Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS LITERASI SAINS SISWA DI PONDOK

PESANTREN SE-KOTA TANGERANG


Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan


(S.Pd)

Oleh:

Abdul Rifki

11150162000075

Pendidikan Kimia 7B

PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M./1440 H.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sedangkan sistem
pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. (UU RI No. 20 Tahun
2003: 1)
Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan
yang sangat kompleks dalam meyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat
dipandang dan seyogianya berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang
bermutu tinggi adalah pendidikan (Trianto, 2012: 4)
Pendidikan di abad ke 21 ini merupakan hal yang pokok bagi
perkembangan bangsa terlebih pada pembelajaran berbasis literasi sains. Literasi
sains menurut PISA (2006) adalah “scientific literacy is the capacity to use
scientific knowledge, to identify questions and to draw evidence-based
conclusions in order to understand and help make decisions about the natural
world and the changes made to it through human activity” (OECD, 2006: 25).
Sedangkan literasi sains menurut National Science Education Standars (1996)
adalah “scientific literacy is knowledge and understanding of scientific concepts
and processes required for personal decision making, participation in civic and
cultural affairs, and economic productivity”. Atau literasi sains yaitu suatu ilmu
pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep dan proses sains yang akan
memungkinkan seseorang untuk membuat suatu keputusan dengan pengetahuan
yang dimilikinya, serta turut terlibat dalam hal kenegaraan, budaya, dan
pertumbuhan ekonomi.
Literasi sains siswa di Indonesia masih terbilang rendah, hal ini terlihat
dari hasil penilaian PISA (Programme for International Student Assesment) yang
diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development) menunjukkan bahwa peringkat literasi sains siswa Indonesia yaitu
pada pada tahun 2000 Indonesia berada di peringkat ke-38 dari 41 negara dengan
skor rata-rata 393. Pada tahun 2003 Indonesia berada di peringkat ke-38 dari 40
negara dengan skor rata-rata 395. Pada tahun 2006 Indonesia di peringkat ke-50
dari 57 negara dengan skor rata-rata 393 (Pada tahun 2009 peringkat ke-60 dari 65
negara dengan skor rata-rata 383 (OECD, 2010: 27). Pada tahun 2012 Indonesia
berada di peringkat ke 64 dari 65 negara dengan skor rata-rata 382 (OECD, 2014:
5). Dan pada tahun 2015 Skor literasi sains Indonesia pada tahun Indonesia
berada di peringkat ke 62 dari 70 negara dengan skor rata-rata 403 (OECD, 2016:
4). Berdasarkan hasil PISA tersebut terlihat bahwa kemampuan literasi sains
siswa di Indonesia sudah mengalami peningkatan namun masih dibawah rata-rata
negara yang mengikuti PISA.
Rendahnya kemampuan Literasi sains siswa dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya karena siswa belum diperkenalkannya soal/tes yang
berorientasi pada keterampilan sains seperti soal PISA dan TIMMS serta belum
diterapkannya pembelajaran yang melatih keterampilan proses sains yaitu
mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, memberikan penjelasan fenomena secara
ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah (Odja. 2014: 46). Sama halnya dengan
penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2014: 167) mengungkapkan bahwa ada
3 faktor penyebab literasi sains siswa menjadi rendah diantaranya materi pelajaran
yang belum pernah dipelajari sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
menjawab soal-soal yang diberikan, siswa tidak terbiasa mengerjakan soal yang
menggunakan wacana, dan guru kurang membiasakan proses pembelajaran yang
mendukung siswa dalam mengembangkan kemampuan literasi sains.
Penelitian tentang kemampuan literasi sains sebelumnya, telah dilakukan
oleh Anggraini (2014) yang berjudul “ Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa
SMA Kelas X di Kota Solok” dari hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
kemampuan literasi sains siswa kelas X di kota Solok masih “kurang sekali”,
karena persentase yang didapatkan adalah 27,94% (rendah sekali ≤54% ).
Penelitian tentang kemampuan literasi sains juga telah dilakukan oleh Kartika Sari
dan Atip Nurwahyunani (2016) yang berjudul “Profil Literasi Sains Menurut
PISA Siswa SMP Negeri se-Kota Semarang” dari hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa capaian literasi sains PISA siswa SMPN se-kota semarang
mempunyai rata-rata nilai sebesar 36,05 dengan persentase sebesar 68,85 %
(kriteria sedang).
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “ Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa Di
Pondok Pesantren se-Kota Tangerang ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan, dapat


diidentifikasikan permasalahan yaitu:

1. Rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik di Indonesia.


2. Kurangnya tanggung jawab dan kepedulian siswa mengenai diri
dan lingkungan sosial dan masyarakat sekitarnya

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari agar permasalahan tidak meluas dan menyimpang,


penulis memandang perlu untuk membatasi masalah yang akan dikaji:

1. Literasi sains siswa yang diukur adalah kemampuan literasi sains


dalam aspek pengetahuan dan kompetensi sains.
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kemampuan literasi sains siswa di Pondok Pesantren


se-kota Tangerang pada aspek pengetahuan dan kompetensi sains?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Kemampuan literasi sains siswa di Pondok Pesantren se-kota


Tangerang pada aspek pengetahuan dan kompetensi sains

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat teoritis

a. Menambah wawasan tentang literasi sains baik bagi peneliti,


guru maupun pengelola pendidikan

b. Memperoleh gambaran tentang kemampuan literasi sains siswa


di Pondok Pesantren se-Kota Tangerang.

c. Sebagai bahan pertimbangan,landasan empiris maupun


kerangka acuan bagi penelitian pendidikan selanjutnya yang
berkaitan dengan penelitian ini.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, memberi peluang untuk diuji dan mengetahui literasi


sainsnya.
b. Bagi guru, sebagai bahan masukan atau kritik konstruktif
untuk dapat menentukan dan melakukan upaya yang
efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dan literasi sains siswa.

c. Bahan pondok pesantren/lembaga, sebagai bahan masukan


atau kritik konstruktif untuk dapat menentukan kebijakan
dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan
pendidikan.

.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap bulan Februari 2019 di
Pondok Pesantren tingkat MA se-Kota Tangerang tahun ajaran 2019/2020

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah
metode deskriptif adalah metode yang dilakukan untuk menggambarkan atau
menjelaskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai objek penelitian tertentu.
Penelitian ini dilakukan dengan berupa data kuantitatif Data kuantitatif berupa skor
kompetensi literasi sains siswa yang diperoleh berdasarkan jawaban siswa pada soal
PISA 2017 dan 2018.
Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian deksriptif hal ini karena
penelitian yang dilakukan hanya mendeskripsikan suatu pencapaian dari kelompok
subjek tertentu tanpa melakukan manipulasi perlakuan dan ditujukan untuk
mengambil informasi langsung yang ada di lapangan tentang kemampuan literasi
sains santri di Pondok Pesantren se-Kota Tangerang, kemudian memberikan deskripsi
secara tersendiri tanpa dihubungkan dengan kenyataan yang lain.

C. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh santri kelas XII di Pondok
Pesantren se-Kota Tangerang tahun ajaran 2019/2020 dengan persebaran populasi di 4
kecamatan. Sedangkan sampel yang diambil merupakan 30% santri kelas XII dari
keseluruhan populasi pada setiap pondok pesantren yang diteliti. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik puprosive sampling (Arikunto, 2006:140).

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Tes tertulis
Menurut Arikunto (2010:193) tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan
serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Peneliti
menggunakan tes berupa soal yang digunakan untuk mengetahui kemampuan
literasi sains santri di pondok pesantren.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian literasi sains di pondok
pesantren se-Kota Tangerang yaitu lembar soal tes, dan lembar angket
1. Tes
Tes tertulis digunakan untuk memeroleh kompetensi literasi sains santri kelas XII
dengan menggunakan soal PISA 2015 konteks IPA Kimia yang termasuk ke
dalam materi XII semester ganjil. Seperangkat soal literasi sains di ambil dari
PISA Take The Test Sample Questions from OECD’s PISA assessments. Soal ini
telah diterjemahkan dan divalidasi oleh penterjemah ahli dan diuji coba
keterbacaannya. Setiap soal mengandung indikator dari setiap aspek kompetensi
yang akan dinilai. Indikator pencapaian kompetensi yang digunakan diadopsi dari
instrumen PISA 2009.

F. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui kompetensi literasi sains
santri beserta faktor-faktor internal dan eksternal yang diduga berpengaruh terhadap
perolehan literasi sains. Penjelasan teknik analisis data dari masing-masing instrumen
adalah sebagai berikut:
1. Tes
Jawaban benar mendapat skor 1 dan jika salah atau tidak menjawab mendapat
0. Pengecualian untuk soal uraian terbuka jika siswa menjawab kurang tepat
mendapat nilai 0,5. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel distribusi skor
hasil tes literasi untuk setiap aspek kompetensi yang diukur. Skor maksimum tes
literasi sains dalam penelitian ini adalah 30. Menurut Arikunto (1991: 239) skor yang
diperoleh siswa merupakan data mentah yang harus diolah menjadi skor berstandar
100 untuk mengetahui ketercapaian penguasaan kompetensi literasi sains siswa.
Sehingga rata-rata skor yang diperoleh dikonversikan menjadi skor berstandar 100
dengan persamaan yang menurut Purwanto (2013: 112) adalah sebagai berikut:
R
NP = X 100
SM
Keterangan :
NP = nilai yang dicari
R = skor yang diperoleh siswa
SM = skor maksimal dari tes yang bersangkutan
100 = bilangan tetap
(Purwanto, 2013: 112)
Nilai yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam kriteria yang berada pada
rentangan skor dengan interval tertentu (Tabel 10). Perolehan skor dideskripsikan
untuk setiap aspek kompetensi berdasarkan data yang ada.
Tabel 3.4. Kriteria interpretasi skor tes PISA

Interval Kriteria
86-100 Sangat Tinggi
76-85 Tinggi
60-75 Sedang
55-79 Rendah
≤ 54 Sangat Rendah
Sumber: dimodifikasi dari Purwanto (2013: 103)

Skor literasi yang dibandingkan berdasarkan gender dan status pondok


pesantren diuji dengan independent sample t-test (uji kesamaan dua rata-rata). Uji
independent sample t-test dilakukan setelah uji normalitas dengan Kolmogorov-
Smirnov. Data dikatakan normal jika nilai sig. > 0,05 sedangkan data dikatakan tidak
normal jika nilai sig. < 0,05. Data yang normal selanjutnya diuji dengan independent
sample t-test untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan signifikan antara kedua
sampel yang tidak saling berhubungan. Jika nilai signifikansi atau probabilitas < 0,05
dan nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak atau dikatakan ada perbedaan signifikan
(Priyatno, 2010: 32).
Data yang tidak normal dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U untuk
mengetahui perbedaan rerata dari dua sampel yang tidak berhubungan dengan dasar
pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitasnya atau asymp.sig.(2-tailed).
Jika nilai –Ztabel < Zhitung < Ztabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima
(tidak ada perbedaan signifikan) dan jika Zhitung > Ztabel atau –Zhitung < –Ztabel
atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Sheskin, 2003: 322).

2. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bersifat tertutup. Untuk
kuesioner siswa terdapat 6 indikator dan 31 pertanyaan sedangkan kuesioner guru
terdapat 6 indikator dan 12 pertanyaan. Kuesioner disebarkan kepada responden santri
untuk memeroleh data mengenai internal dan eksternal yang diduga memengaruhi
literasi sains dan kepada responden guru untuk memeroleh data mengenai
profesionalisme guru. Untuk memperoleh persentase skor pada tiap butir pertanyaan
menurut Ali (2013: 201) digunakan rumus sebagai berikut:
n
%= X 100
N
Keterangan :
N = jumlah seluruh nilai
n = nilai yang diperoleh
Setelah diperoleh persentase tiap butir pertanyaan kemudian dihitung
persentase tiap indikator dengan cara menjumlahkan persentase tiap butir pertanyaan
kemudian dibagi dengan jumlah butir pertanyaan yang ada dalam setiap indikator.
Hasil persentase akhir yang dikonversi ke dalam kriteria interpretasi skor (Tabel 3.5).

Tabel 3.5. Kriteria interpretasi skor kuesioner

Interval Kriteria
0-20% Sangat Rendah
21-40% Rendah
41-60% Cukup
61-80% Tinggi
81-100% Sangat Tinggi
Sumber: dimodifikasi dari Riduwan (2012: 89).

Anda mungkin juga menyukai