Anda di halaman 1dari 1

Jawaban Pertanyaan: Makna Manthiqul Ihsas dan Ihsasul Fikriy

Kepada Dhuha Ghufron


Pertanyaan: ihsâs berarti pemikiran yang bersandar pada penginderaan
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuhu. Yang secara langsung. Manthiq al-ihsâs lebih kuat dan lebih kokoh
terhormat al-‘alim syaikhuna al-amir Atha’ bin Khalil Abu ar- dari yang lain sebab berhubungan dengan penginderaan secara
Rasytah: saya punya pertanyaan problematik di dalam buku at- langsung. Kesadaran seeorang tentang sejauh mana
Takattul al-Hizbiy. Disitu dinyatakan kata “mukhlishan” dalam kemerosotan dan keterbelakangan yang menimpa Afrika, yang
kalimat: “sampai seandainya ia ingin untuk tidak menjadi dia peroleh melalui informasi yang ia terima, kesadarannya itu
mukhlis, ia tidak kuasa atas yang demikian”. Lalu apa artinya? berbeda jauh dari kesadarannya terhadap kemerosotan ini,
Demikian juga saya mohon penjelasan makna “manthiq al- pada saat ia melakukan kunjungan ke Afrika dan menelaah
ihsâs” dan “ihsâs al-fikriy”. langsung fakta di sana dan melalui penelahaan itu ia sampai
Terima kasih banyak dan semoga Allah membalas Anda yang kepada kesimpulan terhadap Afrika sebagai terbelakang dan
lebih baik dengan al-Khilafah pada masa Anda dan Anda mundur.
menjadi imam kami, amin. Adapun ihsâs al-fikriy (penginderaan intelektual) maka itu
Muhammad Dhuha dari Indonesia. Wassalamu ‘alaikum wa kebalikan ihsâs ash-sharf (penginderaan murni ), yaitu ia
rahmatullah wa barakatuhu. mengindera fakta tanpa memiliki pemikiran yang berkaitan
Jawab: dengan fakta ini. Jika pada dirinya ada pemikrian dan ia
Wa ‘alaikumussalam wa rahmatullâh wa barakatuhu. mengindera fakta tersebut setelah pemikiran itu sampai
Tampaknya Anda maksudkan dengan pertanyaan Anda adalah kepadanya, maka penginderaannya dan pemahamannya
teks berikut dari buku at-Takattul al-Hizbiy halaman 25-26: terhadap fakta tersebut tanpa diragukan lagi adalah lebih kuat
(Dan yang demikian itu bahwa penginderaan yang dan lebih kokoh dari penginderaannya yang murni yakni
mengantarkan kepada pemikiran di dalam Hizb, pemikiran ini di penginderaannya sebelum adanya pemikrian tersebut. Jadi
tengah umat bersinar diantara berbagai pemikiran dan menjadi sampainya penginderaan setelah adanya pemikiran berkaitan
salah satu dari pemikiran-pemikiran di tengah umat itu. Pada dengannya disebut ihsâs al-fikriy. Misalnya, persepsi seseorang
awalnya paling lemah sebab paling akhir kelahirannya dan terhadap fakta Afrika setelah pengetahuannya tentang makna
paling baru keberadaannya. Pemikiran ini belum mengkristal kemerosotan dan pemahamannya tentang perbedaan antara
sama sekali. Belum ada suasana untuknya. Akan tetapi, kemerosotan dan kebangkitan, adalah lebih kuat dari
dikarenakan pemikiran itu hasil manthiq al-ihsâs, yakni persepsinya terhadap fakta Afrika sebelum ia mengetahui
pemahaman hasil dari kesadaran yang bersifat penginderaan secara intelektual (pemikiran) atas makna kemerosotan dan
(al-idrâk al-hissiy), maka ia mewujudkan penginderaan bersifat kebangkitan tersebut. Penginderaannya tentang betapa
pemikiran (ihsas al-fikriy) yakni mewujudkan penginderaan mengerikannya eksploitasi Barat kafir terhadap Afrika dan
yang jelas hasil pemikiran yang mendalam. Maka –tentu saja- ia perampokan Barat terhadap
menyinari orang yang bertabiat dengannya dan menjadikannya - 216 -
seorang yang mukhlis, sampai seandainya ia ingin untuk tidak kekayaan Afrika menjadi lebih kuat setelah ia mengetahui
menjadi seorang yang mukhlis, ia tidak kuasa atas yang secara pemikiran mengenai politik negara-negara Barat
