Anda di halaman 1dari 17

Panduan Lengkap Menyusun

Rencana Bisnis Menggunakan


Business Model Canvas
3 years ago
by Arry Rahmawan
14 Comments
17 min read

Written by Arry Rahmawan


Mencari Panduan Lengkap Menyusun
Rencana Bisnis Menggunakan Business
Model Canvas?
Sahabat pembaca blog arryrahmawan.net, pada kesempatan kali ini saya ingin
berbagi tentang bagaimana memanfaatkan Business Model Canvas untuk
merencanakan bisnis bagi pebisnis pemula (StartUp). Sebelum kita masuk ke
pembahasan tentang Business Model Canvas itu sendiri, saya ingin membahas
terlebih dulu mengapa Business Model Canvas bisa menjadi sebuah tools yang
efektif untuk membuat perencanaan bisnis.
Oh ya, mungkin Anda akan menemukan bahwa artikel ini adalah salah satu artikel
terpanjang yang pernah saya tuliskan. Memang benar, karena artikel ini sengaja
saya buat secara komprehensif bagaimana menggunakan Business Model
Canvas  untuk merencanakan bisnis Anda. Berikut ini adalah beberapa hal yang
dibahas dalam artikel ini,
 Mengapa Business Plan yang Tebal Meningkatkan Risiko Kegagalan Bisnis?
 Perbedaan Proses Memulai Bisnis antara Dulu dan Sekarang
 Apa yang Dimaksud Model Bisnis?
 Mengenal Apa Itu Business Model Canvas
 Manfaat dan Kelebihan Business Model Canvas
 10 Langkah Menggunakan Business Model Canvas
 Langkah 1 – Customer Segment
 Langkah 2 – Value Proposition
 Langkah 3 – Channels
 Langkah 4 – Customer Relationship
 Langkah 5 – Revenue Stream
 Langkah 6 – Key Activities
 Langkah 7 – Key Resources
 Langkah 8 – Key Partnership
 Langkah 9 – Cost Structure
 Langkah 10 – Analisis & Validasi Model Bisnis

Semakin Panjang Rencana Bisnis, Semakin Besar Risiko


Gagalnya
“Tebal” rencana bisnis berbanding dengan risiko gagal

Wah, apakah itu benar? Jadi, semakin panjang dan detil rencana bisnis yang kita
jalankan, justru akan meningkatkan peluang gagal? Kok bisa? Bukankah itu justru
bertentangan dengan nasihat para ahli manajemen dan mentor bisnis yang justru
mendorong pengusaha pemula untuk membuat rencana bisnis yang jelas dan
detil?
Ternyata, disitulah justru letak permasalahannya. Saya sendiri baru menyadari
bahwa business plan yang semakin panjang justru akan meningkatkan peluang
gagal saat membina beberapa pengusaha pemula di program Direktorat Inovasi
dan Inkubator Bisnis Universitas Indonesia. Selain itu, saya juga melihat pola yang
sama ketika membina pengusaha pemula di portalstudentpreneur.com.
Kebanyakan dari mereka yang memiliki rencana bisnis detil, lengkap dengan
deskripsi hasil riset pasar, proyeksi keuangan dan sebagainya, justru gagal
dieksekusi.
Mengapa bisa terjadi? Setelah ditelusuri, semakin panjang business plan, akan
memiliki kelemahan berikut ini:
1. Fleksibilitas – Kebanyakan pengusaha pemula yang memiliki business plan detil
menjadikan diri mereka tidak fleksibel terhadap perubahan – perubahan
asumsi. Sehingga ketika ada perubahan yang cepat di dunia nyata, pengusaha
pemula tetap ‘gigih’ memperjuangkan business plan mereka yang ternyata
sudah tidak relevan

