Anda di halaman 1dari 27

Tugas kelompok Dosen Pengampu

Mgt Psikologi Organisasi SAHWAITRI TRIANDANI, SE. M.Si

STRES DALAM ORGANISASI

BESERTA KASUS

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

ABNI NURHIDAYANTI 11771200298

ISMA WATI 11771200120

SOPHIE AKHIRIA 11771200072

VELIA KRISMADANTI 11770123283

YUDI DARMAWAN 11770113761

PRODI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKOMONI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian,
yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini (stres dalam organisasi) sebagai tambahan dalam
menambah referensi yang telah ada.

Pekanbaru, 29 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN
KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. .........................................................................................................................

B. ..........................................................................................................................

C ..........................................................................................................................

D.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................................

B. Saran ...............................................................................................................

CONTOH KASUS

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masalah stress kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang


penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisiensi di dalam
pekerjaan. Stres kerja karyawan perlu dikelola oleh seorang pimpinan perusahaan
agar potensi-potensi yang merugikan perusahaan dapat diatasi. Akibat adanya
stress kerja yaitu seseorang atau karyawan menjadi nerveus, merasakan
kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir, dan
kondisi fisik individu. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai
orangorang yang mengalami stress. Stress tersebut tidak tidak hanya dalam
kehidupan sosial-ekonominya saja tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang
terlalu sulit serta keadaan sekitar yang penat juga akan dapat menyebabkan stress
dalam bekerja. Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stress
tersebut dalam kehidupannya, padahal apabila kita mengetahui lebih awal
mengenai gejala stress tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat
dilakukan dengan maksud agar terjaminnya keamanan dan kenyamanan dalam
bekerja.

Tidak dapat dipungkiri bahwa stress dalam bekerja pasti akan terjadi pada
setiap pekerja. Mereka mengalami stress karena pengaruh dari pekerjaan itu
sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang mengalami stress
dalambekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik,
disinilah muncul peran dari organisasi untuk memperhatikan setiap kondisi
kejiwaan (stress) yang dialami oleh pekerjanya. Dalam hal ini organisasi dapat
menentukan penanganan yang terbaik bagi pekerja serta tidak mengurangi kinerja
karyawan tersebut. Untuk menjaga kesetabilan kerja tersebut psikologi seseorang
juga harus stabil agar terjadi sinkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan
serta kondisi yang terjadi di lingkungan organisasi.
Stress kerja yang sering dialami oleh pekerja dalam perusahaan menjadi
ancaman tersendiri bagi perusahaan. Seorang pimpinan harus benar-benar
memperhatikan lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologi seseorang
sehingga stress dapat dicegah. Pada makalah ini kita akan membahas secara lebih
jelas mengenai stress dalam organisasi.

B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan landasan teori di atas, penulis merumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan stress dalam organisasi?
b. Faktor apa saja yang menimbulkan stress?
c. Apa dampak dari stress?
d. Bagaimana mengatasi stress kerja?

C. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui beberapa hal berikut :
a. Memenuhi tugas pada mata kuliah Perilaku Organisasi
b. Mengetahui dan memahami secara luas tentang “stress” dalam
organisasi
c. Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan oleh pimpinan perusahaan
dalam menghadapi stress kerja
d. Mengetahui pengaruh stress terhadap organisasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Stres
Kata stress bermula darai kata latin yaitu “Stringere” yang berarti
ketegangan dan tekanan. Stress merupakan suatu yang tidak diharapkan yang
muncul karena tingginya suatu tuntutan lingkungan pada seseorang.
Keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan terganggu. Bilamana stress telah
mengganggu fungsi seseorang, dinamakan distress. Distress kebanyakan
dirasakan orang jika situasi menekan dirasakan terus-menerus (tugas yang berat
atau tugas yang dikakukan karena tugas dilakukan dengan situasi yang tidak
kondusif atau stress yang dilakukan dengan dasar rasa trauma).
Ada beberapa pengertian stress, yaitu :
a. Menurut Robin
Stress adalah suatu kondisi dinamis dimana seseorang individu
dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait
dengan apa yang dihasratkan oleh individu tersebut dan hasilnya
dipandang tidak pasti dan penting.
b. Menurut Michael
Stress merupakan suatu respon adaptif, dimoderasi oleh perbedaan
individu yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi,
peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang.

Dengan dua definisi di atas tentunya kita sulit memahami tentang stress
yang sebenarnya. Pada dasarnya stress merupakan sebuah tekanan yang terjadi
pada diri seorang individu baik itu berupa beban pekerjaan dan lainnya dan
membuat individu tersebut merasa terbebani dan keberatan untuk menyelesaikan
berbagai kewajibannya.
Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stress yang terlalu berat dapat mengancam
dan menghambat kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan,
karenanya secara umum stress sering diterapkan sebagai tekanan umum terhadap
perasaan hidup manusia. Dalam konteks organisasi, stress yang sering dialami diri
para pekerja dapat berkembang berupa gejala tekanan sebagai faktor pengganggu
terhadap prestasi kerja mereka. Para pekerja yang mengalami gejala stress terlihat
menjadi nerveus, khawatir, mudah marah, sulit santai, tidak koopratif, bahkan
ditingkat yang lebih akut dapat melarikan diri pada kecanduan minuman keras
atau menggunakan obat-obatan terlarang. Pada gilirannya stress juga dapat
menimbulkan gangguan fisik akibat berubahnya tubuh bagian dalam sebagai
reaksi stress. Gangguan fisik tersebut dapat bersifat jangka pendek, namun juga
bersifat jangka panjang, seperti gangguan pencernaan dan gangguan usus.

