Anda di halaman 1dari 32

MASALAH LAYANAN KESEHATAN

PESERTA JKN YANG DISELENGGARAKAN OLEH BPJS


DI PUSKESMAS PAAL MERAH I KOTA JAMBI

Disusun Oleh :
CYNDI NATALIA SUSANTO
G1A218098

Dosen Pembimbing :
dr.Yulinda Fetritura,M.Kes.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan tugas Publich Health Report Session (PHRS) mengenai “Masalah Layanan
Kesehatan Peserta JKN/BPJS di Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi”. Sebagai salah
satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Yulinda Fetritura,M.Kes selaku
Dosen Pembimbing PHRS dan dr.Repelita Witri selaku Kepala Puskesmas yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama menjalani
kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas Publich Health Report Session (PHRS) ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak sangat diharapkan guna kesempurnaan laporan ini, sehingga dapat
bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Jambi, Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
BAB I .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah......................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan Makalah ...................................................... 3
1.4.1 Bagi Puskesmas ............................................................... 3
1.4.2 Bagi Mahasiswa............................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 4
2.1 Defisini Asuransi Kesehatan Sosial........................................... 4
2.2 Kelebihan Jaminan Kesehatan Sosial (JKN............................... 4
2.3 Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).............................. 5
2.4 Kepersertaan JKN…… ….......................................................... 7
2.4.1 Peserta PBI Jaminan Kesehatan ...................................... 7
2.4.2 Peserta Bukan PBI ........................................................... 7
2.4.3 Hak dan kewajiban Peserta …………………………… 8
2.4.4 Masa berlaku kepesertaan …………............................... 8
2.5 Pembiyaan Jaminan Kesehatan Nasional ................................. 9
2.5.1 Iuran ............................................................................... 9
2.5.2 Pembayar Iuran .............................................................. 9
2.5.3 Pembayaran Iuran ........................................................... 9
2.5.4 Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan ....................................10
2.6 Pertanggungjawaban BPJS Kesehatan .....................................11
2.7 Pembayaran Kapitasi ................................................................12
2.7.1 Penerapan kapitasi ...........................................................13
2.7.2 Pelaksanaan pembayaran kapitasi ...................................13
2.7.3 Penilaian Komitmen Pelayanan ......................................14
2.7.4 Target Pemenuhan Komitmen Pelayanan .......................16
BAB III HASIL PUSKESMAS ...........................................................17
3.1 Profil Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi .............................17
3.1.1 Lokasi Geografis Puskesmas …………………………. 17
3.1.2 Demografi Puskesmas ………………………………... 18
3.1.3 Mata Pencaharian ...........................................................18
3.2 Ketenagaan Puskesmas ............................................................19
3.2.1 Tenaga Kesehatan ...........................................................19
3.3 Sarana Kesehatan ......................................................................21
3.4 Hasil Pencapaian Komitmen .....................................................22
3.4.1 Indikator Angka Kontak ..................................................22
3.4.2 Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik …. 23
3.4.3 Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung .......................23
3.5 Analisis masalah pelayanan BPJS ............................................24
BAB IV ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH ....................25
4.1 Analisis Masalah ......................................................................25
4.2 Perumusan Penyebab Masalah .................................................26
4.3 Alternatif Pemecahan Masalah .................................................27
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................28
5.1 Kesimpulan ..............................................................................28
5.2 Saran .........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia memiliki hak asasi manusia. Tertuang dalam Deklarasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia. Pasal 25 Ayat
(1) Deklarasi menyatakan, setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai
untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak atas
pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang
diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat,
menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkan
kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya.1
Berdasarkan Deklarasi tersebut, pasca Perang Dunia II beberapa negara
mengambil inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial, antara lain jaminan
kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage). Dalam sidang ke-58
tahun 2005 di Jenewa, World Health Assembly (WHA) menggaris bawahi perlunya
pengembangan sistem pembiayaan kesehatan yang menjamin tersedianya akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan memberikan perlindungan kepada
mereka terhadap risiko keuangan. WHA ke-58 mengeluarkan resolusi yang
menyatakan, pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan melalui Universal Health
Coverage diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial.1
Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga
mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga terdapat dalam UUD 45 pasal
28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti dengan
UU 36/2009 tentang Kesehatan. Dalam UU 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam
program jaminan kesehatan sosial.1
Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas, pemerintah
bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan. Usaha kearah itu
sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk
jaminan sosial di bidang kesehatan, diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero)
dan PT Jamsostek (Persero) yang melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima
pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu,
pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun demikian, skema-
skema tersebut masih terfragmentasi, terbagi- bagi. Biaya kesehatan dan mutu
pelayanan menjadi sulit terkendali.1
Untuk mengatasi hal itu, pada tahun 2004, dikeluarkan Undang-Undang No.40
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini mengamanatkan
bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).1
Di Kota Jambi, khusus nya di puskesmas Paal Merah I pada bulan Januari 2019
mempunyai tanggungan kapitasi berjumlah 10.731 orang dengan jumlah prolanis 50
orang yang terdaftar di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Namun hanya
21 orang prolanis yang rutin datang ke Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi.
Sehingga hal tersebut mempengaruhi besarnya persentase kapitasi yang akan diterima
Puskesmas Paal Merah I oleh BPJS. Oleh karena itu, Penulis tertarik dalam
membahas mengenai permasalahan pembiayaan kesehatan peserta JKN yang
diselenggarakan oleh BPJS.1

