Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Pulmonologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Dewi Behtri, Sp.P (K)
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas presentasi kasus yang
berjudul “Penyakit Paru Obstruktif Kronik”. Shalawat dan salam penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia
dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan presentasi kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Pulmonologi
RSUD dr. Zainoel Abidin Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh.
Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada dr. Dewi
Behtri ,Sp.P (K) telah bersedia meluangkan waktu membimbing penulis dalam
penulisan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para teman
sejawat dan rekan-rekan karena telah memberikan motivasi dan dorongan untuk
dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi
sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya
bidang kedokteran dan berguna bagi para pembaca dalam mempelajari dan
mengembangkan ilmu kedokteran pada umumnya dan ilmu penyakit dalam pada
khususnya.Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua, Amin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 4
BAB V KESIMPULAN.............................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 37
3
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran nafas bawah masih menjadi masalah utama dalam bidang
kesehatan. World Health Organization (WHO) melaporkan infeksi saluran nafas
bawah sebagai infeksi penyebab kematian paling sering di dunia dengan hampir
3,5 juta kematian per tahun. Pneumonia dan influenza didapatkan sebagai
penyebab kematian sekitar 50.000 estimasi kematian pada tahun 2010. Pneumonia
didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Pneumonia berdasarkan tempat didapatkannya dibagi dalam dua kelompok utama
yakni, pneumonia komunitas (community aqquired pneumonia, CAP) yang
didapat di masyarakat dan pneumonia nosokomial (hospital aqquired pneumonia,
HAP).
Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya
ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu
beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat
menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal
pneumonia diberikan antibiotika secara empiris.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. HZ
Umur : 72 tahun
Alamat : Nagan Raya
Pekerjaan : Pensiunan
Agama : Islam
Status : Menikah
CM : 0-90-86-64
Tanggal Masuk : Februari 2020
Tanggal Pemeriksaan :17 Februari 2020
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Sesak napas
Keluhan Tambahan : Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari
yang lalu. Sesak napas tidak dipengaruhi oleh cuaca dan debu. Sesak napas
memberat dengan aktivitas. Sesak napas terkadang disertai suara mengi. Pasien
juga mengeluhkan nyeri dada dirasakan dari dada kiri ke dada sebelah kanan.
Batuk berdahak bewarna putih kekuningan dikeluhkan sejak 6 hari ini. Dahak
mudah untuk dikeluarkan. Pasien juga mengeluh demam 6 hari yang lalu, mual
tidak ada, muntah tidak ada. Riwayat penurunan berat badan dan penurunan nafsu
makan tidak dijumpai. BAK dan BAB dalam batas normal.
5
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mempunyai keluhan yang sama.
6
Stem premitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Normal
3) Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap.Paru bawah Sonor Sonor
4) Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler normal Vesikuler normal
Lap. Paru tengah Vesikuler norma; Vesikuler normal
Lap. Paru bawah Vesikuler normal Vesikuler normal
Jantung
1) Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
2) Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
3) Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternal
dekstra, batas jantung kiri pada ICS V linea
midklavikula sinistra, batas atas jantung pada ICS III
linea midklavikula sinistra.
4) Auskultasi : Bunyi jantung I > bunyi jantung II regular, tidak
terdapat murmur.
Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi (-)
Palpasi : organomegali (-), soepel, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)
Auskultasi : peristaltik (+) dalam batas normal
7
Ekstremitas
Superior : sianosis (-/-), edema (-/-), pucat (-/-), akral dingin (-/-),
CRT <2 detik, kekuatan otot 3333│5555
Inferior : sianosis (-/-), edema (+/+), pucat (-/-), akral dingin (-/-),
CRT <2 detik,kekuatan otot 3333│5555
8
Klorida (Cl) 98 98-106 mmol/L
Foto Thoraks PA (28 Januari 2020)
Kesimpulan : Pneumonia,
9
2.8 Planning
- Gene expert
- Kultur sputum mo gram K/R
- CT Scan thorax K/NK
- Cek lab DR Elektrolit
2.9 Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam
Tanggal/ha
Catatan Instruksi
ri rawatan
16/11/2020 S/ Batuk, demam naik turun, lemah Th/
O/ Vital Sign Diet MB TKTP
Kesadaran : kompos mentis IVFD RL 10 gtt/i
TD : 140/80 mmHg IV Ceftriaxone 2gr/hari
HR :86 x/menit IV Furosemide 10mg/hari
N Asetil sistein 3x200mg
RR : 20 x/menit
KSR 2x1200mg
T : 36,6°C Sucralfat 3x15cc
SpO2 : 98%
Amlodipin 1x5mg
Mikardis 1x8mg
PF Paru Herbesser CD 1x100mg
I: Simetris, statis dan dinamis
P: SF ka = SF ki
P: sonor meningkat /sonor meningkat
A: Ves (+/+), rhonki (+/-), wheezing (-/-)
Ass/
1. Proses metastase paru
2. Pneumonia CAP
3. HHD
4. Susp Ca. Mammae dextra
10
P/
- Gene expert
- Kulltur sputum mo gram k/r
- CT scan thorax K/NK
- Konsul bedah onkologi
- Konsul neurologi
17/11/2020 S/ Batuk, lemah Th/
O/ Vital Sign Diet MB TKTP
Kesadaran : kompos mentis IVFD RL 10 gtt/i
TD : 130/80 mmHg O2 1-2 lpm
HR :88 x/menit IV Ceftriaxone 2gr/hari
IV Furosemide 10mg/hari
RR : 20 x/menit
N Asetil sistein 3x200mg
T : 36,6°C KSR 2x1200mg
SpO2 : 98%
Sucralfat 3x15cc
Amlodipin 1x5mg
PF Paru Mikardis 1x8mg
I: Simetris, statis dan dinamis Herbesser CD 1x100mg
P: SF ka = SF ki
P: sonor meningkat /sonor
meningkat
A: Ves (+/+), rhonki (+/-),
wheezing (-/-)
Ass/
1. Pneumonia CAP PSI 95
2. Proses metastase paru
3. HHD
4. Susp Ca. Mammae dextra
P/
- Gene expert
- Kulltur sputum mo
gram k/r
- CT scan thorax K/NK
- Konsul bedah
onkologi -> rencana
biopsi insisi, saran
usg hepar
- Konsul neurologi ->
saran MRI
Thoracolumbal
- Cek DR, elektrolit
17/11/2020 S/ Batuk perbaikan, sesak Th/
napas perbaikan, benjolan Diet MB TKTP
payudara kanan IVFD RL 20 gtt/i
O/ Vital Sign IV Ceftriaxone 2gr/hari
Kesadaran : kompos mentis IV Furosemide 10mg/hari
11
TD : 130/70 mmHg N Asetil sistein 3x200mg
HR :82 x/menit KSR 2x1200mg
RR : 20 x/menit Sucralfat 3x15cc
T : 36,6°C Amlodipin 1x5mg
SpO2 : 98% Mikardis 1x8mg
Herbesser CD 1x100mg
PF Paru
I: Simetris, statis dan dinamis
P: SF ka = SF ki
P: sonor meningkat /sonor
meningkat
A: Ves (+/+), rhonki (+/-),
wheezing (-/-)
Ass/
1. Pneumonia CAP PSI 95
2. HHD
3. Susp Ca. Mammae dextra
P/
- Gene expert
- Kulltur sputum mo
gram k/r
- CT scan thorax K/NK
- Konsul bedah
onkologi -> rencana
biopsi insisi, saran
usg hepar
- Cek DR, elektrolit
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
Bermacam macam mikroorganisme patogen dapat menyebabkan
Pneumonia, antara lain : bakteri, virus, jamur, dan parasit (PDPI). Pada pasien
dewasa, penyebab pneumonia komunitas yang sering ditemukan adalah bakteri
golongan gram positif, yaitu Streptococcus pneumonia, bersama dengan
Staphylococcus aureus dan Haemophilus influenza merupakan bakteri patogen
golongan tipikal. Legionella, Chlamydophila, M.pneumoniae merupakan bakteri
patogen golongan atipikal (). Virus dapat menyebabkan pneumonia, dan
respiratory Syncytial Virus merupakan etiologi virus yang sering ditemukan. Pada
beberapa kasus juga dapat ditemukan virus influenza tipe A atau tipe B. Pada
pasien dengan kondisi imun yang buruk dapat terjadi pneumonia akibat infeksi
jamur. Pada kasus yang jarang, pneumonia dapat disebabkan oleh aspirasi objek
atau substansi yang mengakibatkan iritasi dari paru paru ().