Apabila stress tersebut tidak kunjung tertanggulangi dengan baik dan


berlangsung dalam periode yang relatif lama, maka dapat memicu penyakit
jantung, ginjal pembuluh darah, dan bagian-bagian lain dari organ tubuh manusia.
Oleh karena itu factor stress dalam pekerjaan – baik di dalam atau di luar
pekerjaan perlu ditiadakan serendah mungkin agar para pekerja mampu
menghadapinya tanpa mengalami banyak gangguan. Kondisi kualitas kerja yang
jelek , konflik brkepanjangan antar atasan dan bawahan, peristiwa traumatic,
bahkan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam dapat menimbulkan depresi
sampai bunuh diri.

Kualitas dan bobot stress dapat bersifat sementara atau bahkan jangka
panjang, ringan atau berat akan bergantung pada seberapa lama berlangsung
penyebabnya, seberapa besar kekuatannya dan seberapa tahan kemampuan para
pekerja untuk menhadapinya. Jika stress itu bersifat sementara dan ringan,
kebanyakan para pekerja dapat menanganinya sendiri atau paling tidak dapat
mengatasi pengaruhnya dengan cepat.
Suatu stress yang menekan dengan berlarut-larut dalam jangka waktu
lama, dapat berakibat pada para pekerja yang terkena stress tersebut tidak sanggup
membangun kembali kemampuan untuk menanggulangi stress. Yaitu suatu
keadaan atau situasi dimana para pekerja telah dilanda derita kelelahan kronis,
kebosanan, depresi, dan mengucilkan diri dari pekerjaan. Tipe para pekerja seperti
ini, lebih mudah dan rentan untuk mengeluh, menyalahkan orang lain bila
dihadapkan pada masalah, lekas marah, sarkasme dan sinis terhadap masa depan
karir mereka. Dalam kondisi dan situasi seperti ini sumber energy para pekerja
telah terkuras oleh stress yang berlebihan dan berkepanjangan.

B. Penyebab terjadinya stres


Kondisi yang menyebabkan beban stress disebut stressor, ada kalanya
stress dapat disebabkan hanya oleh satu stresor namun kenyataannya para pekerja
mengalami stress karena adanya kombinasi dari beberapa beban stressor. Dalam
hal ini ada dua sumber utama dari stress para pekerja yakni factor yang bersifat
organisasional dan dari lingkungan nonpekerjaan. Stressor organisasional maupun
yang bersumber dari non pekerjaan, keduanya dapat berfungsi positif apabila
dapat merangsang semangat aktifitas bekerja, begitu pula sebaliknya dapat
bersifat negatif jika menurunkan aktifitas bekerja. Dengan demikian terdapat
konsekuensi yang konstruktif maupun destruktif bagi pekerjaan. Hampir setiap
kondisi pekerjaan mengandung potensi penyebab stress, tergantung pada reaksi
dan sikap para pekerja bagaimana cara menghadapinya.
Meski reaksi dan sikap para pekerja berbeda-beda dalam menghadapi
stress, secara umum sejumlah kondisi kerja dapat diidentifikasi sebagai penyebab
stress, diantaranya adalah :
a. Beban kerja yang berlebihan
b. Tekanan atau desakan waktu
c. Kualitas kepemimpinan dan supervisi yang buruk,
d. “Iklim Politik” yang tidak aman,
e. Wewenang yang tidak memadai untuk melaksanakan tanggung jawab
f. Konflik dan ketidak jelasan peran
g. Adanya perbedaan antara nilai perusahaan dan para pekerja
h. Pemberhentian dan karir yang tidak adil
i. Timbulnya rasa prustasi.

Tugas kerja manual yang menuntut kecepatan apalagi dilakukan dalam


lingkungan berbahaya, dapt diasosiasikn sebagai sumber stress yang paling besar.
Stress mungkin juga dihadapi para pekerja dengan status jabatan rendah, yaitu
kekurangan sumber daya dan adanya tuntutan volume kerja yang lebih besar.
Perubahan organisasi juga cenderung menyebabkan stress yang lebih berat apabila
berujung pada pemberhentian sementara atau pemindahan (rotasi atau mutasi)
tugas. Salah satu dari penyebab stress adalah frustasi, yaitu akibat tehambatnya
dorongan atau motivasi para pekerja dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Adanya target pekerjaan yang bergeser atau meleset dari rencana semula, akibat
banyaknya gangguan yang tak terduga sehingga banyak waktu para pekerja
tersita, kesemuanya dapat menjadi sumber stress yang segnifikan.

Stress yang dialami oleh seseorang biasanya selalu berkonotasi negatif


karena akan mengalami suatu kontra produktif. Stress sendiri dapat juga
membantu proses mengingat yang dialami dalam jangka pendek dan tidak terlalu
kompleks. Stress bisa meningkatkan glukosa yang menuju ke otak, yang
memberikan energi lebih kepada neuron. Hal dapat mendorong untuk
meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Di sisi lain jika stress
dilakukan secara terus menerus, akan menyebabkan terhambatnya pengiriman
glukosa ke otak yang mengakibatkan rendahnya daya ingat manusia.

Adapun hal-hal yang menjadi faktor penyebab terjadinya stress secara


umum adalah sebagai berikut :

a. Faktor Lingkungan
1. Ketidakpastian ekonomi, misalnya orang merasa cemas terhadap

kelangsungan pekerjaan mereka.

2. Ketidakpastian politik, misalnya adanya peperangan akibat

perebutan kekuasaan.
3. Perubahan teknologi, misalnya dengan adanya alat-alat elektronik

dll, munculnya bom dimana-mana.

b. Faktor Organisasional
1. Tuntutan tugas, misalnya desain pekerjaan individual, kondisi

pekerjaan, dan tata letak fisik pekerjaan.