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang dibahas dalam
makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran permasalahan pembiayaan kesehatan dengan
Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS?
2. Bagaimana pemenuhan komitmen pelayanan BPJS di FKTP Puskesmas
Paal Merah I pada Bulan Januari 2019?
3. Berapakah persentase kapitasi yang diterima Puskesmas Paal Merah I
yang diberikan oleh pihak BPJS pada Bulan Januari 2019?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui permasalahan dalam peserta Jaminan Kesehatan
Nasional melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Puskesmas
Paal Merah I kota Jambi.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui permasalahan dalam peserta Jaminan Kesehatan
Nasional melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di
Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi.
2. Mencari alternatif solusi dalam peserta Jaminan Kesehatan Nasional
melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di puskesmas Paal
Merah 1 kota Jambi.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


1.4.1 Bagi Puskesmas
Puskesmas Paal Merah I dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah,
mencari penyebab dan latar belakang serta hambatan masalah
penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di wilayah kerjanya.
1.4.2 Bagi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Senior
Menambah wawasan mahasiswa dan sebagai salah satu syarat pelaksanaan
kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defisini Asuransi Kesehatan Sosial


Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib
dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial
ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN No.40
tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tata cara penyelenggaraan
program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan
sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya yang layak.1
Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di
Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem
Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi
Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang
No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar
semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka
dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.1,2

2.2 Kelebihan Jaminan Kesehatan Sosial (JKN)


Asuransi kesehatan mengurangi risiko masyarakat menanggung biaya kesehatan
dari kantong sendiri out of pocket, dalam jumlah yang sulit diprediksi dan kadang-
kadang memerlukan biaya yang sangat besar. Untuk itu diperlukan suatu jaminan
dalam bentuk asuransi kesehatan karena peserta membayar premi dengan besaran
tetap. Dengan demikian pembiayaan kesehatan ditanggung bersama secara gotong
royong oleh keseluruhan peserta, sehingga tidak memberatkan secara orang per
orang. Tetapi asuransi kesehatan saja tidak cukup. Diperlukan Asuransi Kesehatan
Sosial atau JKN. Dikarenakan beberapa sebab yang pertama dikarenakan premi
asuransi komersial relatif tinggi sehingga tidak terjangkau bagi sebagian besar
masyarakat. Kedua, manfaat yang ditawarkan umumnya terbatas.1
Sebaliknya, asuransi kesehatan sosial memberikan beberapa keuntungan sebagai
berikut. Pertama, memberikan manfaat yang komprehensif dengan premi terjangkau.
Kedua, asuransi kesehatan sosial menerapkan prinsip kendali biaya dan mutu. Itu
berarti peserta bisa mendapatkan pelayanan bermutu memadai dengan biaya yang
wajar dan terkendali, bukan “terserah dokter” atau terserah “rumah sakit”. Ketiga,
asuransi kesehatan sosial menjamin sustainabilitas (kepastian pembiayaan pelayanan
kesehatan yang berkelanjutan). Keempat, asuransi kesehatan sosial memiliki
portabilitas, sehingga dapat digunakan di seluruh wilayah Indonesia. Oleh sebab itu,
untuk melindungi seluruh warga, kepesertaan asuransi kesehatan sosial/ JKN bersifat
wajib.1

Tabel 2.1 Kelebihan Sistem Asuransi Sosial di bandingkan dengan asuransi komersial
Asuransi Sosial Asuransi Komersial
Kepesertaan bersifat wajib 1. Kepesertaan bersifat sukarela
(untuk semua penduduk)
Non Profit Profit
Manfaat komprehensif Manfaat sesuai dengan premi
yang dibayarkan.

