Anda di halaman 1dari 15

Kajian Integrasi Nilai-nilai Kehidupan yang ada di dalam Al-Qur’an pada

Materi Asam Basa

Oleh: Abdul Rifki


11150162000075
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan Pendidikan Kimia
Email : abdul.rifki15@mhs.uinjkt.ac.id

Abstrak

Kajian tentang nilai-nilai kehidupan yang ada di dalam Al-Qur’an yang


terkandung pada materi asam basa telah dilakukan melalui penggalian muatan-
muatan filosofi dalam materi teori penemuan asam-basa, kekuatan asam-basa,
indikator asam-basa, reaksi penetralan yang terjadi pada asam-basa, serta fenemona
alam yang berkaitan yaitu hujan asam. Kajian ini mengintegrasikan nilai-nilai Islam
untuk menguatkan dan dikuatkan oleh gagasan utama yang diangkat dalam kimia
asam basa. Metode yang digunakan adalah studi literatur. Nilai-nilai kehidupan
yang ada di dalam Al-Qur’an yang dapat dikaitkan dengan materi asam basa ini
yaitu seperti nilai religius, tolong-menolong, cinta damai, toleransi, kreatif dan
peduli terhadap lingkungan.

Kata Kunci: Integrasi, Asam, Basa, Kekuatan, Indikator, Penetralan, Hujan Asam

Abstract

The study of the values of life contained in the Qur'an contained in acid-
base material has been carried out through extracting philosophically contents in
the theory of acid-base discovery, acid-base strength, acid-base indicators,
neutralizing reactions that occurs in acid-base, and the natural phenemona
associated is acid rain. This study integrates Islamic values to strengthen and be
strengthened by the main ideas raised in acid-base chemistry. The method used is
the study of literature. The values of life that are in the Qur'an that can be related
to this acid-base material are religious values, help, peace of mind, tolerance,
creativity and care for the environment.

Keywords: Integration, Acid, Base, Strength, Indicator, Neutralization, Acid


Rain
A. Pendahuluan

Istilah kimia berasal dari bahasa Arab ‫( كيمياء‬kimiya) yang berarti perubahan
zat atau bahasa Yunani χημεία (khemeia) artinya ilmu yang mempelajari mengenai
komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta
perubahan atau transformasi serta interaksinya dalam pembentukan materi. Kimia
juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan
untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. Hal ini berarti
melalui pemahaman karakteristik molekulnya akan membantu dalam menjelaskan
karakteristik suatu materi dan kandungan filosofinya dari fenomena yang terjadi
pada segala ciptaan Allah SWT.

Kimia adalah cabang ilmu sains yang khusus mengkaji materi. Sebagai bagian
dari sains, kimia dan pembelajarannya dapat dipandang sebagai produk, proses
ilmiah, dan sikap ilmiah. Kimia sebagai produk berarti kajiannya berkaitan dengan
hukum dan teori yang telah dikaji oleh para ilmuwan. Kimia sebagai proses berarti
dalam mendapatkan ilmu kimia dibutuhkan kerja ilmiah untuk mengkaji obyeknya.
Kimia sebagai sikap berarti dalam belajar kimia seseorang dapat memupuk
karakter pribadinya melalui pendekatan inkuiri. Dengan adanya karakteristik kimia
sebagai sikap, nilai-nilai karakter pendidikan Islam dapat diintegrasikan pada
proses pembelajarannya. Anjar, 2016)

Asam dan basa sudah dikenal sejak dahulu. Istilah asam (acid) berasal dari
Bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Seperti diketahui, zat utama dalam cuka
adalah asam asetat. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu.
Juga sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan.

Asam dan basa merupakan senyawa-senyawa yang sangat familiar dalam


senyawa kimia. Asam mempunyai rasa masam, sebaliknya basa mempunyai rasa
pahit. Dimana asam dan basa ini mudah kita temui dalam kehidupan sehari-hari
dan juga digunakan dalam beberapa produk rumah tangga. Misalnya pada
makanan, minuman (minuman ringan), buah-buahan, bahkan didalam tubuh
terdapat asam, yaitu asam klorida pada lambung dan asam askorbat pada darah.
Bahkan air hujan dapat juga mengandung asam, namun air hujan yang
mengandung asam dapat meyebabkan kerusakan lingkungan. Peristiwa ini disebut
dengan hujan asam.