13
3.2 Epidemiologi
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah
maju. Laporan WHO tahun 2001 menyebutkan bahwa penyebab kematian
tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut
termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika
adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian
utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat
pneumonia di Amerika adalah 10 %.
Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya
ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu
beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat
menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal
pneumonia diberikan antibiotika secara empiris
3.3 Patogenesis
Pneumonia disebabkan oleh adanya proliferasi dari mikroorganisme
patogen pada tingkat alveolar dan bagaimana respon individu terhadap patogen
yang berproliferasi tersebut. Hal ini erat kaitannya dengan 3 faktor yaitu keadaan
individu, utamanya imunitas (humoral dan seluler), jenis mikroorganisme
pathogen yang menyerang Pasien, dan lingkungan sekitar yang berinteraksi satu
sama lain. Ketiga faktor tersebut akan menentukan klasifikasi dan bentuk
manifestasi dari pneumonia, berat ringannya penyakit, diagnosis empiric, rencana
terapi secara empiris, serta prognosis dari pasien.
14
3.4 Faktor Risiko
Usia lanjut lebih dari 65 tahun
Merokok
Riwayat penyakit saluran pernapasan
Memiliki penyakit komorbiditas, seperti diabetes mellitus, penyakit
jantung, penyakit ginjal, dan lain sebagainya
Gangguan neurologis yang dapat menyebabkan kesulitan menelan atau
kesadaran yang menurun
Imunitas yang memburuk
3.5 Diagnosis
Penegakan diagnosis pneumonia komunitas dapat dilakukan dengan
melihat hasil dari anamnesis, gejala dan tanda klinis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan radiologi, laboratorium, dan mikrobiologi. Menurut Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksaan Pneumonia Komunitas, diagnosis pneumonia
komunitas dapat ditegakkan apabila pada foto thoraks ditemukan infiltrat baru
atau progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini :
Batuk-batuk bertambah
Perubahan karakteristik dahak / purulen
Demam >38o
Adanya tanda konsolidasi paru, suara napas bronkial dan ronki
Jumlah leukosit >10.000/ul atau <4000/ul
Manifestasi &linis
Pemeriksaan Laboratorium
15
Darah. Ureum darah dapat meningkat, dengan kreatinin masih dalam batas
normal. Asidosis respiratorik dapat terjadi pada stadium lanjut akibat hipoksemia
dan hipokarbia yang ditunjukkan melalui pemeriksaan analisis gas darah
Pemeriksaan radiologi
3.6 Tatalaksana
Tatalaksana pada pneumonia secara umum antara lain :
Rawat jalan
o Tidak merokok, istirahat, dan minum banyak cairan
o Nyeri pleuritik / demam diredakan dengan parasetamol
o Ekspektoran / mukolitik
o Nutrisi tambahan pada penyakit yang berkepanjangan
o Kontrol setelah 48 jam atau lebih awal bila diperlukan
o Bila tidak membaik dalam 48 jam : dipertimbangkan untuk
dirawat di rumah sakit, atau dilakukan foto toraks.