2.3 Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) sebagai berikut:
1. Prinsip kegotongroyongan
Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam
hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan
kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu
membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang
sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit.
Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh
penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong
royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.1
2. Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).
Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana
amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-
besarnya untuk kepentingan peserta.1
3. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.
Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan
dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.1
4. Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.1
5. Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.
Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan
itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada
akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh
rakyat.1
6. Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.1
7. Prinsip hasil pengelolaan
Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.1

2.4 Kepersertaan
Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI
JKN dengan rincian sebagai berikut:

2.4.1 Peserta PBI Jaminan Kesehatan


Peserta PBI meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu. Kriteria Fakir Miskin dan orang tidak mampu ditetapkan oleh menteri
di bidang sosial setelah berkoordinasi dengan menteri dan /atau pimpinan
lembaga terkait.1,2

2.4.2 Peserta Bukan PBI


Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu yang terdiri atas:
1. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya
Termasuk Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri, Pegawai Swasta.1
2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya
1 Termasuk Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan
Pekerja yang bukan penerima Upah. Pekerja sebagaimana dimaksud
termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6
(enam) bulan.1
3. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya
Terdiri atas Investor, Pemberi Kerja, Penerima Pensiun, Veteran,
Perintis Kemerdekaan dan bukan Pekerja yang tidak termasuk investor
atau perintis kemerdekaan yang mampu membayar Iuran.1
4. Penerima pensiun
Terdiri atas (a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pension;,
(b) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pension,
(c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pension, (d) Janda, duda,
atau (e) anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun.1

2.4.5 Hak dan kewajiban Peserta


Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak
mendapatkan a) identitas Peserta dan b) manfaat pelayanan kesehatan di
Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. 1
Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berkewajiban
untuk: a. membayar iuran dan b. melaporkan data kepesertaannya kepada
BPJS Kesehatan dengan menunjukkan identitas Peserta pada saat pindah
domisili dan atau pindah kerja.1

2.4.6 Masa berlaku kepesertaan


1. Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang
bersangkutan membayar Iuran sesuai dengan kelompok peserta.
2. Status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar Iuran atau
meninggal dunia.
3. Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan diatur oleh
Peraturan BPJS.
2.5 Pembiyaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
2.5.1 Iuran
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara
teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program
Jaminan Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan
Kesehatan).1

2.5.2 Pembayar Iuran


1 1. Bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.
2 2. Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi
Kerja dan Pekerja.
3 3. Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja
iuran dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.
4 4. Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui
Peraturan Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan
perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak.
5
2.5.3 Pembayaran Iuran
Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan
berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu
jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI).1
Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya,
menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan
membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala
(paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada
hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan
pembayaran iuran JKN dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen)
perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.1
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib
membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal
10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat
dilakukan diawal.1
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai
dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada
Pemberi Kerja dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak
diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan
dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara pembayaran iuran diatur dengan Peraturan BPJS Kesehatan.1

2.5.4 Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan


BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama dengan Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
BPJS Kesehatan membayar dengan sistem paket INA CBG’s.1
Mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua Fasilitas Kesehatan
dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak
memungkinkan pembayaran berdasarkan Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi
wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih
berhasil guna.1
Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan
BPJS Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah
keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas
kesehatan tersebut wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas
kesehatan yang tidak menjalin kerjasama setelah memberikan pelayanan gawat
darurat setara dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut.1

2.6 Pertanggungjawaban BPJS Kesehatan


BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang
diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim
diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di
wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran, Menteri
Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN yang diberikan.
Asosiasi Fasilitas Kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.1
Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat tambahan berupa manfaat yang
bersifat non medis berupa akomodasi. Misalnya, Peserta yang menginginkan kelas
perawatan yang lebih tinggi daripada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan
mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya
yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan
kelas perawatan, yang disebut dengan iur biaya (additional charge). Ketentuan
tersebut tidak berlaku bagi peserta PBI.1
Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, BPJS Kesehatan
wajib menyampaikan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan pengelolaan
program dan laporan keuangan tahunan (periode 1 Januari sampai dengan 31
Desember). Laporan yang telah diaudit oleh akuntan publik dikirimkan kepada
Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun
berikutnya. Laporan tersebut dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif
melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak
yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun
berikutnya.1

