pangsa pasar yang bagus dalam suatu pembelian produk fashion

dan department store dengan alasan wanita lebih suka berbelanja dibanding

pria. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Henrieta (2012) wanita

cenderung lebih impulsif dibandingkan pria, Gasirowska (2011)

menyatakan bahwa pria dan wanita memiliki gaya berbelanja yang berbeda

dan hal ini berpengaruh pada kecenderungan pembelian impulsif mereka

(Jurnal Psikologi Undip, 2012).

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan pada bab sebelumnya,

maka saran yang dapat saya berikan adalah

1. Bagi Perusahaan

a. Manajemen Ramayana Ciledug baiknya memberikan perbaikan pada

suasana tokonya baik interior ataupun interior seperti mengganti

produk yang di pajang pada jendela secara berkala agar sesuai

dengan mode yang sedang diminati masyarakat, atau melakukan

penataan layout barang yang lebih baik dengan penataan barang

102
yang menarik konsumen. Penempatan produk pewangi/parfum di

dekat pintu masuk juga diyakini dapat memberikan efek

menyenangkan kepada konsumen yang baru masuk.

b. Ramayana Ciledug harus lebih sering memberikan promosi seperti

voucher belanja kepada konsumen yang berbelanja cukup banyak,

atau menawarkan potongan harga khusus kepada pelanggan yang

memiliki kartu member. Sedangkan untuk perspektif waktu,

Ramayana dapat memberikan program khusus pada saat menjelang

liburan atau hari raya seperti natal dan Idul Fitri karena pada saat-

saat tersebut banyak pelanggan yang tertarik untuk berbelanja.

c. Memasang alat promosi seperti spanduk di depan gerbang toko agar

konsumen dapat melihat apa saja promo yang sedang diberikan oleh

Ramayana.

d. Lebih banyak menjual barang-barang untuk wanita seperti parfum,

tas atau kosmetik, karena wanita adalah pangsa pasar yang besar.

2. Bagi akademisi

a. Bagi pihak yang ingin meneliti variabel sejenis, disarankan untuk

meneliti variabel lain selain store atmosphere, promosi penjualan

dan perspektif waktu. Karena dari penelitian ini diketahui masih ada

85,2% faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif.

b. Untuk memperkuat hasil penelitian serupa dianjurkan agar

menambah sampel dan mendampingi responden saat pengisian

kuisioner agar tidak terjadi bias.

103
Penelitian ini bisa menjadi salah satu referensi yang diharapkan dapat

menjadi bahan bacaan dan masukan bagi para mahasiswa/i Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

sehingga dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan

dapat menjadi referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang

pemasaran yang berkaitan dengan store atmosphere, promosi penjualan dan

perspektif waktu dan perilaku impulsive buying

104
DAFTAR PUSTAKA

Abednego, Felicia, “Analisis Pengaruh Atmosfir Gerai terhadap Penciptaan


Emosi (Arousal dan Pleasure), Perilaku Belanja (Motivasi Belanja
Hedonik dan Motivasi Belanja Utilitarian), dan terhadap Pendekatan
Perilaku”, Fokus Ekonomi (FE), Hal. 125 – 139 Vol. 10, No. 2, 2011.

Astuti, R. D., dan Fillippa, M, “Perbedaan Pembelian Secara Impulsif


Berdasarkan Tingkat Kecenderungan, Kategori Produk dan Pertimbangan
Pembelian”, Jurnal Ichsan Gorontalo Volume 3 No.1, pp.1441-1456, 2008.

Berman, Barry & Evans, Joel R. (2010). Retail Management: A Strategic


Approach (11th Ed.). New Jersey: Prentice Hall. Jurnal Manajemen
Pemasaran Petra Vol. 1, No. 2, (2013) 1-8

Bhuono, Agung, “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan


SPSS”, CV. Andi Offset, Yogyakarta, 2005.

Christina, 2008. Manajemen Ritel. Salemba empat: Jakarta. Jurnal Tepak


Manajemen Bisnis . Vol. VI No. 3 September 2014

Etzel, Michael J., Bruce J. Walker, dan William J. Stanton, “Marketing 13th
Edition”, McGraw-Hill Irwin, New York, 2004.

Ghazali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20”.
Semarang: Universitas Diponegoro. 2012.

Herabadi, Astrid G., et al, “Consumption Experience of Impulse Buying in


Indonesia: Emotional Arousal and Hedonistic Considerations”, Asian
Journal of Social Psychology, 12, 20–31, 2009.

