Anda di halaman 1dari 142

PENGARUH STORE ATHMOSPHERE DAN HARGA TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN

(Survey pada pelanggan One Eighty Coffee Bandung)

Usulan Penelitian

Untuk memenuhi salah satu persyaratan

Mencapai Gelar Sarjana S-1

Program Studi Manajemen

Diajukan oleh

….………………….

….……………

Kepada

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2018
SKRIPSI

PENGARUH STORE ATHMOSPHERE DAN HARGA TERHADAP


KEPUTUSAN PEMBELIAN
(Survey pada pelanggan One Eighty Coffee Bandung)

Skripsi yang dipersiapkan dan di susun oleh :

…………………

……………………

Telah disetujui oleh :

Pembimbing utama

…………………………. Tanggal ........................


PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : …………..

NPM : ………………

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul :

PENGARUH STORE ATHMOSPHERE DAN HARGA TERHADAP


KEPUTUSAN PEMBELIAN
(Survey pada pelanggan One Eighty Coffee Bandung)

dan diajukan untuk diuji pada tanggal ……………. adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini
tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan
cara menyalin dan meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
menujukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui
seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau
keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain
tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil
tulisan sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan
tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada
penulisan aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil
tulisan sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan
tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya
sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan universitas batal saya terima.
Bandung, Juni 2018
Yang memberikan pernyataan,

…………………………..

…………………
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh store


athmosphere dan harga terhadap keputusan pembelian pada One Eighty Coffee Bandung.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini survei sedangkan jenis penelitian
ini adalah penelitian dekriptif dan verifikatif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 100
orang responden yang merupakan konsumen One Eighty Coffee Bandung. Analisis data
yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Hasil dari penelitian ini adalah secara keseluruhan store athmosphere pada One
Eighty Coffee dinilai sudah cukup baik, variabel harga pada One Eighty Coffee dinilai
sudah baik dan variabel keputusan pembelian pada One Eighty Coffee dinilai sudah cukup
baik. Dari hasil uji hipotesis didapatkan bahwa baik secara parsial maupun simultan store
athmosphere dan harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada One
Eighty Coffee Bandung.

Kata Kunci : Store Athmosphere, Harga, Keputusan Pembelian


ABSTRACT

This study aims to determine how the effect of store atmosphere and price
on purchasing decisions on One Eighty Coffee Bandung. The research method
used in this study is survey while the type of this research is descriptive and
verification research. The sample in this study were 100 respondents who were
consumers of One Eighty Coffee Bandung. Analysis of the data used is multiple
linear regression.

The results of this study are that the overall store atmosphere on One
Eighty Coffee is considered good enough, the price variable on One Eighty Coffee
is considered good and the purchasing decision variable on One Eighty Coffee is
considered good enough. From the results of the hypothesis test it was found that
both partially and simultaneously the store atmosphere and price had a
significant effect on purchasing decisions on One Eighty Coffee Bandung.

Keywords: Store Athmosphere, Price, Purchase Decision

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan anugerah berupa ilmu, iman dan kesabaran serta rizki yang tak

terhingga. Ungkapan rindu penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri

tauladan umat manusia. Sesungguhnya hanya kebaikan yang penulis inginkan dalam

pembuatan skripsi ini, yaitu untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada

Pendidikan Sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung. Dengan

segala upaya penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Segala cobaan,

tekanan, ketebatasan ilmu, tenaga, waktu dan pengetahuan penulis coba atasi.

Akhirnya skripsi berjudul PENGARUH STORE ATHMOSPHERE DAN

HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Survey pada pelanggan

One Eighty Coffee Bandung) ini dapat penulis selesaikan.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada penulis menyadari bahwa

penulis skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan senang hati penulis

menerima semua ide, saran, maupun kritik yang membangun. Namun, penulis juga

mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca

dikemudian hari.

Penulis menyelesaikan skripsi ini selama kurang lebih lima bulan. Penulis

memohon maaf apabila skripsi ini menyinggung atau tidak sesempurna seperti yang

diharapkan. Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak dukungan,

bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini,


dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang disebutkan di bawah ini :

1. Bapak Prof. DR. M. H. Thaufiq Siddiq Boesoirie, dr., M.S.,

Sp.THT., K.L(K) selaku Rektor Universitas Islam Bandung.

2. Bapak Dr. AtihRohaeti S.E., M.Si sebagai selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Bandung.

3. Ibu Asnita Frida S, S.E., M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Islam Bandung.

4. Ibu dr. Sri Suwarsi, S.E., M.Si CGA., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung.

5. Ibu ……………..., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktunya serta terima kasih telah mengajari penulis tentang ilmu

operasi, cara menulis karya ilmiah yang baik secara tulus dan memberi

inspirasi selama penulisan karya ilmiah.

Untuk segala kebaikan dan perhatian yag telah tercurahkan kepada penulis,

penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang
berlipat ganda. Amin.

Wassalammualaikum.Wr.Wb.

Bandung, Juni 2018

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.................................................. ii

ABSTRAK ............................................................................................................... iii

ABSTRACT............................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................. v

DAFTAR ISI............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL.................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN………............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 9

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................... 10

1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................... 10

1.5 Kerangka Pemikiran...................................................................................... 11

1.5.1 Diferensiasi Produk................................................................................ 11

1.5.2 Keputusan Pembelian............................................................................. 12

1.5.3 Pengaruh Diferensiasi Produk Terhadap Keputusan Pembelian............. 15

1.5.4 Penelitian Terdahulu dan Paradigma Penelitian..................................... 16

1.5.5 Hipotesis ............................................................................................... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….................................................................. 20

2.1 Pemasaran...................................................................................................... 20

2.1.1 Pengertian Pemasaran............................................................................ 20

2.1.2 Pengertian Manajemen Pemasaran......................................................... 21

2.2 Bauran Pemasaran......................................................................................... 23

2.2.1 Pengertian Bauran Pemasaran................................................................ 23

2.2.2 Unsur-Unsur Bauran Pemasaran............................................................ 24

2.3 Produk........................................................................................................... 26
2.3.1 Pengertian Produk.................................................................................. 26

2.3.2 Tingkatan Produk................................................................................... 27

2.3.3 Klasifikasi Produk.................................................................................. 28

2.4 Diferensiasi Produk….................................................................................... 33

2.4.1 Pengertian Diferensiasi Produk.............................................................. 33

2.4.2 Resiko dalam Penerapan Diferensiasi Produk........................................ 37

2.4.3 Tahap Membangun Diferensiasi Produk................................................ 38

2.4.4 Tahap mempertahankan Diferensiasi Produk......................................... 39

2.4.5 Syarat Diferensiasi Produk..................................................................... 40

2.4.6 Dimensi Diferensiasi Produk................................................................. 41

2.5 Perilaku Konsumen….................................................................................... 43

2.5.1 Pengertian Perilaku Konsumen.............................................................. 43

2.6 Keputusan Pembelian…................................................................................. 45

2.6.1 Pengertian Keputusan Pembelian........................................................... 45

2.6.2 Dimensi Keputusan Pembelian.............................................................. 46

2.6.3 Proses Keputusan Pembelian................................................................. 48

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN….............................................. 50

3.1 Objek Penelitian............................................................................................. 50

3.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian........................................................ 50

3.2 Metode Penelitian.......................................................................................... 52

3.2.1 Jenis Penelitian...................................................................................... 52

3.2.2 Populasi, Teknik Sampling dan Sampel................................................. 53

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 55

3.2.4 Sumber dan Jenis Data........................................................................... 57

3.2.5 Variabel dan Operasionalisasi Variabel................................................. 58

3.2.6 Instrumen Penelitian.............................................................................. 60

3.2.7 Metode Analisis Data............................................................................. 65


3.2.7.1 Analisis Regresi Linier Sederhana................................................ 66

3.2.7.2 Analisis Koefisien Determinasi.................................................... 67

3.2.7.3 Transformasi Data........................................................................ 68

3.2.8 Pengujian Hipotesis................................................................................ 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 71

4.1 Strategi Diferensiasi Produk pada Yamaha Fino............................................ 71

4.2 Tanggapan Responden Mengenai Diferensiasi Produk.................................. 77

4.2.1 Gambaran Umum Responden................................................................ 77

4.2.2 Analisis Tanggapan Responden Mengenai Diferensiasi Produk

pada Sepeda Motor Yamaha Fino........................................................ 79

4.3 Tanggapan Responden Mengenai Keputusan Pembelian pada

Sepeda Motor Yamaha Fino........................................................................ 98

4.4 Analisis Koefisien Korelasi........................................................................... 106

4.5 Analisis Koefisien Determinasi..................................................................... 107

4.6 Regresi Linier Sederhana............................................................................... 107

4.7 Pengujian Hipotesis....................................................................................... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…..….......................................................... 112

5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 112

5.2 Saran.............................................................................................................. 114

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Market Share Sepeda Motor di Indonesia 2014-2017 ......................... 2

Tabel 1.2 Data Penjualan Sepeda Motor di Indonesia........................................... 3

Tabel 1.3 Pra Survei Keputusan Pembelian pada Yamaha Fino.......................... 8

Tabel 1.4 Penelitian Terdahulu............................................................................ 16

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel.................................................................... 59

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas............................................................................... 62

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas........................................................................... 64

Tabel 3.4 Skala Likert......................................................................................... 65

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin......................... 77

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia......................................... 78

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Fakultas.................................. 78

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan.............................. 79

Tabel 4.5 Rentang Klasifikasi Variabel............................................................... 81

Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Selalu Mengeluarkan


Model Terbarunya Setiap Tahun......................................................... 81

Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Memiliki Bentuk


Fisik Bertema Retro............................................................................ 82

Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Mudah Dalam


Penggunaannya di Jalan Raya............................................................. 83

Tabel 4.9 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Memberikan


Kenyamanan Bagi Pengendaranya...................................................... 84

Tabel 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Dapat Memenuhi


Kebutuhan Pemakainnya..................................................................... 84

Tabel 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Memiliki Kualitas


yang Sesuai dengan Kinerjannya......................................................... 85

Tabel 4.12 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Sesuai dengan


Performannya di Jalan Raya................................................................ 86

Tabel 4.13 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Merupakan Produk


yang Awet dan Tahan Lama................................................................ 87

Tabel 4.14 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Menggunakan


Teknologi yang Canggih..................................................................... 88

Tabel 4.15 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Sangat Irit Bahan
Bakar dan Ramah Lingkungan............................................................ 88

Tabel 4.16 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Memiliki Kapasitas


Mesin yang Lebih Besar...................................................................... 89

Tabel 4.17 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Dapat Digunakan


Dalam Berbagai Macam Kondisi Jalan............................................... 90

Tabel 4.18 Tanggapan Responden Terhadap Apabila Terjadi Kerusakan


Yamaha Fino Mudah Dalam Perbaikannya......................................... 91

Tabel 4.19 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Memiliki Dealer


Resmi atau Bengkel Resmi yang Tersebar di Beberapa Wilayah........ 92

Tabel 4.20 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Dapat Menambah


Rasa Percaya Diri Pemakainnya.......................................................... 92

Tabel 4.21 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Selalu Mengikuti


Trend yang Sedang Terjadi................................................................. 93

Tabel 4.22 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Memiliki Desain


yang Stylish dan Klasik....................................................................... 94

Tabel 4.23 Tanggapan Responden Terhadap Yamaha Fino Sangat Fashionable... 95

Tabel 4.24 Total Pembobotan Variabel Diferensiasi Produk (X).......................... 95

Tabel 4.25 Tanggapan Responden Terhadap Memutuskan Membeli Sepeda


Motor Yamaha Fino Karena Pilihan Produk yang Bervariatif............. 99

Tabel 4.26 Tanggapan Responden Terhadap Memutuskan Membeli Sepeda


Motor Yamaha Fino Karena Merek yang Terkenal............................. 100

Tabel 4.27 Tanggapan Responden Terhadap Memutuskan Membeli Sepeda


Motor Yamaha Fino Karena Banyak Tersedianya Dealer Penjualan
Yamaha............................................................................................... 100

Tabel 4.28 Tanggapan Responden Terhadap Memutuskan Membeli Sepeda


Motor Yamaha Fino Dalam Waktu 1 Tahun Sekali............................. 101

Tabel 4.29 Tanggapan Responden Terhadap Memutuskan Hanya Akan membeli


1 Unit Sepeda Motor Yamaha Fino..................................................... 102
Tabel 4.30 Tanggapan Responden Terhadap Memilih Melakukan Pembayaran
Secara Kredit Dalam Membeli Sepeda Motor Yamaha Fino............... 103

Tabel 4.31 Total Pembobotan Variabel Keputusan Pembelian (Y)...................... 103

Tabel 4.32 Transformasi MSI............................................................................... 105

Tabel 4.33 Korelasi Antar Diferensiasi Produk Terhadap Keputusan Pembelian.. 106

Tabel 4.34 Interpretasi Koefisien Korelasi............................................................ 106

Tabel 4.35 Koefesien Determinasi........................................................................ 107

Tabel 4.36 Koefesien Regresi .............................................................................. 108


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Paradigma Pemikiran ............................................................................. 19

Gambar 2.1 Bauran Pemasaran ................................................................................. 26

Gambar 2.2 Lima Tahap Model Keputusan Pembelian ............................................. 49

Gambar 3.2 Proses Produksi Pada Beevy Shoes ....................................................... 54

Gambar 3.3 Algoritma Penelitian .............................................................................. 58

Gambar 4.1 Bentuk Yamaha Fino ............................................................................. 71

Gambar 4.2 Fitur Mesin Blue Core ........................................................................... 72

Gambar 4.3 Fitur Eco Indicator ................................................................................ 73

Gambar 4.4 Aspek gaya pada Yamaha Fino .............................................................. 76

Gambar 4.5 Desain Yamaha Fino ............................................................................. 77

Gambar 4.6 Garis Kontinum Variabel Diferensiasi Produk ...................................... 98

Gambar 4.7 Garis Kontinum Variabel Keputusan Pembelian ................................... 105

Gambar 4.8 Kurva Uji t Dua Pihak ........................................................................... 110


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Café merupakan tempat minum kopi yang pengunjungnya dihibur dengan

musik atau tempat minum yang pengunjungnya dapat memesan minuman, seperti

kopi, teh, dan kue-kue. Coffee shop merupakan salah satu jenis café yang

dikategorikan sebagai café kecil yang menyediakan tempat minum kopi serta

minuman ringan lainnya dengan fasilitas menunjang untuk kenyamanan

konsumen. Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia dan pertumbuhan kelas

menengah mendorong kinerja industri pengolahan kopi di dalam negeri hingga

mengalami peningkatan yang signifikan. Pertumbuhan konsumsi produk kopi

olahan di dalam negeri meningkat rata-rata lebih dari 7 % per tahun. Hal ini

didukung dengan data yang menunjukkan konsumsi kopi di Indonesia semakin

meningkat dari tahun ke tahun.

Bandung terkenal sebagai kota yang memiliki tempat-tempat kuliner dan

pusat jajanan seperti restoran dan café. Hampir disetiap jalan terkenal di kota

Bandung terdapat café yang menawarkan tempat yang nyaman dan unik kepada

konsumen. Hal ini didukung dengan data yang menunjukkan usaha café di kota

Bandung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Berikut persentase kenaikan

usaha café di kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 1.1 :


Tabel 1.1
Usaha Café di Kota Bandung

Tahun Jumlah Café Persentase kenaikan


2011 191 2,68%
2012 196 2,61%
2013 235 19,9%
2014 432 49,8%
2015 653 51,2%
Sumber : BPS Kota Bandung, diolah 2018

Peningkatan konsumsi kopi di Indonesia menjadikan peluang usaha untuk

membuka bisnis baru di bidang kuliner yaitu dengan mendirikan coffee shop.

Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang mengunjungi coffee shop

bukan hanya sekedar untuk minum kopi tetapi juga mengisi waktu luang dengan

teman, kerabat, ataupun keluarga membuat store atmsophere (suasana toko)

coffee shop menjadi salah satu daya tarik bagi pelanggan. Banyaknya jumlah

wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung menjadikan coffee shop sebagai

tempat tujuan wisata kuliner bagi para wisatawan.

Café One Eighty Cofee Music merupakan salah satu cofee shop yang

memiliki banyak pesaing. Persaingan sangat jelas terlihat terutama dapat dilihat

dari jumlah café shoop di Bandung yang banyak. Pesaing yang berdekatan dari

segi lokasi juga adalah merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan

oleh manajemen café. Di bawah ini merupakan daftar café shoop pesaing One

Eighty Cofee Music yang merupakan cofee shop yang sedang banyak digemari

oleh anak muda di Bandung sebagai tempat nongkrong., berikut adalah para

pesaingnya:
Tabel 1.2
Pesaing Café One Eighty Coffee di Kota Bandung

Café Alamat
Kamar Tujuh Koffie Jalan Cilamaya No.1 samping Gedung Sate
Caffe Bene Jalan Ir. H. Djuanda No.155
9/1/1 Coffe Lab Jalan Halmahera No.2
Mimiti Coffee Shop Jalan Sumur Bandung No.14
Coffee Shop Barleu Jalan Anggrek No.55
Sumber : http://jabar.tribunnews.com/2017/12/18 diakses 2018

Dengan semakin manjamurnya coffee shop di Kota Bandung, tentunya

persaingan semakin ketat antara pemiliki bisnis kuliner tersebut. Dampak yang

dirasakan dari adanya persaingan tersebut adalah penurunan jumlah pengunjung

dan omset perusahaan. Hal tersebut dialami oleh One Eighty Coffee yang

merasakan penurunan omset dari Oktober 2016 hingga Mei 2017.

Tabel 1.3
Data Pengunjung One Eighty Coffee

Periode Jumlah Pengunjung Persentase


kenaikan/penurunan
Okt 2016 15.969 -
Nov 2016 15.505 -2,99%
Des 2016 19.082 18,75%
Jan 2017 17.650 -8,11%
Feb 2017 14.321 -23,25%
Mar 2017 13.794 -3,82%
April 2017 15.551 11,30%
Mei 2017 13.754 -13,07%
Sumber : One Eighty Coffee, diolah 2018

Dari dari data diatas, dapat diketahui jumlah pengunjung One Eighty

Coffee Music kecenderungan mengalami penurunan yang dikhawatirkan

mempengaruhi pendapatan coffee shop. Salah satu upaya yang harus dilakukan
oleh One Eighty Coffee Music untuk meningkatkan jumlah konsumen dan

melihat kondisi persaingan yang semakin ketat, yaitu dengan cara menciptakan

store atmosphere (suasana toko) yang baik untuk mempertahankan pelanggan.