2.7 Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan FKTP


Berdasarkan Peraturan Bersama Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI
dan Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor
HK.01.08/III/980/2017 bahwa pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan komitmen
pelayanan pada FKTP merupakan bagian dari pengembangan sistem kendali mutu
pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas
penyelenggarakan pelayanan kesehatan. Penerapan kapitasi berbasis pemenuhan
komitmen pelayanan pada FKTP dilakukan setelah terjadi kesepakatan antara BPJS
kesehatan dengan FKTP, yaitu:3
1. Terhadap puskesmas di wilayah Ibukota Provinsi dan di wilayah selain
Ibukota Provinsi.
2. Terhadap Rumah Sakit kelas D Pratama, Klinik Pratama milik Pemerintah,
atau fasilitas kesehatan yang setara dilaksanakan dengan kriteria sebagai
berikut; telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan minimal 1 (satu) tahun
dan minimal Peserta terdaftar pada Klinik Pratama milik Pemerintah 5.000
Peserta.
3. Bagi Klinik Pratama milik Swasta dan Praktik Mandiri Dokter tetap
dilakukan penilaian kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan tanpa
diterapkan penyesuaian kapitasi sampai dengan tanggal 31 Desember 2017.
2.7.1 Penerapan kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan pada FKTP
dikecualikan bagi:3
1. FKTP yang ditetapkan sebagai FKTP kawasan terpencil dan sangat
terpencil;dan
2. FKTP di wilayah yang sulit mendapatkan akses jaringan komunikasi data,
akan tetapi tidak termasuk daerah terpencil dan sangat terpencil yang
ditetapkan atas kesepakatan BPJS Kesehatan dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

2.7.2 Pelaksanaan pembayaran kapitasi


Pelaksanaan pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan
dinilai berdasarkan pencapaian indikator yang meliputi:
1. Angka Kontak (AK)
Angka kontak merupakan indkator untuk mengetahui tingkat aksesabilitas
dan pemanfaatan pelayanan primer di FKTP oleh peserta berdasarkan jumlah
peserta JKN (per nomor identitas peserta) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan di FKTP per bulan baik di dalam gedung maupun di luar gedung
tanpa memperhitungkan frekuensi kedatangan peserta dalam satu bulan.3

2. Rasio Rujukan Rawat Jalan Non Spesialistik (RRNS)


Rasio Rujukan Rawat Jalan Non Spesialistik merupakan indikator untuk
mengetahui kualitas pelayanan di FKTP sehingga sistem rujukan
terselenggara sesuai indikasi medis dan kompetensi FKTP.3
Jumlah RRNS adalah jumlah peserta yang dirujuk dengan diagnosa yang
termasuk dalam jenis penyakit yang menjadi kompetensi dokter di FKTP
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan atau berdasarkan kesepakatan
antara BPJS Kesehatan, FKTP, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Organisasi Profesi dengan memperhatikan kemampuan pelayanan FKTP dan
progresivitas penyakit yang merupakan keadaan khusus pasien dan/atau
kedaruratan media.3

3. Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung ke FKTP (RPPB)


RPPB merupakan indikator untuk mengetahui kesinambungan pelayanan
penyakit kronis yang disepakati oleh BPJS Kesehatan dan FKTP terhadap
peserta prolanis. Jumlah peserta prolanis rutin berkunjung ke FKTP adalah
jumlah peserta JKN yang terdaftar dalam prolanis (per nomor identitas
peserta) yang mendapatkan pelayanan kesehatan di FKTP per bulan, baik di
dalam gedung maupun di luar gedung. Tanpa memperhitungkan frekuensi
kedatangan peserta dalam satu bulan.3

Khusus bagi puskesmas, terdapat indikator tambahan dalam pemenuhan komitmen


pelayanan untuk mengetahui penyelenggaraan kegiatan promotif preventif di
Puskesmas dengan fokus pada kegiatan kandungan rumah yang dilakukan dalam
bentuk pendekatan keluarga untuk mencapai program Indonesia Sehat pada semua
keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas tanpa melihat peserta JKN atau bukan peserta
JKN. Melalui pendekatan keluarga, yaitu mengunjungi setiap keluarga di wilayah
kerja.3
Pelaksanaan kegiatan terkait indikator tambahan berupa kunjungan rumah diatur
melalui petunjuk teknis Program Sehat dengan pendekatan keluarga yang ditetapkan
oelh Menteri kesehatan. Penilaian terhadap pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan
komitmen pelayanan dilakukan setiap bulan.3

2.7.3 Penilaian Komitmen Pelayanan


1. Angka Kontak (AK)
Angka kontak merupakan indikator untuk mengetahui tingkat aksebilitas dan
pemanfaatan pelayanan primer di FKTP oleh peserta serta upaya FKTP
terhadap kesehatan peserta pada setiap 1000 (seribu) peserta terdaftar di
FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.3
Angka Kontak = Jumlah peserta yang melakukan kontak ×1000
Jumlah peserta terdaftar di FKTP