Hujan asam adalah segala macam hujan dengan PH dibawah 5,6. Hujan asam
disebabkan oleh gas sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen okdida (NO) yang
dihasilkan dari hasil pembakaran. Penyebab utama terjadinya hujan asam adalah
aktivitas manusia, seperti industri, asap kendaraan bermotor, penggunaan cerobong
asap pada pabrik-pabrik, dan lain-lain.

Dalam menentukan larutan yang bersifat asam dan larutan yang bersifat basa
digunakan suatu indikator. Indikator yang digunakan untuk menentukan larutan
asam dan basa disebut dengan indikator asam basa. dimana indikator ini terdiri dari
indikator alam dan indikator buatan. Indikator alam berupa tumbuh-tumbuhan
yang memiliki warna yang mencolok, sedangkan indikator buatan berupa kertas
lakmus, pH meter dan indikator universal.

B. Metode Penelitian

Tulisan ini merupakan kajian tentang integrasi nilai-nilai pendidikan yang


terkandung di dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah ke dalam materi kimia asam basa.
Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam studi literatur. Metode ini dilakukan
dengan cara membaca dan memahami buku-buku referensi, jurnal, dan media lain
yang berkaitan dengan pengolahan data secara umum.

C. Hasil dan Pembahasan


1. Sejarah Asam Basa

Kimia merupakan salah satu dari sekian banyak ilmu pengetahuan yang
muncul sejak munculnya pemikiran ilmuan secara ilmiah, kimia berasal dari bahasa
Arab ‫( كيمياء‬kimiya) yang berarti perubahan zat atau bahasa Yunani χημεία
(khemeia) artinya ilmu yang mempelajari mengenai komposisi, struktur, dan sifat
zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi
serta interaksinya dalam pembentukan materi.
Didalam Al-Qur’an terdapat kandungan yang merujuk pada fenomena-
fenomena alamiah yang dapat dijumpai manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Ayat-ayat ini juga telah menarik perhatian manusia secara tidak langsung untuk
mempelajari berbagai elemen dan reaksi kimiawi yang ada di dalamnya, di
antaranya yaitu ayat-ayat yang berhubungan dengan kejadian manusia, kejadian
alam yang lain sebagaimana dalam QS Al-An’am: 95.(Al-Qur’an dan
Terjemahannya).

“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-


buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dari yang hidup. (yang
memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, Maka Mengapa kamu masih
berpaling?(Al-An’am: 95)

Atas dasar tersebut, sebagian ilmuwan muslim telah banyak berjasa dalam
pengembangan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), khususnya ilmu kimia. Setelah
menerjemahkan dan mempelajari tulisan-tulisan tentang alkimia, baik dari Yunani
maupun dari Mesir, ahli kimia Muslim menyadari bahwa alkimia yang dilakukan
oleh orang-orang Yunani dan Mesir pada zaman purba itu bersifat spekulatif
bercampur mistik. Oleh karena itu para ahli kimia Muslim menentangnya dan
mereka melakukan eksperimen yang kemudian menghasilkan zat-zat kimia baru
yang dikenal antara lain sebagai: asam, basa, alkohol, dan garam. Istilah alkali
untuk basa berasal dari kata arab “al-kali” yang berarti abu, tumbuhan, dan natrium
hidroksida adalah basa penting yang telah dibuat oleh ilmuwan Muslim. (Dian
Amalia, 2013)
2. Teori Asam Basa Menurut Berbagai Ahli
a) Teori Asam Basa Menurut Arrhenius

Teori Asam Basa Arrhenius dikemukakan oleh


Arrhenius. Dalam teori tersebut didefinisikan bahwa:

Asam merupakan senyawa yang jika dilarutkan dalam air


melepaskan ion H+.