Penurunan jumlah pengunjung yang dialami One Eighty Coffee

disebabkan banyak faktor, penulis melakukan pra survei kepada konsumen

mengenai keputusan pembelian pada One Eighty Coffee untuk mengetahui

keputusan mereka dalam mencari coffee shop, berikut hasil pra survei tersebut :

Tabel 1.5
Hasil Pra-Survey Tentang Keputusan Pembelian Pada
One Eighty Coffee

Jumlah
No. Pernyataan
Ya Tidak
One Eighty Coffee menawarkan
1. 12 40% 18 60%
beragam jenis kopi yang ditawarkan
One Eighty Coffee merupakan salah
2. satu coffee shop yang terkenal di 9 30% 21 70%
Bandung
Saya memilih One Eighty Coffee
3. karena menawarkan konsep yang 13 43,3% 17 56,7%
menarik
Salah memilih One Eighty Coffee
4. 19 63,3% 11 36,7%
karena lokasi yang strategis
One Eighty Coffee menawarkan
5. 25 83,3% 5 16,7%
kemudahan dalam cara bertransaksi
Sumber :Hasil pra survey peneliti

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden sebanyak 60%

menyatakan bahwa pilihan jenis kopi yang ditawarkan masih sedikit, 70%

responden merasa bahwa One Eighty Coffee bukanlah salah satu coffee shop yang

paling terkenal di Bandung, 56,7% responden menilai konsep yang ditawarkan

One Eighty Coffee cukup menarik. Hal tersebut membuktikan bahwa


pertimbangan produk dan merek menjadi salah satu penilaian tersendiri dari

responden dalam memilih coffee shop.

One Eighty Coffee and Music menawarkan konsep yang berbeda dengan

café lainnya yaitu bersantap di kolam renang. Konsep unik bersantap di kolam

renang ini diusung oleh One Eighty Coffee. Café dua lantai ini sebenarnya

mengadaptasi café yang ada di Bali dengan kolam renang yang bisa dijadikan

sebagai tempat bersantap sambil mengobrol santai bersama teman, keluarga, dan

pacar. Jika dilihat dari luar, bangunan cafe ini mirip dengan rumah peninggalan

Belanda, tapi ketika masuk ke dalamnya, suasana modern akan sangat terasa.

Menarik konsumen agar melakukan pembelian dapat dilakukan dengan

cara memberikan atmosphere yang menyenangkan bagi konsumen saat di dalam

toko, karena konsumen yang senang diharapkan akan melakukan pembelian di

dalam toko. Dalam perencanaan dan proses perancangannya harus

memperhatikan elemen seperti eksterior, general interior, store layout, dan

interior display.

Menurut Levy dan Weitz (2012:613) store atmosphere adalah kombinasi

dari karakteristik toko (seperti arsitektur, tata letak, tanda-tanda dan displays,

warna, pencahayaan, suhu, suara, dan bau), yang bersama-sama membuat gambar

dalam pikiran pelanggan.

Selain store atmosphere dan harga juga merupakan salah satu faktor

penentu dalam pengambilan keputusan konsumen. Konsumen akan

mempertimbangkan tempat berbelanja yang mampu memenuhi harapan mereka.

Setiap harga yang ditetapkan oleh perusahaan juga akan mengakibatkan tingkat
permintaan terhadap produk yang berbeda. Selanjutnya hal yang tak kalah

penting untuk diperhatikan oleh perusahaan dalam bersaing adalah kebijakan

penetapan harga. Harga menjadi faktor yang berpengaruh secara nyata dan kuat

pada keputusan konsumen untuk melakukan pembelian. Kebijakan penetapan

harga selalu dikaitkan dengan kesesuaian dari apa yang diterima oleh konsumen.

Menurut Kotler dan Amstrong (2012:345), harga adalah sejumlah uang yang

ditagihkan atas suatu produk dan jasa atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para

pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu

produk atau jasa.

Dari uraian di atas, maka penelitian tentang store athmosphere dan harga

akan dilakukan karena merupakan dasar dari pengambilan keputusan dalam

kegiatan pemasaran. Hal tersebut yang menjadi latar belakang penulis melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Store Athmosphere dan Harga Terhadap

Keputusan Pembelian ( Survey pada pelanggan One Eighty Coffee

Bandung”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya One Eighty Cofee dalam merancang store

athmosphere?

2. Bagaimana store athmosphere pada One Eighty Coffee Bandung?

3. Bagaimana harga pada One Eighty Coffee Bandung?


4. Bagaimana keputusan pembelian pada One Eighty Coffe Bandung?

5. Bagaimana pengaruh store athmosphere dan harga terhadap keputusan

pembelian?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Untuk mengetahui upaya One Eighty Coffee dalam merancang store

athmpsphere.

2.Untuk mengetahui store athmosphere pada One Eighty Coffee Bandung.

3.Untuk mengetahui harga pada One Eighty Coffee Bandung.

4.Untuk mengetahui keputusan pembelian pada One Eighty Coffe Bandung.

5.Untuk mengetahui pengaruh store athmosphere dan harga terhadap

keputusan pembelian.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan sebagai

bahan referensi untuk mengetahui pengaruh store athmosphere dan

harga terhadap keputusan pembelian konsumen.

2. Kegunaan Keilmuan

Hasil-hasil informasi dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai

sumbangan pemikiran untuk mengembangkan pengetahuan khususnya


mengenai manajemen pemasaran serta sebagai bahan untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut tentang topik yang saling

berhubungan.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Store Athmosphere

Menurut Christina Widhya Utami (2013: 255) “store atmosphere (suasana

toko) merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata

letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musik, aroma secara

menyeluruh akan menciptakan citra dalam bentuk konsumen”.Adapun

pengertian store atmosphere menurut Berman dan Evans (2014:528)

“Atmosphere refers to the stores physical characteristics that project an image

and draw customer”. Menurut definisi dapat disimpulkan bahwa Atmosphere

diartikan sebagai karakteristik fisik toko yang memproyeksikan sebuah gambaran

terhadap konsumen.

Dimensi store atmosphere menurut Berman & Evans (2014:545) dapat

dibagi menjadi empat elemen utama, yaitu:

1. Exterior (Bagian Luar Toko)

Exterior mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko tersebut,

sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin. Kombinasi dari exterior ini

dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan

mengundang orang untuk masuk ke dalam toko. Exterior terdiri dari:

a) Storefront (Bagian Depan Toko) Bagian depan toko meliputi


kombinasi papan nama, pintu masuk, dan konstruksi bangunan.

Storefront harus mencerminkan keunikan, kemantapan, kekokohan

atau hal-hal lain yang sesuai dengan citra toko tersebut. Khususnya

konsumen yang sering menilai toko dari penampilan luarnya

sehingga merupakan faktor penting untuk mempengaruhi konsumen

mengunjungi toko.

b) Marquee (Papan Nama Toko) Marquee adalah suatu tanda yang

digunakan untuk memajang nama atau logo suatu toko. Marquee

dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf, atau

penggunaan lampu neon. Marquee dapat terdiri dari nama atau logo

saja, atau dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya.

Supaya efektif, marquee harus diletakan di luar, terlihat berbeda,

dan lebih menarik atau mencolok daripada toko lain disekitarnya.

c) Entrance (Pintu Masuk Toko) Pintu masuk harus direncanakan

sebaik mungkin, sehingga dapat mengundang konsumen untuk

masuk melihat ke dalam toko dan juga mengurangi kemacetan lalu

lintas keluar masuk konsumen.

d) Dispay Windows (Tampilan Pajangan) Tujuan dari display window

adalah untuk mengidentifikasikan suatu toko dengan memajang

barang-barang yang mencerminkan keunikan toko tersebut sehingga

dapat menarik konsumen masuk. Dalam membuat jendela pajangan

yang baik harus dipertimbangkan ukuran jendela, jumlah barang

yang dipajang, warna, bentuk, dan frekuensi penggantiannya.


e) Exterior Building Height dapat disamarkan atau tidak disamarkan.

Dengan menyamarkan tinggi bangunan, bagian dari toko atau

shopping center dapat di bawah ground level. Dengan tidak

menyamarkan tinggi bangunan, maka seluruh toko atau shopping

center dapat dilihat oleh pejalan kaki.

f) Sorrounding Stores and Area (Toko dan Area Sekitarnya)

Lingkungan sekitar toko dapat mengisyaratkan kisaran harga, level

of service, dan lainnya. Daerah sekitar toko mencerminkan

demografi dan gaya hidup orang-orang yang tinggal dekat dengan

toko.

g) Parking Facilities (Fasilitas Tempat Parkir) Fasilitas parkir yang

luas, gratis, dekat dengan toko akan menciptakan citra positif

dibandingkan dengan parkir yang langka, mahal dan jauh.

2. General Interior (Interior Umum)

General interior terdiri dari:

a) Flooring (Jenis Lantai) Penentuan jenis lantai, ukuran, desain, dan

warna lantai dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap citra

toko.

b) Colour and Lighting (Warna dan Pencahayaan) Pencahayaan yang

terang, warna-warna cerah berkontribusi pada suasana yang berbeda

daripada cahaya pastel atau dinding putih polos. Kadang-kadang

ketika warna berubah, pelanggan mungkin awalnya tidak nyaman

sampai mereka terbiasa dengan skema yang baru.


c) Scent and Sound (Aroma dan Musik) Aroma dan musik dapat

mempengaruhi suasana hati pelanggan.

d) Store Fixtures (Perabot Toko) Perabot toko dapat direncanakan

berdasarkan kedua utilitas dan estetika.

e) Wall Textures (Tekstur Dinding)

f) Temperature (Suhu Udara) Pengelola toko harus mengatur suhu

udara dalam toko sehingga tidak terlalu panas ataupun tidak terlalu

dingin.

g) Aisle Space (Lorong Ruangan)

h) Dressing Facilities (Kamar Pas)

i) Vertical Transportation (Alat Transportasi Antar Lantai) Suatu toko

yang terdiri dari beberapa lantai harus memiliki vertical

transportation berupa elevator, escalator, atau tangga.

j) Store Personnel (Karyawan Toko) Karyawan yang sopan, rapih,

berpengetahuan dapat membuat atmosphere yang positif.

k) Technology (Teknologi) Toko yang menggunakan teknologi akan

mengesankan orang dengan operasi yang efisien dan cepat.

l) Cleanliness (Kebersihan) Kebersihan dapat menjadi pertimbangan

utama bagi konsumen untuk berbelanja di toko tersebut. Pengelola

toko harus mempunyai rencana yang baik dalam pemeliharaan

kebersihan toko.
3. Store Layout (Tata Letak Toko)

Merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan dari

peralatan, barang dagangan, gang-gang dalam toko serta fasilitas toko. Dalam

merancang store layout perlu diperhatikan hal-hal berikut:

a) Allocation of Floor Space (Alokasi Ruang Lantai)

1) Selling Space Digunakan untuk memajang barang, berinteraksi

antara konsumen dan karyawan toko, demonstrasi, dan lainnya.

2) Merchandise Space Digunakan untuk ruang menyimpan

barang yang tidak dipajang.

3) Personnel Space Ruangan yang disediakan untuk karyawan

berganti pakaian, makan siang dan coffee breaks, dan ruangan

untuk beristirahat.

4) Customer Space Ruangan yang disediakan untuk

meningkatkan kenyamanan konsumen.

b) Classification of Store Offerings (Klasifikasi Penawaran Toko)

Penawaran sebuah toko yang selanjutnya diklasifikasikan ke dalam

kelompok produk. Empat tipe dari pengelompokan yang biasa

digunakan adalah:

1) Pengelompokan produk berdasarkan fungsi

2) Pengelompokan produk berdasarkan motivasi membeli

3) Pengelompokan produk berdasarkan segmen pasar

4) Pengelompokan produk berdasarkan storability

c) Determination of A Traffic-Flow Pattern (Penentuan Pola Lalu


Lintas Aliran)

d) Determination of Space Needs (Penentuan Kebutuhan Ruang)

e) Mapping Out in Store Locations (Penentuan Lokasi di Dalam Toko)

f) Arrangement of Individual Products (Penyusunan Produk Individu)

4. Interior (Point of Purchase) Displays

Setiap point of purchase displays menyediakan pembeli dengan informasi,

menambahkan untuk atmosfer toko, dan melayani peran promosi besar.

1.5.2 Harga

Menurut Kotler dan Keller (2012:67), harga adalah salah satu elemen

elemen lain menghasilkan biaya. Harga merupakan elemen termudah dalam

program pemasaran untuk di sesuaikan, fitur produk, saluran dan bahkan

komunikasi yang membutuhkan banyak waktu. Kemudian menurut Tjiptono

(2014:151), menyebutkan bahwa harga merupakan satu-satunya unsur bauran

pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan.

Harga dan biaya tidak dapat di pisahkan karena keduanya saling

mempengaruhi, jika biaya produksi tinggi maka harga jual suatu produk juga

tinggi dan sebaliknya. Harga di pengaruhi oleh permintaan dan ketersediaan

barang, apabila ketersediaan barang sedikit dan permintaan meningkat atau

melambung maka harga jual produk naik dan sebaliknya. Indikator harga

menurut Kotler dan Keller (2012:410) terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:

a. Keterjangkauan harga Konsumen bisa menjangkau harga yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Produk biasanya ada beberapa jenis dalam satu
merek dan harganya juga berbeda dari termurah sampai termahal. Dengan

harga yang ditetapkan para konsumen banyak yang membeli produk.

b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk. Harga sering dijadikan sebagai

indikator kualitas bagi konsumen orang sering memilih harga yang lebih

tinggi diantara dua barang karena mereka melihat adanya perbedaan kualitas.

Apabila harga lebih tinggi orang cenderung beranggapan bahwa kualitasnya

juga lebih baik.

c. Kesesuaian harga dengan manfaat. Konsumen memutuskan membeli suatu

produk jika manfaat yang dirasakan lebih besar atau sama dengan yang telah

dikeluarkan untuk mendapatkannya. Jika konsumen merasakan manfaat

produk lebih kecil dari uang yang dikeluarkan maka konsumen akan

beranggapan bahwa produk tersebut mahal dan konsumen akan berpikir dua

kali untuk melakukan pembelian ulang.

d. Harga sesuai kemampuan atau daya saing harga. Konsumen sering

membandingkan harga suatu produk dengan produk lainnya. Dalam hal ini

mahal murahnya harga suatu produk sangat dipertimbangkan oleh konsumen

pada saat akan membeli produk tersebut.

1.5.3 Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan salah satu tahapan dalam proses

keputusan pembelian sebelum perilaku pasca pembelian. Dalam memasuki tahap

keputusan pembelian sebelumnya konsumen sudah dihadapkan pada beberapa

pilihan alternatif sehingga pada tahap ini konsumen akan melakukan aksi untuk
memutuskan untuk membeli produk berdasarkan pilihan yang ditentukan. Berikut

ini merupakan beberapa definisi keputusan pembelian menurut para ahli.

Menurut Alma (2013:96) mengemukakan bahwa keputusan pembelian adalah

sebagai berikut:

“Keputusan pembelian adalah suatu keputusan konsumen yang

dipengaruhi oleh ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya, produk, harga,

lokasi, promosi, physical evidence, people dan, process. Sehingga membentuk

suatu sikap pada konsumen untuk mengolah segala informasi dan mengambil

kesimpulan berupa respons yang muncul produk apa yang akan dibeli”.

Menurut Kotler & Armstrong (2016:177) mendefinisikan keputusan

pembelian sebagai berikut: Consumer behavior is the study of how individual,

groups, and organizations select, buy, use, and dispose of goods, services, ideas,

or experiences to satisfy their needs and wants. yang artinya Keputusan

pembelian merupakan bagian dari perilaku konsumen perilaku konsumen yaitu

studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli,

menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

Keputusan pembelian tidak terpisahkan dari bagaimana sifat seorang

konsumen (consumer behavior) sehingga masing-masing konsumen memiliki

kebiasaan yang berbeda dalam melakukan pembelian, Kotler & Armstrong

(2016:188) mengemukakan keputusan pembelian memiliki dimensi sebagai

berikut:

1. Pilihan produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk

atau menggunakan uangnya untuk tujuan yang lain. Dalam hal ini

perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang

berminat membeli sebuah produk serta alternatif yang mereka

pertimbangkan.

2. Pilihan merek

Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek nama yang akan

dibeli setiap merek memiliki perbedaan tersendiri. Dalam hal ini

perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah

merek.

3. Pilihan penyalur

Konsumen harus mengambil keputusan tentang penyalur mana yang akan

dikunjungi. Setiap konsumen berbeda-beda dalam hal menentukan

penyalur bisa dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah,

persediaan barang yang lengkap, kenyamanan dalam belanja, keluasan

tempat dan lain-lain.

4. Waktu pembelian

Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian bisa berbeda-

beda misalnya ada yang membeli setiap hari, satu minggu sekali, dua

minggu sekali dan lain sebagainya.

5. Jumlah pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk

yang akan dibelanjakan pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan


mungkin lebih dari satu. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan

banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda.

6. Metode pembayaran.

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang metode pembayaran yang

akan dilakukan dalam pengambilan keputusan menggunakan produk atau

jasa. Saat ini keputusan pembelian dipengaruhi oleh tidak hanya oleh

aspek lingkungan dan keluarga, keputusan pembelian juga dipengaruhi

oleh teknologi yang digunakan dalam transaksi pembelian.

1.5.4 Pengaruh Store Athmosphere Terhadap Keputusan Pembelian

Store atmosphere bertujuan untuk menarik perhatian konsumen untuk

berkunjung, mempertahankan konsumen untuk berlama-lama di dalam ruangan,

mempengaruhi konsumen untuk membuat perencanaan pembelian secara

mendadak dan memberikan kemudahan kepada konsumen untuk mencari barang

yang di butuhkan serta memberikan kepuasan dalam berbelanja.

Keterkaitan antara dua variable store atmosphere dan keputusan

pembelian dikemukan oleh Levy dan Weitz (2007:491) bahwa

“speciafically,retailers would like the store design to attract customes to the

store, enable them to easily locate erchandise of interenst, keep them in the store

for a long time, motivate them to make unplanned, impuls purchases, and provide

them with a satisfying shopping experience”

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa store atmosphere bertujuan

untuk menarik perhatian konsumen untuk berkunjung, memudahkan mereka


untuk mencari barang yang dibutuhkan, mempertahankan mereka untuk berlama-

lama berada didalam toko, memotivasi mereka untuk membuat perencanaan

secara mendadak, mempengaruhi mereka untuk melakukan pembelian, dan

memberikan kepuasan dalam berbelanja.

1.5.5 Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Menurut Kotler dan Keller (2012:67) Harga adalah salah satu elemen

bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen lain menghasilkan

biaya. Harga merupakan elemen termudah dalam program pemasaran untuk

disesuaikan, fitur produk, saluran, dan bahkan komunikasi membutuhkan banyak

waktu.

Selain itu, Tjiptono (2010:152) mengungkapkan bahwa, Harga memiliki

peranan utama dalam proses pengambilan keputusan pembelian konsumen yaitu:

“Harga digunakan sebagai pengukuran nilai dari manfaat yang di rasakan

terhadap barang atau jasa yang pada akhirnya berpengaruh terhadap keputusan

pembelian”. Berdasarkan pendapat di atas dapat di katakan bahwa harga

merupakan pengaruh paling penting bagi konsumen dalam melakukan pembelian

suatu produk. Harga produk yang tinggi dan diimbangi dengan kualitas produk

yang baik tentunya dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian

terhadap produk yang bersangkutan.

