Anda di halaman 1dari 23

Mata Kuliah : System Pencernaan

Pembimbing : Ns. Ferly Yacoline

Asuhan keperawatan
APPENDISITIS

Disususn Oleh :

KELOMPOK II

MAHENDRA : (2115031)
KARINA APRILIA HUSAIN : (2115022)
STEFANUS KAMURI : (2115021)
MARSELINUS RANO AGUNG : (2115013)
ANDREAS ANDE : (2115015)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN “A”

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2017
KATA PENGANTAR

Asuhan keperawatan appendisitis Page 1


Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “ASUHAN KEPERAWATAN APPENDISITIS” pada waktu yang telah
ditentukan.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mengalami hambatan
dan kesulitan, tetapi berkat bimbingan , pengarahan dan bantuan berbagai
pihak akhirnya kami dapat menyelesaikannya. Terakhir kami
mengucapkan terima kasih yang tulus kepada orang tua yang telah
memberi dorongan dan semangat serta do’anya untuk keberhasilan kami.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karenanya kami, mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari teman-teman pembaca demi kesempurnaan Makalah ini.
Harapan, semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi perkembangan dunia keperawatan.

Makassar , 3 Mei 2017

Kelompok II

Asuhan keperawatan appendisitis Page 2


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................... 1
1.2 Tujuan......................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................... 2


2.1 Definisi...................................................................... 2
2.2 Anatomi fisiologi........................................................ 2
2.3 Etiologi ..................................................................... 3
2.4 Patofisiologi ............................................................. 4
2.5 Manifiestasi klinis...................................................... 5
2.6 Pemeriksaaan diagnostic......................................... 5
2.7 Penatalaksanaan...................................................... 6
2.8 Komplikasi................................................................. 7
2.9 Discharge planning................................................... 7

BAB III PROSES KEPERAWATAN............................................. 8


3.1 Pengkajian............................................................... 8
3.2 Diagnosa keperawatan .......................................... 12
3.3 Rencana keperawatan............................................. 12
3.4 Implementasi........................................................... 16

BAB IV PENUTUP........................................................................ 18
3.1Kesimpulan ............................................................. 18
3.2Penutup .................................................................. 18

Daftar pustaka

Asuhan keperawatan appendisitis Page 3


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apendiks diartikan sebagai bagian tambahan, aksesori atau
bagian tersendiri yang melekat ke struktur utama dan sering kali
digunakan untuk merujuk pada apendiks vermiformis. Apendisitis
merupakan peradangan pada apendiks vermiformis, yaitu divertikulum
pada caecum yang menyerupai cacing, panjangnya bervariasi mulai
dari 7 sampai 15 cm, dan berdiameter sekitar 1 cm
Batasan apendisitis akut adalah apendisitis dengan onset akut
yang memerlukan intervensi bedah, ditandai dengan nyeri di abdomen
kuadran bawah dengan nyeri tekan lokal dan nyeri alih, spasme otot
yang ada di atasnya, dan hiperestesia kulit. Sedangkan apendisitis
kronis adalah apendisitis yang ditandai dengan penebalan fibrotik
dinding organ tersebut akibat peradangan akut sebelumnya.
Apendisitis kronis dapat mengalami peradangan akut lagi yang
disebut eksaserbasi akut. Apendisitis merupakan penyebab tersering
operasi kegawatdaruratan dan salah satu penyebab tersering nyeri
abdomen akut.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis apendisitis
2. Untuk mengetahuai asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan system pencernaan apendisitis

Asuhan keperawatan appendisitis Page 4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu
atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum
(cecum). Infeksi ini biasanya mengakibatkan peradangan akut
sehingga memerlukan tindakan bendah segar untuk mencegah
komplikasi yang umumnya berbahaya.
Klasifikasi apendisitis terbagai atas 3 yaitu :
1. Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang
memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai
rangsangan peritoneum local.
2. Apendisitis rekurens
3. Apendisitis kronis