2. Validitas Ide – Business plan yang lengkap tentu akan melihat kelayakan suatu
usaha dari berbagai sudut. Karena banyak aspek yang dilihat (analisa market,
produk, pemasaran, keuangan, SDM, dsb), menyebabkan pengusaha pemula
luput dari sebuah pertanyaan penting : apakah ide yang mereka ajukan dalam
bisnis memang benar – benar laku dan dibutuhkan oleh konsumen? Karena
banyaknya yang harus dipenuhi dalam sebuah business plan, banyak
pengusaha pemula yang ‘lupa’ untuk menguji apakah ide bisnis mereka itu
betul – betul valid (diperlukan customer) atau tidak.
Michael Schrage dari MIT pernah mengatakan, a testable idea is better than a good
idea. Sebuah ide bisnis yang teruji lebih baik daripada ide yang terllihat bagus.
Steve Blank, salah satu punggawa dalam dunia startUp mengatakan, no business
plan survives first contact with customer. Tidak ada rencana bisnis yang bisa bertahan
saat kontak pertama kali dengan pelanggan (karena pasti akan ada perbedaan
antara asumsi awal dengan realita di lapangan).
Jadi, kalau begitu apa yang harus dilakukan?

Perbedaan Alur Membangun Bisnis antara Dulu dan


Sekarang
Sekitar 7-8 tahun lalu, ketika pertama kali belajar bisnis saya banyak belajar bahwa
untuk membangun sebuah bisnis maka akan melewati skema berikut ini:

Alur pengembangan bisnis konvensional

Sayangnya, seperti yang sudah dipaparkan barusan, banyak pengusaha pemula


yang masih mengikuti cara tersebut. Mereka mengawali bisnis mereka dari sebuah
ide, dibuat rencana bisnisnya, kemudian pitching. Salahkah? Tidak. Risiko gagal
lebih besar? Iya.
Mengapa risiko gagal saat ini lebih besar? Hal ini karena adanya kemajuan
teknologi, customer yang semakin menuntut macam – macam, inovasi kompetitor
yang sangat cepat, membuat pasar sangat dinamis dan cepat berubah – ubah.
Tahun ini bisa jadi bisnis kita adalah pemimpin pasar. Namun, 3 – 5 tahun
kemudian bisa jadi bisnis kita akan benar – benar hilang tanpa jejak digantikan oleh
pemain – pemain baru.
Maka dari itu, untuk mengurangi risiko kegagalan, diperlukan cara pandang baru
untuk pengusaha pemula dalam membangun bisnis mereka. Perbedaan paling
dasar terletak di fase validasi ide. Berhubung saat ini sangat mudah menciptakan
inovasi untuk membuat sesuatu lebih baik (better), lebih murah (cheaper), dan lebih
cepat (faster), hal yang menjadi tantangan kemudian adalah – benarkah ide
tersebut dibutuhkan oleh pasar saat ini? Apakah permintaan market atas ide
tersebut valid?
Maka, alur untuk menciptakan bisnis baru di era ini pun berubah. Sebelum ide
bisnis dibuat ke dalam businss plan, perlu dibuat terlebih dahulu ‘pengujian’ apakah
ide tersebut valid atau tidak. Alur pengujiannya digambarkan sebagai berikut,

Alur pengembangan rencana bisnis saat ini

Jadi setelah ide kreatif dan inovatif ditemukan, hal yang perlu dilakukan kemudian
adalah membuat businss model dari ide tersebut, untuk kemudian divalidasi
apakah business model tersebut bisa menghasilkan keuntungan. Jika business
modelnya valid, maka dilanjutkan dengan membuat rencana bisnis, seperti
merumuskan strategi pemasaran, proyeksi keuangan, analisa SDM, dan
sebagainya.

APA YANG DIMAKSUD BUSINESS MODEL (MODEL


BISNIS)
Oke, saya sudah punya ide, kemudian saya harus merumuskan juga business
model saya untuk divalidasi. Tapi, apa sih sebenarnya yang dimaksud
dengan business model?
Business model, atau model bisnis secara sederhana dapat diartikan sebagai proses
bagaimana perusahaan menciptakan value dan mendapatkan keuntungan
dari value yang diciptakannya secara berkelanjutan
Paling mudah membayangkannya, misalkan pernahkah kamu bermain game Clash
Royale atau Clash of Clans di Android? Kita dapat mengunduhnya secara gratis,
bukan? Lalu darimana pencipta game ini mendapatkan uang? Yaitu dengan cara
menjual items seperti Gems atau Gold di dalam game tersebut yang harus dibayar
dengan real cash. Model bisnis seperti CR atau CoC ini disebut juga dengan model
bisnis freemium. Sebuah model bisnis di mana mereka bisa
memberikan value dengan gratis (free) secara penuh, namun mereka yang
ingin value lebih banyak lagi harus membayarnya dengan uang (premium).