2. Tuntutan peran, misalnya ada peran beban yang berlebihan dalam

organisasi.

3. Tuntutan antarpersonal, misalnya tidak adanya dukungan dari

pihak tertentu atau terjalin hubungan yang buruk.

c. Faktor Personal
1. Persoalan keluarga, misalnya kesulitan dalam mencari nafkah dan

retaknya hubungan keluarga.

2. Persoalan ekonomi, misalnya apa yang dimilikinya tidak

memenuhi apa yang didambakan.

3. Berasal dari kepribadiannya sendiri.

Dari berbagai masalah yang telah disebutkan tadi baik dari masalah yang
dihadapi secara personal, organisasi, dan lingkungan. Hal semacam itu yang
sangat tidak diharapkan setiap orang dalam segala kondisi apapun, terutama dalam
pekerjaan. Organisasi pun sangat tidak menginginkan setiap anggotanya
mengalami masalah tersebut. Oleh karena itu peran sebagai pemimpin atau
manajer sangat berperan supaya bisa menyelesaikan masalah tersebut agar tidak
mengganggu organisasi.
C. Reaksi terhadap stres
Terdapat reaksi-reaksi terhadap frustasi yang lazim dikenal dengan istilah
mekanisme pertahanan diri, dalam contoh konteks target kerja tadi, misalnya
upaya membela diri terhadap tekanan psikologi akibat adanya target yang
terhambat atau tidak tercapai. Namun demikian, dalam setiap diri para pekerja
memiliki pola toleransi yang berbeda untuk menemukan pemuas pengganti stress
dengan adanya dorongan atau motivasi yang terhambat. Adanya hambatan
terhadap dorongan atau motivasi dapat memicu frustasi yang mengarah pada
tegangan, atau mengarah kembali kepada pola penyesuaian diri baru yang lebih
baik atau sebaliknya. Dengan kata lain, pola reaksi dan sikap para pekerja dalam
menghadapi suatu frustasi akan berbeda satu dengan yang lainnya, namun pada
prinsipnya pola-pola tersebut hanyalah merupakan bentuk-bentuk kompromi atau
pelarian diri dari apa yang diinginkan dengan apa yang dicapai. Adanya reaksi
terhadap frustasi ke dalam bentuk kompromi adalah sesuatu yang wajar, namun
apabila pola reaksi tersebut menjadi pola pelarian diri menjadi kebiasaan dalam
menghadapi segala jenis persoalan, maka hal tersebut dapat dianggap mengarah
pada suatu bentuk penyimpangan.
Bentuk Pola-pola pelarian penyesuaian tersebut dapat dibagi kedalam 5
kategori, yaitu :
a. Bentuk pelarian dengan menolak realitas, yaitu suatu penyesuaian dengan
menekan sumber stress. Hal ini dikenal juga dengan istilah represi, yaitu
hal-hal yang tidak sesuai dengan norma dan realitas dicoba ditekan agar
hilang dari kesadaran, namun emosi tersebut tidak dapat terus menerus
ditekan, mungkin dapat terbenam sejenak, tetapi akan muncul kembali
pada saat yang lain dalam bentuk perilaku yang lain pula.
b. Pelarian dengan mendistorsi realitas, yang sering dikemas dalam modus
rasionalisasi, proyeksi, segresi, pengalihan, dan pelampiasan. Rasionalisasi
adalah memberikan motif palsu sebagai pengganti motif lain yang terlalu
menyakitkan untuk diterima. Sementara, proyeksi adalah suatu mekanisme
pemindahan aspek-aspek negative atau kekurangan pada diri seorang
pekerja yang dialihkan kepada individu yang lain agar terbebas dari beban
tekanan. Adapun segregasi adalah suatu keadaan dimana para pekerja
memiliki beberapa pendirian yang saing bertentangan, namun tetap
dilaksanakan untuk mencapai tujuannya secara terpisah. Sedangkan pola
pengalihan merupakan mekanisme pemindahan aspek-aspek negative yang
dinyatakan secara verbal sebagai akibat dari ketidakmampuan untuk
mencapai tujuan atau memuaskan kebutuhan. Misalnya, dengan mengkritsi
prosedur kerja baru sebagai ketidakmampuan pekerja yang bersangkutan
beradaptasi dengan standar prosedur kerja baru tersebut. Pelampiasan
adalah merupakan respon dari suatu emosi destruktif yang dialihkan
kepada sasaran yang lain.
c. Pelarian dengan mengundurkan diri dari realitas atau menyerah kepada
keadaan dan lazim dikenal dengan pola regresi menghayal (fantasi) dan
konversi. Regresi adalah bentuk pelarian dengan mundur atau menyerah
dari suatu tingkat pencapaian tertentu kearah pilihan yang kurang matang,
supaya pekerja tidak mengalami konflik yang menyakitkan. Adapun
fantasi adalah suatu cara melarikan diri dari suatu yang dapat menyakitkan
kedalam bentuk lamunan dan menghayal. Model-model pelarian ini adalah
wajar terjadi dan tidak terlalu berbahaya sejauh sang penghayal masih
dapat membedakan mana hayalan dan mana realitas. Sedangkan konversi
adalah suatu bentuk pelarian dari realitas ke dalam rasa sakit atau
ketidakberdayaan fisik, dimana dalam hal ini para pekerja melarikan diri
dari situasi yang tidak dapat diatasi, dengan dalih sakit atau
ketidakberdayaan fisik, walaupun hal tersebut tidak memecahkan
persoalan yang sebenarnya. Pola bentuk pelarian tersebut secara klinis
dapat membawa para pekerja ke dalam perilaku kecemasan dan
menyendiri, dimana seorang pekerja memilih suatu cara yang tidak lazim
dengan menempuh cara konversi, untuk menyembunyikan rasa malu dan
rasa bersalah dengan cara yang tidak proposional dan tidak efektif.
d. Pelarian dengan menyerang realitas, yaitu lazim dikenal dengan agresif
verbal. Serangan dengan agresi fisik, yaitu dengan mendobrak halangan
frontal secara fisik, sedangkan agresi verbal bias dilakukan secara
menyindir, mengejek, memperolok-olokan, dan melontarkan humor tajam
yang menyakitkan. Diantara agresi fisik adalah perbuatan mencuri atau
merusak peralatan dan perlengkapan lain melalui serangan fisik yang