2. Rasio Rujukan Rawat Jalan Non Spesialistik (RRNS)


RRNS adalah perbandingan jumlah peserta yang dirujuk dengan kasus non
spesialistik dengan jumlah seluruh peserta yang dirujuk oleh FKTP dikali 100
(seratus).3

RRNS = Jumlah rujukan kasus non spesialistik × 100


Jumlah rujukan FKTP

3. Rasio Peserta Prolanis Berkunjung ke FKTP (RPPB)


RPPB adalah perbandingan jumlah peserta prolanis yang rutin berkunjung ke
FKTP dengan jumlah peserta prolanis terdaftar di FKTP dikali 100 (seratus).3

RPPB = Jumlah peserta Prolanis yang rutin berkunjung × 100


Jumlah peserta Prolanis terdaftar di FKTP
4. Indikator Tambahan dalam Komitmen Pelayanan
Rasio kunjungan rumah (RKR) adalah perbandingan jumlah keluarga
(berdasarkan Kartu Keluarga/KK) yang dikunjungi dalam program
pendekatan keluarga dengan jumlah keluarga (KK) yang ada di wilayah kerja
Puskesmas dikali 100 (seratus). Perhitungan yang dihasilkan dalam bentuk
persentase.3

RKR = Jumlah keluarga (KK) yang dikunjungi × 100


Jumlah keluarga (KK) yang ada di wilayah kerja Puskesmas
2.7.4 Target Pemenuhan Komitmen Pelayanan
Target pemebuhan komitmen pelayanan adalah batasan optimal indikator
komitmen pelayanan yang harus dipenuhi oleh FKTP. Zona aman adalah kondisi
FKTP dapat mencapai target opemenuhan komitmen pelayanan. Sedangkan zona
tidak aman adalah kondisi FKTP tidak dapat mencapai target pemenuhan
komitmen pelayanan.3

Tabel 2.2 Target Pemenuhan Indikator Komitmen Pelayanan


No Nama Indikator Target Indikator
1 Angka Kontak ≥ 150 per mil
2 Rasio rujukan rawat jalan non < 5%
spesialistik
3 Rasio peserta prolanis rutin ≥ 50%
berkunjungan ke FKTP

Tabel 2.3 Penerapan Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen


No Jumlah Pencapaian Target Indikator % Pembayaran

Zona Tidak Aman Zona Aman

1 0 3 100%

2 1 2 95%

3 2 1 92.5%

4 3 0 90%

BAB III
HASIL PUSKESMAS
3.1 Profil Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi
Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi adalah Puskesmas non perawatan
puskesmas induk berdiri pada tahun 1994 dan direhap total tahun 2011 dan
bangunan baru lantai II dengan luas bangunan ± 582 m 2 dengan jumlah ruangan
lantai I berjumlah 8 ruangan dan lantai II berjumlah 8 ruangan. Pada tahun 2017,
Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi diperluas lagi dengan 7 ruangan, lantai I
berjumlah 3 ruangan, dan lantai 2 berjumlah 4 ruangan. Adapun ruangan tersebut
sebagai berikut:4
1. Lantai 1 : Ruang Karcis/Loket, Ruang Poli Umum, Ruang Poli Usila, MTBS
dan Usila, Ruang Laboratorium, Ruang Poli Gigi, Ruang Tata Usaha,
Ruang Apotik dan Ruang Tunggu.4
2. Lantai 2 : Ruang BLUD dan Bendaharawan, Ruang Kepala Puskesmas, Ruang
Kesling, Tumbang, Ruang KIA, Ruang Aula, Ruang KB, Imunisasi,
Ruang Promkes dan Ruang Tunggu.4

3.1.3 Lokasi Geografis Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi


Luas wilayah kerja Puskesmas Paal Merah tahun 2018 adalah ± 510 Km 2
terdisi dari dataran rendah yang dilalui sungai-sungai kecil dengan ketinggian ± 10
M diatas permukaan laut. Puskesmas Paal Merah I terletak di kecamatan Paal
Merah dengan batas wilayah sebagai berikut:4
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Paal, Wilayah Kerja
Puskesmas Paal Merah II.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jambi Selatan Wilayah kerja
Puskesmas Kebun Kopi.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jambi Selatan Wilayah
Kerja Puskesmas Pakuan Baru.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan
17 Kecamatan Jambi Selatan, Wilayah Kerja
Puskesmas Kebun Kopi (Pustu Pasir Putih).
3.1.4 Demografi Puskesmas Paal Merah I Kota Jambi
Data demografis meliputi data yang menggambarkan jumlah penduduk di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah I tahun 2018. sebagaimana pada tabel
berikut:4