Mengenal Apa itu Business Model Canvas


Akhirnya sampailah kita pada pemabahsan apa itu Business Model Canvas (BMC).
BMC adalah sebuah tools yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder, yang
dipopulerkan melalui bukunya Business Model Generation. BMC dikembangkan
untuk membantu organisasi bisnis dan pengusaha pemula untuk memetakan dan
melakukan analisa terhadap model bisnis mereka.
Apa sebenarnya Business Model Canvas?
Secara umum, BMC dikembangkan dengan mempertimbangkan 9 blok utama yang
harus diperhatikan dalam memetakan model bisnis. Kesembilan blok utama ini,
semua terangkum dalam satu canvas (1 halaman). Inilah yang juga membuat BMC
unggul karena dengan kesederhanaannya yang hanya terdiri dari 1 halaman ini,
ternyata powerful untuk memberikan pemahaman tentang model bisnis secara
utuh.
Berikut adalah penampakan dari Business Model Canvas,

Tampilan halaman Business Model Canvas (BMC)


Kesembilan blok yang ada di BMC tergabung dalam 1 kanvas, yang mewakili kunci
utama pendorong keberhasilan suatu bisnis,
1. Customer Segments : Siapa konsumen Anda? Seperti apa deskripsi orang yang
ingin masalahnya Anda pecahkan? Bagaimana karakteristik mereka? Apa yang
mereka pikirkan? Rasakan? Lakukan?
2. Value Proposition : Solusi apa yang Anda tawarkan ke konsumen Anda? Apa
yang menarik dari solusi Anda? Apa yang membuat konsumen mau memilih,
membeli, dan menggunakan value Anda?
3. Channels : Bagaimana cara agar value / solusi masalah Anda bisa sampai ke
tangan konsumen?
4. Customer Relationship : Bagaimana cara Anda berinteraksi untuk menjaga
loyalitas konsumen?
5. Revenue Streams : Bagaimana cara bisnis menghasilkan uang dari value yang
ditawarkan?
6. Key Activities : Apakah aktivitas kunci atau strategi kompetitif yang dilakukan
bisnis untuk menciptakan value proposition nya?
7. Key Resources : Apa saja sumber daya yang harus dimiliki perusahaan agar
dapat kompetitif dalam menciptakan value?
8. Key Partnership : Siapa partner yang mendukung organisasi agar selalu
kompetitif?
9. Cost Structure : Apa saja faktor – faktor yang membentuk biaya yang harus
dikeluarkan?
Kesembilan faktor tersebut sudah pernah saya jelaskan di artikel
berjudul memetakan model bisnis dengan Business Model Canvas dan saya pun juga
sudah pernah membuatkan video tutorial membuat BMC yang benar.
Sederhananya, BMC terdiri dari 3 bagian utama. Bagian tersebut adalah  offering,
customer,  dan infrastructure. Adapaun gambar pembagian hal tersebut ada di
bagian berikut ini,
3 aspek utama dalam BMC – offering, customer, infrastructure

MANFAAT DAN KELEBIHAN BUSINESS MODEL CANVAS


BMC menjadi populer tidak hanya di perusahaan besar yang mapan, namun juga
populer di kalangan entrepreneur dan juga intrapreneur dalam memetakan,
menganalisis, validasi, dan melakukan inovasi di model bisnis yang telah ada.
Secara mendasar, sebagai praktisi, saya menemukan ada 3 manfaat utama dari
BMC.
1. FOKUS : Satu hal yang paling saya rasakan dengan membuat Business Model
Canvas ini adalah mampu menajamkan fokus dan membuat kejelasan
mengenai model bisnis yang diajukan, ketimbang membuat rencana bisnis
yang tebalnya berhalaman – halaman.
2. FLEKSIBEL : BMC sangat bermanfaat karena mudah untuk dimodifikasi dengan
tetap memberi pandangan secara menyeluruh terhadap model bisnis
3. TRANSPARANSI : Sebagai pendiri beberapa bisnis, BMC seringkali saya
gunakan untuk mengomunikasikan visi dan model bisnis kepada tim, dan
dengan BMC tim menjadi lebih mudah mengerti apa model bisnis di organisasi.