Basa merupakan senyawa yang jika dilarutkan dalam air


melepaskan ion OH-

Gas asam klorida (HCl) merupakan salah satu zat yang sangat mudah larut
dalam air. HCL atau asam klorida jika dilarutkan dalam air (H2O) akan terurai. HCl
dapat terurai menjadi ion H+ dan Cl-. Oleh karena itu HCl termasuk dalam asam
Arrhenius. Akan tetapi berbeda dengan metana (CH4) karena tidak dapat
menghasilkan ion H+ dalam air walaupun memiliki atom H, sehingga metana tidak
termasuk asam Arrhenius. Kemudian natrium hidroksida (NaOH) termasuk dalam
kategori basa Arrhenius. NaOH merupakan senyawa ionik yang dapat dilarutkan
dalam air yang terdisosiasi menjadi ion NA+ dan OH-. Konsep Asam Basa
Arrhenius ini hanya pelarutnya terbatas pada air saja.
(http://www.ilmudasar.com/2017/12/Pengertian-Ciri-Sifat-dan-Jenis-Asam-Basa-
adalah.html ).

b) Teori Asam Basa Menurut Bronsted-Lowry

Teori asam basa Bronsted Lowry dikemukakan


oleh Johannes N. Bronsted dan Thomas M.Lowry
pada tahun 1923. Secara terpisah keduanya
menyatakan bahwa secara definisi asam basa yang
serupa. Konsep yang mereka ajukan harus didasarkan pada fakta bahwa reaksi
asam-basa yang melibatkan transfer proton atau ion H+ yang terjadi dari satu zat ke
zat lain. Dimana prosesnya melibatkan asam sebagai pendonor dan basa sebagai
akseptor (penerima) proton. Sehingga defenisi asam basa Bronsted-Lowry yaitu:
Asam adalah senyawa yang dapat memberi proton (H+) kepada senyawa lain.

Contoh: HCl + H2O → H3O+ + Cl-

Basa adalah senyawa yang dapat menerima proton (H+) dari senyawa lain.
Reaksi asam-basa adalah reaksi perpindahan proton dari satu senyawa ke senyawa
yang lain.

Contoh: HCl + NH3 → NH4+ + Cl–

NH3 + H2O → NH4+

Amfoter/amfiprotik adalah senyawa yang dapat menerima atau melepas proton


dari/kepada senyawa lain. (Anggraeni, 2008)

Setiap asam Bronsted memiliki satu basa konjugat, dan setiap basa Bronsted
memiliki satu asam konjugat.

Contoh: CH3COOH + H2O → CH3COO- + H3O+

asam 1 basa 2 basa 1 asam 2

Subskrip 1 dan 2 menyatakan dua pasangan konjugat asam-basa. Jadi, ion


asetat (CH3COO-) adalah basa konjugat dari CH3COOH dan H3O+ adalah asam
konjugat dari H2O. (Chang, Raymond, 2003)

Dari konsep diatas, dapat dilihat dalam hidup ini betapa Maha Besar Allah
SWT. Maha Suci Allah yang telah menciptakan segala sesuatunya berpasang-
pasangan, bahkan dari elemen yang paling kecil yaitu asam-basa konjugat. Seperti
yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an dalam QS. Yasin:36 dan QS. Adh-Dhariyat:
49. (Al-Qur’an dan Terjemahannya)
“Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui.” ( QS. Yasin: 36)

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu


mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adh-Dhariyat: 49)

c) Teori Asam Basa Menurut Lewis

Teori asam Basa Lewis dikemukakan oleh G. N.


Lewis pada tahun 1923. Menurut Lewis definisi asam
basa yaitu: asam adalah akseptor yang merupakan
pasangan elektron dan basa adalah donor yang merupakan
pasangan elektron.
Berdasarkan definisi diatas asam berperan sebagai penerima pasangan elektron
yang tidak hanya H+. senyawa yang memiliki bilangan orbital 0 pada kulit valensi
seperti seperti BF3, juga berperan sebagai asam. Contohnya adalah reaksi antara
BF3 dan NH3. (http://www.ilmudasar.com/2017/12/Pengertian-Ciri-Sifat-dan-
Jenis-Asam-Basa-adalah.html ).