B. Anatomi fisiologi
1. Anatomi Appendiks
a. Letak di fossa iliaca kanan, basis atau pangkalnya sesuai
dengan titik Mc Burney 1/3 lateral antara umbilicus dengan
SIAS.
b. Basis keluar dari puncak sekum bentuk tabung panjang 3 –
5 cm.
c. Pakal lumen sempit, distal lebar. (Farid 3,)
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan
panjang sekitar lima kaki ( sekitar 1,5 m ) yang terbentang dari
sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih
besasr dari usus kecil. Rata –rata sekitar 2,5 1nc.( sekitar 6,5 cm )
tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus
besardibagi menjadi sekum, colon, dan rectum. Pada sekum
terdapat katup ileosecal dan Appendiks yang melekat pada ujung

Asuhan keperawatan appendisitis Page 5


sekum. Colon dibagi lagi menjadi colon asendens, transversum
desendens dan sigmoid. Tempat dimana colon membentuk kelokan
tajan yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut – turut
dinamakan fleksura hepatica dan fleksura lienalis. Colon sigmoid
mulai setinggi Krista iliaka dan membentuk S. lekukan rectum.
Pada posisi ini gaya berat membantu mengalirkan air dari rectum
ke fleksura sigmoid. Rectum terbentang dari colon sigmoid sampai
anus (Silvia A. Price, Lorraina, M Wilson)
2. Fisiologi
Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari. Lendir itu
secara normal dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir
ke sekum. Hambatan aliran lendir dimuara appendiks tampaknya
berperan pada patogenesis appendicitis.
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut
Associated Lymfoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran
cerna termasuk appendiks. Immunoglobulin itu sangat efektif
sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian
pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh
sebab jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan
jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh.

C. Etiologi
Apendiks merupakan orang yang belum diketahui fungsinya
tetapi menghasilkan lender 1-2 ml/hari yang normalnya dicurahkan
kedalam lumen dang selanjutnya mengalir kesekum. Hambatan aliran
lendir dimuara apendiks tampaknya berperan dalam pathogenesis
apendiks
Menurut klasifikasi :
1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria.
Dan faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen
apendiks. Selain itu hyperplasia jaringan limf, fikalit (tinja/batu),

Asuhan keperawatan appendisitis Page 6


tumor apendiks, dan cacing askaris yang dapat menyebabkan
sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasite (E.
histolytica)
2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut
kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan
ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh
spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya
karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. Appendicitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan
bawah lebih dari dua minggu, radang kronis apendiks secara
makroskopik dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh didinding
apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronis),
dan keluhan menghilang setelah apendiktomi.

D. Patofisiologi
Hiperplasia folikel limfoid, fekalid, cacing, striktur, kanker dapat
menyebabkan obstruksi apendik yang mengakibatkan mukus yang
diproduksi mukosa terbendung. Makin lama mukus yang terbendung
makin banyak dan menekan dinding apendiks sehingga mengganggu
aliran limfe dan menyebabkan dinding apendiks oedem, serta
merangsang tonika serosa dan peritonium veceral. Persarafan
appendiks sama dengan usus, yaitu torakal X (vagus) maka
rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit sekitar umbilikus, mukus
yang terkumpul lalu terinfeksi oleh bakteri dan menjadi nanah,
kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum
terganggu peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritonium
bawah. Bila dinding appendiks yang telah rapuh pecah maka
dinamakan appendikitis perforasi. Pada anak-anak karena omentum
masih pendek dan tipis, appendiks yang relatif lebih panjang, dinding

Asuhan keperawatan appendisitis Page 7


apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang madsih kurang,
maka perforasi akan lebih cepat.