10 Langkah Menggunakan Business Model Canvas


Saat saya membawakan workshop BMC, memang paling enak melakukannya
dengan praktik langsung. Jadi saya menyarankan Anda untuk
mencetak template Business Model Canvas di kertas A3, mempersiapkan sticky
notes dengan 2 warna berbeda, kemudian mulai mengisi BMC Anda sesuai dengan
bisnis yang ingin (atau sudah) Anda jalankan. Untuk mengunduh template Business
Model Canvas, Anda bisa mengunduhnya di sini:
>> DOWNLOAD TEMPLATE DIGITAL BUSINESS MODEL CANVAS <<
Setelah Anda mengunduh, silakan Anda isi lembar tersebut kemudian bertanya
kepada diri sendiri, “apakah data yang Anda isikan tersebut sudah make sense?.
Apakah ada kemungkinan diisi dengan alternatif yang lebih baik?
Apabila Anda ingin yang lebih praktis, tanpa harus cetak – mencetak, saya sudah
menyediakan file template BMC dalam bentuk powerpoint agar bisa langsung diisi
dan dipresentasikan.
Catatan: untuk mengubahnya, silakan klik ‘View > Slide Master’ baru kemudian
diedit isinya.
Bagi Anda yang belum pernah sama sekali menggunakan Business Model
Canvas sebelumnya, berikut ini adalah tutorial singkat yang saya siapkan khusus
untuk Anda.
LANGKAH 1 (dari 10) : Customer Segments
Customer segments atau segmen konsumen yang ditarget merupakan hal
terpenting yang harus bisa dijawab dari Business Model Canvas. Kebanyakan model
bisnis tidak memberikan hasil yang diharapkan karena customer segment tidak
dapat didefinisikan dengan jelas.
Untuk dapat mengisi customer segment dengan jelas, hal berikut ini perlu
diperhatikan:
1. Customer Segment Dimensions (Dimensi Segmen Konsumen)
Perhatikan apakah bisnis Anda menargetkan konsumen single atau multi-sided
market? Maksud multi-sided market, misalnya Facebook yang memiliki model
bisnis untuk melayani dua pihak : advertiser dan user. multi-sided market umumnya
memiliki segmen tersendiri untuk setiap kategorinya.
2. Customer Characteristics (Karakteristik Konsumen)
Setelah memetakan dimensi segmen, maka selanjutnya adalah mendefinisikan
karakter segmen di masing – masing dimensi tadi. Sebagai contoh, apabila kita
memiliki segmen user, maka user yang karakteristiknya seperti apa? Beberapa
pertimbangan untuk karakteristik, misalnya:
 Usia dan gender
 Passion, habit, hobi
 Tingkat penghasilan
 Tingkat pendidikan
 Target yang ingin dicapai
 dan lain sebagainya…
3. Customer Problems / Needs (Masalah / Kebutuhan Konsumen)
Apa masalah yang dirasakan konsumen yang telah Anda petakan? Apa pain yang
sedang ingin mereka sembuhkan? Apa target yang sedang ingin mereka kejar?
Apa needs yang mereka perlukan untuk mencapai impian – impian mereka?
Satu hal yang perlu Anda lakukan adalah mengurangi asumsi apa yang
dibutuhkan konsumen dengan bertanya langsung kepada mereka. Buat
pengamatan lapangan atau wawancara langsung agar Anda semakin dekat dengan
konsumen Anda.
Output: Pada bagian ini Anda akan menghasilkan daftar target konsumen Anda
berdasarkan segmen yang berbeda – beda, plus penjelasan detil tentang
karakteristik masing – masing konsumen. Jika segmen Anda ada banyak, saya
menyarankan untuk membuat prioritas dalam melayani konsumen. Coba tanyakan,
“seandainya saya hanya bisa melayani 1 konsumen saja, siapakah yang ingin saya
layani?”
Langkah 2 (dari 10) : Value Propositions
Ketika pemetaan customer segment sudah jelas, maka selanjutnya kita memilih
mana masalah atau kebutuhan dari pelanggan itu yang ingin kita penuhi? Selain itu,
di value proposition juga harus mempertimbangkan apa keunikan / keunggulan
solusi yang kita tawarkan dibandingkan solusi – solusi lainnya?
Maka dari itu, siapkan sticky notes dan tuliskan sebanyak – banyaknya value
proposition yang Anda persiapkan sebagai cure atau obat untuk mengatasi masalah
dari konsumen.
Sebagai contoh, salah satu startup yang sedang saya kembangkan,
SignifierGames.com membuat value proposition penyediaan Serious Games untuk
pembelajaran konsep – konsep kompleks di
bidang engineering, khususnya industrial engineering. Solusi ini dibuat dengan
harapan dapat mengurangi pain berbagai institusi pendidikan di Indonesia dalam
mengajarkan konsep sulit kepada peserta didiknya. Beberapa game yang
dikembangkan adalah permainan di bidang operation
management, seperti Operation Management Game (OMG), Project Management Game
(PMG), dan Strategic Sourcing Management Game (SSMG). Value proposition ini
berbeda karena kebanyakan pengembang Serious Games tidak mengembangkan
permainan untuk bidang – bidang engineering.
Setelah Anda menemukan value proposition, pastikan Anda menghubungkan
koneksi antara VP yang Anda miliki dengan customer segment yang telah Anda
petakan. Contohnya adalah seperti ini,
Hubungan value proposition dengan customer segment dalam BMC