1.5.6 Penelitian Terdahulu dan Paradigma Penelitian

Berikut pada tabel 1.6 dipaparkan beberapa penelitian terdahulu yang


didapat dari jurnal ilmiah, artikel ilmiah, hasil penelitian skripsi dan dari internet

sebagai perbandingan agar diketahui persamaan dan perbedaannya. Berikut tabel

penelitian terdahulu yang menjadi referensi bagi peneliti :

Tabel 1.6
Penelitian Terdahulu
Nama Judul Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian
Peneliti penelitian
Andika Pengaruh store General interior, Penelitian terdahulu hanya
Gariswasita athmosphere interior display, menggunakan satu variabel
terhafap exterior dan store independen, sedangkan
keputusan layout berpengaruh pada penelitian
pembelian positif dan signifikan menggunakan 2 variabel
(Studi pada terhadap keputusan independen yaitu store
Five point pembelian pada Five athmosphere dan harga
coffee and point coffee and
chocolate chocolate Semarang
Semarang)

Yessi Pengaruh store Elemen dari Store Penelitian terdahulu hanya


Mariana Usti athmosphere Atmosphere yaitu menggunakan satu variabel
(2018) terhadap Eksterior, general independen, sedangkan
keputusan interior, store layout pada penelitian
pembelian dan interior display menggunakan 2 variabel
konsumen pada berpengaruh positif dan independen yaitu store
Toserba Terbit signifikan terhadap athmosphere dan harga
Kuningan keputusan pembelian
pada Toserba Terbit
Kuningan
Karen Pengaruh store Store Atmosphere (X) Penelitian terdahulu hanya
Valentine athmosphere yang terdiri dari menggunakan satu variabel
(2014) terhadap Exterior (X1), General independen, sedangkan
keputusan Interior (X2), Store pada penelitian
pembelian Layout (X3), dan menggunakan 2 variabel
konsumen pada Interior Display (X4) independen yaitu store
Dakeen Coffee berpengaruh signifikan athmosphere dan harga
& Steak terhadap Keputusan
Bandung Pembelian (Y) pada
Dakken Coffee &
Steak Bandung.
Restu Aji Pengaruh Store Store Atmosphere, Peneliti lebih khusus
Prasetyo Atmosphere, Keragaman Produk, membahas tentang store
(2015) Keragaman dan Harga berpengaruh atmosphere dan harga
Produk, dan positif terhadap dalam penelitiannya,
Harga terhadap keputusan pembelian sedangkan penulis lebih
Keputusan konsumen. komplek lagi penelitiannya
Pembelian yaitu membahas tentang
Konsumen variabel keragaman
Mirota Batik produk.
Yogyakarta

Nindya Pengaruh store Adanya pengaruh baik Perbedaan dengan


Karyatie athmosphere secara parsial maupun penelitian yang sedang
(2016) dan harga simultan antara store dilakukan pada subjek
terhadap minat athmosphere dan harga penelitian, dan variabel
beli konsumen terhadap minat beli dependen yang digunakan
Giant Ekstra konsumen Giant Ekstra pada penelitian terdahulu
Kenten Kenten Palembang yaitu minat beli
Palembang

Fatkhul Pengaruh store Store atmosphere Penelitian terdahulu


Akmal atmosphere, berpengaruh signifikan menggunakan variabel
Maulana product dan terhadap keputusan selain store athmosphere
promotional pembelian barang di yaitu produk dan
mix terhadap distro, product promotional mix sebagai
keputusan berpengaruh signifikan variabel independen
pembelian terhadap keputusan
barang di pembelian barang di
distro distro dan promotional
mix berpengaruh
signifikan terhadap
keputusan pembelian
barang di distro, store
atmosphere, product
dan promotional mix
secara simultan
berpengaruh terhadap
pembelian barang di
distro.
Romi Taslim Pengaruh Secara simultan, dan Perbedaan dengan
(2015) persepsi harga parsial terdapat penelitian yang sedang
dan store pengaruh positif dan dilakukan pada subjek
athmosphere signifikan antara penelitian
terhadap Persepsi Harga dan
keputusan Store Atmosphere
pembelian terhadap Keputusan
kostum sepak Pembelian
bola berlogo
liga eropa pada
toko ateno
sport
sungailiat.

Sufie Halala Pengaruh store Terdapat pengaruh Perbedaan dengan


Ramadhanti athmosphere signifikan antara store penelitian yang sedang
(2017) dan harga atmosphere dan harga dilakukan pada subjek
terhadap terhadap keputusan penelitian
keputusan pembelian
pembelian
(studi pada
konsumen
Excelso
Surabaya)

Mete Sezgin Store’s Hasil penelitian Di dalam penelitian ini


(2014) Atmosphere’s menunjukan bahwa hanya membahas variabel
Importance in hubungan yang store atmosphere dan store
Creating signifikan terhadap image
Store’s Image store atmosphere
in Sustainable
Mangement of
Store and a
Research in
Konya
(Turkey) City

Ann E. Applying the Hasil menyatakan Di dalam penelitian ini


Schlosser Fuctional bahwa terdapat tidak membahas variabel
(2014) Theory of pengaruh store harga
Attitudes to atmosphere
Understanding
the Infuence of
Store
Atmosphere on
Store
Inferences
Setelah mengkaji dari penelitian-penelitian terdahulu pada tabel di atas

dan kerangka pemikiran maka disusunlah paradigma dalam penelitian sebagai

berikut :

Store Athmosphere (X1)

1. Exterior
2. General Interior
3. Store Layout
Keputusan Pembelian (Y)
4. Interior (Point of
Purchase) Display 1. Pilihan Produk
2. Pilihan Merek
(Berman dan Evans, 2010 :
3. Pilihan Penyalur
509) 4. Waktu Pembelian
5. Jumlah Pembelian
Harga (X2)

1. Keterjangkauan harga
2. Kesesuaian harga dengan
kualitas produk
3. Kesesuaian harga dengan
manfaat
4. Harga sesuai kemampuan
atau daya saing harga

(Kotler dan Keller,


2012 :410)

Gambar 1.1 Paradigma Pemikiran

1.5.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian (Sugiyono, 2013:51). Berdasarkan pendapat diatas maka hipotesis

penelitian adalah:

H1 : Store athmosphere berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian pada One Eighty Coffee Bandung.

H2 : Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada One

Eighty Coffee Bandung.

H3 : Store athmosphere dan harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian pada One Eighty Coffee Bandung.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemasaran

2.1.1 Pengertian Pemasaran


Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan

oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam

upayamempertahankan kelangsungan hidup usahanya. hal tersebut disebabkan

karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, dimana secara

langsung berhubungan dengan konsumen. maka kegiatan pemasaran dapat

diartikan sebagai kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan

pasar, pemasaran juga memiliki aktivitas penting dalam menganalisis dan

mengevaluasi segala kebutuhan dan keinginan para konsumen yang juga meliputi

segala aktivitas di dalam perusahaan. Dalam arti lain pemasaran adalah sebuah

kerangka perusahaan yang telah dirancang untuk penyampaian nilai dari sebuah

barang atau jasa secara langsung kepada konsumen dalam rangka pencapaian

tujuan perusahaan. Berikut adalah para ahli pemasaran mendefinisikan

pemasaran, menurut Kotler dan Armstrong (2014:27) mendefinisikan pemasaran

yaitu Marketing as the process by which companies create value for customers

and build strong customer relationships in order to capture value from customers

in return yang artinya pemasaran sebagai proses dimana perusahaan menciptakan

nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan pelanggan yang kuat untuk

menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.

Lain halnya dengan definisi formal yang ditawarkan America Marketing

Association (AMA) yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2016:27) yaitu

Marketing is the activity, set of institutions, and processes for creating,

communicating, delivering, and exchanging offerings that have value for

customers, clients, partners, and society at large. yang artinya Pemasaran adalah
suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan,

mengkomunikasikan, menghantarkan, dan memberikan nilai pelanggan yang

unggul. Sedangkan Definisi pemasaran berikutnya disampaikan oleh Kurtz

(2012:7) yaitu Marketing is an organizational function and set of process for

creating communicating and delivering value tocustomers and for managing

customer relationship in that benefit the organization andils stakeholders.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan para ahli pemasaran, penulis

sampai pada pemahaman bahwa pemasaran adalah suatu aktivitas perusahaan

dalam proses menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberi nilai kepada

konsumen, baik secara individu atau kelompok guna memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen yang bervariasi guna memberikan keuntungan bagi

perusahaan.

2.1.2 Pengertian Manajemen Pemasarana

Sebuah perusahaan akan sukses apabila didalamnya terdapat kegiatan

manajemen pemasaran. Manajemen pemasaran berpengaruh pada aktivitas

pemasaran yang dilakukan. Manajemen pemasaran pun menjadi pedoman dalam

menjalankan kelangsungan hidup perusahaan dan menjadi peran yang tidak dapat

dipisahkan sejak dimulainya proses produksi hingga pada tahap barang sampai

pada konsumen. Tugas dari manajemen pemasaran itu adalah melakukan

perencanaan mengenai bagaimana cara mencari peluang pasar untuk melakukan

pertukaran barang dan jasa konsumen.

Kemudian, manajemen pemasaran mengimplementasikan rencana

tersebut untuk menciptakan dan mempertahankan pertukaran yang


menguntungkan dengan konsumen demi tercapainya tujuan perusahaan. Untuk

lebih jelasnya, berikut ini adalah pengertian manajemen pemasaran yang peneliti

kutip dari beberapa ahli pemasaran. menurut Kotler dan Amstrong (2014:30)

medefinisikan manajemen pemasaran yaitu Marketing management as the art

and science of choosing target markets and building profitable relationship with

them, yang artinya manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar

sasaran dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan mereka.

Dilengkapi oleh ungkapan Kotler dan Keller (2016:27) yang mengatakan

bahwa manajemen pemasaran adalah Marketing management as the art and

science of choosing target markets and getting, keeping, and growing customers

through creating, delivering, and communicating superior customer value, Yang

artinya Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan

mendapatkan, mempertahankan, serta meningkatkan jumlah pelanggan dengan

menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang

unggul.

Sedangkan Buchari Alma (2013:289) mengemukakan manajemen

pemasaran bahwa manajemen pemasaran ialah kegiatan menganalisis,

merencana, mengimplementasikan dan mengawasi segala kegiatan guna

mencapai tingkat pemasaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh

perusahaan.”

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, peneliti

dapat memahami bahwa manajemen pemasaran merupakan ilmu yang dapat

diaplikasikan dalam suatu organisasi, perusahaan atau dapat pula secara individu
dalam mempertahankan kelangsungan hidup organisasi melalui pertukaran yang

menguntungkan dengan proses merencanakan, melaksanakan,

mengkoordinasikan dan mengendalikan program yang melibatkan konsep

pemasaran.

2.2 Bauran Pemasaran

2.2.1 Pengertian Bauran Pemasaran

Didalam kajian pemasaran terdapat salah satu strategi yang disebut

marketing mix (bauran pemasaran). Marketing mix mempunyai peranan yang

cukup penting dalam mempengaruhi konsumen untuk membeli produk atau jasa

yang ditawarkannya, demikian pula bagi keberhasilan suatu pemasaran baik

pemasaran produk maupun untuk pemasaran jasa. Elemen-elemen bauran

pemasaran terdiri dari semua variabel yang dapat dikontrol perusahaan untuk

dapat memuaskan pelanggan sasaran, oleh sebab itu, setiap perusahaan harus

memulai menyiapkan perencanaan bauran pemasaran yang rinci. Pengertian

bauran pemasaran menurut Buchari Alma (2014:143) menyatakan bahwa bauran

pemasaran merupakan strategi mencampuri kegiatan-kegiatan pemasaran, agar

dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil yang memuaskan.

Sedangkan pengertian bauran pemasaran menurut Kotler dan Armstrong

(2014:76) yaitu The marketing mixis the set of tactical marketing tools that the

firm blends to produce the response it wants in the target market, yang artinya

Seperangkat alat pemasaran yang dipadukan untuk memproses tanggapan yang

diinginkan target pasar.


Definisi lain mengenai bauran pemasaran dikemukakan oleh Jerome

Mc.Carthy dalam Kotler dan Keller (2016:47) yaitu various marketing activities

into marketing-mixtools of four broad kinds, which he called the four P of

marketing: product, price, place, and promotion.

2.2.2 Unsur-Unsur Bauran Pemasaran

Berikut ini adalah elemen-elemen bauran pemasaran atau marketing mix

menurut Jerome Mc.Charty yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2016:48) ada

empat variabel dalam kegiatan bauran pemasaran yaitu:

1. Product

Suatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, agar

produk yang dijual mau dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi

suatu keinginan atau kebutuhan konsumen.

2. Price

Sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki

atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan

penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga

yang sama terhadap semua pembeli.

3. Place

Tempat meliputi segala aktivitas perusahaan dalam membuat produk yang

akan tersedia untuk konsumen sasaran. Tempat dapat dikatakan sebagai salah

satu aspek penting dalam proses distribusi. Dalam melakukan distribusi selalin

melibatkan produsen secara langsung, melainkan akan melibatkan pula pengecer


dan distributor.

4. Promotion

“Promotion refers to activities that communicate the merits of the product

and persuade target customers to buy it.” Maksud dari definisi tersebut adalah

aktivitas yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi mengenai produk

yang akan dijual kepada konsumen potensial. Selain untuk mengkomunikasikan

informasi mengenai suatu produk, promosi juga digunakan sebagai sarana untuk

membujuk dan mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk.

Berdasarkan penjelasan mengenai marketing mix tersebut, maka diketahui

bahwa marketing mix terdiri atas beberapa komponen. Marketing mix untuk

produk barang lebih dikenal dengan empat P (Product, Price, Place, Promotion),

Komponen yang terdapat di dalam marketing mix tersebut saling mendukung dan

mempengaruhi satu sama lain dan komponen tersebut dapat menentukan

permintaan dalam suatu bisnis. dengan menggunakan unsur-unsur bauran

pemasaran tersebut maka perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif dari

pesaing karena dengan penerapan bauran pemasaran yang efektif dan efisien

maka suatu proses keputusan pembelian pun akan lebih memilih kepada produk

perusahaan
Gambar 2.1
Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Sumber : Kotler dan Keller (2016:48)

2.3 Store Athmosphere

2.3.1 Pengertian Store Athmosphere

Salah satu faktor yang dimiliki oleh toko untuk menarik perhatian setiap

konsumen adalah suasana toko (store atmosphere). Suasana toko mempengaruhi

keadaan emosi pembeli yang menyebabkan atau mempengaruhi pembelian.

Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan

senang dan membangkitkan keinginan.

Melalui store atmosphere, retailer memberikan informasi mengenai

barang yang ditawarkan, harga yang ditawarkan dan kualitas serta ragam

barangnya kepada konsumen. Seperti yang dikemukakan oleh pakar berikut :

Menurut Levy & Weitz (2014:507) “Atmosphere adalah mendesain

suatu lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan


penciuman untuk merangsang persepsi dan emosi dari pelanggan dan pada

akhirnya untuk mempengaruhi perilaku pembelian mereka”.

Menurut Christina Whidya Utami (2014:255) “Suasana toko (Store

Atmosphere) merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur,

tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musik, aroma yang

secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen”.

Adapun pengertian store atmosphere menurut Berman dan Evans

(2014:528) “Atmosphere refers to the stores physical characteristics that project

an image and draw customer”. Menurut definisi dapat disimpulkan bahwa

Atmosphere diartikan sebagai karakteristik fisik toko yang memproyeksikan

sebuah gambaran terhadap konsumen.

Dari beberapa pengertian tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa store atmosphere suatu karakteristik fisik yang sangat penting bagi setiap

bisnis ritel. Hal ini berperan sebagai sebuah pembentukan suasana yang nyaman

untuk konsumen ingin berlama-lama berada dalam toko dan secara tidak

langsung mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian.

2.3.2 Dimensi Store Athmosphere

Menurut Berman dan Evans (2014:545) “atmosphere can be divided into

several element: exterior, general interior, store layout, and display.” Cakupan

store atmosphere ini meliputi: bagian luar toko, bagian dalam toko, tata letak

ruangan, dan pajangan (interior point of interest display), akan dijelaskan lebih

lanjut dibawah ini:


a. Exterior (Bagian Luar Toko)

Karakteristik exterior mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko

tersebut, sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin.

Kombinasi dari exterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi

terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk masuk

kedalam toko. Elemen-elemen exterior ini terdiri dari sub elemen-sub

elemen sebagai berikut:

1) Store front (Bagian Depan Toko)

2) Marque (Simbol)

3) Entrance (Pintu Masuk)

4) Display Window (Tampilan Jendela)

5) Height and Size Building (Tinggi dan Ukuran Gedung)

6) Uniqueness (Keunikan)

7) Surrounding Area (Lingkungan Sekitar)

8) Parking (Tempat Parkir)

b. General Interior (Bagian Dalam Toko)

Yang paling utama yang dapat membuat penjualan setelah pembeli

berada di toko adalah display. Desain interior dari suatu toko harus

dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising. Display yang

baik yaitu yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu

mereka agar mudah mengamat, memeriksa, dan memilih barang dan

akhirnya melakukan pembelian. Elemen-elemen general interior terdiri

dari:
1) Flooring (Lantai)

2) Color and Lightening (Warna dan Pencahayaan)

3) Scent and Sound (Aroma dan Musik)

4) Fixture (Penempatan)

5) Wall Texture (Tekstur Tembok)

6) Temperature (Suhu Udara)

7) Width of Aisles (Lebar Gang)

8) Dead Area

9) Personel (Pramusaji)

10) Service Level (Tingkat Pelayanan)

11) Price (Harga)

12) Cash Refister (Kasir)

13) Technology Modernization (Teknologi)

14) Cleanliness (Kebersihan)

c. Layout Ruangan (Tata Letak Toko)

Pengelola toko harus mempunyai rencana dalam penentuan lokasi dan

fasilitas toko. Pengelola toko juga harus memanfaatkan ruangan toko

yang ada seefektif mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

merancang layout adalah sebagai berikut:

Allocation of floor space for selling, personel, and customers. Dalam

suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan untuk:

1) Selling space (Ruangan Penjualan)

Ruangan untuk menempatkan dan tempat berinteraksi antara


konsumen dan pramusaji

2) Personel Space (Ruangan Pegawai)

Ruangan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan pramusaji

seperti tempat beristirahat atau makan

3) Customers Space (Ruangan Pelanggan)

Ruangan yang disediakan untuk meningkatkan kenyamanan

konsumen seperti toilet, ruang tunggu.

d. Interior Point of Interest Display (Dekarasi Pemikat Dalam Toko)

Interior point of interest display mempunyai dua tujuan, yaitu

memberikan informasi kepada konsumen dan menambah store

atmosphere, hal ini dapat meningkatkan penjualan dan laba toko. Interior

point of interest display terdiri dari:

1) Theme Setting Display (Dekorasi Sesuai Tema)

Dalam suatu musim tertentu retailer dapat mendesain dekorasi toko

atau meminta pramusaji berpakaian sesuai tema tertentu.

2) Wall Decoration (Dekorasi ruangan)

Dekorasi ruangan pada tembok bisa merupakan kombinasi dari

gambar atau poster yang ditempel, warna tembok, dan sebagainya

yang dapat meningkatkan suasana toko.

2.4 Harga
2.4.1 Pengertian Harga

Menurut Kotler dan Keller (2012 : 67), harga adalah salah satu elemen

bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen lain menghasilkan

biaya. Harga merupakan elemen termudah dalam program pemasaran untuk

disesuaikan, fitur produk, saluran, dan bahkan komunikasi membutuhkan

banyak waktu.