E. Manifestasi klinis
a. Nyeri kuadran kanan bawah biasanya disertai dengan demam
derajat rendah, mual, dan sering kali muntah.
b. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan
spina anterior dari ilium) nyeri tekan setempat karenatekanan dan
sedikit kaku dari bagian bawah otot rectum kanan.
c. Nyeri alih mungkin saja ada, letak appendiks mengakibatkan
sejumlah nyeri tekan, spasme otot, dan konstipasi atau diare
d. Tanda rovsing dapat timbul dengan mempalpasi kuadran bawah
kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada
kuadran kanan bawah
e. Jika terjadi ruptur appendiks, maka nyeri akan menjadi lebih
menyebar, terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan
kondisi memburuk.

F. Pemeriksaan penunjang/ Test Diagnose


1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi: akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga
perut dimana dinding peruk tampak mengencang (distensi)
b. Palpasi: didaera perut kanan bawah bila ditekan akan terasa
nyeri dan bila tekanan di lepas juga akan terasa nyeri
(Blumbeng sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis
apendisitis akut.
c. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat/tungkai
di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah
d. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah
bila pemeriksaan dubur atau vagina menimbulkan rasa nyeri
juga

Asuhan keperawatan appendisitis Page 8


e. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi suhu ketiak (axilla), lebih
menunjang lagi adanya radang usus buntu.
f. Pada ependiks terletak pada retro sekal maka uji psoas akan
positif dan tanda perangsangan peritoneum tidak begitu jelas,
sedangkan bila apendiks terletak di rongga pelvis maka
abturator sign akan positif dan tanda perangsang peritoneum
akan lebih menonjol.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar
10.000 – 18.000/mm3 jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu,
maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah)
3. Pemeriksaan radiologi
a. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang
membantu).
b. Ultrasonografi (USG). CT scan
c. Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG
abdomen dan apendikogram

G. Penatalaksanaan
a) Perawatan prabedah perhatikan tanda – tanda khas dari nyeri
kuadran kanan bawah abdomen dengan rebound tenderness (nyeri
tekan lepas), peninggian laju endap darah, tanda psoas yang
positif, nyeri tekan rectal pada sisi kanan. Pasien disuruh istirahat di
tempat tidur, tidak diberikan apapun juga per orang. Cairan
intravena mulai diberikan, obat – obatan seperti laksatif dan
antibiotik harus dihindari jika mungkin.
b) Terapi bedah : appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera
dilakukan setelah keseimbangan cairan dan gangguan sistemik
penting.
c) Terapi antibiotik, tetapi anti intravena harus diberikan selama 5 – 7
hari jika appendicitis telah mengalami perforasi.

Asuhan keperawatan appendisitis Page 9


H. Komplikasi
Apabila tindakan operasi terlambat, timbul komplikasi sebagai
berikut :
1. Peritonitis generalisata karena ruptur appendiks
2. Abses hati
3. Septi kemia

I. Discharge Planning
Pada apendisitis akut, pengobatan paling baik dalah operasi
apendindiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita
diobservasi, istirahatdalam proses flower, diberikan antibiotic dan
diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltic, jika terjadi
perforasi diberikan drain perut kanan bawah.

Asuhan keperawatan appendisitis Page 10


BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien
Nama : Tn. “X”
Alamat : Jln. X
b. Identitas penanggung
Nama : Ny. “X”
Alamat : Jln. X
Hubungan : Istri

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar
epigastrium menjalar ke perut kanan bawah.
Keluhan yang menyertai : Keluhan yang menyertai Biasanya
klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
1) Hal-hal yang memperberat keluhan : beraktivitas
2) Hal-hal yang meringankan keluhan : istirahat
3) Pertolongan obat-obatan : -
b. Riwayat keluhan masa lalu
1) Apakah klien pernah menderita penyakit : Biasanya
berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang
2) Apakah ada alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi
terhadap makanan ataupun obat-obatan
3) Apakah pernah di rawat di rumah sakit : klien belum pernah
di rawat di rumah sakit sebelumnya
c. Riwayat kesehatan keluarga : keluarga klien tidak pernah
menderita penyakit kronik dan menular sebelumnya