Dalam kehidupan ini, tentu kita semua telah memahami kondisi disekitar kita.
Kita melihat dalam kehidupan ini pasti ada yang memiliki kekurangan dan
kelebihan, baik dilihat dari segi harta, kesehatan, atau yang lainnya.

Dalam agama Islam pun hal ini juga sudah dijelaskan dalam Al Quran-Nya yaitu
pada kutipan surah Al Maidah ayat 2 yang berbunyi:

“ …. Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS
Al-Maidah: 2). (Al-Qur’an dan Terjemahannya)

3. Kekuatan Suatu Asam dan Basa

Larutan asam dapat dibedakan menjadi asam kuat dan basa lemah. Sama seperti
asam, basa juga dibedakan menjadi basa kuat dan basa lemah. Asam kuat ialah
elektolit kuat, dianggap terionisasi sempurna didalam air. Kebanyakan asam kuat
adalah asam anorganik : asam klorida (HCl), asam nitrat (HNO3), asam perklorat
(HClO4), dan asam sulfat (H2SO4). Basa kuat ialah semua elektrolit kuat yang
terionisasi sempurna didalam air. Contoh basa kuat adalah NaOH, KOH, RbOH,
Ca(OH) 2, Sr(OH) 2 dan Ba(OH) 2. (Chang, 2004)
Dalam kehidupan kita juga terdapat perbedaan, sama halnya dengan perbedaan
pada latutan asam dan basa. Misalnya perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, budaya, warna kulit dan lain-lain. Perbedaan itu merupakan hal yang wajar
dan kita harus senantiasa toleransi atas perbedaan tersebut. Ini semua merupakan
fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi ketetapan Tuhan. Landasan dasar
pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13. (Al-Qur’an dan
Terjemahannya)

“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat:
13)

Begitupun juga dijelaskan dalam QS Al-Kaafirun :6

“untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al-Kafirun: 6)

Allah SWT mengatur umat-Nya agar saling mengenal, dan saling menghormati
serta saling menyayangi. Meskipun berbeda agama namun dalam ajaran agama
tetap seorang muslim itu dianjurkan untuk berbuat baik kepada mereka yang
berlaian agama. Namun soal aqidah dan ibadah tidak ada toleransi, dalam
melakukan ibadah tidak boleh dicampur dengan kegiatan yang diluar agama, dan
juga tidak boleh dicampur dengan keyakinan yang di luar agama islam, tidak boleh
bersama-sama dalam melakukan ibadah dengan agama selain islam. Karena agama
islam menegaskan “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”.

4. Indikator Asam Basa

Indikator adalah zat yang dapat digunakan untuk menunjukkan sifat atau
keberadaan suatu zat melalui perubahan warna yang khas. Asam dan basa dapat
dikenali dengan menggunakan zat indikator, yaitu zat yang memberi warna berbeda
dalam lingkungan basa. Contoh indikator yang biasa dilakukan di laboratorium
yaitu kertas lakmus. Kertas lakmus berwarna merah dalam keadaan asam dan
berwarna biru dalam keadaan basa.

Selain kertas lakmus juga dapat menggunakan larutan indikator asam-basa


untuk membedakan larutan asam-basa. Larutan indikator asam-basa adalah zat
kimia yang mempunyai warna berbeda dalam larutan asam dan larutan basa.
Berbagai indikator asam dan basa telah banyak digunakan seperti kertas lakmus,
indikator fenolftalein, metil jingga, metil merah, brotimul biru dan lain-lain.
Indikator-indikator ini merupakan indikator kimiawi dan dijual dipasaran dengan
harga yang relatif mahal. Oleh karena itu, perlu dicari indikator alternatif (indikator
alami) yang relatif lebih murah, mudah diperoleh dan ramah lingkungan sehingga
dapat menggantikan fungsi dari indikator–indikator kimiawi tersebut. Indikator
alami adalah indikator yang berasal dari bahan alami seperti ekstrak bunga
berwarna. Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang menghasilkan
warna. Setiap tanaman dapat digunakan sebagai sumber zat warna alam karena
mengandung pigmen. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-
Quran Surah Az-Zumar ayat 21 yang berbunyi:
“Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah telah menurunkan air
dari langit, lalu diaturnya menjadi sumbersumber air di bumi, kemudian dengan
air itu ditumbuhkan-Nya tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya,
kemudian menjadi kering, lalu engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian
dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat.”

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa, Allah SWT menurunkan air hujan sebagai
sumber kehidupan manusia. Kemudian dengan air yang turun dari langit dan
muncul dari bumi itu, Allah SWT tumbuhkan bermacam-macam tanaman yaitu
warna, bentuk, rasa, bau dan manfaatnya yang beranekaragam pula. Dengan
keanekaragamannya itu, manusia yang memiliki akal dituntut untuk mengambil
pelajaran yang terdapat didalamnya. Tumbuh-tumbuhan tersebut dapat
dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup manusia. Dari sekian banyak tumbuhan,
ada yang tumbuh tinggi dan ada yang menjalar, ada yang dapat dimakan manusia
dan ada yang bersifat racun bagi tubuh manusia, ada yang berakar tunggang dan
ada yang berakar serabut, dan lain sebagainya. Kesemuanya itu dapat kita ketahui
dengan mempelajarinya dari berbagai kesamaan dan perbedaan tumbuh-tumbuhan
tersebut.
5. Reaksi Penetralan yang terjadi pada Asam Basa

Reaksi penetralan merupakan reaksi antara asam dengan basa. Reaksi asam-
basa dalam medium air biasanya menghasilkan air dan garam, yang merupakan
senyawa ionik yang terbentuk dari suatu kation selain H+ dan suatu anion selain
OH- atau O2-

Asam + basa → garam + air

Contoh : HCl (aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O (l)

HF(aq) + KOH(aq) → KF(aq) + H2O(l)

H2SO4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2SO4 (aq) + 2H2O(l)


(Chang, 2003: 99)

Sesuai konsep penetralan tersebut, larutan asam yang memiliki sifat tertentu
dengan larutan basa yang memiliki sifat tertentu pula dan sangat berbeda bahkan
berkebalikan ternyata dapat bersatu membentuk molekul air (H2O) yang bersifat
netral. Konsep tersebut mengajarkan kepada kita untuk saling toleransi sehingga
tercipta perdamaian.

Fenomena Asam Basa yang terdapat di Alam

Salah satu fenomena yang terjadi di Alam tentang asam-basa ini yaitu hujan
asam. Hujan asam adalah hujan dengan derajat keasaman (pH) di bawah pH normal
hujan, pH normal hujan adalah 5,6 yang terbentuk terutama akibat dari pelarutan
CO2 dalam air. Hujan akan menjadi asam juga gas-gas oksida dalam sulfur dan
nitrogen (SOx dan NOx) larut dalam hujan, sehingga menurunkan pH sampai <4,0.
SOx dan NOx lebih dapat larut dalam air daripada CO2 dan juga lebih dapat
membentuk asam yang kuat. (Wisnu, 2008)

Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam
bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk
sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi
dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut
sehingga jatuh bersama air hujan. (Tarigan, 2014)

Hujan asam juga memiliki kaitannya dengan hari kiamat. Diriwayatkan dari
Anas r.a. ia berkata, Rasulullah saw bersabda,

