Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH SEBAGAI BAGIAN DARI MANAJEMEN

KEUANGAN DAERAH

KELOMPOK :3
ANGGOTA : Putri Wulandari (1221700009)
Artanti Anggita Putri (1221900025)
Titin Arianti (1221700029)
Dini Kurniasari (1221700036)
Edyta Dwi Setyowati (1221700128)
Apriliyani D.P. (1221700169)
M. Fahmi Amiruddin (1221700153)

Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bentuk tata usaha dalam manajemen
keuangan daerah selain tata usaha umum atau administrasi. Tingkatan tertinggi dalam sektor
publik adalah tingkatan negara. Oleh karenanya, akuntansi keuangan daerah berhubungan
dengan akuntansi keuangan negara. Lingkup dari keuangan negara adalah APBN (Anggaran
Pendapatan dan belanja negara). Oleh karenanya, keduanya merupakan unsur penting dalam
keuangan negara terdapat pula ruang lingkup yang serupa dengan keuangan negara adalah APBD
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
A. Keuangan Negara dan Ruang Lingkupnya
Ruang lingkup keuangan negara dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang
dikelola langsung oleh pemerintah dan yang dipisahkan pengurusannya. Keuangan negara
yang dikelola langsung oleh pemerintah pusat adalah komponen keuangan negara yang
mencakup seluruh penerimaan dan pengeluarannya. Dalam hal ini adalah anggaran
pendapatan dan belanja negara yang tercantum dalam UU APBN dan barang invenstasi
kekayaan milik negara.
Keuangan negara yang di kelola langsung oleh pemerintah pusat meliputi seluruh
pemerintah pusat dan instansi dibawahnya meliputi lembaga tertinggi negara, lembaga tinggi
negara,departemen,lembaga non-departemen, dam bagian anggaran pembiayaan dan
perhitungan. Keuangan negara yang dipisahkan pengurusannya adalah komponen keuangan
negara yang pengurusnya dipisahkan dan cara pengelolaannya berdasarkan hukum publik,
diantaranya badan usaha milik negara (BUMN) yang berbentuk : perusahaan jawatan,
perusahaan umum, perusahaan perseroan, bank pemerintah, dan lembaga keuangan
pemerintah. Unsur pokok keuangan negara meliputi hak, kewajiban, ruang lingkup,dan
tujuan keuangan negara.
Pengurusan umum yang berisi hak penguasaan dilaksanakan oleh otorisator,
sedangkan yang berisi hak memberikan perintah menagih dan membayar dilaksanakan oleh
ordonator. Otorisator adalah pejabat yang mempunyai wewenang mengambil tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran negara. Ordonator adalah pejabat yang mempunyai wewenang
menguji tagihan negara dan memerintahkan pembayaran atau penagihan sebagai adanya
tindakan otorisator.

Pengurusan khusus dilaksanakan oleh bendaharawan. Bendaharawan ada 2


macam, yaitu :

1. Bendaharawan yang mengurus uang. Bendaharawan ini terdiri atas bendaharawan umum
dan bendaharawan khusus.
2. Bendaharawan yang mengurus barang. Bendaharawan ini adalah pejabat yang diserahi
tugas mengurus barang milik negara.

Dalam perkembangan pengelolaan keuangan negara yang sesuai dengan undang-


undang keuangan negara maka prinsip-prinsip pengelolaan yang harus diperhatikan adalah :

1. Akuntabilitas berdasarkan hasil kepada lembaga legislatif dan publik;


2. Keterbukaan dalam setiap transaksi pemerimtah;
3. Pemberdayaan aparatur negara untuk menghasilkan kinerja yang optimal;
4. Adanya lembaga pemeriksaan eksternal yang kuat, professional, dan independen serta
dihindarinya duplikasi dalam pelaksanaan pemeriksaan.

Selanjutnya, dikemukakan pula bahwa mengenai kekuasaan pengelolaan


keuangan negara dan/atau daerah diatur sebagai berikut.

1. Presiden memegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan.


2. Pengelolaan fiskal di tingkat pusat dikuasakan kepada menteri keuangan dan pengelolaan
penggunaannya dikuasakan kepada menteri/ketua lembaga.
3. Pengelolaan fiskal di tingkat daerah diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota.
4. Pengelolaan moneter dikecualikan dari lingkup kekuasaan eksekutif.
5. Menkeu/gubernur/bupati/walikota mewakili pemerintah pusat/daerah sebagai pemilik
perusahaan negara/perusahaan daerah.