Asuhan keperawatan appendisitis Page 11


3. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Klien lemah
2. Kesadaran : Composmentis, E4 V5 M6 = 15
a. TTV
TD : 110/80 mmHg,
N : 72 x/ menit,
S : 390C,
P : 24 x/ menit
3. P : Nyeri diakibatkan karena peradangan pada Appendiks
Q : Tertusuk-tusuk
R : Abdomen kanan bawah
S : 6 (sedang)
T : Hilang timbul
4. Kepala : Klien tidak mengalami gangguan pada daerah
kepala, rambut tidak rontok dan tidak ada benjolan.
5. Wajah : Tidak ada perubahan fungsi atau bentuk
6. Mata : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera
ikterik, dan pupil normal
7. Hidung : Normal
8. Telinga : Simetris dan tidak ada gangguan pendengaran
9. Mulut : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat
10. Leher : normal
11. Dada dan paru
Inspeksi : Normal
Palpasi : Ditemukan taktil fremitus seimbang kiri dan kanan,
Perkusi : Biasanya sonor
Auskultasi : Tidak di temukan suara napas tambahan
12. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Asuhan keperawatan appendisitis Page 12


Perkusi : Pekak
Auskultasi :
13. Ekstremitas : Tidak ada gangguan pada ekstremitas
14. Abdomen
InspeksI : Bentuk datar
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Turgor kulit menurun, hepar tidak teraba
Perkusi : Tympani

4. Pola kegiatan sehari-hari :


1. Sebelum sakit
a. Makanan : Klien makan teratur 3x sehari dan
menghabiskan 1 porsi,
b. Minuman : Klien minum 2 liter per hari
c. Eliminasi
BAK : klien mengatakan biasa BAK 5-6 kali per hari warna
kekuning-kuningan, tidak ada endapan dan tidak ada
keluhan nyeri. Irama jantung teratur
BAB : 2x/ hari, konsistensi padat, warna kekuningan, tidak
ada nyeri
d. Personal hygiene
Mandi : 2x sehari pakai sabun dan mandi sendiri
Gosok gigi : 2x sehari, pakai odol dan mandiri
2. Setelah sakit
a. Makanan : klien makan 3x sehari dan hanya
menghabiskan 1 ½ porsi makanan, klien mengatakan
mangalami peningkatan nafsu makan, BB menurun
b. Minuman : Klien minum < 1,5 L
c. Eliminasi :
BAK : 2-3 sehari < 200 ml, warna kuning, tidak ada endapan
dan tidak ada keluhan nyeri

Asuhan keperawatan appendisitis Page 13


BAB : 1x/ hari, konsistensi padat, warna kekuningan, tidak
ada nyeri
e. Istirahat dan tidur : siang hari 1-2 jam, malam 6-7 jam dan
tidak ada gangguan tidur
d. Personal hygiene :
Mandi : hanya di lap dibantu oleh perawat dan keluarga
Gosok gigi : hanya berkumur-kumur dibantu oleh keluarga

5. Pola interaksi social :


1. Siapa orang terpenting : keluarga
2. Apakah muda bergaul : klien memiliki banyak teman
3. Bagaimana mengatasi masalah : -
4. Bagaimana mengatasi dalam keluarga : secara
kekeluargaan

6. Kesehatan social
1. Kebersihan rumah : bersih dan rapi
2. Status rumah : rumah orang tua
3. Jumlah penghuni : 4 orang
4. Kebanjiran : tidak

7. Kadaan fisiskologis selama sakit


Fisik : Klien kelelahan, kekuatan otot menurun
Psikologi : klien nampak cemas

8. Kegiatan keagamaan :
Sebelum sakit klien tidak pernah meninggalkan shalat 5
waktu, setelah sakit klien nampak selalu berdzikir.