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah I Tahun
2018
No Desa/Kelurahan Jumlah KK Jumlah
Penduduk
1. Paal Merah 3026 13308
Jumlah 3026 13308

3.1.3 Mata Pencaharian


Mata pencaharian penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah I dapat
diuraikan sebagai berikut:4
1. Swasta : 361 Jiwa
2. PNS/TNI/POLRI : 760 Jiwa
3. Pensiun : 828 Jiwa
4. Pedagang : 2.820 Jiwa
5. Pengrajin : 360 Jiwa
6. Tani : 2.655 Jiwa
7. Yang masih sekolah dan Balita : 3.986 Jiwa
8. Dan Lain-lain : 1.538 Jiwa

Jumlah : 13.308 Jiwa

3.2 Ketenagaan Puskesmas


Ketenagaan Puskesmas Paal Merah I dan Pustu Darma Sakti Tahun 2018 dapat
dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut:4

Tabel 3.2 Distribusi Pegawai pada Puskesmas Paal Merah I dan Pustu Darma Sakti
Jenis Puskesmas Pustu Kontrak TKS Jumlah
Tenaga Darma
Kesehatan Sakti
Dokter 2 0 1 0 3
Umum
Dokter Gigi 2 0 0 0 2
Kesmas 0 1 0 0 1
Bidan 5 1 2 3 11
Perawat 2 1 1 3 7
Gizi 1 0 0 0 1
Perawat 4 0 0 0 4
Gigi
As.Apoteker 0 0 0 0 0
Adm. 2 0 0 2 4
Analis 3 0 0 0 3
Labor
Sanitarian 1 0 0 0 1
Jumlah 37

3.2.1 Tenaga Kesehatan


Keadaan tenaga kesehatan berdasarkan tingkatan pendidikan terakhir di
Puskesmas Paal Merah I Pada Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini.4

Tabel 3.3 Keadaan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Tingkatan Pendidikan Terakhir


No Jenis Kegiatan Jumlah
1. Medis 4
1. Dokter Umum 2
2. Dokter Gigi 2
2. S1 Kesehatan 3
1. Sarjana Keperawatan 0
2. SKM 1
3. Sarjana Farmasi 2
4. D4 Kebidanan 0
5. Sarjana Ekonomi 0
3. D3 Kesehatan 14
1. AKPER 3
2. APK/AKL 1
3. AKZI 0
4. AKBID 6
5. AKK 1
6. AKG 3
7. AKFAR 0
3. D1 Kesehatan 1
1. Bidan 0
2. Sanitarian/SPPH 0
3. SPAG 1
4. SLTA Sederajat 6
1. Perawat Kesehatan 1
2. Perawat Gigi 1
3. Analisis Kesehatan 2
4. Asisten Apoteker 0
5. LCPK 1
6. SMA 1
JUMLAH 28

3.3 Sarana Kesehatan


Sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Paal Merah I sampai 31 Desember
2018 adalah sebanyak sarana kesehatan, dengan rincian sebagai berikut:4

Tabel 3.4 Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah I Tahun 2018
Sarana Kesehatan Jumlah
Puskesmas 1
Puskesmas Pembantu 1
Poskesdes 0
Posyandu 8
Jumlah 10

.
3.4 Hasil Pencapaian Komitmen Pelayanan Kesehatan Puskesmas Paal Merah
I Januari 2019

Tabel 3.5 Jumlah pelayanan BPJS Puskesmas Paal Merah I bulan Januari 2019
No. Kategori peserta Jumlah
1. Peserta terdaftar di FKTP 10.731 orang
2. Peserta melakukan kontak 2.306 orang
3. Peserta rujukan 194 orang
4. Peserta rujukan non spesialistik 0
5. Peresta Prolanis terdaftar di FKTP 50 orang
6. Peresta Prolanis terdaftar kontak 21 orang

3.4.1 Indikator Angka Kontak


Indikator Angka Kontak (AK) dihitung dengan formulasi perhitungan
jumlah Peserta terdaftar yang melakukan kontak dengan FKTP dibandingkan
dengan total jumlah peserta terdaftar di FKTP dikali 1000 (seribu) dengan hasil
perhitungan dalam per mil.3
Jumlah peserta BPJS yang terdaftar di FKTP Puskesmas Paal Merah I
terhitung pada bulan Januari 2019 adalah sebanyak 10.731 dan jumlah peserta
terdaftar yang melakukan kontak di FKTP Puskesmas Paal Merah I pada bulan
Januari adalah sebanyak 2.306 orang.4

AK = Jumlah Peserta terdaftar yang melakukan kontak x 1000


Jumlah Peserta terdaftar di FKTP

= 2.306 x 1.000 = 214,89 per mil


10.731
3.4.2 Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik
Indikator Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS)
dihitung dihitung berdasarkan jumlah Peserta yang dirujuk dengan diagnosa yang
termasuk dalam level kompetensi FKTP sesuai dengan Panduan Praktik Klinis
dibandingkan dengan jumlah seluruh Peserta yang dirujuk oleh FKTP dikali 100
(seratus) dengan hasil perhitungan dalam persen.3
Jumlah peserta BPJS yang dirujuk ke pelayanan kesehatan lain di FKTP
puskesmas Paal Merah I pada bulan Januari 2019 adalah sebanyak 194 orang dan
jumlah peserta rujukan kasus non spesialistik di FKTP puskesmas Paal Merah I
pada bulan Januari 2019 tidak ada.4

RRNS = Jumlah rujukan kasus non spesialistik x 100


Jumlah rujukan FKTP
= 0 x 100 = 0 %
194

3.4.3 Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung ke FKTP


Indikator Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung ke FKTP dihitung dihitung
berdasarkan jumlah Peserta Prolanis yang rutin berkunjung ke FKTP
dibandingkan dengan jumlah Peserta Prolanis terdaftar di FKTP dikali 100
(seratus) dengan hasil perhitungan dalam persen.3
Target pemenuhan Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung ke FKTP oleh
FKTP sesuai dengan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan Jumlah peserta
BPJS prolanis yang terdaftar di FKTP puskesmas Paal Merah I pada bulan
Januari 2019 adalah sebanyak 50 jiwa dan jumlah peserta prolanis yang rutin
berkunjung di FKTP puskesmas Paal Merah I pada bulan Januari 2019 adalah
sebanyak 21 orang.4

RPPB = jumlah Peserta Prolanis yang rutin berkunjung x 100


jumlah Peserta Prolanis terdaftar di FKTP
= 21 x 100 = 42 %
50
3.5 Analisis masalah pelayanan BPJS di FKTP Puskesmas Paal Merah I
Permasalahan pelayanan jaminan kesehatan di puskesmas Paal Merah I
diketahui berdasarkan wawancara dengan petugas puskesmas dan didapatkan
permasalahannya yaitu kurangnya jumlah prolanis yang rutin berkunjung ke FKTP
Puskesmas Paal Merah I pada bulan Januari 2019.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

4.1 Analisis Masalah


Berdasarkan hasil yang tergambar pada bab sebelumnya, Hasil Pencapaian
Komitmen Pelayanan Kesehatan Puskesmas Paal Merah I bulan Januari 2019 dapat
dikategorikan berdasarkan indikator, sebagai berikut :

Tabel 4.1 Target Pemenuhan Komitmen Pelayanan BPJS di FKTP


No Nama Indikator Zona Aman Zona Tidak
Aman
1. Angka kontak 
2. Rasio rujukan rawat jalan non 
spesialistik
3. Rasio peserta prolanis rutin 
berkunjung ke FKTP

Berdasarkan tabel diatas pemenuhan komitmen pelayanan BPJS di FKTP


Puskesmas Paal Merah 1 pada bulan Januari 2019 sesuai dengan indikator
menunjukkan bahwa, angka kontak termasuk dalam zona aman dengan jumlah ≥150
per mil yaitu 214,89 per mil, Rasio rujukan rawat jalan non spesialistik termasuk
dalam zona aman dengan jumlah ≤ 5% yaitu 0% dan Rasio peserta prolanis rutin
berkunjung ke FKTP termasuk dalam zona tidak aman ≤ 50% yaitu 42%.
Dikarenakan terdapat dua zona aman dan satu zona tidak aman, maka pembiayaan
besarnya kapitasi yang akan diterima oleh Puskesmas Paal Merah I sebesar 95%.
Berdasarkan data diatas permasalahan pelayanan jaminan kesehatan di
puskesmas Paal Merah I adalah kurangnya jumlah prolanis yang rutin berkunjung
ke FKTP Puskesmas Paal Merah I pada bulan Januari 2019
4.2 Perumusan Penyebab Masalah
Permasalahan pelayanan jaminan kesehatan di puskesmas Paal Merah I adalah
kurangnya jumlah prolanis yang rutin berkunjung ke FKTP Puskesmas Paal Merah
I pada bulan Januari 2019.

Petugas

Kurangny
Kurangnya
a
jumlah prolanis
Sosialisasi
yang rutin
berkunjung ke
Kurangnya Pasien tidak mau FKTP
Dukungan pergi ke FKTP
Keluarga
Kurangny
Kurangny
a
a
Sosialisasi
Sosialisasi
Petugasny
Bosan
a ganti-
ganti

Masyarakat
Hanya senam
lansia,
kegiatannya
kurang
bervariatif

Berdasarkan diagram fishbone diatas didapatkan kurangnya jumlah prolanis yang


rutin berkunjung ke FKTP Puskesmas Paal Merah I pada bulan Januari 2019 dapat
terjadi karena akar penyebabnya adalah kurang sosialisasi mengenai pentingnya
kunjungan rutin ke FKTP bagi prolanis, kurangnya dukungan keluarga, pasien yang
tidak mau pergi ke FKTP Puskesmas Paal Merah I dikarenakan petugasnya ganti-
ganti dan kurangnya sosialisasi, dan pasien merasa bosan dengan kegiatan yang
dijalani oleh Puskesmas yang hanya dilaksanakan senam lansia saja, tetapi tidak ada
kegiatan lain yang bervariatif, contohnya yaitu jalan-jalan ke suatu tempat untuk
rekreasi.

4.3 Alternatif Pemecahan Masalah


Kurangnya Jumlah prolanis yang rutin berkunjung ke FKTP Puskesmas Paal
Merah I pada bulan Januari 2019 dapat diatasi dengan meningkatkan sosialisasi oleh
petugas kesehatan di Puskesmas Paal Merah I mengenai pentingnya kunjungan rutin
bagi peserta prolanis, sosialisasi dilakukan pada pasien dan keluarga pasien. Selain
sosialisasi, pentingnya membuat rencana kegiatan lain untuk peserta Prolanis selain
senam lansia, mungkin dapat dibuat rencana kegiatan jalan-jalan ke tempat rekreasi
untuk menjalin hubungan satu dengan yang lain dan sharing banyak hal mengenai
penyakitnya. Sehingga peserta Prolanis dapat bersemangat dan dapat rajin untuk
kontrol kesehatannya ke Puskesmas dan dapat meningkatkan derajat kesehatan
setinggi-tingginya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pemenuhan komitmen pelayanan BPJS di FKTP Puskesmas Paal Merah I
pada bulan Januari 2019 berdasarkan indikator menunjukkan bahwa angka
kontak termasuk dalam zona aman, Rasio rujukan rawat jalan non
spesialistik termasuk dalam zona aman dan Rasio peserta prolanis rutin
berkunjung ke FKTP termasuk dalam zona tidak aman.
2. Pembiayaan kapitasi yang diterima oleh Puskesmas Paal Merah I yaitu
sebesar 95%. Dikarenakan terdapat satu zona tidak aman dan dua zona aman.
3. Masalah JKN/BPJS di puskesmas Paal Merah I yaitu kurangnya jumlah
prolanis yang rutin berkunjung ke FKTP Puskesmas Paal Merah I pada bulan
Januari 2019
4. Solusi Permasalahan JKN/BPJS di puskesmas Paal Merah I mengenai
kurangnya jumlah prolanis yang rutin berkunjung ke FKTP dapat diatasi
dengan meningkatkan sosialisasi oleh petugas kesehatan di Puskesmas Paal
Merah I mengenai pentingnya kunjungan rutin bagi peserta prolanis,
sosialisasi dilakukan pada pasien dan keluarga pasien.

5.2 Saran
Diharapkan kepada Puskesmas Paal Merah I agar dapat meningkatkan
kinerjanya terutama dalam hal sosialisasi mengenai pentingnya kunjungan rutin pada
prolanis kepada pasien dan keluarga pasien di bulan – bulan selanjutnya. Sehingga
jumlah peserta prolanis yang rutin berkunjung ke FKTP Puskesmas Paal Merah I
dapat meningkat dan tercapainya indikator Rasio Jumlah Peserta Prolanis yang rutin
Berkunjung (RPPB) ≥ 50%. Sehingga dapat meningkatkan besarnya pembiayaan
kapitasi yang akan diterima oleh Puskesmas Paal Merah I di bulan-bulan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dalam dalam sistem jaminan social nasional. Tim
penyusun bahan sosialisasi dan advokasi JKN
2. Undang-Undang RI Nomor 40 tahun 2004. Sistem Jaminan Nasional Sosial.
3. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Direktur Utama BPJS Kesehatan
Nomor HK.01.08/III/980/2017. Petunjuk teknis pelaksanaan pembayaran pada
fasilitas kesehatan tingkat pertama. 2017
4. Puskesmas Paal Merah I. Laporan Tahunan EKP dan PKP. 2018. Hal 3-11.

Anda mungkin juga menyukai