B. APBN dan APBD


APBN merupakan ruang lingkup keuangan negara yang dikelola langsung.
APBD, analog dengan kedudukan APBN dalam keuangan negara, merupakan ruang lingkup
keuangan daerah yang dikelola langsung.
Baik APBN maupun APBD merupakan inti keuangan (akuntansi) pemerintahan
terutama dalam era pra-reformasi keuangan daerah karena selama era tersebut anggaran
merupakan satu-satunya informasi keuangan yang dihasilkan pemerintah.
a. APBN
Di muka telah disinggung bahwa ruang lingkup keuangan negara terdiri atas
kekayaan yang dikelola langsung dan yang dipisahkan. Kekayaan negara yang dikelola
langsung terdiri atas anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan barang-barang
inventaris kekayaan negara.
Anggaran negara memiliki beberapa fungsi. Fungsi anggaran negara adalah
sebagai berikut.
1. Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam mengelola Negara untuk suatu periode di masa
mendatang,
2. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan yang telah dipilih
pemerintah karena sebelum anggaran Negara dijalankan harus mendapat persetujuan
DPR terlebih dahulu.
3. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam
melaksanakan kebijaksanaan yang telah dipilihnya karena pada akhirnya anggaran harus
dipertanggungjawabkan pelaksanaanya oleh pemerintah kepada DPR.

Daur anggaran adalah suatu proses anggaran yang terus menerus yang dimulai
dari tahap penyusunan anggaran oleh yang berwenang. Daur anggaran Negara Republik
Indonesia secara umum sebelum diberlakukannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
Tentang Keuangan Negara, ada lima tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Penyusunan dan pengajuan rancangan anggaran (RUU-APBN) oleh pemerintah kepada
DPR.
2. Pembahasan dan persetujuan DPR atas RUU-APBN dan penetepan UU APBN.
3. Pelaksanaan anggaran, akuntansi, dan pelaporan keuangan oleh pemerintah.
4. Pemeriksaaan pelaksanaan anggaran dan akuntansi oleh aparat pengawasan fungsional.
5. Pembahasan dan persetujuan DPR atas Perhitungan Anggaran Negara (PAN) dan
penetapan UU PAN.

Penyusunan anggaran dan kerangka pengeluaran jangka menengah Untuk


pertanggung jawaban atas pelaksanaan keuangan Negara dilaksanakan dengan aturan sebagai
berikut.
a) Presiden menyampaikan RUU tentang pertangung jawaban pelaksanaan APBN beberapa
laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK,disampaikan kepada DPR selambat
lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir
b) laporan keuanngan (setidak tidaknya sampai dengan tahun anggaran 2013) :laporan
realisasi APBN, neraca, laporan arus kas dancatatan atas laporan keuangan (dilampiri
laporan keuangan perusahaan Negaradan badan lainya)
c) Sedangkan laporan keuangan yang harus disusun oleh pemerintah selambat lambatnya
pada tahun anggaran 2014 sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 71 tahun 2010
adalah:
a. laporan realisasi APBN
b. laporan perubahan saldo anggaran lebih (sal)
c. neraca
d. laporan operasional
e. laporan perubahan ekuitas
f. laporan arus kas
g. catatan atas laporan keuangan

Sejak dulu, pembukuan APBN pada dasarnya menggunakan basis kas. Namun,
seiring dengan aplikasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP), maka basis kas berangsur akan ditinggalkan, yang
seterusnya akan menggunakan basis akrual. Bahkan, setelah berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang ASP Berbasis Akrual menggantikan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 untuk pelaporan pelaksanaan anggaran masih
menggunakan basis akrual. Dalam peraturan perundangan yang sekarang pada prinsipnya
tetap sama, namun istilah dan nama seperti formulir dan kelembagaan yang berubah.

b. APBD
APBD adalah suatu anggaran daerah yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1) Rencana kegiatan suatu daerah ,berserta uraianya secara rinti
2) Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya
biaya beban sehubungan dengan aktivitas tersebut
3) Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka
4) Periode angaran yaitu biasanya satu
Karakteristik APBD di era pra-reformasi :
1) APBD disusun oleh DPRD bersama-sama kepala daerah(pasal 30 undang undang
nomor 5 tahun 1975).
2) Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan anggarab adalah pendekatan line-item
atau pendekatan tradisional. Dalam pendekatan ini anggaran disusun berdasar jenis
penerimaan dan jenis pengeluarannjadi setiap baris dalam APBD menunjukan tiap
jenis penerimaan dan pengeluaran. Sedangkan pendekatan yang lebih maju misalnya
program budgeting, performance budgeting, planning, progamming, and budgeting
system (PPBS) dan Zero base budgeting.
3) Siklus APBD terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemeriksaa,
serta penyusunan dan penetapan perhitungan APBD.
4) Dalam tahap pengawasan dan pemeriksaan serta tahap penyusunan dan penetapan
perhitungan APBD, pengendalian dan audit terhadap APBD bersifat keuangan.
5) Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdasarkan ketaatan terhadap
tiga unsur utama, yaitu unsur ketaatan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku, unsur kehematan dan efisiensi, dan hasil program.Sistem akuntansi keuangan
daerah menggunakan stelsel kameral (tata buku anggaran).