9. Perawatan dan pengobatan :


-

Asuhan keperawatan appendisitis Page 14


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

SDP : Leukositosis diatas 12.000/mm3, neutrofil menungkat sampai


75 %
Urinalisis : normal tetapi erytrosit/leukosit mungkin ada
Foto Abdomen : Dapat menyatakan adanya pergeseran material
dari apendiks (fekalit), ileus terlokalisir

Asuhan keperawatan appendisitis Page 15


Patoflowdiagram

Invasi dan multiplikasi Hipertermi Febris

Kerusakan kontrol suhu


APPENDICITIS Peradangan pada jaringan
terhadap inflamasi

Secresi mucus berlebihan


Operasi
pada lumen apendik

Luka incisi ansietas Apendic teregang

Kerusakan jaringan Pintu masuk kuman

Ujung saraf terputus Resiko infeksi

Pelepasan prostaglandin Kerusakan integritas jaringan

Tekanan intraluminal
Stimulasi dihantarkan Spasme dinding apendik
lebih dari tekanan vena

Spinal cord Nyeri Hipoxia jaringan apendic

Cortex cerebri Nyeri di persepsikan Ulcerasi

Resiko ketidakefektifan
Perforasi
perfusi gastrointestinal

Anestesi Reflek batuk Akumulasi sekret

Ketikefektifan bersihan
Peristaltik usus Depresi sistem respirasi
jalan nafas

Disensi abdomen Anorexia

Ketidak seimbangan
Gangguan rasa nyaman Mual dan muntah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Resiko kekurangan
volume cairan
B. Diagnose keperawatan
1) Nyeri akut b/d inflamasi
2) Hipertermi b/d respon sistemik dari inflamasi GI

Asuhan keperawatan appendisitis Page 16


3) Ansietas b/d proknosis penyakit rencana pembedahan

C. Rencana keperawatan

Diagnosa
N Tujuan dan
keperawata Intervensi Rasional
o kriteria hasil
n
1 Nyeri akut a. Pain Level, 1) Lakukan 1) Mengetahui
b/d b. Paincontrol, pengkajian nyeri daerah nyeri,
inflamasi c. comfort level secara kualitas,
Setelah dilakukan komprehensif kapan nyeri
tinfakan termasuk lokasi, dirasakan,
keperawatan karakteristik, faktor
selama …. Pasien durasi, frekuensi, pencetus,
tidak mengalami kualitas dan faktor berat
nyeri, dengan presipitasi ringannya
kriteria hasil: 2) Kontrol lingkungan nyeri yang
1) Mampu yang dapat dirasakan
mengontrol mempengaruhi 2) Rasa nyaman
nyeri (tahu nyeri seperti suhu dapat
penyebab ruangan, membantu
nyeri, mampu pencahayaan dan klien
menggunakan kebisingan mengontrol
tehnik 3) Ajarkan tentang nyeri
nonfarmakolog teknik non 3) Membantu
i untuk farmakologi: napas meringankan
mengurangi dalam, relaksasi, nyeri
nyeri, mencari distraksi, kompres 4) Analgetik
bantuan) hangat/ dingin berfungsi
2) Mampu 4) Kolaborasi untuk
mengenali pemberian mengurangi
nyeri (skala, analgetik atau
intensitas, meredakan
frekuensi dan rasa nyeri

Asuhan keperawatan appendisitis Page 17


tanda nyeri)
3) Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
2 Hipertermia Thermoregulasi 1) Monitor suhu 1) Proses
b/d respon Setelah dilakukan sesering mungkin peningktan
sistemik tindakan suhu
dari keperawatan 2) Monitor WBC, Hb, menunjukkan
inflamasi selama……pasien dan Hct proses
GI menunjukkan: 3) Monitor intake dan penyakit
Suhu tubuh dalam output infeksius akut
batas normal 4) Kompres pasien 2) Pemeriksaan
dengan kreiteria pada lipat paha laboratorium
hasil: dan aksila salah satu
a. Suhu 36 – 5) Berikan anti indikator
37C piretik: dalam
6) Berikan cairan pemberian
intravena obat dan
memberikan
gambaran
penyakit
pasien
3) Indikator untuk
mengetahui
adanya
kelebihan atau
kekurangan
vlume cairan
4) Daerah lipat
paha dan
aksila
merupakan
jaringan tipius