Output : Daftar solusi atau “obat” yang lebih baik atau kompetitif dari yang sudah
ada berdasarkan masalah atau kebutuhan konsumen
LANGKAH 3 (dari 10) : CHANNELS
Channels dalam BMC adalah entitas yang digunakan oleh organisasi bisnis untuk
membuat value proposition yang sudah dibuat itu ‘sampai’ ke konsumen. Biasanya
saya menggunakan framework AIDA (Attention – Interest – Desire – Action)sebagai
tahap awal, ditambah bagaimana proses pengiriman barang atau jasa tersebut ke
konsumen.
Misalnya, apa yang bisa dilakukan untuk menarik attention konsumen
terhadap value proposition yang dibuat? Beberapa pilihan menarik, antara lain:
 Membuat iklan
 Memasang FB Ads atau Google Adwords
Dua contoh di atas adalah termasuk channels
Sebagai contoh, SignifierGames.com menggunakan media Website, Brosur, dan
Buku yang dijual di retailer seperti Amazon.com untuk menyampaikan value
proposition kepada konsumen.
Output: Daftar dari channel yang penting untuk mendistribusikan informasi
dan value kepada konsumen. Biasanya, berbeda segmen konsumen maka akan
berbeda pula channelnya
Langkah 4 (dari 10) : Customer Relationship
Bagian customer relationship diisi tentang bagaimana kita berinteraksi kepada
konsumen setelah terjadi transaksi, untuk memastikan konsumen puas
dengan value yang kita tawarkan sepanjang hingga akhir life cycle nya.
Perusahaan penerbangan, misalnya setelah kita menggunakan jasa
penerbangannya umumnya akan ditawarkan berbagai email penawaran,
memberikan membership  khusus, yang apabila sudah mencakup beberapa poin
akan mendapatkan benefit tertentu.
Output: penjelasan tentang bagaimana caranya organisasi menjalin hubungan
dengan konsumen yang sudah ‘membeli’ value yang ditawarkan agar tercipta
loyalitas atau transaksi kembali.
Langkah 5 (dari 10) : Revenue Stream
Revenue streams adalah pendapatan yang diterima oleh perusahaan atau organisasi
yang berasal dari value proposition yang ditawarkan. Hal paling penting adalah
harus terjadi koneksi yang clear antara revenue stream yang dihasilkan dari value
proposition, dan customer segment mana yang membayar untuk hal tersebut.
Sebagai contoh, di bawah ini saya ambil dari BMC Signifiergames.com, di
mana revenue streams berasal dari penjualan paket game dan buku untuk
akademik, dan yang membayar adalah institusi pendidikan.