Menurut Tjiptono (2012: 151) berpendapat bahwa : Agar dapat sukses

dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus

menetapkan harganya secara tepat. “Harga merupakan satusatunya unsur

bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi

perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, tempat, dan promosi)

menyebabkan timbulnya biaya/pengeluaran”. Menurut Kotler dan Amstrong

(2012:47) harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk

memperoleh produk.

Menurut Stanton (2012:112) Harga dapat diartikan sebagai jumlah

uang (satuan moneter) dan/atau aspek lain (non-moneter) yang mengandung

utilitas/kegunaan tertentu yang diperluka untuk mendapatkan suatau produk.

Menurut Alma (2013:169), Harga adalah nilai suatu barang yang dinyatakan

dengan uang.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa, harga atas

suatu barang atau jasa tidak saja sejumlah nilai yang tertera di daftar harga atau

lebelnya tetapi merupakan kombinasi yang tepat antara kualitas dan pelayanan

lain yang diberikan pihak penjual kepada pembeli barang tersebut.


2.4.2 Indikator Harga

Menurut Kotler dan Keller (2012:79), menjelaskan ada empat indikator

yang mencirikan harga yaitu keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan

kualitas produk, kesesuaian harga dengan manfaat, dan harga sesuai dengan

kemampuan atau daya saing harga. Dibawah ini penjelasan empat indikator

harga yaitu :

1. Keterjangkaun Harga Konsumen bisa menjangkau harga yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Produk biasanya ada beberapa jenis dalam

satu merek harganya juga berbeda dari yang termurah sampai termahal.

Dengan harga yang di tetapkan para konsumen banyak yang membeli

produk.

2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk. Harga sering dijadikan sebagai

indikator kualitas bagi konsumen orang sering memilih harga yang lebih

tinggi diantara dua barang karena mereka melihat adanya perbedaan

kualitas. Apabila harga lebih tinggi orang cenderung beranggapan bahwa

kualitasnya juga lebih baik.

3. Kesesuaian harga dengan manfaat Konsumen memutuskan membeli suatu

produk jika manfaat yang dirasakan lebih besar atau sama dengan yang

telah dikeluarkan untuk mendapatkannya. Jika konsumen merasakan

manfaat produk lebih kecil dari uang yang dikeluarkan maka konsumen

akan beranggapan bahwa produk tersebut mahal dan konsumen akan

berpikir dua kali untuk melakukan pembelian ulang.


4. Harga sesuai kemampuan atau daya saing harga Konsumen sering

membandingkan harga suatu produk dengan produk lainnya. Dalam hal ini

mahal murahnya suatu produk sangat dipertimbangkan oleh konsumen

pada saat akan membeli produk tersebut.

2.5 Perilaku Konsumen

2.5.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tentang bagaimana individu, kelompok, dan

organisasi memilih, membeli, dan menggunakan barang atau jasa untuk

dikonsumsi secara pribadi (Kotler & Armstrong, 2016:158).

Definisi perilaku konsumen menurut Dharmmesta dan Handoko

(2010:10) perilaku konsumen (consumer behavior) adalah kegiatan-kegiatan

individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan

barang-barang dan jasa-jasa tersebut di dalamnya proses pengambilan keputusan

pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.

Kotler & Armstrong (2016:159) menjelaskan bahwa terdapat beberapa

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu:

1. Faktor budaya

Kelas budaya, sub budaya, dan sosial sangat mempengaruhi perilaku

pembelian konsumen. Budaya (culture) adalah determinan dasar

keinginan dan perilaku seseorang. Setiap budaya terdiri dari beberapa sub

budaya (subculture) yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan

sosialisasi yang lebih spesifik untuk anggota mereka. Sub budaya meliputi
kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis.

2. Faktor sosial

Selain faktor budaya, faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga,

serta peran sosial dari status mempengaruhi perilaku pembelian.

3. Faktor pribadi

Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Faktor

pribadi meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup pembeli; pekerjaan dan

keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta gaya hidup dan nilai.

4. Faktor Psikologis

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti

motivasi, persepsi, pembelajaran, kepercayaan dan prilaku.

2.6 Keputusan Pembelian

2.6.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan salah satu tahapan dalam proses

keputusan pembelian sebelum perilaku pasca pembelian. Dalam memasuki tahap

keputusan pembelian sebelumnya konsumen sudah dihadapkan pada beberapa

pilihan alternatif sehingga pada tahap ini konsumen akan melakukan aksi untuk

memutuskan untuk membeli produk berdasarkan pilihan yang ditentukan.

Berikut ini merupakan beberapa definisi keputusan pembelian menurut

para ahli. Menurut Buchari Alma (2013:96) mengemukakan bahwa keputusan

pembelian adalah sebagai berikut:

“Keputusan pembelian adalah suatu keputusan konsumen yang


dipengaruhi oleh ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya, produk, harga,

lokasi, promosi, physical evidence, people dan, process. Sehingga membentuk

suatu sikap pada konsumen untuk mengolah segala informasi dan mengambil

kesimpulan berupa respons yang muncul produk apa yang akan dibeli”.

Menurut Kotler & Armstrong (2016:177) mendefinisikan keputusan

pembelian sebagai berikut: Consumer behavior is the study of how individual,

groups, and organizations select, buy, use, and dispose of goods, services, ideas,

or experiences to satisfy their needs and wants. yang artinya Keputusan

pembelian merupakan bagian dari perilaku konsumen perilaku konsumen yaitu

studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli,

menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Selain itu Machfoedz (2013:44),

mengemukakan bahwa keputusan pembelian adalah suatu proses penilaian dan

pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan

tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan.

Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa keputusan

pembelian merupakan salah satu konsep dari perilaku konsumen baik individu,

kelompok ataupun organisasi dalam melakukan penilaian dan pemilihan dari

berbagai alternatif yang ada dan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling

menguntungkan.

2.6.2 Indikator Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian tidak terpisahkan dari bagaimana sifat seorang

konsumen (consumer behavior) sehingga masing-masing konsumen memiliki


kebiasaan yang berbeda dalam melakukan pembelian, Kotler & Armstrong

(2016:188) mengemukakan keputusan pembelian memiliki indikator sebagai

berikut:

1. Pilihan produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk

atau menggunakan uangnya untuk tujuan yang lain. Dalam hal ini

perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang

berminat membeli sebuah produk serta alternatif yang mereka

pertimbangkan.

2. Pilihan merek

Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek nama yang akan

dibeli setiap merek memiliki perbedaan tersendiri. Dalam hal ini

perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah

merek.

3. Pilihan penyalur

Konsumen harus mengambil keputusan tentang penyalur mana yang akan

dikunjungi. Setiap konsumen berbeda-beda dalam hal menentukan

penyalur bisa dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah,

persediaan barang yang lengkap, kenyamanan dalam belanja, keluasan

tempat dan lain-lain.

4. Waktu pembelian

Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian bisa berbeda-

beda misalnya ada yang membeli setiap hari, satu minggu sekali, dua
minggu sekali dan lain sebagainya.

5. Jumlah pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk

yang akan dibelanjakan pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan

mungkin lebih dari satu. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan

banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda.

6. Metode pembayaran.

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang metode pembayaran yang

akan dilakukan dalam pengambilan keputusan menggunakan produk atau

jasa. Saat ini keputusan pembelian dipengaruhi oleh tidak hanya oleh

aspek lingkungan dan keluarga, keputusan pembelian juga dipengaruhi

oleh teknologi yang digunakan dalam transaksi pembelian.

2.6.3 Proses Keputusan Pembelian

Keputusan untuk membeli suatu produk baik barang maupun jasa timbul

karena adanya dorongan emosional dari dalam diri maupun pengaruh dari luar.

Proses keputusan pembelian merupakan proses psikologis dasar yang memainkan

peranan penting dalam memahami bagaimana konsumen benar-benar membuat

keputusan pembelian mereka. Proses keputusan pembelian model lima tahap

menurut Kotler dan Armstong (2016:176) adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau

kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal.


2. Pencarian informasi

Sumber informasi utama di mana konsumen dibagi menjadi empat

kelompok:

a. Pribadi. Keluarga, teman, tetangga, rekan.

b. Komersial. Iklan, situs web, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan.

c. Publik. Media massa, organisasi pemeringkat konsumen.

b. Eksperimental. Penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.

3. Evaluasi alternatif

Beberapa konsep dasar yang akan membantu kita memahami proses

evaluasi: pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua,

konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen

melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut dengan berbagai

kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk memuaskan

kebutuhan ini.

4. Keputusan pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi antar merek

dalam kumpulan pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk maksud untuk

membeli merek yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud pembelian,

konsumen dapat membentuk lima sub keputusan: merek, penyalur, kuantitas,

waktu, dan metode pembayaran.

5. Perilaku pasca pembelian

Setelah melakukan pembelian konsumen mungkin mengalami konflik

dikarenakan melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau mendengar hal-hal


menyenangkan tentang merek lain dan waspada terhadap informasi yang

mendukung keputusannya.

Kotler dan Keller (2016:195) menyatakan bahwa proses keputusan

pembelian terdiri dari lima tahap sebagai berikut :

Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan Perilaku pasca


masalah informasi alternatif pembelian pembelian

Gambar 2.2
Lima Tahap Model Pembelian Konsumen
Sumber : Kotler dan Keller (2016:195)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi yang menjadi objek penelitian adalah

store athmosphere dan harga terhadap keputusan pembelian pada One Eighty
Coffee Bandung.

3.1.1 Sejarah One Eighty Cofffe Bandung

One Eighty Coffee merupakan sebuah cafe dengan keunikannya tersendiri,

keunikan dari One Eighty Coffee yang menjadi andalannya ada pada aspek nilai

jual perusahaan yaitu atmosphere cafe yang half open air berkonsep natural

industri yaitu perpaduan dari beberapa elemen industri dan elemen natural yang

berkelas, nyaman, dan aman serta memberikan kesan bagi setiap konsumen yang

datang. Keunikan lain yang menjadi aspek jual dari cafe ini adalah adanya area

pool/kolam khusus untuk para konsumen yang ingin mencoba sensasi makan

diatas air seperti halnya restoranrestoran yang berada di pinggir pantai.

One Eighty Coffee Bandung sendiri adalah anak cabang ketiga dari Prima

Rasa Group yang sebelumnya sudah ada dua cabang terlebih dahulu diantaranya

Herb and Spice Family Restaurant dan Bellamie Restaurant. Dan yang terbaru

dan dalam tahap pembukaan Ambrogio Cafe. One Eighty Coffee beralamatkan di

Jl. Ganesha No.3 Lb.Siliwangi, Coblong Kota Bandung Jawa Barat 40132.

3.1.2 Bauran Pemasaran

Adapun bauran pemasaran produk yang dilaksanakan pada One Eighty

Coffee, yaitu sebagai berikut:

a. Produk

Produk adalah suatu barang,jasa, atau gagasan yang dirancang dan

ditawarkan perusahaan untuk kebutuhan konsumen. Produk yang


ditawarkan oleh perusahaan hendaknya adalah sebuah produk yang

menarik, mempunyai penampilan bentuk fisik yang bagus dan yang lebih

dikenal mudah diucapkan, dikenali dan diingat dan sebagainya.

Produk yang tersedia di One Eighty Coffee Bandung sangat beragam,

adapun untuk jenisnya yaitu sebagai berikut:

1. Brunch All Day


2. Tasty Sandwich
3. Scrumptious Pizzas
4. Healthy Salad
5. Delicious Pasta
6. Baked & Grilled
7. Asian Delight
8. Light Bites
9. Dessert Luscious
10. Rich Coffee
11. Delicate Tea
12. Amazing Chocolate Drink
13. Refreshing Soda & Tropical Mojito
14. Healthy Juice
15. Makes Own Sandwich
16. Salad .

Gambar 3.1

Produk pada One Eighty Coffee

b. Harga

Harga merupakan satusatunya unsur bauran pemasaran yang memberikan


pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur

lainnya adalah (produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya

biaya (pengeluaran). Harga yang ditawarkan oleh One Eighty Coffee

berkisar antara Rp.19.000 - 65.000.

Gambar 3.2

Harga pada One Eighty Coffee

c. Promosi

Promosi adalah semua kegiatan yang dimaksudkan untuk menyampaikan

atau mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar sasaran, untuk

memberi informasi tentang keistimewaan, kegunaan dan yang paling

penting adalah tentang keberadaannya, untuk mengubah sikap ataupun

untuk mendorong orang-orang supaya bertindak. Promosi yang dilakukan

one eighty coffee melalui media sosial seperti instagram adalah sebagai

berikut :
Gambar 3.3

Promosi melalui Instagram pada One Eighty Coffee

d. Tempat

Lokasi berarti berhubungan dengan di mana perusahaan harus bermarkas

dan melakukan operasi atau kegiatannya. Salah satu interaksi yang sangat

mempengaruhi lokasi adalah konsumen mendatangi lokasi yang

menawarkan jasa. Lokasi One Eighty Coffee yang strategis berada di Jalan

Ganesha No.3 Lebak Siliwangi Coblong Kota Bandung Jawa Barat

40132.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian

Didalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survey.

Menurut M.Nazir (2011:56). Metode survey adalah penyelidikan yang diadakan

untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari


keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik.

Sedangkan menurut Sugiyono (2013:11) metode survey digunakan untuk

mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah, tetapi peneliti melakukan

perlakuan dalam pengumpulan data yakni dengan mengedarkan kuisioner,

test,wawancara dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan survey karena dalam

pengambilan data penulis menggunakan teknik wawancara dan menyebarkan

kuesioner.

Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian

verifikatif. Verifikatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan atau

untuk menemukan pengaruh variabel independen dengan variabel dependen.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan verifikatif karena untuk menguji

hipotesis yang dibuat pada bab sebelumnya.

3.2.2 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu (jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan tingkat pendidikan) yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2013:80).

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, jadi populasi itu bersifat


umum meliputi berbagai keadaan sehingga yang menjadi populasi adalah

konsumen One Eighty Coffee Bandung, yang jumlahnya tidak diketahui dan

dapat dikatakan dalam kategori tidak terhingga. Populasi tidak terhingga yaitu

populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya

secara kuantitatif. Oleh karenanya luas populasi bersifat tidak terhingga dan

hanya dijelaskan secara kualitatif (Bungin, 2009:99).

b. Sampel dan Teknik Sampling

Teknik sampling sangatlah diperlukan dalam sebuah penelitian karena hal

ini digunakan untuk menentukan siapa saja anggota dari populasi yang hendak

dijadikan sampel. Untuk itu teknik sampling haruslah secara jelas tergambarkan

dalam rencana penelitian sehingga jelas dan tidak membingungkan ketika terjun

dilapangan.

Teknik penarikan sampling yang digunakan adalah Nonprobability

Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel. (Sugiyono, 2013: 84). Jenis teknik non protability

sampling yang digunakan adalah sampling insidential, yang merupakan teknik

penentuan sample berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan atau insidential bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai

sumber data (Sugiyono, 2013:85).

Alasan peneliti menggunakan teknik sampling insidential yaitu agar

memberikan kemudahan pada peneliti dalam pengambilan sampel dikarenakan


jumlah populasi tidak diketahui dalam setiap harinya.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2013:81). Dalam penelitian ini teknik samplingnya

(pengambilan sampel) dilakukan pada konsumen One Eighty Coffee dengan

menyebarkan kuesioner kepada responden.

Roscoe (Sekaran, 2010) menyatakan bahwa ukuran sampel yang layak

dijadikan responden pada setiap penelitian agar memenuhi perhitungan statistik,

sehingga distribusi frekuensi mendekati populasi atau skor yang didapat

mendekati kurva normal adalah lebih dari 30 dan kurang dari 500. Selain itu,

menurut Gay dan Diehl (Silalahi, 2012) jumlah sampel yang paling sedikit dalam

penelitian korelasional adalah 30 sampel, dan jumlah yang paling sedikit dalam

penelitian komparasi adalah masing-masing 30 sampel. Populasi dalam penelitian

ini tidak diketahui, sehingga rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah

sampel pada penelitian ini adalah (Lemeshow, 1990) :

Keterangan :

n = jumlah sampel

Z21-a/2 = nilai standar normal, (jika a:0,05, maka Z:1,960)

P(1-p) = estimasi proporsi populasi (jika P 0,5 maka P(1-p) : 0,25)

d = penyimpangan yang ditolerir (10%)

Sehingga :
Jadi jumlah sampel menurut rumus Lemeshow sebesar 96,04 dan

dibulatkan menjadi 100 responden.

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini , jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan

data sekunder. Data primer merupakan data yang berasal langsung dari responden

sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung

baik berupa keterangan maupun literature yang ada hubungannya dalam

penelitian yang bersifat melengkapi atau mendukung data primer. Untuk

memperoleh data primer dan sekunder peneliti menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data yaitu :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

a. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan dan

memberikan daftar pertanyaan yang telah disiapkan kemudian

dibagikan kepada setiap responden untuk diisi dan dijawab. Data

yang berupa kuisioner dituangkan dalam bentuk pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan materi penelitian, diantaranya

pertanyaan mengenai store athmosphere , harga dan keputusan

pembelian.

b. Wawancara, yaitu data yang diperoleh dengan mengadakan

wawancara langsung dengan responden mengenai store

athmosphere , harga dan keputusan pembelian.


c. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

mendapatkan data mengenai keadaan perusahaan secara umum.

Data yang didapat diantaranya mengenai sejarah perusahaan, visi-

misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan serta deskripsi

pekerjaan.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh ketajaman berfikir

dalam rangka menganalisis permasalahan melalui penelaahan terhadap

berbagai sumber tertulis melalui pendapat-pendapat para ahli yang

dituangkan dalam buku dan sebagainnya, juga untuk menunjang

instrument pengumpulan data dan memperdalam kajian terhadap

permasalahan penelitian.

3.2.4 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2013:38) menyatakan bahwa variabel penelitian

adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya. Dilihat dari hubungan variabel satu dengan variabel yang

lain, maka macam-macam variabel dalam penelitian dibedakan menjadi variabel

independent, variabel dependen, variabel moderator, variabel intervening,

variabel control.

Dalam penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari dua variabel, yaitu

variabel independen dan variabel dependent. Adapun penjelasan dari masing-


masing variabel itu adalah sebagai berikut :

a. Variabel independent (bebas)

Menurut Sugiyono (2013 :39) variabel independent (bebas) adalah

variabel yang mempengaruhi suatu yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah store athmosphere (X1) dan harga (X2).

b. Variabel dependent (terikat)

Pengertian variabel dependent (terikat) menurut Sugiyono (2013:39)

adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel independen (bebas). Pada penelitian yang dilakukan

penulis variable dependent adalah keputusan pembelian (Y)

Operasional variabel adalah suatu cara untuk mengukur suatu

konsep dan bagaimana caranya sebuah konsep diukur sehingga terdapat

variabel-variabel yang dapat menyebabkan masalah lain dari variabel lain

yang situasi dan kondisinya tergantung pada variabel lain.

Menurut Sugiyono (2013:58) operasional variabel adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya.