“Tidak akan datang hari Kiamat sehingga manusia dituruni hujan secara
merata, tetapi bumi tidak menumbuhkan tumbuh-tumbuhan sama sekali”
Dari hadits tersebut dijelaskan bahwa akan datang suatu hujan pada suatu hari
kiamat nanti, bahwa hujan yang dimaksud ialah hujan yang tidak menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan sama sekali yakni hujan asam, seperti yang sudah dijelaskan
pada materi diatas bahwasannya hujan asam mengandung senyawa kimia yang
dapat merusak alam.
Akibat ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan sekitar, hujan yang
awalnya bermanfaat bagi kehidupan di bumi ini, akhirnya membawa musibah bagi
kehidupan , contohnya hujan asam. Hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia,
seperti kegiatan industri, asap kendaraan bermotor, penggunaan cerobong asap pada
pabrik-pabrik, dan lain-lain. Sehingga terjadilah bencana alam dan kerusakan di
bumi karena perbuatan manusia tersebut. Allah SWT berfirman dalam QS Arrum
ayat 41-42. (Al-Qu’an dan Terjemahannya).
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Katakanlah :
“Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah).” (Arrum ayat 41-42).

Allah telah menjelaskan dalam alquran bahwa keserakahan dan perlakuan buruk
sebagian manusia terhadap alam dapat menyengsarakan manusia itu sendiri. Hujan
asam yang diturunkan oleh Allah merupakan salah satu bukti musibah yang
diberikan Allah akibat kelakuan manusia yang justru merugikan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Dengan adanya sikap peduli terhadap lingkungan akan
menjadikan suasana yang nyaman, tentram, bebas dari kerusakan lingkungan. Sikap
peduli terhadap lingkungan bisa ditunjukkan dengan adanya sikap yang positif
terhadap lingkungan.

D. Kesimpulan
Asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Seperti
diketahui, zat utama dalam cuka adalah asam asetat. Basa (alkali) berasal dari
bahasa Arab yang berarti abu. Ada banyak definisi asam basa menurut berbagai
teori. Tentunya diantara semua definisi itu semuanya saling berhubungan. Dari
semua teori yang ada terdapat banyak nilai karakter yang terkandung di dalamnya
seperti nilai religius dan tolong menolong. Untuk membedakan suatu larutan
apakah itu asam atau basa dapat digunakan suatu indikator. Indikator tidak harus
selalu terpaku pada indikator zat kimia. Indikator alami juga dapat dibuat dari
lingkungan sekitar sehingga menanamkan nilai kreativitas yang ada pada siswa.
Suatu asam terdiri dari asam kuat dan asam lemah, begitupun juga basa. Hal ini
mengajarkan suatu nilai toleransi yang berarti kita harus saling menghormati dan
menghargai semua perbedaan yang ada dalam bermasyarakat. Fenomena hujan
asam memberi makna bahwa kita harus senantiasa mengingat Allah dan peduli
terhadap lingkungan kita.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Andian Ari. 2008. Bahan Ajar Kimia Dasar.


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Andian%20Ari%20Anggra
eni,%20ST.,M.Sc./Kimia%20Dasar%20-%20Bab%2008%20-
%20Asam%20Basa.pdf [diakses pada tanggal 24 Desember 2018 pukul 10:25
WIB]
Anjar Purba Asmara, (2016). Kajian Integrasi Nilai-Nilai Karakter Islami Dengan
Kimia Dalam Materi Kimia Karbon. Jurnal Pendidikan Sains. Vol. 04 No. 02,
2
Al-Qur’an dan Terjemahannya
Chang, Raymond. (2003). Kimia Dasar Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Chang, Raymond. (2004) . Kimia Dasar Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Diana Amalia Asri. (2013). Kimia Dalam Islam.
https://dianamaliaasri.wordpress.com/2013/04/09/kimia-dalam-islam/
[diakses pada tanggal 23 Desember 2018 pukul 10:10 WIB]
http://www.ilmudasar.com/2017/12/Pengertian-Ciri-Sifat-dan-Jenis-Asam-Basa-
adalah.html [diakses pada tanggal 24 Desember 2018 pukul 13:35 WIB]
Sasongko, Wisnu. 2008. Armageddon 2: Antara Petaka dan Rahmat. Jakarta: Gema
Insani
Tarigan, DL. 2014 . Hujan Asam.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39643/4/Chapter%20II.pdf
[diakses pada tanggal 24 Desember pukul 20:52 WIB]

Anda mungkin juga menyukai