Contoh pengisian revenue stream BMC pada SignifierGames.com

Output: Daftar dari revenue streams, yang berasal dari value proposition x yang


ditawarkan, dengan customer segmen y sebagai pihak yang bersedia membayar.
Langkah 6 (dari 10) : Key Activities
Untuk menciptakan value proposition yang lebih baik dan kompetitif, tentunya ada
beragam aktivitas kunci untuk dapat menghasilkan value porposition sesuai dengan
yang diharapkan. Aktivitas ini adalah aktivitas pokok yang apabila hilang atau tidak
ada, maka value proposition yang kompetitif tidak dapat direalisasikan.
Sebagai contoh, SignifierGames.com mengajukan value proposition yaitu serious
game berkualitas yang dikembangkan oleh expert di Universitas Indonesia, dan key
activities yang diperlukan adalah game design & development. Contoh lebih jelas
dapat dilihat pada gambar di bawah ini,

Pengisian key activities dalam Business Model Canvas

Output : Daftar aktivitas utama / kunci untuk dapat menghasilkan value


proposition yang diinginkan.
Langkah 7 (dari 10) : Key Resources
Key resources adalah sumber daya strategis yang dibutuhkan untuk menunjang key
activities agar bisa berjalan lancar untuk menghasilkan value proposition sesuai
dengan yang diharapkan. Dengan terpetakannya key resource, diharapkan sebuah
bisnis dapat menjadi lebih kompetitif dibandingkan pesainya.
Sebagai lembaga pengembang ‘serious games’, SignifierGames.com bergantung
penuh terhadap SDM bertalenta atau para expert di bidang pengembangan serious
games. Talented people ini kemudian menjadi key resources dari SignifierGames.com
Output:Daftar dari sumber daya utama yang dibutuhkan untuk menunjang key
activities agar dapat menghasilkan value proposition yang diinginkan.
Langkah 8 (dari 10) : Key Partnership
Sebuah organisasi bisnis tentunya tidak bisa berjalan hanya mengandalkan dirinya
sendiri. Ketimbang mengembangkan dan menjalankan semuanya sendiri, ada
baiknya untuk bekerjasama dengan mereka yang telah expert di bidangnya masing
– masing.
Misalnya, salah satu key activities dari SignifierGames.com adalah membuat dan
mencetak buku. Maka, daripada handling semuanya sendirian, ada baiknya
SignifierGames.com bekerjasama dengan penerbit yang memang sudah malang
melintang di bidang penerbitan buku. SignifierGames.com pun kemudian hanya
menyiapkan naskahnya saja, untuk nanti diubah dan di layout oleh penerbit utama.
Key activities lainnya di SignifierGames.com, misalnya adalah melakukan training for
trainer untuk kaderisasi. Namun, karena kaderisasi trainer  dan fasilitator  itu cukup
lama, maka SignifierGames.com bisa bekerjasama dengan trainer profesional yang
sudah berpengalaman untuk menjadi narasumber workshop atau seminar yang
dibawakan tentang bagaimana cara membuat game.
Output: Daftar rekanan kunci di luar organisasi yang dapat mendongkrak
performa key activities sehingga dapat menghasilkan value proposition dengan lebih
kompetitif lagi.
Langkah 9 (dari 10) : Cost Structure
Cost structure adalah daftar biaya yang dikeluarkan oleh organisasi bisnis dalam
rangka menciptakan value proposition kepada konsumen. Biasanya, cost structure ini
‘ditarik’ dari key activities. Beberapa pertanyaan penting untuk diajukan saat
memetakan biaya:
1. Apakah biaya yang dikeluarkan dalam rangka menciptakan value?
2. Mana jenis biaya yang lebih banyak, fixed cost atau variable cost?
3. Jika bisnis diskala menjadi lebih besar, apakah peningkatannya linear,
eksponensial, atau tetap?
Pemetaan struktur biaya perlu dilakukan dengan lebih hati – hati, karena sangat
penting apabila organisasi bisnis ingin dibuat dalam skala yang lebih besar dari
sebelumnya.
Output: Daftar elemen struktur biaya yang dikeluarkan untuk membiayai key
activities dalam menciptakan value proposition.
Pada akhirnya, SignifierGames.com memiliki hasil akhir BMC dalam bentuk seperti
ini,
Contoh Pengisian Business Model Canvas SignifierGames.com

Bagaimana BMC versi Anda? Apakah Anda telah selesai membuatnya?