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi Indikator Skala


Store Exterior 1. Bagian depan toko Ordinal
Athmosphere 2. Papan nama toko
(X1) 3. Pintu masuk toko
4. Tampilan pajangan
Store atmosphere 5. Toko dan area
(suasana toko) sekitarnya
merupakan 6. Fasilitas tempat parkir
kombinasi dari General Interior 7. Jenis lantai Ordinal
karakteristik fisik 8. Warna dan
toko seperti pencahayaan
arsitektur, tata 9. Aroma dan musik
letak, 10. Perabot toko
pencahayaan, 11. Tekstur dinding
pemajangan, 12. Suhu udara
warna, 13. Lorong ruangan
temperatur, 14. Alat transportasi antar
musik, aroma lantai
secara 15. Karyawan toko
menyeluruh akan 16. Teknologi
menciptakan citra 17. Kebersihan
dalam bentuk Store Layout 18. Kelengkapan petunjuk Ordinal
konsumen ruangan
19. Ruang tunggu yang
Christina Widhya nyaman
Utami (2010: 20. Tempat duduk dan
255) meja yang tertata rapi
21. Fasilitas didalam
ruangan yang lengkap
22. Penataan pajangan
toko yang menarik
Interior Display 23. Penempatan display Ordinal
yang menarik
24. Kerapihan display
toko
Harga (X2) 1. Keterjangkauan harga Ordinal
2. Kesesuaian harga Ordinal
Harga adalah dengan kualitas
salah satu elemen produk
elemen lain 3. Kesesuaian harga Ordinal
menghasilkan dengan manfaat
biaya. Harga 4. Daya saing harga Ordinal
merupakan
elemen termudah
dalam program
pemasaran untuk
di sesuaikan, fitur
produk, saluran
dan bahkan
komunikasi yang
membutuhkan
banyak waktu

Kotler dan Keller


(2012:67)

Keputusan 1. Pilihan Produk Ordinal


Pembelian (Y)
merupakan bagian 2. Pilihan Merek Ordinal
dari perilaku
konsumen 3. Pilihan Penyalur Ordinal
perilaku
konsumen yaitu 4. Waktu Pembelian Ordinal
studi tentang
bagaimana 5. Jumlah Pembelian Ordinal
individu,
kelompok, dan 6. Metode Pembayaran Ordinal
organisasi
memilih,
membeli,
menggunakan,
dan bagaimana
barang, jasa, ide
atau pengalaman
untuk memuaskan
kebutuhan dan
keinginan
mereka.
(Kotler dan
Armstrong, 2016 :
188)
3.2.5 Uji Istrumen Penelitian

Kuisioner sebagai instrument pengumpulan data yang merupakan

penjabaran indikator-indikator variabel, sebelum digunakan untuk pengumpulan

data di lapangan terlebih dahulu harus diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya.

1. Uji Validitas

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur

apa yang ingin diukur, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi validitas

suatu alat pengukur, maka alat pengukur tersebut semakin mengenai sasarannya,
atau semakin menunjukan apa yang seharusnya diukur. Menurut Sugiyono

(2017:121) instrument yang valid merupakan instrument yang dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Semua item kuesioner yang digunakan untuk mengukur store

athmosphere, harga dan keputusan pembelian akan diuji validitasnya. Nilai

validitas masing-masing butir pertanyaan atau pernyataan dapat dilihat pada nilai

corrected item-total correlation masing-masing. Uji validitas tiap item-item

menggunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan setiap skor butir pertanyaan

dengan skor total yang merupakan jumlah tiap butir skor. Dalam analisis item ini,

teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai saat ini merupakan

teknik yang paling banyak digunakan. Selanjutnya dalam memberikan

interpretasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai korelasi positif

dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi menunjukan bahwa item

tersebut mempunyai validitas yang tinggi. Syarat minimum untuk dianggap

memenuhi syarat adalah jika r-hitung ≥r-tabel dinyatakan valid pada taraf

signifikansi 0,05 dan dk = n-k-1. Korelasi yang digunakan adalah korelasi

product moment dengan rumus :

r =N ¿ ¿

Keterangan :
r = koefisien validitas item yang dicari
x = skor yang diperoleh dari subjek tiap item
y = skor yang diperoleh dari subjek seluruh item
∑x = jumlah skor dalam distribusi X
∑y = jumlah skor dalam distribusi Y
∑x2 = jumlah kuadrat pada masing-masing skor X
∑y2 = jumlah kuadrat pada masing-masing skor Y
N = jumlah responden

Kaidah Keputusan diambil dengan kaidah sebagai berikut:

a. jika nilai rhitung > rkritis : maka alat ukur yang digunakan Valid  

b. jika nilai rhitung < rkritis : maka alat ukur yang digunakan Tidak Valid

2. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2017:121) instrument yang reliabel adalah instrument

yang bila digunakan kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama. Uji reliabilitas dengan rumus cronbach’s alpha dirumuskan oleh

Sugiyono (2017:132) sebagai berikut :

( ∑S j
)
2
k
α= 1− 2
k −1 S x

Keterangan :

α = koefisien reliabilitas alpha

k = jumlah item

Sj = varians responden untuk item 1

Sx = jumlah varians skor total

Menurut Sugiyono (2013:172), instrumen yang reliabel adalah instrumen

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama. Tujuan dilakukannya uji reliabilitas adalah untuk

mengetahui sejauh mana alat ukur kuisioner yang dibuat dapat dipercaya dan
diandalkan.

Pada penelitian ini digunakan metode pengukuran reliabilitas Alpha

Cronbach, dengan kriteria besarnya koefisien reliabilitas minimal harus dipenuhi

oleh suatu alat ukur adalah 0,60 yang berarti bahwa secara keseluruhan alat ukur

telah memiliki konsistensi yang dapat diandalkan.

3.2.6 Teknik Analisis Data

3.2.6.1 Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh penulis dalam penelitian ini adalah data yang bersifat

kualitatif dan kuantitatif. Analisis yang dilakukan oleh penulis secara kualitatif

adalah dengan cara mendeskripsikan jawaban responden kedalam bentuk tabel

sedangkan analisis secara kuantitatif dengan bantuan alat statistik atau SPSS.

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil pengisian

kuisioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan. Jawaban didasarkan pada

prereferensi responden terhadap pertanyaan yang diajukan.

Tabel 3.2
Skala Nilai Perhitungan Jawaban

Pilihan Jawaban Pertanyaan Bobot atau skor


Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Cukup Setuju (CS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Selanjutnya akan dicari rata-rata dari setiap jawaban responden, untuk

memudahkan penelitian dari rata-rata tersebut maka digunakan interval untuk

menentukan panjang kelas interval dengan menggunakan rumus menurut


Riduwan (2015:142) sebagai berikut :

Rentang( R)
Panjang Kelas Interval( P)=
Jumlah Kelas ( K)

Keterangan :

R = rentang (data tertinggi-data terendah)

K = jumlah kelas (5)

Berdasarkan rumus, maka panjang kelas interval adalah :

5−1
Panjang Kelas Interval= =0,8
5

Maka interval dari kriteria penilaian rata-rata adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3
Skala Interval

Interval Interpretasi
1,00 – 1,79 Sangat Buruk
1,80 – 2,59 Buruk
2,60 - 3,39 Cukup Baik
3,40 - 4,19 Baik
4,20 – 5,00 Sangat Baik
Sumber : data diolah, 2018

3.2.6.2 Uji Asumsi Klasik

Uji penyimpangan asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui beberapa

penyimpangan yang terjadi pada data yang digunakan untuk penelitian. Hal ini

agar model regresi dapat bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimated). Uji
asumsi klasik yang harus dipenuhi dalam penelitian ini meliputi uji-uji

normalitas,heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinieritas.

a. Uji Normalitas

Menurut Imam Ghozali (2011: 160) tujuan dari uji normalitas adalah

untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual

memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji f

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi

ini dilanggar maka uji statistik ini menjadi tidak valid untuk jumlah sampel

kecil.

Uji normalitas menjadi hal penting karena salah satu syarat pengujian

parametrict-test (uji parametik) adalah data harus memiliki distribusi normal

(atau berdistribusi normal). Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak

maka dapat dideteksi dengan melihat normality probability plot. Jika data

(titik)menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal maka

model regresi memiliki asumsi normalitas. Tetapi jika data titik menyebar

jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model

regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Haryadi, 2011: 53).

Selain itu, uji lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas

residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S)

(Ghazali, 2011: 164).

Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal

HA : Data residual tidak berditribusi normal


Kriteria penilaian uji ini adalah, jika signifikansi hasil perhitungan data

(sig) > 5%, maka data berdistribusi normal dan jika signifikansi hasil

perhitungan data (sig) < 5%, maka data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain (Ghozali,2011: 139). Pengujian pada penelitian ini

menggunakan Grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu

ZPRED dengan residualnya SRESID. Tidak terjadi heteroskedastisitas apabila

tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y. (Ghozali, 2011: 139-143).

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi sering dikenal dengan nama korelasi serial dan sering

ditemukan pada data serial waktu (time series). Uji Autokorelasi bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi

korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2011:110).

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Alat

ukur yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam penelitian

ini menggunakan tes Durbin Watson (D-W). Hipotesis yang akan diuji dalam

penelitian ini adalah: H0 (tidak adanya autokorelasi, r = 0) dan Ha (ada


autokorelasi, r≠ 0).

Tabel 3.4
Tabel Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika


Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl
Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < d <4
Tidak ada autokorelasi positif No Decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tidak ada autokorelasi positif atau Tidak Ditolak du < d <4-du
negatif
Sumber : Ghozali (2011:111)

a. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen (Ghozali,

2011:105). Jika ada korelasi yang tinggi antar variabel independent tersebut,

maka hubungan antara variabel dependen dan independen menjadi terganggu.

Model Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi Multikolinearitas.

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF (Variance

Inflation Factor). Untuk terbebas dari masalah multikoliniearitas, nilai

tolerance harus ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10. (Ghozali, 2011:105-106).

3.2.6.3 Transformasi Data

Asumsi yang harus dipenuhi pada saat melakukan analisis regresi data

pengamatan minimal memiliki skala pengukuran interval. Agar dapat

menggunakan analisis regresi dilakukan proses transformasi data dari skala

pengukuran ordinal ke skala pengukuran interval melalui suatu metode yang

dikenal sebagai Method of Successive Interval. Langkah-langkah untuk


melakukan transformasi data adalah sebagai berikut:

1) Berdasarkan hasil jawaban responden, untuk setiap pernyataan, hitung

frekuensi setiap pilihan jawaban.

2) Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pernyataan, hitung

proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.

3) Berdasarkan proporsi tersebut, untuk setiap pernyataan, hitung proporsi

kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.

4) Untuk setiap pernyataan, tentukan nilai batas untuk Z untuk setiap pilihan

jawaban.

5) Hitung nilai numerik penskalaan (skala value) untuk setiap pilihan jawaban

melalui persamaan berikut:

Density at Lower Limit −Density at Upper Limit


ScaleValue=
Area Under Upper Limit −Area Under Lower Limit

Dimana:

Density at Lower limit = Kepadatan batas bawah

Density at Upper Limit = Kepadatan batas atas

Area Under Upper Limit = Daerah dibawah batas atas

Area Under Lower Limit = Daerah dibawah batas bawah

6) Hitung skor (nilai hasil transformasi) untuk setiap pilihan jawaban dengan

persamaan berikut: Score = Scale Value + Scale Value Minimum + 1

3.2.6.4 Analisis Regresi Berganda

Uji regresi berganda pengembangan dari uji regresi sederhana.


Kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variable terikat (Y) apabila variable

bebas minimal dua atau lebih. Menurut Riduwan (2015:252-253) “Uji regresi

berganda adalah alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau

lebih terhadap satu variabel terikat. Untuk membuktikan ada atau tidaknya

hubungan fungsional atau hubungan kausal antara variabel bebas (X) atau lebih

dengan variabel terikat (Y). Rumus matematis dari regresi berganda yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

Y =a+b 1 X 1+ b 2 X 2+ e

Keterangan :
Y = keputusan pembelian
a = konstanta
b1 = koefisien regresi store athmosphere
b2 = koefisien regresi harga
X1 = variabel store athmosphere
X2 = variabel harga
e = error

3.2.6.5 Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2013:197) “Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-

variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalan antara nol (0) dan satu

(1). Nilai koefisien determinasi yang kecil menunjukan bahwa kemampuan

variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.

Apabila nilai koefisien determinasi yang besar menunjukan bahwa kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat luas.

Menurut Riduwan (2015:228) koefisien determinasi dirumuskan sebagai

berikut :
2
Kd=r x 100 %

Keterangan :

Kd = koefisien determinasi

r = koefisien korelasi

Nilai Kd diatas menunjukan berapa besar persen suatu variabel bebas

mempengaruhi variabel terikat.

3.2.6.6 Uji Hipotesis

Menurut Sugiyono (2017:63) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitiantelah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Uji hipotesis digunakan untuk

mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel

terikat. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai coefficients beta dan nilai t-hitung

serta F-tabel.

1. Pengujian secara parsial

Untuk uji hipotesis secara parsial, maka rumusan hipotesisnya adalah :

H0 : β = 0 : store sthmosphere tidak berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian

H0 : β ≠ 0 : store sthmosphere berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian

H1 : β = 0 : harga tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian

H1 : β ≠ 0 : harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian


Hipotesis tersebut kemudian akan diuji untuk diketahui apakah

diterima atau ditolak. Pengujian dengan menggunakan rumus uji t

dilakukan agar taraf signifikansi 5%, tingkat keyakinan 95% dengan

rumus sebagai berikut :

t=r
√ n−k −1
1−r
2

Keterangan :

n = jumlah sampel

r = nilai korelasi parsial

Hasil hipotesist-hitung yang akan diperoleh dibandingkan dengan nilai t-

tabel dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, Ha diterima

Jika t-hitung ≤ t-tabel maka H0 diterima, H0 ditolak

2. Pengujian secara simultan

Untuk uji hipotesis secara simultan , maka rumusan hipotesisnya yaitu :

H0 : r2 = 0 : store athmosphere dan harga tidak berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian

H0 : r2 ≠ 0 : store athmosphere dan harga berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian

Untuk pengujian pengganti variabel bebas secara bersama-sama terhadap

variabel terikat digunakan uji F. Nilai F-hitung tersebut dibandingkan

dengan F-tabel yang diperoleh dari table F dengan menggunakan tingkat

rasio (level of significant) tertentu. Adapun uji F adalah sebagai berikut :


R2 K
F=
(i−R2 )(n−k −1)

Keterangan :

R = koefisien korelasi berganda

k = jumlah variabel bebas

n = jumlah sampel

Untuk uji F, kriteria yang akan dipakai adalah sebagai berikut :

H0 diterima jika F-hitung ≤ F-tabel

H0 ditolak jika F-hitung > F-tabel

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Upaya One Eighty Cofee dalam merancang store athmosphere.

store atmosphere suatu karakteristik fisik yang sangat penting bagi setiap

bisnis ritel. Hal ini berperan sebagai sebuah pembentukan suasana yang nyaman

untuk konsumen ingin berlama-lama berada dalam toko dan secara tidak

langsung mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Adapun upaya

One Eighty Coffee dalam merancang store athmosphere adalah sebagai berikut :

1. Exterior

One Eighty Coffee membuat exterior yang dapat membuat bagian luar
toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang

untuk masuk kedalam toko dengan membuat papan nama toko yang

cukup besar sehingga mudah diliat oleh konsumen. Berikut bagian

eksterior dari one eighty cofee :

Gambar 4.1
Exterior One Eighty Coffee Bandung
2. General Interior

Desain interior dari One Eighty Coffee sudahs dirancang untuk

memaksimalkan visual merchandising. Display yang baik yaitu yang

dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu mereka agar mudah

mengamat, memeriksa, dan memilih barang dan akhirnya melakukan


pembelian. Berikut interior yang terdapat didalam ruangan one eighty

coffee :

Gambar 4.2
General Interior One Eighty Coffee Bandung

3. Layout Ruangan

Berikut layout ruangan yang ada pada One Eighty Coffee :


Gambar 4.2
Layout Ruangan One Eighty Coffee Bandung

4.2 Data Responden

Sebelum diuraikan mengenai tanggapan responden mengenai store

athmosphere, harga dan keputusan pembelian, dibawah ini diuraikan gambaran

umum responden sebagai berikut:

4.2.1 Gambaran Umum Responden

Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Presentase (%)
Pria 55 55%
Wanita 45 45%
Total 100 100%
Sumber: Kuesioner diolah, 2018
Dari Tabel 4.1 diatas, menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis

kelamin pria sebanyak 55 orang (55%) sedangkan wanita sebanyak 45 orang

(45%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pria lebih banyak menghabiskan

waktunya untuk sekedar minum cofe atau bertemu rekannya di One Eighty Coffee

Shop Bandung.

Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Presentase (%)
<20 tahun 19 19%
21-25 tahun 28 28%
26-30 tahun 33 33%
>30 tahun 20 20%
Total 100 100%
Sumber: Kuesioner diolah, 2018

Dari Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden

berdasarkan usia yaitu sebanyak 33 orang (33%) berusia 26-30 tahun Hal ini

menunjukkan bahwa kalangan penyuka kopi tidak memiliki batasan waktu,

terbukti hampir semua usia pada karakteristik diatas memiliki nilai yang hampir

sama.

Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
Pelajar / Mahasiswa 35 35%
Pegawai Negeri Sipil 12 12%
Pegawai Swasta 39 39%
Wirausaha 6 6%
Lain-Lain 8 8%
Total 100 100%
Sumber: Kuesioner diolah, 2018

Dari Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden

berdasarkan pekerjaan adalah pegawai swasta sebanyak 39 orang (39%)kemudian

disisul mahasiswa/pelajar sebanyak 35 orang (35%). Hal ini menunjukkan bahwa

konsumen yang datang ke One Eighty Coffee Shop banyak berprofesi sebagai

karyawan swasta, karena banyak diantara mereka yang datang ke coffee shop

hanya untuk mengobrol atau mengadakan rapat dari perusahaan

Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Perbulan
Pendapatan Perbulan Frekuensi Presentase (%)
≤500.000 6 6%
500.000 – 1.500.000 35 35%
1.500.000 – 3.000.000 44 44%
>3.000.000 15 15%
Total 100 100%
Sumber: Kuesioner diolah, 2018

Dari Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki

pendapatan perbulannya antara Rp.1.500.000 - 3.000.000 sebanyak 44 orang

(44%). Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang datang ke One Eighty Coffee
Shop memiliki penghasilan antara 1,5 juta hingga 3 juta.

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.1 Tanggapan Responden Mengenai Store Athmosphere pada One Eighty

Coffee Shop

Berdasarkan data yang telah terkumpul dari lapangan untuk tahap

selanjutnya adalah menganalisa tanggapan dari responden. Dari tahapan ini juga

digolongkan ke dalam beberapa bagaian, diantaranya pengklasifikasian

tanggapan responden, dan pembobotannya. Variabel store athmosphere akan

terungkap melalui jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang

diajukan pada kuesioner.