Japarianto, Edwin dan Lizamary Angelina Darma” Analisa Pengaruh Hedonic


Shopping Value Terhadap Impulse Buying Dengan Shopping Lifestyle Dan
Positive Emotion Sebagai Variabel Intervening Pada Mall Ciputra World
Surabaya”, Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 8, No. 2, Oktober 2014

Kawaguchi, Hasan, “Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Impulsif dan


Kompulsif”, diakses tanggal 27 November 2013, dari
http://kulpulanmateri.blogspot.com/2012/01/prosespengambilankeputusan
pembelian.html.

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. “Manajemen Pemasaran”,14 edition.


Pearson: United States. 2012.

105
Kurniawan, Denny dan Kunto, Yohanes Sondang. 2013. “Pengaruh Promosi Dan
Store Atmosphere Terhadap Impulse Buying Dengan Shopping Emotion
Sebagai Variabel Intervening” Studi Kasus Di Matahari Department Store
Cabang Supermall Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran. Vol.1(2):1-8.

Levy, Michael dan Barton A. Weitz, “Retailing Management: 8th Edition”,


McGraw-Hill Inc., New York, 2012.

Lubis, Miladine, “Konsumen Indonesia Mulai Menyukai Belanja Online”, diakses


pada tanggal 21 Februari 2016 dari http://www.nielsen.com/id/en/press-
room/2014/konsumen-indonesia-mulai-menyukai-belanja-online.html

Malhotra, Naresh K., “Riset Pemasaran”, Edisi Ke-4, Jilid 1, Indeks, Jakarta,
2009.

Ma’ruf, Hendri, “Pemasaran Ritel”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.

Mowen, John C. dan Michael Minor, “Perilaku Konsumen”, Edisi 5, Jilid 1, PT


Penerbit Erlangga, Jakarta, 2002.

No name, “Indonesian Commercial Newsletter: Perkembangan Bisnis Ritel


Modern”, diakses pada tanggal 23 Oktober 2015 dari
http://www.datacon.co.id/Ritel-2011ProfilIndustri.html

Peranginangin, Kristian Yudha, “Perilaku Pembelian Impulsif pada Hypermarket


Carrefour di Kota Jakarta”, Tesis Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta, 2011.

Rachmawati, Veronika. 2009. “Hubungan Antara Hedonic Shopping Value,


Positive Emotion, dan Perilaku Impulse Buying Pada Konsumen Ritel”,
Jurnal Majalah Ekonomi, Agustus 2009, h. 192-208.

Riduwan, “Metode dan Teknik Menyusun Tesis”, Alfabeta, Bandung, 2010.

Rohman, Fatchur, “Pengaruh Atmosfir Toko dan Perspektif Waktu terhadap


Reaksi Impulsif dan Pembelian Tidak Direncanakan”, Jurnal Ekonomi
Bisnis, Tahun 15, Nomor 3, November 2010.

Semuel, Hatane, “Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia, dan Gender
terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif (Studi Kasus
Produk Pariwisata)” Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol.2, No.1, April
2007:31-42.

Soliha, Euis. 2008. “Analisis Industri Ritel Di Indonesia”. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE). Vol.15 (2): hal.128-143.

106
Subagio, Hartono, “Pengaruh Atribut Supermarket terhadap Motif Belanja
Hedonik Motif Belanja Utilitarian dan Loyalitas Konsumen” Jurnal
Manajemen Pemasaran, Vol. 6, No. 1, April 2011: 8-21.

Sugiyono, “Statistik untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2010.

Suliyanto. “Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran”. Bogor: Ghalia Indonesia.


2005

Sutisna dan Pawitra, 2001, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran,


Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. Jurnal Bisnis dan Ekonomi
(JBE), Vol. 17, No. 2, Hal. 97 – 108. September 2010

Swastha, Basu dan Irawan. 2005, Manajaemen Pemasaran Modern, Liberty,


Yogyakarta. Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 1, No. 2, (2013)1-8

Tejokusumo, Andrea, “Living on the Edge”, diakses pada tanggal 23 Oktober


2013 dari
http://www.thejakartapost.com/news/2012/07/11/livingedge.html

Utami, Christina Whidya, “Strategi Pemasaran


Rihttp://www.nielsen.com/id/en/press-room/2014/konsumen-indonesia-
mulai-menyukai-belanja-online.htmltel”, PT Indeks, Jakarta, 2008.

Wardany, Lilis Dwi Kusumo, “Pendahuluan Tentang Ritel – 2011”, diakses


tanggal 12 September 2015, dari
http://lieswardany.blogspot.com/2011/02/pendahuluan-tentang-ritel.html.