Langkah 10 (dari 10) : ANALISIS & VALIDASI MODEL BISNIS
Bagi Anda yang sudah menyelesaikan BMC, jangan senang dulu karena sebenarnya
menyelesaikan BMC itu barulah langkah awal saja, hehe. Ya, karena sebenarnya
apa yang kita sudah isikan di BMC (termasuk SignifierGames.com) itu adalah
‘hipotesis’ dan ‘asumsi’ subjektif yang dianggap benar oleh si perencana bisnis.
Pada kenyataannya, hipotesis ini perlu diuji apakah memang benar model bisnis
yang direncanakan tersebut berjalan sebagaimana mestinya.
Bagaimana cara mengujinya? Cara paling mudah adalah langsung bertanya ke
konsumen yang ditarget, berinteraksi secara langsung ke lapangan dan merasakan
langsung apa yang dirasakan konsumen.
Pada waktu saya belajar langsung dari Strategyzer, instruktur bahkan langsung
meminta kami yang membuat BMC itu untuk keluar gedung dan melakukan
validasi langsung ke segmen konsumen kami. Padahal waktu itu
sedang workshop, dan kami benar – benar diminta untuk keluar gedung! Wow!
Namun memang benar, interaksi langsung dengan konsumen itu dapat
memberikan banyak insight tambahan baru. Misalnya, SignifierGames.com sendiri
melakukan beberapa perubahan rencana model bisnis setelah berinteraksi
langsung dengan konsumennya.
Misalnya, dulu kami memiliki asumsi bahwa seluruh institusi pendidikan memiliki
kesulitan dalam mengajarkan konsep sulit ke peserta didik. Sehingga, kami
berasumsi bahwa Serious Game yang dibuat expert ini akan laku.
Namun setelah kami pelajari lagi, ternyata yang lebih banyak mencari Serious
Game ini adalah universitas swasta yang memang sedang menjalin kerjasama
dengan kampus besar seperti UI. Maka, kerjasama tersebut coba kami bundling
dengan produk buku, games, dan workshop untuk universitas tersebut. Sticky
notes hijau menunjukkan ada beberapa tambahan / perubahan dari BMC
sebelumnya.

Contoh Validasi Business Model Canvas SignifierGames.com

SUDAH VALIDKAH MODEL BISNIS ANDA?


Sebagai pengusaha pemula yang ingin memulai bisnis, membuat business
plan tidak ada salahnya. Hanya saja, hal yang perlu dipastikan terlebih dahulu
adalah apakah ide yang dibawa memiliki model bisnis yang valid.
Business Model Canvas, adalah sebuah tools yang sangat menarik untuk Anda coba
dalam rangka menguji model bisnis Anda. Dengan model bisnis yang sudah teruji,
barulah kemudian Anda mencoba membuat business planyang lebih detil sambil
kemudian pitching kepada investor untuk meningkatkan skala bisnis Anda menjadi
lebih besar.
Untuk mulai membuat Business Model Canvas Anda sendiri, silakan Anda unduh
langsung template BMC yang langsung siap diisi dan dipresentasikan di link berikut
ini.
Semoga bermanfaat untuk membantu Anda mewujudkan rencana bisnis yang
sudah lama Anda idamkan.
Salam,
Arry Rahmawan
Founder, CerdasMulia Institute
Founder, SignifierGames.com
Lecturer & Researcher, Universitas Indonesia
Silakan temukan inspirasi lainnya dari saya melalui:

Free Online Course di YouTube : Channel Arry Rahmawan


Free Kultwit di : Twitter @ArryRahmawan
Free Inspirational Quotes : Instagram @ArryRahmawan
Free Inspirational Notes : Grup Facebook
https://arryrahmawan.net/panduan-business-model-canvas/

Anda mungkin juga menyukai