Untuk mengetahui gambaran mengenai variabel store athmosphere

tersebut maka dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Menentukan data terbesar dan data terkecil

Data terbesar = 100 x 5 (nilai maksimum) = 500

Data terkecil = 100 x 1 (nilai minimum) = 100

2. Menentukan jangakuan (R)

R = data terbesar-data terkecil

R = 500 - 100 = 400

3. Membuat panjang interval kelas (int)

4. Membuat tabel rentang klasifikasi

Untuk memudahkan penilaian dari jawaban responden maka dibuat kriteria


penilaian berdasarkan skor rata-rata sebagai berikut:

Tabel 4.5
Rentang Klasifikasi Variabel Store Athmosphere
Lebar Interval Kategori
100 - 180 Sangat Buruk
181 - 260 Buruk
261 - 340 Cukup Baik
341 - 420 Baik
421 - 500 Sangat baik
Sumber: data olahan, 2018
Pada variabel store athmosphere terdiri dari 24 pernyataan yang

digunakan untuk mengukur variabel store athmosphere yang dalam pengambilan

datanya menggunakan kuisioner. Indikator tersebut dituangkan kedalam item

pertanyaan untuk setiap indikator. Item-item pertanyaan untuk variabel store

athmosphere adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6
Tanggapan responden mengenai indikator bagian depan toko
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 5 5.0 5
Sangat Tidak Setuju
2 31 31.0 62
Tidak Setuju
3 18 18.0 54
Cukup Setuju
Cukup
4 38 38.0 152
Setuju
5 8 8.0 40
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 313

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 31 orang


(31%) menyatakan tidak setuju bahwa bagian depan One Eighty Coffee tetap

mempertahankan gaya bangunan lama. Namun ada pula responden yang

menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 5 orang (5%) terhadap pernyataan

tersebut. Dengan total skor sebesar 313 berada pada kategori cukup. Artinya

bahwa responden menilai bagian depan One Eighty Coffee Shop cukup baik

dalam mempertahankan gaya bangunan lama yang dibalut dengan nuansa

modern.

Tabel 4.7
Tanggapan responden mengenai indikator papan nama toko
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 1 1.0 1
Sangat Tidak Setuju
2 15 15.0 30
Tidak Setuju
3 45 45.0 135
Cukup Setuju
Cukup
4 25 25.0 100
Setuju
5 14 14.0 70
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 336

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 45 orang

(45%) menyatakan cukup setuju bahwa papan nama “One Eighty Coffee”

berukuran cukup besar dan mudah dilihat dari kejauhan. Namun ada pula
responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang (1%) terhadap

pernyataan tersebut. Dengan total skor sebesar 336 berada pada kategori cukup.

Artinya bahwa responden menilai papan nama One Eighty Coffee cukup besar

dan dapat dilihat dari kejauhan.

Tabel 4.8
Tanggapan responden mengenai indikator pintu masuk toko
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 2 2.0 2
Sangat Tidak Setuju
2 15 15.0 30
Tidak Setuju
3 44 44.0 132
Cukup Setuju
Cukup
4 35 35.0 140
Setuju
5 4 4.0 20
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 324

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 44 orang

(44%) menyatakan cukup setuju bahwa pintu masuk pada One Eighty Coffee

cukup besar sehingga tidak menyulitkan konsumen yang masuk dan keluar.

Namun ada pula responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 2

orang (2%) terhadap pernyataan tersebut. Dengan total skor sebesar 324 berada

pada kategori cukup. Artinya bahwa responden menilai pintu masuk pada One

Eighty Cofee berukuran cukup besar dan luas sehingga tidak menyulitkan

konsumen yang keluar masuk toko .

Tabel 4.9
Tanggapan responden mengenai indikator tampilan pajangan
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 2 2.0 2
Sangat Tidak Setuju
2 10 10.0 20
Tidak Setuju
3 36 36.0 108
Cukup Setuju
Baik
4 37 37.0 148
Setuju
5 15 15.0 75
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 353

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 37 orang

(37%) menyatakan setuju bahwa tampilan pajangan pada One Eighty Coffee

tertata secara rapih dan disusun dengan apik. Namun ada pula responden yang

menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 2 orang (2%) terhadap pernyataan

tersebut. Dengan total skor sebesar 353 berada pada kategori baik. Artinya bahwa

responden menilai pajangan yang ada di One Eighty Coffee tersusun secara rapih

dan tersusun dengan apik sehingga menarik bagi konsumen.

Tabel 4.10
Tanggapan responden mengenai indikatortoko dan area sekitar
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 1 1.0 1 Baik
Sangat Tidak Setuju
2 21 21.0 42
Tidak Setuju
3 28 28.0 84
Cukup Setuju
4 33 33.0 132
Setuju
Sangat Setuju 5 17 17.0 85
Jumlah 100 100.0 344

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 33 orang

(33%) menyatakan setuju bahwa One Eighty Coffee menyediakan area khusus

konsumen untuk berfoto atau selfie. Namun ada pula responden yang menyatakan

sangat tidak setuju sebanyak 1 orang (1%) terhadap pernyataan tersebut. Dengan

total skor sebesar 344 berada pada kategori baik. Artinya bahwa responden

menilai One Eighty Cofee Shop sudah baik dengan menyediakan beberapa spot

atau tempat khusus bagi konsumen dapat berfoto-foto.

Tabel 4.11
Tanggapan responden mengenai indikator fasilitas tempat parkir
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 13 13.0 13
Sangat Tidak Setuju
2 38 38.0 76
Tidak Setuju
3 37 37.0 111
Cukup Setuju
Buruk
4 7 7.0 28
Setuju
5 5 5.0 25
Sangat Setuju
Jumlah 100 0 253

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 38 orang

(38%) menyatakan tidak setuju bahwa One Eighty Coffee menyediakan fasilitas
parkir yang luas. Namun ada pula responden yang menyatakan sangat setuju

sebanyak 5 orang (5%) terhadap pernyataan tersebut. Dengan total skor sebesar

353 berada pada kategori buruk. Artinya bahwa responden menilai lahan parkir

yang disediakan oleh One Eighty Coffee Shop masih kurang memadai karena

lahan parkir yang sempit membuat konsumen terkadang memarkir kendaraannya

cukup jauh dari lokasi.

Tabel 4.12
Tanggapan responden mengenai indikator jenis lantai
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 2 2.0 2
Sangat Tidak Setuju
2 18 18.0 36
Tidak Setuju
3 44 44.0 132
Cukup Setuju
Cukup
4 22 22.0 88
Setuju
5 14 14.0 70
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 328

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 44 orang

(44%) menyatakan cukup setuju bahwa lantai yang digunakan pada One Eighty

Coffee berjenis lantai keramik. Namun ada pula responden yang menyatakan
sangat tidak setuju sebanyak 2 orang (2%) terhadap pernyataan tersebut. Dengan

total skor sebesar 328 berada pada kategori cukup. Artinya bahwa responden

menilai pilihan jeis lantai yang digunakan One Eighty Cofee terbuat dari bahan

keramik yang mudah dalam perawatannya.

Tabel 4.13
Tanggapan responden mengenai indikator warna dan pencahayaan
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 0 0.0 0
Sangat Tidak Setuju
2 6 6.0 12
Tidak Setuju
3 20 20.0 60
Cukup Setuju
Baik
4 61 61.0 244
Setuju
5 13 13.0 65
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 381

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 61 orang

(61%) menyatakan setuju bahwa pencahayaan dan warna lampu yang digunakan

One Eighty Coffee sudah cukup nyaman karena tidak membuat mata silau..

Namun ada pula responden yang menyatakan tidak setuju sebanyak 6 orang (6%)

terhadap pernyataan tersebut. Dengan total skor sebesar 381 berada pada kategori

baik. Artinya bahwa responden menilaiwarna dan pencahayaan yang digunakan

One Eighty Coffee tidak membuat mata konsumen silau.

Tabel 4.14
Tanggapan responden mengenai indikator Aroma dan Musik
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 1 1.0 1
Sangat Tidak Setuju
2 20 20.0 40
Tidak Setuju
3 60 60.0 180
Cukup Setuju
Cukup
4 10 10.0 40
Setuju
5 9 9.0 45
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 306

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 60 orang

(60%) menyatakan cukup setuju bahwa aroma dan musik yang diputar membuat

konsumen merasa nyaman berada didalam ruangan. Namun ada pula responden

yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang (1%) terhadap pernyataan

tersebut. Dengan total skor sebesar 306 berada pada kategori cukup. Artinya

bahwa responden menilai aroma didalam ruangan membuat nyaman konsumen

begitu pula musik yang diputar oleh One Eighty Coffee dengan volume yang

kecil sehingga tidak membuat bising didalam ruangan.

Tabel 4.15
Tanggapan responden mengenai indikator perabot toko
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 4 4.0 4 Baik
Sangat Tidak Setuju
2 2 2.0 4
Tidak Setuju
3 18 18.0 54
Cukup Setuju
Setuju 4 55 55.0 220
5 21 21.0 105
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 387

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 55 orang

(55%) menyatakan setuju bahwa perabot seperti kursi, meja, gelas, piring dll

yang ada di One Eighty Coffee disusun secara rapi . Namun ada pula responden

yang menyatakan tidak setuju sebanyak 2 orang (2%) terhadap pernyataan

tersebut. Dengan total skor sebesar 387 berada pada kategori baik. Artinya bahwa

responden menilai perabot yang ada didalam toko sperti kursi, meja disusun

secara rapih sehingga enak dilihat oleh konsumen.

Tabel 4.16
Tanggapan responden mengenai indikator tekstur dinding
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 4 4.0 4
Sangat Tidak Setuju
2 2 2.0 4
Tidak Setuju
3 16 16.0 48
Cukup Setuju
Baik
4 46 46.0 184
Setuju
5 32 32.0 160
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 400

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.16 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 46 orang

(46%) menyatakan setuju bahwa teksur pada dinding One Eighty Coffee di
dominasi dengan dekorasi dinding bata yang dikombinasikan dengan cat putih..

Namun ada pula responden yang menyatakan tidak setuju sebanyak 2 orang (2%)

terhadap pernyataan tersebut. Dengan total skor sebesar 400 berada pada kategori

baik. Artinya bahwa responden menilai pemilihan tekstrur dinding berupa

dekorasi bata merah yang dikombinasikan dengan cat putih membuat kesan

santai didalam toko.

Tabel 4.17
Tanggapan responden mengenai indikator suhu udara
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 3 3.0 3
Sangat Tidak Setuju
2 8 8.0 16
Tidak Setuju
3 30 30.0 90
Cukup Setuju
Baik
4 39 39.0 156
Setuju
5 20 20.0 100
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 365

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.17 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 39 orang

(39%) menyatakan setuju bahwa suhu didalam One Eighty Coffee tidak terlalu

dingin disesuaikan dengan lingkungan sekitarnya Namun ada pula responden

yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 3 orang (3%) terhadap pernyataan

tersebut. Dengan total skor sebesar 365 berada pada kategori baik. Artinya bahwa

responden menilai suhu udara didalam ruangan tidak terlalu dingin dan

disesuaikan dengan kondisi cuaca diluar ruangan.


Tabel 4.18
Tanggapan responden mengenai indikator lorong ruangan
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 4 4.0 4
Sangat Tidak Setuju
2 14 14.0 28
Tidak Setuju
3 42 42.0 126
Cukup Setuju
Cukup
4 28 28.0 112
Setuju
5 12 12.0 60
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 330

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.18 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 42 orang

(42%) menyatakan cukup setuju bahwa lorong antar ruangan pada One Eighty

Coffee sangat luas sehingga lalu lintas didalam cafe tidak terganggu. Namun ada

pula responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 4 orang (4%)

terhadap pernyataan tersebut. Dengan total skor sebesar 330 berada pada kategori

cukup. Artinya bahwa responden menilai lorong antar ruangan didalam toko

dibuat cukup luas agar pergerakan lalu lintas didalam toko tidak sempit.

Tabel 4.19
Tanggapan responden mengenai indikator alat transportasi antar lantai
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 3 3.0 3 Cukup
Sangat Tidak Setuju
2 20 20.0 40
Tidak Setuju
3 48 48.0 144
Cukup Setuju
4 20 20.0 80
Setuju
Sangat Setuju 5 9 9.0 45
Jumlah 100 100.0 312

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.19 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 48 orang

(48%) menyatakan cukup setuju bahwa pada One Eighty Coffee terdapat tangga

yang menghubungkan setiap lantai . Namun ada pula responden yang

menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 3 orang (3%) terhadap pernyataan

tersebut. Dengan total skor sebesar 312 berada pada kategori cukup. Artinya

bahwa responden menilai untuk akses antara lantai didalam One Eighty Coffee

terdapat tangga yang menghubungkan antara lantai.

Tabel 4.20
Tanggapan responden mengenai indikator karyawan toko
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 2 2.0 2
Sangat Tidak Setuju
2 30 30.0 60
Tidak Setuju
3 27 27.0 81
Cukup Setuju
Cukup
4 31 31.0 124
Setuju
5 10 10.0 50
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 317

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.20 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 31 orang


(31%) menyatakan setuju bahwa karyawan One Eighty Coffee berpenampilan

bersih dan menarik. Namun ada pula responden yang menyatakan sangat tidak

setuju sebanyak 2 orang (2%) terhadap pernyataan tersebut. Dengan total skor

sebesar 317 berada pada kategori cukup. Artinya bahwa responden menilai

penampilan karyawan di One Eighty Coffee sudah cukup baik dengan penampilan

yang bersih dan menarik.

Tabel 4.21
Tanggapan responden mengenai indikator teknologi
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 0 0.0 0
Sangat Tidak Setuju
2 39 39.0 78
Tidak Setuju
3 37 37.0 111
Cukup Setuju
Cukup
4 14 14.0 56
Setuju
5 10 10.0 50
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 295

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.21 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 39 orang

(39%) menyatakan tidak setuju bahwa One Eighty Coffee menyediakan wifi bagi

konsumen yang membutuhkan. Namun ada pula responden yang menyatakan

sangat setuju sebanyak 10 orang (10%) terhadap pernyataan tersebut. Dengan

total skor sebesar 295 berada pada kategori cukup. Artinya bahwa responden

menilai One Eighty Coffee sudah cukup baik dengan menyediakan wifi gratis

bagi konsumen yang membutuhkan.


Tabel 4.22
Tanggapan responden mengenai indikator kebersihan
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 0 0.0 0
Sangat Tidak Setuju
2 14 14.0 28
Tidak Setuju
3 9 9.0 27
Cukup Setuju
Baik
4 55 55.0 220
Setuju
5 22 22.0 110
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 385

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.22 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 55 orang

(55%) menyatakan setuju bahwa kebersihan didalam ruangan maupun fasilitas

wc One Eighty Coffee sangat bersih. Namun ada pula responden yang

menyatakan cukup setuju sebanyak 9 orang (9%) terhadap pernyataan tersebut.

Dengan total skor sebesar 385 berada pada kategori baik. Artinya bahwa

responden menilai kebersihan didalam ruangan dinilai sudah cukup baik dengan

waiter selalu sigap dalam membersihkan meja yang sudah selesai digunakan.

Tabel 4.23
Tanggapan responden mengenai indikator kelengkapan petunjuk ruangan
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 0 0.0 0 Cukup
Sangat Tidak Setuju
2 42 42.0 84
Tidak Setuju
Cukup Setuju 3 9 9.0 27
4 37 37.0 148
Setuju
5 12 12.0 60
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 319

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.23 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 42 orang

(42%) menyatakan tidak setuju bahwa pada One Eighty Coffee disediakan

petunjuk ruangan agar memudahkan konsumen . Namun ada pula responden yang

menyatakan cukup setuju sebanyak 9 orang (9%) terhadap pernyataan tersebut.

Dengan total skor sebesar 319 berada pada kategori cukup. Artinya bahwa

responden menilai One Eighty Coffee sudah cukup baik dengan menyediakan

petunjuk ruangan agar memudahkan konsumen .

Tabel 4.24
Tanggapan responden mengenai indikator ruang tunggu yang nyaman
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 10 10.0 10
Sangat Tidak Setuju
2 38 38.0 76
Tidak Setuju
3 40 40.0 120
Cukup Setuju
Buruk
4 7 7.0 28
Setuju
5 5 5.0 25
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 259

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.24 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 40 orang


(40%) menyatakan cukup setuju bahwaOne Eighty Coffee menyediakan ruang

tunggu yang nyaman bagi konsumen. Namun ada pula responden yang

menyatakan sangat setuju sebanyak 5 orang (5%) terhadap pernyataan tersebut.

Dengan total skor sebesar 259 berada pada kategori buruk.. Artinya bahwa

responden menilai One Eighty Coffee masih buruk didalam menyediakan ruang

tunggu yang dikhuusukan bagi konsumen apabila terdapat waiting list.

Tabel 4.25
Tanggapan responden mengenai indikator tempat duduk dan meja yang
tertata rapih
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 4 4.0 4
Sangat Tidak Setuju
2 25 25.0 50
Tidak Setuju
3 48 48.0 144
Cukup Setuju
Cukup
4 17 17.0 68
Setuju
5 6 6.0 30
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 296

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 48 orang (48%)

menyatakan cukup setuju bahwa kursi dan meja yang terdapat di One Eighty

Coffee tertata rapih. Namun ada pula responden yang menyatakan sangat tidak

setuju sebanyak 4 orang (4%) terhadap pernyataan tersebut. Dengan total skor

sebesar 296 berada pada kategori cukup. Artinya bahwa responden menilai

susunan kursi dan meja yang ada di One Eighty Coffee sudah cukup baik dalam

penyusunannya.
Tabel 4.26
Tanggapan responden mengenai indikator fasilitas didalam ruang yang
lengkap
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 1 1.0 1
Sangat Tidak Setuju
2 15 15.0 30
Tidak Setuju
3 43 43.0 129
Cukup Setuju
Cukup
4 30 30.0 120
Setuju
5 11 11.0 55
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 335

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.26 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 43 orang

(43%) menyatakan cukup setuju bahwa One Eighty Coffee menyedikan fasilitas

WC, ruang menyusui, mushola yang cukup lengkap. Namun ada pula responden

yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang (1%) terhadap pernyataan

tersebut. Dengan total skor sebesar 335 berada pada kategori cukup. Artinya

bahwa responden menilai fasilitas yang ada didalam ruangan One Eighty Coffee

sduah cukup lengkap dengan adanya mushola, CCTV, toilet, wastafel.

Tabel 4.27
Tanggapan responden mengenai indikator penataan pajangan toko yang
menarik
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 2 2.0 2 Baik
Sangat Tidak Setuju
2 5 5.0 10
Tidak Setuju
Cukup Setuju 3 12 12.0 36
4 53 53.0 212
Setuju
5 28 28.0 140
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 400

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.27 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 53 orang

(53%) menyatakan setuju bahwa pajangan pada One Eighty Coffee dibuat

semenarik mungkin . Namun ada pula responden yang menyatakan sangat tidak

setuju sebanyak 2 orang (2%) terhadap pernyataan tersebut. Dengan total skor

sebesar 400 berada pada kategori baik. Artinya bahwa responden menilai

penataan pajangan yang ada didalam One Eighty Cofee sudah baik dalam

penyusunannya.

Tabel 4.28
Tanggapan responden mengenai indikator penempatan display yang
menarik
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 2 2.0 2
Sangat Tidak Setuju
2 24 24.0 48
Tidak Setuju
3 34 34.0 102
Cukup Setuju
Cukup
4 23 23.0 92
Setuju
5 17 17.0 85
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 329

Sumber: Kuesioner diolah 2018


Dari Tabel 4.28 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 34 orang

(34%) menyatakan cukup setuju bahwa display yang dipajang pada One Eighty

Coffee sesuai dalam penempatannya . Namun ada pula responden yang

menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 2 orang (2%) terhadap pernyataan

tersebut. Dengan total skor sebesar 329 berada pada kategori cukup. Artinya

bahwa responden menilai display yang ada didalam toko sudah cukup baik dalam

menarik perhatian konsumen yang datang ke One Eighty Coffee.