merusak.
e. Pelarian dengan kompromi terhadap realitas, dikenal dengan istilah
konpensasi, sublimasi dan identifikasi. Bentuk pelarian ini pada umumnya
merupakan pilihan terbaik bagi kesehatan mental para pekerja. Dalam hal
ini para pekerja tidak terpaksa untuk merusak, melarikan diri dan pura-
pura terhadap realitas sebenarnya atas beban rasa bersalahnya, namun
demikian mereka berusaha untuk mengubah pola reaksi pada dirinya
dengan melakukan kompromi positif. Melalui kompensasi, seorang
pekerja mengganti kinerjanya yang kurang baik dalam satu aspek, dengan
kinerja yang lebih baik dalam aspek lain. Melalui sublimasi, para pekerja
mengalihkan tujuan mereka kea rahlain yang memiliki arti dan maksud
yang setara dengan tujuan sebelumnya, atau bahkan mencapai kinerja yang
lebih baik dalam aspek yang lain. Adapun identifikasi adalah proses
mengidentikan diri seorang pekerja terhadap model rekan kerja lain yang
memiliki tingkat kinerja yang jauh lebih baik, agar dapat mengatasi
berbagai kekurangan yang dimiliki dirinya. Semua pola-pola kompromi
dan pelarian tersebut memilki keunikan dan kekhasan masing-masing,
namun pada prinsipnya melalui pola-pola pilihan yang tersedia, para
pekerja memiliki kesempatan untuk melindungi struktur egonya, baik
karena rasa malu maupun rasa bersalah dan perasaan negative lain yang
berkecamuk dari suatu rasa terancam dan serangan atau rasa terpojok
akibat adanya suatu kegagalan dalam bekerja.
D. Dampak terjadinya stres
Berbagai tekanan dan gangguan dalam sebuah organisasi tentunya pasti
sangat sering terjadi. Hal inilah yang perlu dihindari agar kinerja kerja tidak
terganggu. Semua bisa diatasi asalkan dapat mengindikasikan masalah yang kita
hadapi itu sendiri. Semakin seseorang mendapatkan tekanan di luar batas dari
kemampuan dirinya sendiri tentunya akan mengalami stress pula yang cukup berat
dan sangat mengganggu kerja otak termasuk dengan daya ingat. Dampak dan
akibat dari stress itu sendiri dalam buku Organizational Behavior (Robbin),
dikelompokkan menjadi tiga gejala, yaitu gejala fisiologis, psikologis, dan
perilaku.
a. Gejala Fisiologis, meliputi sakit kepala, tekanan darah tinggi, dan
sakit jantung.
b. Gejala Psikologis, meliputi kecemasan, depresi, dan menurunnya
tingkat kepuasan kerja.
c. Gejala Perilaku, meliputi perubahan produktivitas, kemangkiran
dan perputaran karyawan.
Ada lima jenis konsekuensi dampak stress yang potensial menurut T. Cox
sebagai berikut :
a. Dampak subjektif
Kecemasan,agresi, kebosanan, depresi, keletihan, frustasi,
kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup, dan merasa kesepian.
b. Dampak perilaku
Kecenderungan mendapatkan kecelakaan, alkoholik,
penyalahgunaan obat-obatan, emosi yang tiba-tiba meledak,
makan berlebihan, merokok berlebihan, perilaku yang mengikuti
kata hati, ketawa, dan gugup.
c. Dampak kognitif
Kemampuan mengambil keputusan yang jelas, konsentrasi yang
buruk, rentang perhatian yang pendek, sangat peka terhadap kritik,
dan rintangan mental.
d. Dampak fisiologis
Meningkatnya kadar gula, meningkatnya denyut jantung dan
tekanan darah, kekeringan di mulut, berkeringat, membesarnya
pupil mata, dan tubuh panas dingin.
e. Dampak organisasi
Keabsenan, pergantian karyawan, rendah produktivitasnya, keterasingan
dari rekan sekerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya keikatan dan
kesetiaan terhadap organisasi.
Tidak selamanya stress berdampak negatif, ada beberapa dampak
positif dari stress, yaitu :
a. Mendorong orang berpikir kreatif
b. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
c. Membuat tubuh menjadi lebih fit
d. Membantu memecahkan masalah
e. Pemulihan
Semua gejala-gejala yang disebutkan di atas tentu sangat membuat
ketidaknyamanan setiap orang. Ingin rasanya untuk terhindar dari segala tekanan
stress yang dialaminya. Bahkan sampai pada tingkatan stress yang tinggi dalam
gejala psikologis, seseorang bisa berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Tekanan
yang dirasa sudah cukup beratlah yang membuat dampak seperti itu.
E. Mengatasi stres dalam organisasi
Dalam proses manajemen, jika para manager ingin meningkatkan motivasi
para pekerja mereka, maka mereka harus berupaya menghilangkan hambatan-
hambatan sekaligus menyediakan jalan bagi para pekerja dalam upaya mencapai
tujuan organisasi. Sebagai contoh, jika seorang pekerja ditempatkan pada suatu
proyek tertentu dan ia dimotivasi untuk mengerjakan proyek tersebut dengan baik,
maka dukungan anggaran dan sumber daya lain dibutuhkan perlu disediakan
untuk mencegah terjadinya frustasi. Dalam konteks ini tentu saja bukan berarti
semua tantangan yang dihadapi dihilangkan, akan tetapi dukungan tetap diberikan
secara proporsional yang memungkinkan proyek tersebut dapat
diimplementasikan dengan tetap menantang dan keberhasilan tercapai. Dalam hal
ini terdapat pula model hubungan stress dan kinerja yang menggambarkan bahwa
stress juga dapat menjadi faktor positif dalam memacu kinerja. Jika stress tidak
ada, biasanya tantangan kerja juga tidak ada, sehingga akhirnya capaian kinerja
kemudian menjadi menurun. Maka sejalan dengan meningkatnya stress
seyogyanya kinerja cenderung naik, diamana dengan stress para pekerja terbantu
untuk mengarahkan segala sumber daya mereka untuk memenuhi kebutuhan
kerja. Dengan perkataan terbantu untuk mengarahkan segala sumber daya mereka