Peraturan pada era reformasi keuangan daerah mengisyaratkan agar laporan


keuangan makin informatif. Untuk itu, dalam bentuk yang baru, APBD terdiri atas 3 bagian,
yaitu pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Dalam bentuk APBD yang baru, pendapatan
dibagi menjadi 3 kategori yaitu pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-
lain pendapatan daerah yang sah. Selanjutnya belanja, menurut Kepmendagri Nomor 29
Tahun 2002, digolongkan menjadi 4 yakni belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik,
belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tidak tersangka. Untuk pembiayaan
dikelompokkan menurut sumber-sumber pembiayaan, yaitu sumber penerimaan daerah dan
sumber pengeluaran daerah.

C. Keuangan Daerah, Manajemen Keuangan Daerah, Dan Akuntansi Keuangan Daerah


Keuangan daerah dapat diartikan sebagai : “semua hak dan kewajiban yang dapat
dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang
dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah
yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan perundangan yang
berlaku” (Mamesah, 1995).

Sebagaimana keuangan negara, keuangan daerah juga memiliki ruang lingkup yang
terdiri atas keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Yang termasuk dalam keuangan daerah yang dikelola langsung adalah anggaran pendapatan
dan belanja daerah (APBD) dan barang-barang inventaris milik daerah. Sedangkan keuangan
daerah yang dipisahkan meliputi badan usaha milik daerah (BUMN). Di samping itu,
pengurusan akuntansi keuangan daerah juga dibagi menjadi 2, yakni pengurusan umum
(otorisator dan ordonator) dan pengurusan khusus (berkaitan dengan liabilitas
perbendaharaan). Alat untuk melakukan manajemen keuangan daerah disebut dengan tata
usaha daerah.

Menurut Mamesah (1995), tata usaha keuangan daerah dibagi menjadi dua
golongan, yaitu: tata usaha umum dan tata usaha keuangan. Tata usaha umum menyangkut
kegiatan surat-menyurat, mengagenda, mengekspedisi, menyimpan surat-surat penting atau
mengarsipkan serta kegiatan dokumentasi lainnya. Sedangkan tata usaha buku atau tata
usaha keuangan yang sering disebut dengan akuntansi keuangan daerah, merupakan
rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis di bidang keuangan berdasarkan prinsip-
prinsip, standar-standar tertentu serta prosedur-prosedur tertentu sehingga dapat memberikan
informasi aktual di bidang keuangan.

Di era reformasi keuangan daerah ini, tata buku atau tata usaha keuangan daerah
tersebut tidak lagi memadai sebagai penghasil informasi yang dikehendaki oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, yang telah
diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Permendagri Nomor
13 Tahun 2006, yang didasari oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003. Menurut
peraturan perundang-undangan terbaru dimaksud tersebut maka tugas pengelola keuangan
daerah adalah:

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;.


2. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
3. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan
daerah;
4. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
5. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

D. Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah di Dalam Manajemen Keuangan Daerah

MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

TATA USAHA KEUANGAN DAERAH


TATA USAHA UMUM TATA USAHA KEUANGAN

AKUNTANSI KEUANGAN
Salah satu pengertian manajemen keuangan daerah selain pengertian diatas adalah definisi
DAERAH
manajemen keuangan daerah sebagai usaha-usaha yang dilakukan manajer, yakni pemerintah
daerah, dalam membelanjakan dana yang dimiliki daerah sesuai dengan kebutuhan untuk
membiayai pengeluaran tersebut. Pengertian tersebut sesuai dengan pengertian manajemen
daerah menurut Coe (1989) yang meliputi hal-hal berikut ini.

1. Rencana hasil anggaran belanja dan biaya


2. Laporan mengenai kuitansi dan pembayaran dari dana yang dianggurkan
3. Pembelian barang dan pelayanan
4. Penanaman modal
5. Utang jangka pendek dan jangka panjang yang dibayar jatuh tempo sesuai perjanjian
6. Pengawasan
7. Kehilangan dan pertanggungjawaban yang benar tentang keuangan pada akhir tahun
8. Pemeriksaan transaksi keuangan secara resmi
9. Laporan yang diterima sesuai dengan kondisinya

Dalam kaitan ini, bidang akuntansi yang membantu manajer yakni, pemerintah daerah
dalam melakukan usaha-usaha tersebut adalah akuntansi manajemen daerah, yakni bidang
akuntansi yang menghasilkan informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak
internal entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota atau provinsi).

Anda mungkin juga menyukai