Tabel 4.29
Tanggapan responden mengenai indikator kerapihan display toko
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 3 3.0 3
Sangat Tidak Setuju
2 20 20.0 40
Tidak Setuju
3 44 44.0 132
Cukup Setuju
Cukup
4 18 18.0 72
Setuju
5 15 15.0 75
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 322

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.29 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 44 orang

(44%) menyatakan cukup setuju bahwa kebersihan display pada One Eighty

Coffee selalu terjaga . Namun ada pula responden yang menyatakan sangat tidak

setuju sebanyak 3 orang (3%) terhadap pernyataan tersebut. Dengan total skor

sebesar 322 berada pada kategori cukup. Artinya bahwa responden menilai One

Eighty Coffee sangat menjaga kebersihan dan kerapihan display yang ada

didalam toko.
Tabel. 4.30
Total Pembobotan Variabel Store Athmosphere (X1)
No Pernyataan Skor Skor Presentase Kategori
Aktual Ideal (%)
1. Bagian depan One Eighty
Coffee tetap
313 62,6%
500 Cukup
mempertahankan gaya
bangunan lama
2. Papan nama “One Eighty
Coffee” berukuran cukup
336 67,2%
500 Cukup
besar dan mudah dilihat dari
kejauhan
3. Pintu masuk pada One
Eighty Coffee cukup besar
sehingga tidak menyulitkan 324 64,8%
500 Cukup
konsumen yang masuk dan
keluar
4. Tampilan pajangan pada
One Eighty Coffee tertata
353 70,6%
500 Baik
secara rapih dan disusun
dengan apik
5. One Eighty Coffee
menyediakan area khusus
344 68,8%
500 Baik
konsumen untuk berfoto
atau selfie
6. One Eighty Coffee
menyediakan fasilitas parkir 253 50,6%
500 Buruk
yang luas
7. Lantai yang digunakan pada 328 500 65,6% Cukup
One Eighty Coffee berjenis
lantai keramik
8. Pencahayaan dan warna
lampu yang digunakan One
Eighty Coffee sudah cukup 381 76,2%
500 Baik
nyaman karena tidak
membuat mata silau.
9. Aroma dan musik yang
diputar membuat konsumen
306 61,2%
500 Cukup
merasa nyaman berada
didalam ruangan
10. Perabot seperti kursi, meja,
gelas, piring dll yang ada di
387 77,4%
500 Baik
One Eighty Coffee disusun
secara rapi
11. Teksur pada dinding One
Eighty Coffee di dominasi
dengan dekorasi dinding 400 80,0%
500 Baik
bata yang dikombinasikan
dengan cat putih
12. Suhu didalam One Eighty
Coffee tidak terlalu dingin
365 73,0%
500 Baik
disesuaikan dengan
lingkungan sekitarnya
13. Lorong antar ruangan pada
One Eighty Coffee sangat
luas sehingga lalu lintas 330 66,0%
500 Cukup
didalam cafe tidak
terganggu
14. Pada One Eighty Coffee 312 500 62,4% Cukup
terdapat tangga yang
menghubungkan setiap
lantai
15. Karyawan One Eighty
Coffee berpenampilan 317 63,4%
500 Cukup
bersih dan menarik
16. One Eighty Coffee
menyediakan wifi bagi
295 59,0%
500 Cukup
konsumen yang
membutuhkan
17. Kebersihan didalam
ruangan maupun fasilitas wc
385 77,0%
500 Baik
One Eighty Coffee sangat
bersih
18. Pada One Eighty Coffee
disediakan petunjuk
319 63,8%
500 Cukup
ruangan agar memudahkan
konsumen
19. One Eighty Coffee
menyediakan ruang tunggu
259 51,8%
500 Buruk
yang nyaman bagi
konsumen
20. Kursi dan meja yang
terdapat di One Eighty 296 59,2%
500 Cukup
Coffee tertata rapih
21. One Eighty Coffee
menyedikan fasilitas WC,
335 67,0%
500 Cukup
ruang menyusui, mushola
yang cukup lengkap
22. Pajangan pada One Eighty
Coffee dibuat semenarik 400 80,0%
500 Baik
mungkin
23. Display yang dipajang pada 329 500 65,8% Cukup
One Eighty Coffee sesuai
dalam penempatannya
24. Kebersihan display pada
One Eighty Coffee selalu 322 64,4%
500 Cukup
terjaga
7989
Total
332,9
Rata-rata 66,6% Cukup
Sumber: Kuesioner diolah 2018

Berdasarkan Tabel 4.30 diatas menunjukan bahwa rata-rata item pada

variabel store athmosphere berada pada kategori “Cukup” yang ditunjukan pada

rata-rata bobot sebesar 332,9 dari total bobotnya sebesar 7989. Untuk mencari

bagaimana tanggapan responden terhadap variabel store athmosphere, maka

dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Nilai tanggapan responden sebesar 66,6% bila merujuk pada perhitungan

kategori masuk kedalam kategori cukup.

332,9(66,6%)

Sangat Tidak CukupB SangatB


Tidak Baik Baik aik Baik aik

100 180 260 340 420 500

Gambar 4.4

Garis Kontinum Variabel Store Athmosphere (X1)


Berdasarkan garis kontinum diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

secara keseluruhan tanggapan responden tentang variabel store athmosphere

menghasilkan total skor sebesar 332,9 yang berada dalam kategori “cukup”.

Maka dapat disimpulkan bahwa secara store athmosphere pada One Eighty Cofee

sudah cukup baik , namun masih terdapat kekurangan pada lahan parkir yang

dinilai konsumen kurang memadai karena terlalu sempit dan sering terjadi

kemacetan disekitar cafe selain itu tidak tersediannya ruangan tunggu yang

nyaman bagi konsumen.

4.2.2 Tanggapan Responden Mengenai Harga pada One Eighty Coffee

Shop Bandung.

Berdasarkan data yang telah terkumpul dari lapangan untuk tahap

selanjutnya adalah menganalisa tanggapan dari responden. Dari tahapan ini juga

digolongkan ke dalam beberapa bagian, diantaranya pengklasifikasian tanggapan

responden, dan pembobotannya. Variabel harga akan terungkap melalui jawaban

responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan pada kuesioner.

Untuk mengetahui gambaran mengenai variabel harga, maka dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

1. Menentukan data terbesar dan data terkecil

Data terbesar = 100 x 5 (nilai maksimum) = 500

Data terkecil = 100 x 1 (nilai minimum) = 100


2. Menentukan jangakuan (R)

R = data terbesar-data terkecil

R = 500 - 100 = 400

3. Membuat panjang interval kelas (int)

4. Membuat tabel rentang klasifikasi

Untuk memudahkan penilaian dari jawaban responden maka dibuat kriteria

penilaian berdasarkan skor rata-rata sebagai berikut:

Tabel 4.31
Rentang Klasifikasi Variabel Harga
Lebar Interval Kategori
100 - 180 Sangat Buruk
181 - 260 Buruk
261 - 340 Cukup Baik
341 - 420 Baik
421 - 500 Sangat baik
Sumber: data olahan, 2018
Pada variabel harga terdiri dari 8 pernyataan yang digunakan untuk

mengukur variabel harga yang dalam pengambilan datanya menggunakan

kuisioner. Indikator tersebut dituangkan kedalam item pertanyaan untuk setiap

indikator. Item-item pertanyaan untuk variabel harga adalah sebagai berikut:

Tabel 4.32
Tanggapan responden mengenai indikator keterjangkauan harga
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 2 2.0 2
Sangat Tidak Setuju
2 5 5.0 10
Tidak Setuju
3 10 10.0 30
Cukup Setuju
Baik
4 58 58.0 232
Setuju
5 25 25.0 125
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 399

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.32 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden

sebanyak 58 orang (58%) menyatakan setuju bahwa harga makanan dan

minuman yang ditawarkan One Eighty Coffee Shop masih terjangkau oleh banyak

kalangan masyarakat. Namun ada pula responden yang menyatakan sangat tidak

setuju sebanyak 2 orang (2%) terhadap pernyataan tersebut. Dengan total skor

sebesar 399 berada pada kategori baik. Artinya bahwa responden menilai harga

yang ditawarkan oleh One Eighty Coffee Shop masih dapat dijangkau.

Tabel 4.33
Tanggapan responden mengenai indikator kesesuaian harga dengan kualitas
produk
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 2 2.0 2 Baik
Sangat Tidak Setuju
2 4 4.0 8
Tidak Setuju
3 9 9.0 27
Cukup Setuju
4 62 62.0 248
Setuju
Sangat Setuju 5 23 23.0 115
Jumlah 100 100.0 400

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.33 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 62 orang

(62%) menyatakan cukup setuju bahwa harga makanan maupun minuman yang

ditawarkan one eightycoffee sesuai dengan cita rasa produk yang enak. Namun

ada pula responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 2 orang (2%)

terhadap pernyataan tersebut. Dengan total skor sebesar 400 berada pada kategori

baik. Artinya bahwa responden menilai harga yang ditawarkan oleh One Eighty

Coffee Shop sudah sesuai dengan kualitas produk yang diberikan.

Tabel 4.34
Tanggapan responden mengenai indikator kesesuaian harga dengan
manfaat
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 7 7.0 7
Sangat Tidak Setuju
2 34 34.0 68
Tidak Setuju
3 39 39.0 117
Cukup Setuju
Cukup
4 11 11.0 44
Setuju
5 9 9.0 45
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 281

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.34 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 39 orang

(39%) menyatakan cukup setuju bahwa harga makanan dan minuman yang
ditawarkan one eighty coffee sesuai dengan manfaat yang didapatkkan seperti

dapat memenuhi kepuasan penikmat cofee. Namun ada pula responden yang

menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 7 orang (7%) terhadap pernyataan

tersebut. Dengan total skor sebesar 281 berada pada kategori cukup baik. Artinya

bahwa responden menilai harga yang ditawarkan oleh One Eighty Coffee Shop

sudah cukup sesuai dengan manfaat yang akan didapatkan konsumen.

Tabel 4.35
Tanggapan responden mengenai indikator daya saing harga
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 3 3.0 3
Sangat Tidak Setuju
2 18 18.0 36
Tidak Setuju
3 41 41.0 123
Cukup Setuju
Cukup
4 22 22.0 88
Setuju
5 16 16.0 80
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 330

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.35 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 41 orang

(41%) menyatakan cukup setuju bahwa harga makanan dan minuman yang

ditawarkan mampu bersaing dengan coffee shop yang lainnya.. Namun ada pula

responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 3 orang (3%) terhadap

pernyataan tersebut. Dengan total skor sebesar 330 berada pada kategori cukup.

Artinya bahwa responden menilai harga yang ditawarkan One Eighty Coffee Shop

cukup dapat bersaing dengan coffee shop lainnya yang menawarkan produk yang

sama.
Tabel. 4.36
Total Pembobotan Variabel Harga (X2)
No Pernyataan Skor Skor Presentase Kategori
Aktual Ideal (%)
1 Harga makanan maupun
minuman yang ditawarkan
oleh one eighty coffee masih 399 500 79,8% Baik
terjangkau oleh banyak
kalangan masyarakat.
2 Harga makanan maupun
minuman yang ditawarkan
one eightycoffee sesuai 400 500 80% Baik
dengan cita rasa produk
yang enak.
3 Harga makanan dan
minuman yang ditawarkan
one eighty coffee sesuai
dengan manfaat yang 281 500 56,2% Cukup
didapatkkan seperti dapat
memenuhi kepuasan
penikmat cofee.
4 Harga makanan dan
minuman yang ditawarkan
330 500 66% Cukup
mampu bersaing dengan
coffee shop yang lainnya.
Total 1410
Rata-rata 352,5 70,5% Baik
Sumber: Kuesioner diolah 2018

Berdasarkan Tabel 4.36 diatas menunjukan bahwa rata-rata item pada

variabel harga berada pada kategori “Baik” yang ditunjukan pada rata-rata bobot
sebesar 352,5 dari total bobotnya sebesar 1410. Untuk mencari bagaimana

tanggapan responden terhadap variabel harga, maka dapat dilakukan perhitungan

sebagai berikut :

Nilai tanggapan responden sebesar 70,5% bila merujuk pada perhitungan

kategori masuk kedalam kategori baik.

352,5 (70,5%)

Sangat Tidak CukupB SangatB


Tidak Baik Baik aik Baik aik

100 180 260 340 420 500

Gambar 4.4

Garis Kontinum Variabel Harga (X2)

Berdasarkan garis kontinum diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

secara keseluruhan tanggapan responden tentang variabel harga menghasilkan

rata-rata dari sebesar 352,5 yang berada dalam kategori “baik”. Walaupun sudah

dinilai baik, namun maih terdapat kekurangan pada indikator kesesuaian harga

dengan manfaat dan daya saing harga.

4.2.3 Tanggapan Responden Mengenai Keputusan Pembelian pada One


Eighty Coffee Shop Bandung.

Berdasarkan data yang telah terkumpul dari lapangan untuk tahap

selanjutnya adalah menganalisa tanggapan dari responden. Dari tahapan ini juga

digolongkan ke dalam beberapa bagian, diantaranya pengklasifikasian tanggapan

responden, dan pembobotannya. Variabel keputusan pembelian akan terungkap

melalui jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan pada

kuesioner.

Untuk mengetahui gambaran mengenai variabel keputusan pembelian,

maka dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Menentukan data terbesar dan data terkecil

Data terbesar = 100 x 5 (nilai maksimum) = 500

Data terkecil = 100 x 1 (nilai minimum) = 100

2. Menentukan jangakuan (R)

R = data terbesar-data terkecil

R = 500 - 100 = 400

3. Membuat panjang interval kelas (int)

4. Membuat tabel rentang klasifikasi

Untuk memudahkan penilaian dari jawaban responden maka dibuat kriteria

penilaian berdasarkan skor rata-rata sebagai berikut:

Tabel 4.37
Rentang Klasifikasi Variabel Keputusan Pembelian
Lebar Interval Kategori
100 - 180 Sangat Buruk
181 - 260 Buruk
261 - 340 Cukup Baik
341 - 420 Baik
421 - 500 Sangat baik
Sumber: data olahan, 2018
Pada variabel keputusan pembelian terdiri dari 6 pernyataan yang

digunakan untuk mengukur variabel keputusan pembelian yang dalam

pengambilan datanya menggunakan kuisioner. Indikator tersebut dituangkan

kedalam item pertanyaan untuk setiap indikator. Item-item pertanyaan untuk

variabel keputusan pembelian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.38
Tanggapan responden mengenai indikator pilihan produk
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 4 4.0 4
Sangat Tidak Setuju
2 34 34.0 68
Tidak Setuju
3 26 26.0 78
Cukup Setuju
Cukup
4 26 26.0 104
Setuju
5 10 10.0 50
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 304

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.38 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 34 orang

(34%) menyatakan tidak setuju bahwa memutuskan melakukan pembelian pada

One Eighty Coffee karena tersediaannya beragam pilihan produk bagi konsumen
seperti masakan barat maupun asia, beragam pilihan jus buah segar, coffee,

desert, dll. Namun ada pula responden yang menyatakan sangat tidak setuju

sebanyak 4 orang (4%) terhadap pernyataan tersebut. Dengan total skor sebesar

304 berada pada kategori cukup. Artinya bahwa responden menilai keputusannya

untuk melakukan pembelian pada one eighty coffee didasarkan pada cukup

banyaknya pilihan menu makanan dan minuman yang ditawarkan.

Tabel 4.39
Tanggapan responden mengenai indikator pilihan merek
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 0 0.0 0
Sangat Tidak Setuju
2 39 39.0 78
Tidak Setuju
3 37 37.0 111
Cukup Setuju
Cukup
4 14 14.0 56
Setuju
5 10 10.0 50
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 295

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.39 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 39 orang

(39%) menyatakan tidak setuju bahwa memutuskan melakukan pembelian pada

One Eighty Coffee merupakan salah satu merek coffee shop terkenal yang ada di

Kota Bandung. Namun ada pula responden yang menyatakan sangat setuju

sebanyak 10 orang (10%) terhadap pernyataan tersebut. Dengan total skor sebesar
295 berada pada kategori cukup. Artinya bahwa responden menilai memutuskan

untuk melakukan pembelian pada one eighty coffee shop karena merek yang

cukup terkenal di kalangan anak muda Bandung

Tabel 4.40
Tanggapan responden mengenai indikator pilihan penyalur
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 0 0.0 0
Sangat Tidak Setuju
2 35 35.0 70
Tidak Setuju
3 34 34.0 102
Cukup Setuju
Cukup
4 26 26.0 104
Setuju
5 5 5.0 25
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 301

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.41 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 35 orang

(35%) menyatakan tidak setuju bahwa memutuskan melakukan pembelian pada

One Eighty Coffee karena lokasi yang mudah dijangkau serta banyak dilalui

kendaraan mobil maupun motor. Namun ada pula responden yang menyatakan

sangat setuju sebanyak 5 orang (5%) terhadap pernyataan tersebut. Dengan total

skor sebesar 301 berada pada kategori cukup. Artinya bahwa responden menilai

keputusan untuk melakukan pembelian pada one eighty coffee shop karena

lokasinya yang cukup mudah dijangkau serta banyak dilalui kendaraan baik

motor maupun mobil.

Tabel 4.42
Tanggapan responden mengenai indikator waktu pembelian
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 0 0.0 0
Sangat Tidak Setuju
2 42 42.0 84
Tidak Setuju
3 9 9.0 27
Cukup Setuju
Cukup
4 37 37.0 148
Setuju
5 12 12.0 60
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 319

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.42 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 42 orang

(42%) menyatakan tidak setuju bahwa rutin dalam seminggu sekali mengunjungi

One Eighty Coffee untuk sekedar nongrong atau minum kopi. Namun ada pula

responden yang menyatakan cukup setuju sebanyak 9 orang (9%) terhadap

pernyataan tersebut. Dengan total skor sebesar 319 berada pada kategori cukup.

Artinya bahwa responden menilai waktu pembelian pada one eighty coffee shop

tidak dapat ditentukan..

Tabel 4.43
Tanggapan responden mengenai indikator jumlah pembelian
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 1 1.0 1
Sangat Tidak Setuju
2 13 13.0 26
Tidak Setuju
3 28 28.0 84
Cukup Setuju
Baik
4 40 40.0 160
Setuju
5 18 18.0 90
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 361
Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.43 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 40 orang

(40%) menyatakan setuju bahwa hanya memesan 1 jenis makanan dan minuman

pada One Eighty Coffee. Namun ada pula responden yang menyatakan sangat

tidak setuju sebanyak 1 orang (1%) terhadap pernyataan tersebut. Dengan total

skor sebesar 361 berada pada kategori baik. Artinya bahwa responden menilai

ketika berada di one eighty coffee shop hanya akan memilih satu pilihan makanan

dan satu jenis minuman.