untuk memenuhi kebutuhan kerja. Dengan perkataan lain adalah suatu rangsangan
yang sehat jika para pekerja didorong untuk menanggapi tantangan pekerjaan.
Pemberian bobot dan porsi stress secara terhadap sampai mencapai titik stabil
akan sejalan dengan porsi pencapaian kinerja, akan tetapi apabila terjadi stress
tambahan yang melampaui titik stabil dan keseimbangan maka cenderung tidak
akan menghasilkan perbaikan kinerja. Dengan kata lain. Kinerja akan segera
menurun jika bobot stress terlalu besar yang akan mengganggu pada pelaksanaan
pekerjaan.Dalam hal ini para pekerja kehilangan kemampuan untuk
mengendalikan stress, sehingga berdampak pada kecepatan kerja dan akurasi hasil
kerja.
Disamping banyak cara lain untuk mengatasi stres secara individual,
namun secara organisasional konseling untuk menanggulangi permasalahan
emosional para pekerja dapat dilembagakan secara formal kedalam organisasi.
Konseling yang dimaksud bertujuan untuk memperbaiki dan memelihara
kesehatan mental para pekerja secara menyeluruh. Yaitu berupa bimbingan dan
penyuluhan serta pembahasan berbagai masalah emosional para pekerja, sehingga
para pekerja terbantu untuk mengatasi masalahnya dengan lebih baik. Konseling
adalah suatu pertukaran gagasan antara dua orang manusia, yakni antara konselor
dan konselee melalui suatu cara komunikasi. Dalam hal ini spesialis konselor
dapat dilatih untuk memahami dan mengatasi persoalan para pekerja dalam
rangka membantu organisasi untuk bertindak lebih manusiawi dan memperhatikan
masalah yang dihadapi para pekerja. Tujuan umum konseling adalah membantu
para pekerja mengembangkan kesehatan mental mereka kearah yang lebih baik,
sehingga rasa percaya diri, pemahaman, pengendalian diri, dan kemampuan untuk
bekerja secara efektif dapat berkembang. Kegunaan konseling dapat dipetik
manfaatnya, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Konseling dipandang sebagai nasehat, dimana konselor membuat
pertimbangan mengenai masalah para pekerja yang dibimbing, kemudian
merancang tindakan yang akan dilakukan.
b. Sebagai dukungan untuk menentramkan hati, dalam hal ini konselor
memberikan dorongan bagi para pekerja untuk menghadapi persoalan dan
rasa percaya diri dengan pemahaman yang jernih dan tindakan yang tepat.
Namun adakalanya ketentraman hati ini dapat hilang begitu saja, jika para
pekerja dihadapkan kepada masalah lagi, sehingga penentraman hati harus
digunakan secara lebih hati-hati agar tidak mengecilkan arti persoalan para
pekerja yang tengah dihadapi.
c. Sebagai komunikasi, yaitu menemukan masalah emosional para pekerja
sehubungan dengan diberlakukannya kebijakan perusahaan yang perlu
dikomunikasikan dan diterjemahkan kepada pimpinan puncak, dan begitu
pula sebaliknya. Dalam hal ini konselor membantu menerjemahkan
aktivitas bisnis dalam konteks keorganisasian terhadap para pekerja
sebagaimana mereka acap memperbincangkan masalah tersebut diantara
mereka.
d. Pengenduran ketegangan emosional, yaitu pelampiasan rasa emosi dan
frutrasi para pekerja dengan menceritakan kepada konselor sebagai proses
katarsis emosional. Jika para pekerja dapat menceritakan persoalan mereka
yang didengarkan oleh konselor dengan penuh simpatik, maka dapat
diharapkan ketegangan emosi para pekerja akan menurun. Pada gilirannya
mereka akan lebih santai dan ucapan mereka akan lebih terkendali, masuk
akal dan rasional. Pengenduran ini merupakan tahapan antara untuk
menghilangkan beban mental dalam menemukan pemecahan, sehingga
memungkinkan para pekerja dapat kembali berfikir konstruktif tentang
masalah yang tengah dihadapi mereka.
e. Berfikir jernih, yaitu meletakkan semua persoalan secara proporsional
tanpa dibesar-besarkan dengan cara berfikir rasional dan realistik serta
lebih berorientasi kepada fakta dan bukan rumor. Dalam hal ini konselor
berperan sebagai pembantu belaka dan menahan diri untuk tidak
menggurui kepada para pekerja tentang sesuatu apa yang benar dan apa
yang salah.
Pada dasarnya seorang pemimpin adalah konselor penting, karena mereka
merupakan satu-satunya figur yang setiap hari berhubungan dengan para pekerja.
Jika para pemimpin menutup mata tentang masalah emosional para pekerja, maka
sama artinya tidak adanya kepedulian dari seorang atasan kepada bawahan tentang
persoalan emosional mereka. Emosi adalah bagian dari keseluruhan pekerja yang
perlu dipandang sebagai bagian dari situasi tenaga kerja secara keseluruhan, yang
juga merupakan lingkup wewenang dan tanggung jawab seorang pemimpin. Maka
untuk alasan ini semua pemimpin, dari tingkat yang paling rendah sampai ke
tingkat yang paling tinggi memerlukan pelatihan untuk membantu mereka
memahami masalah para pekerja dan mampu mengkonsultasikannya
secaraefektif. Konseling hanyalah salah satu cara dari beberapa cara untuk
mengurangi stres, adapun cara lain yang lebih spesifik, yaitu melalui :
a. Meditasi, umumnya meditasi memerlukan lingkungan yang relatif tenang,
posisi nyaman, rangsangan mental yang repetitif, dan sikap yang pasif
sehingga pemusatan fikiran untuk menenangkan fisik dan emosi dapat
tercapai. Beberapa organisasi yang sudah menyadari telah menyediakan
ruang meditasi khusus bagi para pekerja yang memenuhi kriteria meditasi
klinis terstandarisasi, sehingga membuahkan hasil yang menyenangkan
dan optimal bagi kebugaran mental para pekerja.
b. Biofeed-back, melalui bio-feedback para pekerja dapat terlatih