Asuhan keperawatan appendisitis Page 18


dan terdapat
pembuluh
darah
sehingga
proses
vasodilatasi
pembulah
darah lebih
cepat
sehingga
pergerakan
molekul cepat
5) Anti piretik
membantu
untuk
menurunkan
demam
6) Untuk
mencegah
kekurangan
volume cairan
karena cairan
yang keluar
selama proses
evaporasi
3 Ansietas - Kontrol 1) Gunakan 1) Membina
b/d kecemasan pendekatan yang hubungan
prognosis - Koping menenangkan saling percaya
penyakit Setelah dilakukan 2) Jelaskan
proses asuhan selama semua prosedur 2) Memberi
pembedaha ……………klien dan apa yang pengetahuan
n kecemasan dirasakan selama pada klien dan
teratasi dgn prosedur membantu
kriteria hasil: 3) Temani pasien menentukan

Asuhan keperawatan appendisitis Page 19


1) Klien mampu untuk memberikan intervensi
mengidentifika keamanan dan 3) Adanya
si dan mengurangi takut orang yang
mengungkapk 4) Berikan dipercaya
an gejala informasi faktual dapat
cemas mengenai mengurangi
2) Mengidentifika diagnosis, tindakan tingkat
si, prognosis kecemasan
mengungkapk 5) Libatkan klien
an dan keluarga untuk 4) Agar klien
menunjukkan mendampingi klien tahu mengenai
tehnik untuk 6) Kelola kondisinya
mengontol pemberian obat 5) Keluarga
cemas anti cemas:........ adalah orang
3) Vital sign yang paling
dalam batas dekat dengan
normal klien sehingga
4) Postur tubuh, akan sangat
ekspresi mudah
wajah, bahasa mengurangi
tubuh dan tingkat
tingkat kecemasan
aktivitas apabila klien
menunjukkan didampingi
berkurangnya keluarga
kecemasan 6) Untuk
mengatasi
cemas yang
berkelanjutan

Asuhan keperawatan appendisitis Page 20


BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu
atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum
(cecum). Infeksi ini biasanya mengakibatkan peradangan akut
sehingga memerlukan tindakan bendah segar untuk mencegah
komplikasi yang umumnya berbahaya.
Klasifikasi apendisitis terbagai atas 3 yaitu :

Asuhan keperawatan appendisitis Page 21


1. Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang
memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai
rangsangan peritoneum local.
2. Apendisitis rekurens
3. Apendisitis kronis
Apendiks merupakan orang yang belum diketahui fungsinya
tetapi menghasilkan lender 1-2 ml/hari yang normalnya dicurahkan
kedalam lumen dang selanjutnya mengalir kesekum. Hambatan aliran
lendir dimuara apendiks tampaknya berperan dalam pathogenesis
apendiks

b. Saran
Jagalah kesehatan dengan minum air putih minimal 8 gelas
sehari dan tidak menunda buang air besar juga akan membantu
kelancaran pergerakan saluran cerna secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Amin dan Hardi (2015).Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnose medis dan NANDA NIC NOC. Edisi revisi. Jogjakarta:
Mediaction

Price, S.A dan Wilson, LM. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-


proses Penyakit, Edisi 11. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. (2016) Diagnosis keperawatan “diagnosis NANDA,


NIC, NOC”. Edisi 10. Jakarta: EGC

Asuhan keperawatan appendisitis Page 22


Sjamjuhidajat & De Jong. (2012). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta ; EGC

Resoprodjo, Soelarto. (2011). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta. Bina


Rupa Aksara Richard S. Snell, Anatomi Klinik Edisi 3. Jakarta: EGC.

Robinson, Joan M & Lyndon Saputra. (2014). Visual Nursing ( Medikal-


Bedah ). Jakarta; Binarupa Aksara

file:///C:/Users/pc/Downloads/1110085_Journal.pdf

Asuhan keperawatan appendisitis Page 23

Anda mungkin juga menyukai