Anda di halaman 1dari 2

Bisma yaitu anak Prabu Santanu, Raja Astina dengan Dewi Gangga alias Dewi Jahnawi (dalam versi

Jawa). Waktu kecil bernama Raden Dewabrata yang berarti keturunan Bharata yang luhur. Ia juga
mempunyai nama lain Ganggadata. Dia yaitu salah satu tokoh wayang yang tidak menikah yang
disebut dengan sebutan Brahmacarin. Berkediaman di pertapaan Talkanda. Bisma dalam tokoh
perwayangan digambarkan seorang yang sakti dan banyak yang bertekuk lutut kepadanya.

Pada saat sesuatu, terjadinya perang di kurukshetra yang terjadi karena perebutan kekuasaan
antara lima putra Pandu(Pandawa) dengan seratus
putra Dretarastra (Korawa). Saat perang antara Pandawa dan Korawa meletus, Bisma
berada di pihak Korawa. Sesaat sebelum pertempuran, ia berkata kepada Yudistira bahwa dirinya
telah diperbudak oleh kekayaan, dan dengan kekayaannya Korawa mengikat Bisma. Meskipun
demikian, karena Yudistira telah melakukan penghormatan sebelum pertempuran, maka Bisma
merestui Yudistira dan berdo'a agar kemenangan berada di pihak Pandawa, meskipun Bisma sangat
sulit untuk ditaklukkan. Bisma juga pernah berkata kepada Duryodana, bahwa meski dirinya (Bisma)
memihak Korawa, kemenangan sudah pasti berada di pihak Pandawa karena Kresnaberada di sana,
dan dimanapun hadir Kresna maka di sanalah terdapat kebenaran serta keberuntungan dan
dimanapun hadir Arjuna, di sanalah terdapat kejayaan. Meskipun Arjuna mendapatkan kesempatan
untuk melawan Bisma, namun ia sering bertarung dengan setengah hati, mengingat bahwa Bisma
yaitu kakek kandungnya sendiri. Hal yang sama juga dirasakan oleh Bisma, yang masih sayang
dengan Arjuna, cucu yang sangat dicintainya. Kresna yang menjadi kusir kereta Arjuna dalam
peperangan, menjadi marah dengan sikap Arjuna yang masih segan untuk menghabisi nyawa Bisma,
dan ia nekat untuk menghabisi nyawa Bisma dengan tangannya sendiri. Dengan mata yang
menyorot runcing memancarkan kemarahan, ia memutar-mutar Chakra di atas tangannya dan
memusatkan perhatian untuk membidik leher Bisma. Bisma tidak menghindar, namun justru bahagia
jika gugur di tangan Madhawa (Kresna). Melihat hal itu, Arjuna menyusul Kresna dan berupaya
menarik kaki Kresna untuk menghentikan langkahnya.

Dengan sedih dan suara tersendat-sendat, Arjuna berkata, "O Kesawa (Kresna), janganlah paduka
memalsukan kata-kata yang telah paduka ucapkan sebelumnya! Paduka telah mengucapkan janji
bahwa tidak akan ikut berperang. O Madhawa (Kresna), apabila paduka melakukan niat paduka,
orang-orang akan memberitahukan bahwa paduka pembohong. Semua penderitaan akibat perang
ini, hambalah yang harus menanggungnya! Hambalah yang akan membunuh kakek yang terhormat
itu!..." Kresna tidak memberi jawaban setelah mendengar kata-kata Arjuna, ia mengurungkan
niatnya dan naik kembali ke atas keretanya. Kedua pasukan tersebut melakukan kembali
pertarungannya.

Sebelum hari kematiannya, Pandawadan Kresna mendatangi kemah Bisma di malam hari untuk


mencari tahu kelemahannya. Bisma mengetahui bahwa Pandawa dan Kresna telah masuk ke dalam
kemahnya dan ia menyambut mereka dengan ramah. Bisma juga memberitahukan apabila
pihak Pandawa ingin mengalahkannya, mereka harus memberikan tempat seseorang yang
membentuk Bisma enggan untuk bertarung di depan kereta Arjuna, karena ia yakin hanya Arjuna
dan Kresna yang mampu mengalahkannya dalam peperangan. Dengan bersembunyi di balik orang
yang membentuk Bisma enggan berperang, Arjuna harus mampu melumpuhkan Bisma dengan
panah-panahnya. Berpedoman kepada pernyataan tersebut, Kresna menyadarkan Arjuna akan
kewajibannya. Meski Arjuna masih segan, namun ia menuntaskan tugas tersebut. Pada hari
kesepuluh, Srikandimenyerang Bisma, namun Bisma tidak melawan. Di balik Srikandi, Arjuna
menembakkan panah-panahnya yang dahsyat dan melumpuhkan Bisma. Panah-panah tersebut
menancap dan menembus baju zirahnya, kemudian Bisma terjatuh dari keretanya, tetapi badannya
tidak menyentuh tanah karena ditopang oleh puluhan panahyang menancap di tubuhnya. Namun
Bisma tidak gugur seketika karena ia boleh menentukan waktu kematiannya sendiri. Bisma
menghembuskan napasnya setelah ia menyaksikan kehancuran pasukan Korawa dan setelah ia
memberikan wejangan suci kepada Yudistira setelah perang Bharatayuddha beristirahat.

Anda mungkin juga menyukai