mengendalikan proses internal biologis mereka untuk mengurangi efek
stres yang tidak diinginkan, misalnya mengendalikan proses denyut
jantung, konsumsi oksigen, dan aliran asam lambung.
c. Personal wellness, melaui personal wellness lebih merupakan program
pemeliharaan preventif bagi kebugaran personal yang direkomendasikan
oleh dokter spesialis dalam melakukan perubahan gaya hidup, seperti
pengaturan pernafasan, pelemasan otot, hayalan positif, pengaturan menu,
dan sejumlah latihan yang memungkinkan para pekerja menggunakan
potensi pribadinya secara penuh.
F. Pendekatan Manajemen Stres
Manajemen stress adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia)
secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional
yang muncul karena tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stress itu sendiri
adalah untuk memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik.
1. Pendekatan Individual
a. Penerapan manajemen waktu
Pengaturan waktu yang sangat tepat akan menjamin seseorang tidak akan
menjadi stress. Dikarenakan setiap orang pastinya memiliki rasa lelah yang
sangat besar dan memerlukan pembagian waktu untuk istirahat dan
merelaksasikan tubuh dari kepadatan jadwal kerja. Pola pembagian waktu
yang baik antar waktu bekerja, beribadah, dan waktu istirahat. Waktu
bekerja antara jam 7 pagi sampai jam 6 sore, setelah itu kemungkinan daya
tingkat kejenuhan seseorang akan meningkat, di saat itulah diperlukan
istirahat yang cukup untuk mengembalikan rasa lelah.
b. Penambahan waktu olah raga
Dalam tubuh manusia diperlukan olah raga yang dapat mengatur dan
merangsang syaraf motorik dan otot-otot sehingga membuat badan kita
menjadi bugar. Ketahanan fisik yang dimiliki pun akan semakin baik. Olah
raga pun bisa dilakukan seminggu 3 kali atau 1 minggu sekali. Bisa
dengan jogging di pagi atau di sore hari, cukup melakukan olah raga yang
ringan.
c. Pelatihan relaksasi
Setelah melakukan kerja yang cukup padat dan banyak, tentunya membuat
tubuh menjadi lelah dan diperlukan relaksasi yang membantu
menenangkan tubuh yang tegang menjadi rileks. Menyegarkan otak yang
sudah dipakai untuk bekerja setiap hari. Cara yang ampuh dalam relaksasi
bisa dengan mendengarkan musik atau menonton film sambil bersantai.
Namun ada juga yang melakukan meditasi atau yoga.
d. Perluasan jaringan dukungan social
Berhubungan dengan banyak orang memang sangat diperlukan. Selain
dengan mempermudah dalam pekerjaan, dengan memiliki banyak jaringan
pertemanan juga bisa kita manfaatkan sebagi tempat berbagi dalam
memecahkan masalah yang dialami. Terkadang setiap orang hal seperti ini
sangat diperlukan sekali. Karena itu manusia adalah makhluk sosial yang
saling membutuhkan
2. Pendekatan Organisasional
a. Menciptakan iklim organisasional yang mendukung
Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur
birokratik yang tinggi yang menyertakan infleksibel. Ini dapat membawa
stress kerja yang sungguh-sungguh. Strategi pengaturan mungkin membuat
struktur lebih desentralisasi dan organik dengan membuat keputusan
partisipatif dan aliran keputusan ke atas. Perubahan struktur dan proses
struktural mungkin akan menciptakan iklim yang lebih mendukung bagi
pekerja, memberikan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan
mereka, dan mungkin akan mencegah atau mengurangi stress kerja
mereka.
b. Adanya penyeleksian personel dan penempatan kerja yang lebih baik
Pada dasarnya kemampuan ilmu atau kemampuan yang dimiliki oleh
setiap orang mungkin akan berbeda satu dengan yang lainnya. Penempatan
kerja yang sesuai dengan keahlian sangat menunjang sekali
terselesaikannya suatu pekerjaan. Penyesuaian penempatan yang baik dan
penyeleksian itu yang sangat diperlukan suatu perusahaan atau organisasi
agar setiap tujuan dapat tercapai dengan baik. Seperti halnya seorang
petani yang tidak tahu bagaimana seorang nelayan yang mencari ikan,
tentunya akan kesulitan.
c. Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional
Konflik dalam sebuah organisasi mungkin adalah hal yang wajar dan
mungkin sering juga terjadi. Konflik apapun yang terjadi tentunya akan
menimbulkan ketidakjelasan peran suatu organisasional tersebut.
Mengidentifikasi konflik penyebab stress itu sangat diperlukan guna
mengurangi atau mencegah stress itu sendiri. Setiap bagian yang
dikerjakan membutuhkan kejelasan atas setiap konflik sehingga ambigious
itu tidak akan terjadi. Peran organisasi itu yang bisa mengklarifikasikan
suatu konflik yang terjadi sehingga terjadilah suatu kejelasan dan bisa
menegosiasikan konflik.
d. Penetapan tujuan yang realistis
Setiap organisasi pastinya memiliki suatu tujuan yang pasti. Baik bersifat
profit maupun non profit. Namun tujuan organisasi itu harus juga bersifat
riil sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi tersebut.
Kemampuan suatu organisasi dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki
oleh setiap orang anggotanya. Dengan tujuan yang jelas dan pasti tentunya
juga sesuai dengan kemampuan anggotanya maka segala tujuan pasti akan
tercapai pula. Namun sebaliknya jika organisasi tidak bersikap realistis dan
selalu menekan anggotanya tanpa adanya koordinasi yang jelas stress itu
akan timbul.
e. Pendesainan ulang pekerjaan
Stress yang terjadi ketika bekerja itu kemungkinan terjadi karena faktor
pekerjaan yang sangat berat dan menumpuk. Cara menyikapi dan