Tabel 4.44
Tanggapan responden mengenai indikator metode pembayaran
Jawaban Presentase
Skor Jumlah Skor Kategori
Responden (%)
1 3 3.0 3
Sangat Tidak Setuju
2 4 4.0 8
Tidak Setuju
3 23 23.0 69
Cukup Setuju
Baik
4 42 42.0 168
Setuju
5 28 28.0 140
Sangat Setuju
Jumlah 100 100.0 388

Sumber: Kuesioner diolah 2018

Dari Tabel 4.44 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden 42 orang

(42%) menyatakan setuju bahwa memilih membayar secara cash ketika

mengunjungi One Eighty Coffee daripada menggunakan kartu. Namun ada pula

responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 3 orang (3%) terhadap

pernyataan tersebut. Dengan total skor sebesar 388 berada pada kategori baik.

Artinya bahwa responden menilai lebih memilih membayar secara tunai atau
cash dibanding dengan kartu yang dinilai lebih praktis.

Tabel. 4.45
Total Pembobotan Variabel Keputusan Pembelian (Y)
No Pernyataan Skor Skor Presentase Kategori
Aktual Ideal (%)
1 Memutuskan melakukan
pembelian pada One Eighty
Coffee karena tersediaannya
beragam pilihan produk
304 500 60,8% Cukup
bagi konsumen seperti
masakan barat maupun asia,
beragam pilihan jus buah
segar, coffee, desert, dll.
2 Memutuskan melakukan
pembelian pada One Eighty
Coffee merupakan salah satu 295 500 59% Cukup
merek coffee shop terkenal
yang ada di Kota Bandung.
3 Memutuskan melakukan
pembelian pada One Eighty
Coffee karena lokasi yang
301 500 60,2% Cukup
mudah dijangkau serta
banyak dilalui kendaraan
mobil maupun motor.
4 Rutin dalam seminggu
sekali mengunjungi One
319 500 63,8% Cukup
Eighty Coffee untuk sekedar
nongrong atau minum kopi.
5 Hanya memesan 1 jenis 361 500 72,2% Baik
makanan dan minuman pada
One Eighty Coffee.
6 Memilih membayar secara
cash ketika mengunjungi
388 500 77,6% Baik
One Eighty Coffee daripada
menggunakan kartu.
Total 1968
Rata-rata 328 Cukup
Sumber: Kuesioner diolah 2018

Berdasarkan Tabel 4.45 diatas menunjukan bahwa rata-rata item pada

variabel keputusan pembelian berada pada kategori “Cukup” yang ditunjukan

pada rata-rata bobot sebesar 328 dari total bobotnya sebesar 1968. Untuk mencari

bagaimana tanggapan responden terhadap variabel keputusan pembelian, maka

dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Nilai tanggapan responden sebesar 65,6% bila merujuk pada perhitungan

kategori masuk kedalam kategori baik.

328 (65,6%)

Sangat Tidak CukupB SangatB


Tidak Baik Baik aik Baik aik

100 180 260 340 420 500

Gambar 4.4
Garis Kontinum Variabel Keputusan Pembelian(Y)

Berdasarkan garis kontinum diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

secara keseluruhan tanggapan responden tentang variabel keputusan pembelian

menghasilkan rata-rata sebesar 328 yang berada dalam kategori “cukup”. Secara

keseluruhan keputusan pembelian konsumen terhadap One Eighty Coffee Shop

dirasakan masih cukup/kurang baik terlihat dari indikator pilihan produk, pilihan

merek, pilihan penyalur dan waktu pembelian.

4.3 Analisis Verifikatif

4.3.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi regresi klasik dilakukan sebelum pengujian hipotesis, sehingga

model yang digunakan memiliki tingkat keabsyahan yang akurat. Uji asumsi

regresi klasik memiliki beberapa asumsi yang harus terpenuhi agar kesimpulan

dari hasil estimtimasi tidak bias, yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji

autokorelasi dan uji heteroskedastis.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang digunakan

dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya

terlah terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas

data dalam penelitian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian

normalitas data dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.46
Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 100
Mean 0E-7
Normal Parameters a,b
Std. Deviation 2.30307148
Absolute .086
Most Extreme
Positive .086
Differences
Negative -.062
Kolmogorov-Smirnov Z .863
Asymp. Sig. (2-tailed) .445
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan Tabel 4.46 menunjukkan bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed)

yaitu sebesar 0,445 > 0,05, yang berarti data yang digunakan berdistribusi

normal. Berikut hasil normal probability plot sesuai output yang dihasilkan :

Gambar 4.9
P-Plot Uji Normalitas
Gambar 4.9 Grafik normal probability plot diatas menunjukan bahwa
titik-titik (data residual) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal. Hasil tersebut menunjukan bahwa model regresi yang akan

dibentuk memiliki residual yang berdistribusi secara normal.

2. Uji Multikolinieritas

Multikoliniearitas berarti bahwa antara variabel bebas yang satu dengan

variabel bebas yang lain dalam model regresi saling berkorelasi linear. Uji ini

bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel bebas. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinear

menurut perhitungan yang dilakukan program SPSS dengan berpedoman bahwa

multikolinieritas dapat dilihat dari nilai toleransinya dan lawannya variance

inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan

adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF

< 10. Hasil uji multikolinieritas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.47
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
1 Store_Athmosphere .604 1.654
Harga .604 1.654
a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian

Berdasarkan Tabel 4.47 didapat nilai VIF untuk variabel store

athmosphere dan harga menghasilkan nilai tolerance value > 0,10 dan nilai VIF
lebih kecil dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat

multikolinieritas antar variabel independen dalam model yang digunakan.

3. Uji Autokorelasi

Cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan Durbin-Watson (DW). Hasil uji autokorelasi dapat dilihat

pada Tabel 4.48.

Tabel 4.48
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1.883
a. Predictors: (Constant), Store_Athmosphere, Harga
b. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian

Berdasarkan hasil hitung Durbin Watson sebesar 1,883 sedangkan dalam

tabel DW untuk k=2 dan N= 100 besarnya DW-tabel: dl (batas luar) = 1,6337; du

(batas dalam) = 1,7152; 4 – du = 2,2848; dan 4 – dl = 2,3663 maka dari

perhitungan disimpulkan bahwa DW-test berada di daerah no-auto correlation

atau (du < DW < 4-du) = 1,7152 < 1,883 < 2,2848, maka dapat dikatakan bahwa

data tersebut tidak terjadi autokorelasi (no autocorrelation) .

4. Uji Heterokedastisitas

Salah satu cara untuk mengatahui ada tidaknya heterokedastisitas dalam

suatu model regresi linier berganda adalah dengan melihat grafik scatterplot

antara nilai prediksi variabel terikat dengan residual error, jika ada pola tertentu
dan titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heterokedastisitas.

Gambar 4.10
Hasil Pengujian Heteroskedastis

Gambar 4.10 menunjukkan bahwa data tersebar secara acak dan tidak

membentuk suatu pola tertentu. Data tersebar baik di atas maupun di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat

heterokedastisitas dalam model regresi yang digunakan.

4.3.2 Transformasi MSI

Berikut hasil transformasi data dari ordinal ke interval sebagai berikut :


Tabel 4.49
Transformasi MSI

(Method of Success Interval)


Col Category Freq Prop Cum Density Z Scale
1 1 2 0.02 0.02 0.048418 -2.05375 1
2 17 0.17 0.19 0.271365 -0.8779 2.109453
3 22 0.22 0.41 0.388747 -0.22754 2.887354
4 37 0.37 0.78 0.296094 0.772193 3.671321
5 22 0.22 1 0 4.766787
Sumber : Pengolahan data, 2018

Hasil transformasi lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran.

4.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda dipilih untuk menganalisis pengajuan hipotesis

dalam penelitian ini. Berikut ini hasil analisis regresi berganda yang dilakukan

dengan menggunakan program SPSS 20.00 for Windows.

Tabel 4.50

Persamaan Regresi Linier Berganda

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) .506 1.785 .284 .777
1 Store_Athmosphere .264 .029 .838 9.101 .000
Harga .282 .091 .285 3.099 .003
a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian
Berdasarkan tabel 4.50, maka didapat bentuk model persamaan regresi

linier berganda sebagai berikut:

Y = 0,506+ 0,264 X1 + 0,282 X2

Interprestasi dari persamaan regresi linier berganda yang dihasilkan ini


adalah sebagai berikut:

1. Nilai konstanta adalah 0,506 artinya tanpa adanya pengaruh store

athmosphere dan harga, maka keputusan pembelian sudah ada sebesar 0,506

satuan.

2. Nilai koefisien regresi store athmosphere adalah 0,264 artinya setiap

peningkatan 1 satuan store athmosphere, maka keputusan pembelian

meningkat 0,264 satuan dengan asumsinya adalah variabel lain bernilai tetap

atau tidak mengalami perubahan.

3. Nilai koefisien regresi harga adalah 0,282 artinya setiap peningkatan 1 satuan

harga, maka keputusan pembelian meningkat 0,282 satuan dengan asumsinya

adalah variabel lain bernilai tetap atau tidak mengalami perubahan.

4.3.4 Koefisien Determinasi

Hasil output SPSS analisis koefisien determinasi untuk pengaruh store

athmosphere dan harga terhadap keputusan pembelian dapat dilihat pada tabel

4.51 berikut ini:

Tabel 4.51
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
1 .699a .489 .479 2.21936
a. Predictors: (Constant), Harga, Store_Athmosphere
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel store athmosphere dan harga

maka dilakukan analisis korelasi dengan hasil sebesar 0,699 atau 69,9% jika

diinterpretasikan nilai korelasi tersebut berada pada interval 0,60 – 0,799

memiliki hubungan yang kuat. Artinya pengaruh antara store athmosphere dan

harga terhadap keputusan pembelian adalah kuat.

Besarnya nilai R Square (R2) adalah 0,489 jika diinterprestasi dari hasil

koefisien determinasi yang dihasilkan ini adalah besarnya pengaruh store

athmosphere dan harga terhadap keputusan pembelian adalah 48,9% kemudian

sisanya sebesar 51,1% dipengaruhi oleh variabel lain.

4.3.5 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis

diterima atau ditolak. Dalam pengujian hipotesis data yang digunakan harus data

yang terdisitribusi normal sehingga pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan

merupakan salah satu syarat dasar dalam penggunaan model regresi linier

berganda. Dalam pengujian hipotesis, pengujian yang dilakukan hanya pengujian

secara simultan (uji F) dan pengujian secara parsial (uji t).

4.3.5.1 Uji Simultan (Uji F)

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersamaan

berpengaruh signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependen, maka

dilakukanlah uji F. Hasil output SPSS untuk uji F dapat dilihat pada tabel 4.32.

berikut ini:
Tabel 4.52
Hasil Pengujian Secara Simultan (Uji-F)
ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 457.576 2 228.788 46.449 .000b
1 Residual 477.777 97 4.926
Total 935.353 99
a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian
b. Predictors: (Constant), Harga, Store_Athmosphere
Dari tabel 4.52 dapat dilihat pengaruh store athmosphere dan harga

terhadap keputusan pembelian secara bersama-sama menghasilkan nilai F-hitung

= 46,449 > F-tabel= 3,09 (df1 :3-1=2; df2: 100-3=94) serta nilai signifikansi yang

dihasilkan 0,000 lebih kecil dari level of significant 0,05. Artinya adalah secara

bersama-sama store athmosphere dan harga berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian, sehingga bentuk pengujian hipotesisnya adalah Ho ditolak

dan Ha diterima.

4.3.5.2 Uji Parsial (Uji-t)

Untuk mengetahui pengaruh store athmosphere dan harga secara parsial

terhadap keputusan pembelian maka dilakukanlah uji t. Hasil output SPSS untuk

uji t dapat dilihat pada tabel 4.53 berikut ini:

Tabel 4.53

Hasil Pengujian Secara Parsial (Uji-t)

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) .506 1.785 .284 .777
Store_Athmosphere .264 .029 .838 9.101 .000
Harga .282 .091 .285 3.099 .003
a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian
Dari hasil uji t yang dikemukakan di tabel 4.53 maka interprestasinya

adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh store athmosphere terhadap Keputusan Pembelian

Berdasarkan hasil uji t menghasilkan nilai t-hitung sebesar 9,101 dengan

nilai signifikansi yang dihasilkan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Nilai t-hitung

sebesar 9,101 lebih besar dari nilai t-tabel (1,984). Maka dapat disimpulkan

bahwa store athmosphere berpengaruh signifikan terhadap kepurusan pembelian

pada One Eighty Coffee Shop Bandung.

2. Pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian

Berdasarkan hasil uji t menghasilkan nilai t-hitung sebesar 3,099 dengan

nilai signifikansi yang dihasilkan 0,03 lebih kecil dari 0,05. Nilai t-hitung sebesar

3,099 yang berarti lebih besar dari nilai t-tabel (1,984). Maka dapat disimpulkan

bahwa harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada One

Eighty Coffee Shop Bandung.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh

diferensiasi produk terhadap keputusan pembelian konsumen pada sepeda motor

Ymaaha Fino, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Upaya yang dilakukan oleh Yamaha dalam merancang startegi diferensiasi

produk pada sepeda motor Yamaha Fino dilakukan dengan beberapa hal,

seperti :

a) Bentuk sepeda motor yang mengusung konsep retro, memiliki tampilan

hampir sama dengan motor-motor klasik jaman dahulu namun dengan

sentuhan fitur yang modern.

b) Fitur sepeda motor menambahkan Stop&Start System (SSS) juga


digunakan untuk mengoptimalkan efeisiensi pemakaian bahan bakar, juga

pada sepeda motor tersebut ditambah dengan teknologi Blue Core.

c) Penyesuaian dilakukan pabrikan Yamaha dengan meluncurkan sepeda

motor Fino yang diklaim sebagai skutik retro khusus wanita.

d) Kualitas kinerja sepeda motor Fino memakai jenis suspense Teleskopik

dan rangka underbone sehingga memberikan kenyamanan dan kemudahan

bagi pengendarannya.

e) Keandalan sepeda motor Fino pada teknologi Blue Core.

f) Gaya yang hendak ditampilkan pada sepeda motor Fino tersebut motor

matik bergaya retro dengan balutan gaya dan teknologi terkini sehingga

tidak terkesan ketinggalan jaman.

g) Desain pada sepeda motor Fino tetap mempertahankan model klasik

dengan styling yang lebih modern.

2. Dari hasil tanggapan responden tentang diferensiasi produk pada sepeda

motor Yamaha Fino secara keseluruhan dinilai sudah cukup baik, namun

masih terdapat kekurangan dari segi fitur, kualitas kinerja, keandalan,

kemudahan perbaikan dan gaya.

3. Dari hasil tanggapan responden tentang keputusan pembelian pada sepeda

motor Yamaha Fino secara keseluruhan dinilai sudah cukup baik, namun

masih terdapat kekurangan dari segi pilihan produk, pilihan penyalur dan

waktu pembelian.

4. Dari hasil uji hipotesis didapatkan bahwa diferensiasi produk berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian pada sepeda motor Yamaha Fino,


dengan besarnya pengaruh diferensiasi produk sebesar 59,8% terhadap

keputusan pembalian.

Dari pembahasan di Bab IV tentang tanggapan responden terhadap

diferensiasi produk pada Yamaha Fino terdapat beberapa masalah yaitu :

a. Masih terdapat responden yang merasa tidak nyaman dalam penggunaan

sepeda motor Yamaha Fino dikarenakan bentuknya yang mungil dengan

ukuran ban yang kecil.

b. Masih terdapat responden yang merasa kualitas sepeda motor yang tidak

sesuai dengan kinerjannya.

c. Masih terdapat responden yang merasa sepeda motor Fino kurang

performannya di jalan raya, dikarenakan kapasitas mesin 125cc masih

kalah bersaing dengan pesaingnya.

d. Masih terdapat responden yang menyatakan kapasitas mesin Yamaha

Fino masih kecil, dengan kapasitas 125cc Yamaha Fino masih kalah

bersaing jika dibandingkan dengan pesaingnya.

e. Masih terdapat responden yang merasa bengkel resmi tidak mudah

ditemui karena tidak tersebar dibeberapa wilayah.

5.2 Saran

Pada bagian akhir ini, penulis mengajukan beberapa saran yang dapat

digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan. Adapun

saran-saran yang penulis ajukan antara lain:

1. Guna menanggulangi permasalahan “kenyamanan penggunaan sepeda motor


Yamaha Fino. Sebaiknya pabrikan Yamaha membuat terobosan atau inovasi

dengan penggunaan ban depan maupun belakang yang agar dibuat lebih

sedikit besar. Dengan penggunaan ban yang cukup besar diharapkan mampu

melewati polisi tidr sehingga memberikan kenyamanan bagi pengendarannya

di jalan raya.

2. Guna menanggulangi masalah “kualitas sepeda motor yang tidak sesuai

kinerjannya”. Sebaiknya pabrikan Yamaha memberikan penambahan berupa

kapasitas mesin serta menambah penggunaan lampu LED agar tidak kalah

bersaing dengan kompetitornya.

3. Guna menanggulangi permasalahan “performa sepeda motor Yamaha Fino

dijalan raya”. Sebaiknya pabrikan Yamaha mengupgrade kapasitas mesinnya

agar lebih bertenaga ketika digunakan pada tanjakan.

4. Guna menanggulangi permasalahan “kapasitas mesin sepeda motor Yamaha

Fino masih kecil”. Sebaiknya pabrikan Yamaha meluncurkan produk sepeda

motor matiknya dengan kapasitas mesin yang lebih besar sehingga dapat

bersaing dengan kompetitornya.

5. Guna menanggulangi permasalahan “bengkel resmi Yamaha yang tidak

tersebar”. Sebaiknya pihak Yamaha menambah beberapa bengkel resmi di

beberapa wilayah di kota Bandung, sehingga pengguna sepeda motor Yamaha

tidak perlu jauh-jauh untuk mencari bengkel resmi Yamaha.


DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. (2013). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung:


Alfabeta.
Berman,B dan J.R Evans, (2010), Retail Manajement: a strategic approach (11th
ed). Upper saddle River: Pretice Hall International, Inc.
Burhan Bungin. (2009). Analisis Penelitian Data Kualitatif. Jakarta: Raja
Grafindo
Christina Widya Utami, (2010),Manajemen Ritel, edisi 2, Salemba Empat,
Jakarta.
Ghozali, Imam. (2011). “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Kotler, Philip and Gary Amstrong, (2012), Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi
13.Jilid 1,Erlangga, Jakarta.
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane, (2013), Manajemen Pemasaran, Jilid 1,
Edisi 12, PT.Indeks
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. (2016). Marketing Management 15e New
Jersey: Person Prentice Hall, Inc
Levy,Michael & Weitz,Barton A., (2012), Retailing Manajement,
America:McGraw-Hill/Irwin, New York.
Nazir.Mohammad,Ph.D.(2011). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Riduwan. (2015). Dasar-Dasar Statistika, Bandung: Alfabeta
Sekaran, uma dan Roger Bougie. (2010). Edisi 5, Research Method For Business:
A Skill Building Approach. John Wiley @ Sons, New York
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
Tjiptono, Fandy. (2010). Strategi Pemasaran, Edisi 2, Andi Offset, Yogyakarta.

www.bpskotabandung.com
www.jabar.tribunnews.com

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai