Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN

TENTANG PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Di Susun Oleh :

KELOMPOK 10 BAB 11

HASAN ACE 115 035


DEDE KURNIAWAN ACE 115 054
OKY SYAPUTRA ACE 115 026
EDUARDUS G. ACE 115 034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam


pembelajaran dikelas maupun tutorial. Model pembelajaran harus mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk tujuan-tujuan pembelajaran,
lingkungan dan pengelolahan kelas. Melalui pembelajaran guru dapat membantu
peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan
mengekpresikan ide. Juga berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran.

Pembelajaran kooperatiif dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme


yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Dalam penelitian Piaget yang
pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak
(Ratna, 1988:181)

Dalam pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitor yang


berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi.
Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi harus juga
membangun dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan pengetahuan langsung dalam menerapkan ide-ide mereka. Hal ini
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide
mereka sendiri.

Piaget dan Vygotsky mengemukakan adanya hakikat sosal dari sebuah proses
belajar, juga mengemukakan tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar
dengan kemampuan anggota-anggotanya yang beragam, sehingga terjadi
perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses
aktif dan pengetahuan disusun dalam pemikiran siswa. Oleh karena itu, belajar
adalah tindakan kreatif di mana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan
objek dan peristiwa serta bereaksi dengan objek dan peristiwa tersebut.

2
Di samping aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses
pembelajaran, dituntut interaksi yang seimbang. Interaksi yang dimaksud adalah
adanya interaksi atau komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa.
Guru dengan siswa, diharapkan dalam proses belajar terjadi komunikasi multi
arah.

Pandangan kontsruktivisme Piaget dan Vygostky dapat berjalan


berdampingan dalam proses pembelajaran kontruktivisme. Piaget yang
menekankan pada kegiatan internal individu terhadap objek yang dihadapkan dan
pengalaman yng dimiliki orang tersebut, sedangkan konstruktivisme Vygotsky
menekankan menekankan pada interaksi sosial dan melakukan konstruksi
pengetahuan dari lingkungan sosialnya. Berkaitan dengan karya Vygotsky dan
penjelasan Piaget, para konstruktivis menekankan pentingnya interaksi dengan
teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar, siswa diberikan
kesempatan secara aktif untuk mengungkapkan sesuatu yang difikirkan kepada
temannya. Hal itu akan membantunya untuk melihat sesuatu dengan jelas, bahkan
melihat ketidaksesuaian pandangan mereka sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari pembelajaraan kooperatif ?
2. Apa tujuan dan manfaat dari pembelajaran kooperatif ?
3. Apa saja model-model dari pembelajaran kooperatif ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui tentang pengertian model pembelajaran kooperatif.
2. Mengerti tujuan dan manfaat model pembelajaran kooperatif.
3. Mengetahui model-model model pembelajaran kooperatif.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
meutamakankerja sama untuk mencapai tujuan pembejaran. Pembelajaran
kooperatif (cooperatif learming) merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok; kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Pembelajaran kooperatif pada hakikatnya sama dengan kerja


kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang menyatakan tidak ada
sesuatu yang aneh dalam cooperatif learnig, karena mereka telah biasa
melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar
kelompok, walaupun tidak semua belajar kelompok disebut dalam
cooperative learning, seperti dijelaskan oleh abdulhak (2001:19-20) bahwa
“pembelajaran kooperatif dilaksanakan melaluli sharing proses antara
peserta didik sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama antara
peserta didik itu sendiri”.

Tom V. Savage (1998:25) mengemukakan bahwa cooperative


learning merupakan satu pendekatan yang menekan kerja sama dala
kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang
melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling
beinteraksi. Dalam sistem belajar kooperatif, siswa belajar bekerja
bersama anggota lainnya (Nurulhayati, 2002:25)

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang


melibatkan partisifasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk salng
beinteraksi (Nurulhayati 2002:25). Dalam sistem belajar yang kooperatif ,
siswa belajar bekerja sama dangan anggota lainnya. Berdasarkan uraian
diatas dapat di pahami bahwa dalam pembelajaran kooperatif, siswa

4
memiliki tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri, dan
membantu sesama anggota untuk belajar. Siswa dapat belajar dalam
kelompok kecil.

B. TUJUAN DAN MANFAAT MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Pembelajran kooperatf mempunyai beberapa tujuan, di antaranya adalah:
1) meningakatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model kooperatif
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit; 2) agar siswa
dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar
belakang; 3) mengembangan keterampilan sosial siswa, antara lain: berbagai
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.
Menurut Lnda Lungren (1994:120) dalam ibrahim, dkk. (2000:18), ada
beberapa menfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan belajar yang rendah,
yaitu: 1) meningkatan pencurahan waktu pada tugas: 2) rasa harga diri menjadi
lebih tinggi; 3) memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah; 4) memperbaiki
kehadiran; 5) angka putus sekolah rendah; 6) penerimaan terhadap perbedaan
ndividu menjadi lebih besar; 7) perilaku terganggu menjadi lebih kecil; 8) konflik
antarpribadi berkurang; 9) sikap statis berkurang; 10) pemahaman yang lebih
mendalam; 11) meingkatkan motivasi lebih besar; 12) hasil belajar lebih tinggi;
13) retensi lebih lama; dan 14) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan
toleransi.

C. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri atau karakteristik di antaranya:
1) Siwa bekerja dalam kelompok atau menuntaskan materi belajar; 2) kelompok
dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi,sedang,dan reendah
(heterogen); 3) bilamana mungkin, anggota kelompok beerasal dari ras, budaya,
suku, dan jenis klamin yang berbeda; 4) pengalaman lebih berorientasi kelompok
ketimbang individu (Ibrahim, dkk.,2000:6).

5
D. STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Belajar kooperatif adalah belajar pemanfaatan kelompok kecil dalam
pembelajaran, yang mungkin siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar
mereka dan belajar lainnya dalam kelompok tersebut (jonson dalam hasan, 1996).
Strategi pepbelajaran kooperetif merupakan serangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilakukan siswa dalam kelompok-kelompok untuk mencapai
tujuan terdapat empat hal penting dalam pembelajaran yang telah di tentukan,
yaitu:
1. adanya peserta didik dalam dalam kelompok;
2. adanya aturan main;
3. adanya upaya belajar dalam kelompok;
4. tatap muka;
5. evaluasi proses kelompok.
Berkenaan dengan pengelompokan siswa, maka dapat ditentukan berdasarkan
atas: 1) minat dan bakat siswa; 2) latar blakang kemampuan siswa; 3) kemampuan
bersosialisasi; 4) tatap muka; 5) evaluasi kelompok. Nurul Hayati (2002:25-28)
mengemukakan lima unsur dasar model cooperative leraning, yatu: 1)
ketergantungan positif; 2) pertanggung jawaban indifidual; 3) kemampuan
bersosialisasi; 4) tatap muka; 5) evaluasi proses kelompok.
Maksud dari pertanggungjawaban individu terhadap kelompok tergantung
dengan cara belajar perseorangan atau seluruh anggota kelompok. Kelompok
tidak akan berjalan efektif apabila setiap anggota kelompok tidak memilki
kemampuan bersosialisasi yang dibutuhkan
Senanda dengan penjelasan tersebut, Siahaan (2005:2) mengemukakan lima
unsur penting yang diitekankan dalam proses pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. saling ketergantungan yang positif;
2. interaksi berhadapan;
3. tanggungjawab indfidu;
4. keterampilan sosial;
5. terjadinya proses dalam kelompok.

6
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
mengajarkan keoada siswa, ketramplan kerja sama dan kolaborasi. Ketrampilan
ini sangat penting untuk dmiliki mana kala siswa terjun kemasyarakat

7
Ada tiiga bentuk ketrampilan kooperarif sebagaimana diungkapkan oleh
lundgren (1994), yaitu;
1. Keterampilan kooperatif tiingkat awal
Keterampilan ini meliput: (a) menggunakan kesempatan; (b) menghargai
kintribusi; (c) mengambil giliran dan berbagai tugas; (d) berada dalam kelompok;
(e) berada dalam tugas; (f) mendorong partisipasi
2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah
Keterampilan ini meliputi: (a) menunjukan penghargaan dan simpati; (b)
mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima; (c)
mendengarkan dengan efektif; (d) bertanya; (e) membuat rngkasan; (f)
menafsirkan; (g) mengatur dan mengorganisir; (h) menerima dan tanggung
jawab; (i) mengurangi kegiatan
3. keterampilan kooperatif tingkat mahir
Keterampilan ini meliputi: (a) mengolaborasi; (b) memeriksa dengan cermat;
(c) menyatakan kebenaran; (d) menetapkan tujuan; dan (e) berkompromi
Dalam pembelajaran kooperatif ada enam tahapan fase ini digunakan untuk
menyampaikan informasi dan bahan bacaan secara variabel. Selanjutnya siswa,
dikelompokan dalam tema-tema belajar. Tahapan ini diikuti bimbingan guru pada
saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir
pembelajaran kooperatif adalah meliputi persentasihasil kerja klompok atau
evaluasi
Untuk lebih jelasnya, fase-fase dalam pembelajaran kooperatif dapat dilihat
sebagaimana penjelasan ibrahim dkk., (2000:10) dalam tabel dibawah ini.

Tabel 24.langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Fase
Indikator Kegiatan Guru
ke
1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan dan
motivasi siswa pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.

8
2 Menyakian informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan mendemonstrasikan atau
melalui bahan bacaan.
3 Mengorganisasikan siswa ke Guru menjelaskan kepada siswa
dalam kelompok-kelompok bagaimana membentuk kelompok belajar
belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien.
4 Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok
bekerja dan belajar belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas.
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai
upaya atau hasil belajar individu maupun
kelompok.

Anita lie (2005) menyebut bahwa dalam pembelajaran kooperatifterdapat lima


prinsip,
1. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu
keberhaslan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang
dilakukan oleh kelompok tersebut.
2. Tanggungjawab perseorangan (individual accountabilit), yaitu
keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota
kelompoknya.
3. Interaksi tatap muka (face to face promotifeinteraction), yaitu memberi
kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk beretatap
muka dan berinteraksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima.

9
4. Partisipasi dan komunkasi (particition and comunication), yaitu melatih
siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan
pembelajaran;
5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu secara khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kelompok dan hasil kerja

E. METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Guru mempunyai tugas untuk memilih pendekatan yang sesuai dalam
pembelajaran koperatif. Ada beberapa pendekatan untuk model koperatif,yaitu
STAD (Student Teams Achievement Divisions), tipe jigsaw, tipe investigasi
kelompok, dan tipe pendekatan struktural. Pada tabel dibawah adalah
perbandingan 4 tipe tersebut sebagaimana dikemukakan oleh ibrahim dkk,
(2000:29) .

Pendekatan Kelompok Pendekatan


STAD JIGSAW
Unsur Penyelidikan Struktural
Tujuan Informasi Informasi Informasi Informasi
Kognitif Akademik Akademik akademik Akademik
sederhana sederhana tingkat dan sederhana
keterampilan
ikuiri
Tujuan Sosial Kerja sama Kerja sama Kerja sama Kerja sama
dalam dalam dalam dalam
kelompok kelompok kelompok kelompok
Struktur Kelompok Kelompok Kelompok Bervariasi
Kelompok hitrogen 4-5 hitrogen 5-6 belajar berdua,
orang anggota orang hitrogen bertiga,
amggota dan dengan 5-6 kelompok 4-6
menggunakan orang anggota orang anggota
kelompok asal
dan ahli
Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru
Topik

10
Tugas Utama Siswa dapat Siswa belajar Siswa Siswa
menggunakan materi dalam menyelesaikan mengerjakan
LKS dan kelompok kelompok tugas-tugas
saling ahli, inkuiri yang
membantu kemudian diberikan baik
membantu sosial dan
kelompok asal kognitif
Penilaian Tes mingguan Bervariasi, Menyelesaikan Bervariasi
misal tes proyek dari
mingguaan menulis
laporan, dapat
menggunakan
tes esay
Pengakuan Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
pengakauan pengakuan dan
dan observasi observasi
lain

1. Metode Pembelajaran Koperatif Jigsaw


Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk di
Universitas Taxas, kemudian diadaptasi oleh Steven dkk di Universitas John
Hoopkins. Ditinjau dari sisi etimologi, jigsaw berasal dari bahasa inggris yang
berarti “gergaji ukir”. Ada juga yang menyebutnnya dengan istilah fuzzle, yaitu
sebuah teka-teki yang menyusun potongan gambar. Pembelajaran koperatif jenis
sigwaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (jigsaw), yaitu siswa
melakukan kegiatan belajar dengan bekerjasama dengan siswa lain untuk
mencapai tujuan bersama.
Dalam penerapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi kelompok lima atau enam
anggota kelompok belajar heterogen. Materi belajar diberikan kepada siswa dalam
bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajarin bagian
tertentu darin bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain mendapat

11
tugas topik yang sama, yakni berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut.
Kelompok ini disebut dengan kelompok ahli (Ibrahim, dkk, 2000:52).
Langkah-langlah model jigsaw dibagi menjadi enam tahapan (Nurhadi dan
Agus Gerrad, 2003:40) yaitu :
a. Menyampaikan tujuan belajar dan membangkitkan motivasi;
b. Menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai
penjelasan verbal,buku teks,atau bentuk lain;
c. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar;
d. Mengelola dan membantu siswa dalam belajar kelompok dan kerja di
tempat duduk masing-masing;
e. Mengetes penguasaan kelompok atas bahan ajar;
f. Pemberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa.

Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:


a. Melakukan kegiatan membaca untuk menggali informasi. Siswa
memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga
memperoleh informasi dari permasalahan tersebut;
b. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik yang sama
bertemu dalam satu kelompok, atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk
membicarakan topik permaslahan tersebut;
c. Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan hasil yang didapatkan dari diskusi tim ahli;
d. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang diberikan tadi;
e. Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok

Sedangkan menurut Stepen, Sikes, dan Snapp (1978) yang dikutip


Rusman (2008), mengemukakan langkah-langkah koperatif model jigsaw
sebagai berikut :

a. Siswa dikelompokan 1 sampai dengan 5 orang siswa;


b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi berbeda
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang digunakan

12
d. Anggota dari tim yang berda yang telah mempelajari sub bagian pertama
yang bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan
sub mereka;
e. Setelah selesai diskusi, sebagai tim ahli dalam setiap anggota kembali pada
kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tim tentang sub bab
yang mereka kuasai, dan tiap anggota lainnya mkendengarkan dengan
seksama
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
g. Guru memeberi evaluasi
h. Penutup

Dalam pelaksanaannya, pemebelajaran koperatif tipe jigsaw memiliki


kelebihan dan kekurangan (Ibrahim, dkk, 2000: 70-71), di atara kelebihannya
adalah:
 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan
siswa yang lain;
 Siswa dapat menguasai pembelajaran yang disampaikan
 Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya
 Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif;
 Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain;

Sedangkan kekurangannya adalah :


 Membutuhkan waktu yang lama
 Siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan temannya yang
kurang pandai, dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila
digabungkan dengan yang pandai, walaupun lama kelamaan perasaan itu
akan hilang dengan sendirinya,

2. Student Team Achievement Division (STAD)

13
Pembelajaran koperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)
dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hoopkins, dan merupakan model pembelajaran koperatif paling
sederhana (Ibrahim, dkk, 2006:6). Masing-masing kelompok memiliki
kemampuan akademik yang heterogen (Development MA Project, 2002:31),
sehingga dalam satu kelompok akan terdapat satu siswa berkemampuan tinggi,
dua orang berkemampuan sedang, dan satu lagi siswa berkemampuan rendah.
STAD merupakan salah satu pembelajaran koperatif yang paling sederhana,
dan model paling baik untuk tahap permulaan bagi guru yang baru menggunakan
pendekatan koperatif (Slavin, 2010:143). Para guru menggunakan metode STAD
untuk mengajarakan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik
melalui pelajaran verbal maupun tertulis (Ibrahim, dkk, 2000:20).

a. Komponen Utama STAD


STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu. 1) presentasi kelas; 2)tim, kusi,
skor kemajuan individual, dan rekognisi tim (Slavin, 2010). Kelima komponen
tersrbut dapat dilihat pada uraian berikut ini.
Pertama, Presentasi kelas. Materi pertama kali yang diperkenalkan dalam
STAD adalah presentasi di dalam kelas. Hal ini merupakan pengajaran langsung
seperti yang sering dilakukan atau didiskusikan yang dipimpin oleh guru, teapi
bisa juga memasukan presentasi audio-visual.
Kedua, Belajar dalam tim. Siswa dibagi menjadi berbagai kelompok terdiri dari
4-5 orang, di mana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Jika ada kesulitan,
murid yang merasa mampu harus membantu murid yang kesulitan.
Ketiga, Tes individu. Setelah pembelajaran selesai, dilanjutkan dengan tes
individu (kuis). Di antara siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu
dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individu
untuk memahami materinya.
Keempat, Skor pengembangan individu. Selanjutnya skor yang didapatkan
dari hasil tes dicatat oleh guru untuk dibandingkan dengan hasil prestasi
sebelumnya.

14
Kelima, Penghargaan tim. Penghargaan didasarkan nilai rata-rata tim,
sehingga dapat memotivasi mereka. Penggunaan skor dalam metode STAD adalah
untuk menekankan pencapaian kemajuan dari pada prentase jawaban yang benar .

b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Metode STAD


Sebelum menyajikan materi, menurut Arifin (1991:33) guru harus
memepersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajari murid
dalam kelompok-kelompok koperatif, kemudian mentapkan murid dalam
kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4-6 orang aturan heterogenitas
dapat berdasarkan pada:
1) Kemampuan akademik (pandai, sedang, dan rendah) yang diperoleh hasil
akademik (skor awal) sebelumnya.
2) Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam
dan aktif) dan lain-lain;
3) Penyajian materi pelajaran ditekankan pada hal-hal berikut.
 Persiapan materi penerapan siswa dalam kelompok
Sebelum menyajikan materi, guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan
lembar jawaban yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok koperatif.
Pembagian tersebut harus diseimbangkan, sehingga setiap kelompok terdiri dari
siswa dengan siswa dengan tingkat presentasi seimbang.
 Penyajian materi pembelajaran
Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang dipejari siswa dalam bentuk kelompok,
dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa
tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.

-Pengembangan

15
Dialakukan pengembangan materi yang sesuai, yang akan dipelajari siswa
dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna, bukan hafalan.
Jika siswa telah memahami konsep, maka dapat beralih ke konsep lain.
-Praktik Terkendali
Praktik terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuru
siswa mengerjakan soal, memnggil siswa dengan cara acak untuk menjawab
masalah agar siswa selalu siap.
 Kegiatan Kelompok
Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan
dipelajari siswa. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa mendiskusikan masalah
yang dihadapi, membandingkan jawaban atau memperbaiki miskonsepsi.
 Evaluasi
Dilakukan selama 45-60 menit secara mandiri untuk menunjukan yang
telah dipelajari siswa selama berkerja dalam kelompok.
 Penghargaan Kelompok
Dari hasil nilai perkembangan,maka pengharagaan pada prestasi kelompok
diberikan dalam tingkat penghargaan seperti kelompok baik, hebat, dan super.
 Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok
Dalam suatu periode penilaian (3-4 minggu) dilakukan perhitungan ulang
skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru.

c. Kelebihan dan Kekurangan metode STAD


Dalam menggunakan model pembelajaran koperatif tipe STAD, terdapat
kelebihan dan kekurangan (Ibrahim, dkk, 2000:72). Kelebihannya adalah sebagai
berikut :
1) Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan
siswa lai;
2) Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan
3) Dalam proses belajar mengajar siswa dapat saling mengisi satu sama lain

16
Adapun kekurangan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
1) Membutuhkan waktu yang lama
2) Siswa pandai cenderung enggan apabila disatukan dengan temannya yang
kurang pandai dan begitu juga sebaliknya pada siswa yang kurang pandai.
3) Siswa diberikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini setiap siswa
harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukan apa yang diperoleh
pada saat kegiatan kelompok.
4) Penentuan skor. Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor yang
diperoleh siswa dimasukan kedalam daftar skor individual, untuk melihat
kemampuan individual.
5) Penghargaan terhadap kelompok. Berdasarkan skor peningkatan individu,
maka akan diperoleh skor kelompok. Dengan demikian, skor kelompok
sangat tergantung dari sumbangan skor individu.

3. Metode Investasi Kelompok


Investasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif
yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan
pertama kali oleh Thelan. Berbeda dengan dengan STAD dan jigsaw, dalam
metode investigasi kelompok ini siswa terlibat dalam perencanaan, baik topik
yang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini
memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang
lebih terpusat pada guru. Dalam penerapan investigasi kelompok ini, guru
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang
heterogen.
Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik
tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan
dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

17
Sharan, dkk., (1984) telah menetapkan 6 (enam) tahap investigasi kelompok.
a. Pemilihan topik
Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum
yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi 2
sampai 6 anggota 6 flap kelompok, dan menjadi kelompok-kelompokyang
berorientasi pada tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara
akademis maupun etnis.
b. Perencanaan kooperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan
khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.
c. Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap
kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan
keterampilan yang luas dan mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar
yang berbeda, baik di dalam atau luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti
kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada
tahap ketiga, dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan
disajikan dengan cara menarik sebagai bahan untuk mempresentasikan kepada
seluruh kelas.
e. Presentasi hasil final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan
cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain ikut
terlibat dalam pekerjaan meraka, dan memperoleh perspektif yang luas pada topik
yang di presentasikan. Presentasi tersebut harus dikoordinasi oleh guru.
f. Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dan topik
yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja
kelas sebagai suatu kesuluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian
individual atau kelompok.

18
4. Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan-kawannya.
Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan
ini memberi penekanan penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk
memengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen
ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti
resitasi, di mana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa
memberi jawaban seelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang
dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa saling membantu dalam
kelompok kecil, dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif daripada
penghargaan individual.
Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan si
akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan
sosial atau keterampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah
think-pair-share dan numbered-head-together. Kedua struktur ini dapat
digunakan oleh guru yang mengajarkan si akademik atau untuk mengecek
pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time
token merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan
keterampilan sosial.
a. Think-Pair-Share
Strategi think-pair-share tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperaatif
dan waktu-tunggu. Pendekatan khusus yang diuraikan di sini mula-mula
dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk. di Universitas Maryland pada tahun 1985.
Pendekatan ini merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola diskursus di
dalam kelas. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi
perlu dilakukan di dalam setting seluruh kelompok. Think-pair-share memiliki
prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi waktu lebih banyak
kepada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
Seandainya guru baru saja menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa
telah membaca suatu tugas, atau suatu situasi penuh teka-teki telah dikemukakan,
sekarang guru menginginkan siswa memikirkan secara lebih mendalamtentang

19
apa yang telah dijelaskan atau dialami. Ia memilih untuk menggunakan strategi
think-pair-share sebagai pengganti tanya jawab seluruh kelas. Dalam hal ini,
guru menerapkan langkah-langkah berikut ini :
1) Tahap 1 : Thinking
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan
pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut
secara mandiri untuk beberapa saat.
2) Tahap 2 : Pairing
Guru meminta siswa agar berpasangan dengan siswa yang lain untuk
mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada
tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan,
atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidntifikasi. Biasanya guru
memberi 4-5 menit untuk berpasangan.
3) Tahap 3 : Sharing
Pada tahap akhir, guru meminta pasangan untuk berbagi dengan seluruh
kelas tentang apa yangtelah mereka bicarakan. Hal ini cukup efektif jika
dilakukan dengan cara bergiliran antara pasangan demi pasangan, dan dilanjutkan
sekitar seperempat pasangan telah mendapatkan kesempatan untuk melaporkan
b. Numbered Heads Together
Numbered heads together adalah suatu pendekatan yang dikembangkan
oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalm suatu pelajaran, dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti langkah mengajukan pertanyaan
kepada seluruh kelas. Dalam hal ini, guru menggunakan struktur 4 langkah.
1) Langkah 1 : Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 3-5 orang,
dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5.
2) Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut
dapat bervariasi. Pertanyaan bisa sangat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
Misalnya “Berapakah jumlah provinsi di Indonesia?”Atau berpentuk arahan

20
seperti ”Pastikan tiap orang mengetahui 5 buah ibu kota provinsi yang terletak di
Pulau Sumatera!”.
3) Langkah 3 : Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu, dan
meyakinkan flap anggota dalam timmnya mengetahui jawaban itu.
4) Langkah 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya


sesuai harus mengacungkan tangan dan mencoba menjawab pertanyaan untuk
seluruh kelas.

21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pengajaran yang mana para
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu
satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.
2. Tujuan cooperative learning dalah untuk meningkatkan hasil belajar
akademik, menerima terhadap perbedaan individu, dan mengembangkan
ketrampilan sosial.
3. Model- model cooperative lerning antar lain : jigsaw, student team
achievement division (STAD), invesgasi kelompok dan pendekatan
struktural.
B. SARAN
1. Untuk para pengajar dalam proses pembelajaran lebih baik meng- gunakan
strategi kooperatif dengan berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena
dapat membuat siswa lebih cepat menerima daripada meng- gunakan
strategi yang konvensional.
2. Apabila menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu mem-
bimbing siswa dalam berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat ter- capai.
3. Untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam
berdiskusi dan harus saling menghargai setiap pendapat, ide, atau ga-
gasan dari anggota yang lain.

22
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul. dan Rochman, Chaerul. 2014. Pendekatan Ilmiah dalam


Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
http://abazariant.blogspot.com/2012/10/makalah-model-pembelajaran-
kooperatif.html
https://gapurakampus.blogspot.com/2017/11/makalah-model-pembelajaran-
kooperatif.htm

23

Anda mungkin juga menyukai