mengatur program kerja yang baik adalah membuat teknik cara
pengerjaannya. Terkadang setiap orang mengerjakan pekerjaan yang sulit
terlebih dahulu daripada yang mudah. Seseorang akan terasa malas dan
enggan untuk mengerjakan pekerjaannya ketika melihat tugas yang sudah
menumpuk maka akan timbul stress. Strategi yang dilakukan adalah
melakukan penyusunan pekerjaan yang mudah terlebih dahulu atau
pekerjaan yang dapat dikerjakan terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit
pekerjaan yang menumpuk pun akan terselesaikan. Dengan kata lain stress
pun bisa dihindari dan bisa dikurangi.
f. Perbaikan dalam komunikasi organisasi
Komunikasi itu sangatlah penting sekali dalam berorganisasi. Komunikasi
dapat mempermudah kerja seseorang terutama dalam teamwork. Sesama
anggota yang tergabung dalam satu kelompok selalu berkoordinasi dan
membicarakan program yang akan dilakukan. Komunikasinya pun harus
baik dan benar. Perbedaan cara koordinasi dan instruksi ke atasan maupun
bawahan. Seringkali terjadi kesalahan dan tidak mampu menempatkan
posisi dan jabatan sehingga terjadi kesalahan dalam mengkomunikasikan.
g. Membuat bimbingan konseling
Bimbingan konseling ini bisa dirasakan cukup dalam mengatasi stress.
Konseling yang dilakukan kepada psikolog yang lebih kompeten dalam
masalah kejiwaan seseorang. Psikologis seseorang terganggu sekali ketika
stress itu menimpa. Rasa yang tidak tahan dan ingin keluar dari tekanan-
tekanan yang dirasakan tentunya akan menambah rasa stress yang
dihadapinya. Konseling dengan psikolog sedikitnya mungkin bisa
membantu keluar dari tekanan stress.
Dalam buku Fx. Suwarto ada beberapa cara lain untuk
mengatasi stress, yaitu :
1. Program klinis dan program keorganisasian
2. Pendekatan individual terhadap stress
3. Pengenduran (Relaxation)
4. Meditasi (Meditation)
5. Biofeedback adalah metode yang digunakan untuk menjadi
individu dalam mengendalikan berbagai proses tubuh secara internal,
dengan bantuan rekaman yang dapat diperagakan kepada orang yang
bersangkutan untuk mengamati denyut jantung, tekanan darah, suhu dan
pola gelombang otak yang secara normal tidak dapat diamati sehingga
proses biologis secara terus menerus disediakan individu oleh balikan
(feedback) untuk memantau apa yang terjadi secara biologis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stress merupakan suatu yang tidak diharapkan yang muncul karena
tingginya suatu tuntutan lingkungan pada seseorang. Keseimbangan antara
kemampuan dan kekuatan terganggu. Penyebab stress ini dapat berasal dari faktor
lingkungan, faktor organisasional dan faktor personal. Stress ini dapat
mengakibatkan kepala pusing, kecemasan, depresi bahkan dapat menurunkan
tingkat produktivitas seseorang. Namun tidak selamanya stress berdampak
negatif, keadaan stress pada seseorang dapat memaksa dia untuk berpikir yang
jauh lebih kreatif dari sebelumnya. Stress dapat diatasi dengan berbagai cara
seperti meditasi, pengenduran, berolahraga, memperluas jaringan sosial, dan bisa
berkonsultasi kepada psikolog. Dalam organisasi hal terpenting adalah bagaimana
menciptakan kenyamanan lingkungan kerja yang lebih baik diantara para pekerja.
Seorang pemimpin dalam organisasi adalah konselor penting, karena mereka
merupakan satusatunya figur yang setiap hari berhubungan dengan para pekerja.
Pendekatan preventif agaknya akan lebih baik dalam menanggulangi penyebab
stres, meskipun metode-metode penanggulangan dapat membantu para pekerja
beradaptasi dengan beban stresor yang berada dibawah pengendalian langsung.
Hal terpenting adalah bagaimana menciptakan kenyamanan lingkungan kerja yang
lebih baik diantara para pekerja, maka secara situasional suatu pendekatan
penanggulangan alternatif yang spesifik akan bermanfaat bagi para pekerja dalam
menghadapi persoalan stres dan emosional dengan sumber dan bobot yang
berbeda pula. Dengan demikian pemahaman mengenai stres dan gangguan
emosional lain yang sejenis merupakan salah satu bagian penting dari sejumlah
kompetensi yang wajib dimiliki dan tidak dapat ditawar lagi bagi seorang manajer
yang berurusan dengan sumber daya manusia dalam suatu organisasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis menyarankan bahwa sebaiknya
dampak stress tidak harus dilihat dari segi negatifnya tetapi kita juga harus telaah
untuk segi positifnya. Stress sebaiknya diatasi dengan cara-cara yang positif saja,
jangan sampai keliru dalam mengatasi stress. Untuk menjadi seorang pemimpin
dalam suatu organisasi seyogyanya sang pemimpin dibekali dengan pengetahuan
dan pemahaman mengenai psikologis dan spiritualisasi agar seorang pemimpin
tersebut mampu mengidentifikasi kondisi-kondisi para perja yang terkait dengan
stress kerja. Dari berbagai pembahasan mengenai stress dalam mekalah ini,
penulis berharap pembaca maupun penulis dapat menambah pengetahuan serta
memahami beberapa hal yang terkait dengan stress kerja dalam organisasi, dengan
pemahaman yang didapat dari
Pada makalah ini penulis juga berharap agar kita semua dapat
mengatasinya secara efektif ketika kita dihadapkan dengan kondisi stress, baik
stress dalam lingkungan kerja maupun stress dalam kehidupan sehari-hari. Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, karena itu kami
berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan penulisan makalah di masa depan.
Contoh kasus :