Rawat inap di RS :
o Oksigen : bila perlu pantau saturasi oksigen, tujuan :
mempertahankan PaO2 > 8 kPa dan SaO2 > 92%
o Cairan intravena
o Nutrisi
o Nyeri pleuritik / demam diredakan dengan parasetamol
o Ekspektoran / mukolitik
16
o Foto torak diulang untuk pasien yang tidak menunjukkan
perbaikan yang memuaskan
Terapi antibiotika :
Berdasarkan konsensus IDSA/ ATS 2007, rekomendasi terapi empiris untuk
CAP antara lain:
1. Terapi pasien rawat jalan
a. Pasien yang sebelumnya sehat dan tidak mempergunakan antibiotik
dalam 3 bulan terakhir : makrolid atau doksisiklin
b. Terdapat faktor komorbid (penyakit kardiopumonal, penyakit hati atau
ginjal, DM, alkoholisme, keganasan, kondisi imunosupresif, atau
menggunakan terapi antibiotik dalam 3 bulan terakhir)
Fluorokuinolon (moksifoksasin, gemfloksasin atau levofloksasin
750 mg); atau
Betalaktam + makrolid
c. Tinggal pada daerah yang tinggi infeksi dengan Streptokokus
pneumoniae resisten makrolid : diberikan terapi alternatif di atas (2)
untuk pasien tanpa komorbid
2. Pasien rawat inap non – ICU
a. Fluorokuinolon; atau
b. Betalaktam + makrolid
3. Paien rawat inap ICU
a. Betalaktam (sefotaksim, seftriakson atau ampisilin-sulbaktam) +
azitromisin atau fluorokuinolon
b. Apabila dicurigai terdapat infeksi Pseudomonas, pertimbangkan
pemberian:
Antipneumokokal, betalaktam antipseudomonas (piperasilin –
tazobaktam, sefepim, imipenem, meropenem) + ciprofloksasin
atau levofloksasin 750 mg; atau
betalaktam + aminoglikosida dan azitromisin; atau
betalaktam + aminoglikosidase dan anti-pneumokokal
fluorokuinolon (untuk alergi penisilin, diganti aztreonam)
17
c. Apabila dicurigai terdapat infeksi CA-MRSA (community acquired-
methicillin resistant Staphylococcus aureus)
Tambahkan terapi vankomisin atau linezonid
18
BAB IV
PEMBAHASAN
19
fisik pasien juga ditemukan rhonki pada pasien. Pada pasien tidak dijumpai
adannya peningkatan suhu dan nyeri dada.
Derajat keparahan pneumonia pada pasien dapat dillihat dengan
menggunakan PSI Score, yang terdiri atas beberapa poin
Berdasarkan skor PSI, pasien mendapatkan skor PSI 95, dimana pasien
berada di resiko kelas IV. Kelas resiko 4 sendiri bermakan bahwa angka
mortalitas 30 hari pasien sebesar 9.3%. Pada kelas ini maka pasien sudah harus
mendapatkan penatalaksanaan berupa rawat inap dan antibiotika.
Terapi yang didapatkan oleh pasien berupa injeksi Ceftriaxone 2gr/ hari.
Ceftriaxone merupakan antibiotika spectrum luas golongan beta lactam yang
bekerja menghambat sintesi dinding sel bakteri yang menyebabkan kematian sel
20
bakteri dikarenakan defek dinding sel. Ceftriaxone merupaka salah satu pilihan
terapi empiris pada pneumonia komunitas berdasarkan pola efektifitas terhadap
kuman tersering penyebab pneumonia komunitas.
21
BAB V
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Wunderink RG, Watever GW. 2014. Community-acquired pneumonia. N
Engl J Med.2014;370:543-51.
2. PDPI. 2003. Pneumonia komuniti-pedoman diagnosis dan penatalaksaan
di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
3. Harrison/Braunwald. 16th edition pg 1530-1538. 2005. Harrison’s
Principles of Internal Medicine – Pneumonia. United States of America:
McGraw-Hill
4. Zul Dahlan. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam – Pneumonia hal 964-
971. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
5. Nasution, Sally, dkk. 2011. Indonesian Doctor’s Compendium PAPDI
Pneumonia Didapat Di Masyarakat. Jakarta. Yayasan Penerbitan Ikatan
Dokter Indonesia
6. Margono, Benjamin, dkk. 2008. Penatalaksanaan Terkini Pada Pneumonia
Komuniti. Jakarta. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
7. Community-Acquired Pneumonia, Richard G. Wunderink, M.D., and
Grant W.
8. Waterer, M.B., B.S., Ph.D, The New England Journal of Medicine.
Downloaded from nejm.org on February 21, 2014 Massachusetts Medical
Society.
9. W S Lim, M M van der Eerden, R Laing, W G Boersma, N Karalus, G I
Town, S A Lewis, J T Macfarlane. Defining community acquired
pneumonia severity on presentation to hospital: an international derivation
and validation study.
10. Julio AlbertoRamirez and Antonio R.Anzueto. Changing needs of
community-acquired pneumonia. The Author 2011. Published by Oxford
University Press on behalf of the British Society for Antimicrobial
Chemotherapy
23