demikian) selesai. terhadap Afrika, penginderaannya itu lebih kuat dari
Dan pertanyaan Anda pun tentang makna manthiqul ihsas dan penginderaannya tentang eksploitasi tersebut sebelum adanya
ihsasul fikriy serta kenapa pemikiran ini menjadikan pengetahuan ini. Oleh karena itu, syabab Hizbut Tahrir di Afrika
pengembannya seorang yan mukhlis. mengindera merosotnya masyarakat di sana dan betapa
- 215 - mengerikannya eksploitasi negeri mereka. Penginderaan
Bagian besar dari pertanyaan Anda itu ada jawabannya di buku mereka jauh lebih banyak dari orang lain karena pemahaman
Mafâhîm Hizbut Tahrir. Di dalamnya dijelaskan makna manthiq mereka terhadap makna kemerosotan dan penelaahan mereka
al-ihsâs dan makna ihsâs al-fikriy. Di buku Mafâhîm halaman terhadap politik negara-negara imperialis terhadap negeri
58-59 dinyatakan sebagai berikut: mereka dan pengetahuan mereka terhadap kerakusan negara-
(Tidak boleh sama sekali memisahkan perbuatan dari pemikiran negara ini. Sedangkan orang lain maka penginderaan mereka
atau dari tujuan tertentu atau dari iman. Sungguh di dalam terhadap hal itu adalah lebih lemah, bahkan sebagian dari
pemisahan ini –betapapun kecil- ada bahaya terhadap mereka tidak memperhatikannya.
perbuatan itu sendiri, terhadap hasil-hasilnya dan Pemikiran transformatif yang dicapai oleh partai ideologis
kelangsungannya. Oleh karena itu maka tujuan tertentu itu terjadi melalui manthiq al-ihsâs yang mengantarkan kepada
harus menjadi pemahaman yang jelas bagi setiap orang yang hasil-hasil yang benar dan jujur. Darinya lahir ihsâs al-fikriy yang
berusaha berbuat hingga ia memulainya. menjadikan pengembannya memandang fakta dan
Dan merupakan keniscayaan manthiq al-ihsâs merupakan asas. menginderanya secara benar dan jujur. Oleh karena itu maka
Yakni hendaknya pemahaman dan pemikiran itu keduanya pemikiran ini tanpa diragukan lagi mewujudkan pemahaman-
merupakan hasil dari penginderaan bukan dari semata asumsi- pemahaman yang benar pada pemiliknya. Dia tidak berhenti
asumsi untuk masalah-masalah khayali. Dan hendaknya pada batas informasi-informasi teoritik. Jadi pengemban
penginderaan terhadap fakta itu berpengaruh di dalam otak, pemikiran ini memahami hakikat-hakikat perkara. Maka ia tidak
bersama informasi awal ia mewujudkan gerakan otak yang mampu kecuali menjadi orang yang mukhlis dan jujur seperti
berupa pemikiran. Inilah yang merealisasi kedalaman dalam pemikiran yang ia emban. Ia tidak mampu menipu dirinya
berpikir dan merealisasi hasil dalam perbuatan. Manthiq al- sendiri dan membisikinya bahwa faktanya berbeda dengan apa
ihsâs mengantarkan kepada ihsâs al-fikriy yakni kepada yang ia lihat. Akan tetapi ia memandang fakta menurut
penginderaan yang dikuatkan oleh pemikiran yang ada pada diri hakikatnya. Ia mengetahui solusi menurut hakikatnya. Sehingga
manusia. Karena itu, penginderaan para pengemban dakwah ia tidak kuasa kecuali menjadi seorang yang mukhlis, selama ia
misalnya, setelah pemahamannya adalah lebih kuat dari adalah pengemban pemikiran ini.
penginderaan mereka sebelum itu) selesai. Saudaramu
Sesungguhnya manthiq al-ihsâs itu berarti seseorang Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah
mengambil pemikiran setelah penginderaannya secara langsung 15 Shafar 1436 H
terhadap fakta dan menelaahnya, bukan melalui jalan talaqqiy 07 Desember 2014 M
(menerima) dan talqin (pengajaran/instruksi) yang tidak
dipastikan kebenarannya. Dan tentu saja itu bukan dari jalan
asumsi-asumsi untuk masalah-masalah khayali. Jadi manthiq al-

Anda mungkin juga menyukai