Terlihat seorang wakilpembicara dan karyawan yang berkumpul diluar


pabrik Foxconn, Provinsi Guangdong Cina Selatan pada sebuah dokumen foto
yang diamil tanggal 24 Februari 2010. “ Perusahaan hanya mementingkan
kepentingan bisnisnya dengan memeras karyawan, sementara upah pekerjanya
sendiri masih sangat rendah, ironisnya karyawan tidak berdaya akan kebijakan
ini”. Pemogokan di perusahaan Honda Motor dan serentetan bunuh diri karyawan
di Foxconn Technology ( Produsen raksasa elektronik untuk industri seperti
Apple, Dell dan Hewlett-Packard) membuat Pemerintah cina harus melakukan
pertemuan dengan perwakilan Management Perusahaan.

Seorang insinyur berumur 28 tahun yang bekerja untuk Foxonn ( Pembuat


iPhone. iPads dan gadget elektronik lainnya termasuk Apple Inc ) meninggal
dunia “ kematiannya mendadak” dirumahnya di dekat pabrik Foxconn Shenzhen
di provinsi Guangdong Cina selatan. Penyebab kematian masih diselidiki dan “
kita sedang mengumpulkan informasi – informasi pendukung penyebab kematian
insinyur ini termasuk keterkaitannya dengan pekerjaan,”. Kata salah satu
perwakilan management perusahaan.

Surat kabar Ming Pao di Hongkong melaporkan bahwa salah satu kerabat
dekat insinyur mengklaim kematian rekan kerjanya itu dikarenakan “ stress kerja”.
Setelah bekerja 34 jam tanpa istirahat. Dampak dari laporan surat kabar yang
terbit langsung direspon positif oleh perusahaan dengan mengumumkan
pemberian 30% bonus pada karyawannya untuk meningkatkan dan membantu
terciptanya lingkungan kerja yang lebih baik selain itu kerja lembur karyawan
akan dikurangi sehingga bisa banyak waktu untuk istirahat. Aktivitas
ketenagakerjaan menuduh perusahaan memiliki gaya manajemen yang kaku, dan
karyawannya dipaksakan untuk bekerja terlalu keras, namum Foxconn
menyangkal tuduhan ini. Dalam setahun ini di Foxconn Company “ sepuluh
pekerjanya telah bunuh diri dan tiga lainnya melakukan percobaan bunuh diri, rata
–rata mereka tewas karena terjun dari atas bangunan.
DAFTAR PUSTAKA

Suwarto, Fx.1999.Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Universitas

Atmajaya Yogyakarta.

Robbin, Stephen.2008.Organizational Behavior. Jakarta: Salemba Empat.

Gibson, Ivan Cevich, dan Donnelly.1996.Organisasi Edisi Kedelapan.Jakarta:

Binarupa Aksara.

http://fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2187-stress

dalam-organisasi. Akses tanggal 17 November 2016

http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-stres-kerja-definisi

faktor.html. Akses tanggal 17 November 2016

http://www.pikiran-rakyat.com/luar-negeri/2012/06/14/192394/kasus-bunuh-diri-
di-perusahaan-apple-kembali-terjadi

diunduh tanggal 29 april 2020 / pukul 08.11 WIB

waktu peristiwa 14 juni,2012-23:58

Anda mungkin juga menyukai