Yistiani, Ni Nyoman Manik, “Pengaruh Atmosfer Gerai dan Pelayanan Ritel


terhadap Nilai Hedonik dan Pembelian Impulsif Pelanggan Matahari
Departement Store Duta Plaza di Denpasar”, Tesis Program Studi
Manajemen Universitas Udayana, Denpasar, 2012

Dahwilani, Muhammad, 2015, Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia,


https://ekbis.sindonews.com/read/1007773/34/pertumbuhan-ritel-
indonesia-peringkat-12-dunia-1433163799, 29 Desember 2015

Anonim, 2016, Aprindo: Industri Ritel Tumbuh Sekitar 10 Persen pada 2016,
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/12/28/172204826/aprindo.in
dustri.ritel.tumbuh.sekitar.10.persen.pada.2016, Januari 2017

Anonim, 2016, Profil Perusahaan PT. Ramayana Lestari Sentosa TBK ,


http://corporate.ramayana.co.id/index.php/id/tentang-perusahaan1, 20
Februari 2016

107
ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, PROMOSI PENJUALAN
DAN PERSPEKTIF WAKTU TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN
IMPULSIF

(Studi Kasus Ramayana Department Store Ciledug)

Saya ucapkan terima kasih sebelumnya kepada bapak ibu saudara/saudari


atas kesediaan meluangkan waktu sejenak untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini dengan menjawab pertanyaan dan pernyataan di bawah ini, adapun data diri
anda sebagai responden akan terjamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian ini.

Hormat saya

Hendy Hidayat

DATA RESPONDEN

1. Nama :
2. Jenis Kelamin : 1. laki-laki 2. perempuan
3. Umur : 1. < 20 tahun
2. 20 – 35 tahun
3. > 35 tahun

4. Pekerjaan : 1. Pelajar / Mahasiswa 2. Karyawan swasta


3. PNS 4. Wirausaha
1. 5. Lain-lain :

5. Pendapatan/bulan: 1. < Rp. 1.000.000


2. Rp. 1.000.000 - Rp. 1.499.999
3. Rp. 1.500.000 - Rp. 1.999.999
4. Rp. 2.000.000 – Rp. 2.999.999
5. Rp. 3.000.000 - Rp. 4.999.999
6. Rp. 5.000.000 – Rp. 7.500.000
7. > Rp. 7.500.000

108
A. Store Atmosphere

No Pernyataan STS TS R S SS
1.1 Musik di Ramayana membuat saya
nyaman
2.1 Toko Ramayana memiliki aroma yang
nyaman dan segar
3.1 Ramayana memiliki pencahayaan yang
baik di dalam tokonya
4.1 Ramayana memiliki warna interior yang
menarik
5.1 Saya tertarik untuk masuk setelah melihat
display yang dipajang di jendela toko
5.2 Saya merasa nyaman begitu memasuki
toko Ramayana
5.3 Saya merasa nyaman berjalan jalan di
dalam toko Ramayana
5.4 Ramayana mengelompokkan barang-
barang yang sedang promosi/diskon
5.5 Saya dapat melihat produk yang di
pajang di dinding dengan jelas
5.6 Ramayana memiliki kamar ganti yang
bersih dan nyaman

B. Promosi Penjualan

No Pernyataan STS TS R S SS
1.1 Saya tertarik untuk membeli produk yang
memberikan harga diskon
2.1 Saya tertarik untuk membeli produk yang

109
memberikan hadiah langsung.
3.1 Saya tertarik untuk membeli produk yang
mengadakan undian berhadiah
4.1 Saya tertarik untuk membeli produk yang
memberikan voucher belanja
5.1 Saya tertarik untuk membeli produk yang
boleh di coba terlebih dahulu.

C. Perspektif Waktu

No Pernyataan STS TS R S SS
1.1 Saya berbelanja saat memiliki waktu
luang
2.1 Saya sering berbelanja pada saat
menjelang hari raya
2.2 Saya sering berbelanja pada hari Sabtu
atau Minggu
2.3 Saya sering berbelanja pada awal bulan.
3.1 Pengalaman berbelanja di Ramayana
mendorong saya untuk berbelanja
kembali di toko tersebut

D. Perilaku Pembelian Impulsif

No Pernyataan STS TS R S SS
1.1 Saya termotivasi untuk membeli produk
pada saat itu juga
2.1 Saya secara tiba-tiba menginginkan
produk tersebut
3.1 Saya tiba-tiba merasa membutuhkan

110
produk tersebut
4.1 Saya membeli produk dengan
mengesampingkan hal-hal lain
5.1 Saya melakukan pembelian tanpa
berpikir terlebih dahulu mengenai akibat
dari pembelian tersebut

111

Anda mungkin juga menyukai