Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh Pemberian Artificial Sweetener Terhadap Perubahan Nafsu

Makan Pada Populasi Sehat


The Effect of Artificial Sweetener Consumption on Appetitte Changes
in Healthy Population

Cut Putri Amalia1, Hendra Zufry2, Cut Gina Inggriyani3


1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2) Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/ /SMF IPD RSUDZA Banda Aceh
3)Staf pengajar Departemen Anatomi Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Artificial sweetener merupakan senyawa yang dibuat secara kimiawi sebagai pemanis pengganti yang
semula diproduksi untuk produk-produk khusus bagi penderita diabetes. Namun, saat ini penggunaan
pemanis buatan semakin meluas di berbagai produk pangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemanis rendah kalori dapat merangsang nafsu makan dan mendorong untuk makan lebih banyak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian artificial sweetener terhadap perubahan
nafsu makan pada populasi sehat dan perbandingannya dengan yang tidak mengonsumsi artificial
sweetener. Jenis penelitian quasi experimental dengan pendekatan nonequivalent control group dan
pretest-post test design. Penelitian ini dilakukan selama 12 minggu sejak 24 oktober 2018 hingga 16
januari 2019 terhadap mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Syiah Kuala. Pengambilan data
menggunakan teknik purposive sampling, dengan jumlah responden sebanyak 98 orang yang terbagi
menjadi 48 responden dalam kelompok intervensi dan 50 responden lainnya sebagai kelompok kontrol.
Hasil analisis data menggunakan uji t-berpasangan menunjukkan terdapat pengaruh pemberian AS
terhadap perubahan nafsu makan populasi sehat dengan p=0,008. Hasil statistik dari perbandingan kedua
kelompok dengan uji t-tidak berpasangan didapatkan p=0,265 (p˃0,05) yang menunjukkan tidak
terdapat pengaruh yang bermakna pada perbandingan nafsu makan antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Kesimpulan penelitian ini adalah konsumsi artificial sweetener memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap perubahan nafsu makan.

Kata Kunci: Artificial Sweetener, Nafsu Makan, Populasi Sehat.

ABSTRACT
Artificial sweetener is a compound made chemically as a substitute sweetener which was originally
produced for special products for diabetics. However, currently the use of artificial sweeteners is
increasingly widespread in various food products. Several studies have shown that low-calorie
sweeteners can stimulate appetite and encourage eating more. This study aims to determine the effect of
artificial sweetener administration on changes in appetite in healthy populations and their comparison
with those who do not consume artificial sweetener. This type of quasi-experimental research with a
nonequivalent control group approach and pretest-post test design. This research was conducted for 12
weeks from October 24, 2018 to January 16, 2019 towards students of the Medical Faculty of Syiah
Kuala University. Retrieval of data using purposive sampling technique, with the number of respondents
as many as 98 people divided into 48 respondents in the intervention group and 50 other respondents as
the control group. The results of data analysis using paired t-test showed that there was an influence of
US administration on changes in appetite for healthy populations with p = 0.008. Statistical results from
the comparison of the two groups with unpaired t-test showed p = 0.265 (p˃0.05) which showed no
significant influence on appetite comparison between the intervention group and the control group. The
conclution of this study is that artificial sweetener consumption has a significant influence appetite
change.

Keywords: Artificial Sweetener, Appetite, Healthy Populations.


LATAR BELAKANG yang diberi makan dengan pemanis buatan,
Artificial sweetener (pemanis buatan) makan 50 persen lebih banyak ketimbang tikus
merupakan senyawa yang dibuat secara kimiawi yang diberi makan dengan gula asli. Peneliti
sebagai pemanis pengganti yang semula mengemukakan bahwa otak akan
diproduksi untuk produk-produk khusus bagi mengasosiasikan rasa manis sebagai pertanda
penderita diabetes. Namun, saat ini penggunaan bahwa akan banyak kalori yang masuk melalui
pemanis buatan semakin meluas di berbagai makanan. Akan tetapi, pemanis buatan
produk pangan. Beberapa pemanis buatan bahkan mengandung lebih sedikit kalori ketimbang yang
dapat langsung digunakan oleh konsumen dengan diharapkan oleh otak, sehingga otak memaksa
hanya menambahkan ke dalam makanan atau tubuh untuk mendapat lebih banyak makanan
minuman sebagai pengganti gula.(1,2) dengan meningkatkan rasa lapar.(11)
Pada dasarnya pemanis buatan memiliki Menurut pernyataan konsensus terbaru dari
tingkat kemanisan lebih tinggi, yaitu sekitar 30 American Heart Association dan American
sampai ribuan kali lebih manis dibanding gula Diabetes Association belum ada data yang
asli. Tingginya tingkat kemanisan pemanis meyakinkan apakah penggunaan pemanis buatan
buatan, menyebabkan penggunaannya hanya non kalori dapat mengurangi tambahan gula atau
dalam jumlah kecil sehingga dikatakan rendah asupan karbohidrat, perubahan nafsu makan,
kalori. Contoh pemanis buatan yaitu sakarin, keseimbangan energi atau perubahan berat badan.
siklamat, aspartam, dulsin, sorbitol sintetis, Penggunaan pemanis buatan dicurigai dapat
nitropropoksi-anilin.(3) Aspartam merupakan salah menggangu persepsi tubuh terhadap rasa
satu pemanis rendah kalori yang telah mendapat “manis”dan “penghantaran” kalori yang akan
persetujuan dari Food and Drug administration berpengaruh terhadap proses metabolisme tubuh.
(FDA) sebagai bahan tambahan untuk makanan Belum banyak penelitian yang meneliti
pada tahun 1981.(4) seberapa banyak perubahan nafsu makan individu
Hadirnya pemanis rendah kalori ini yang diberi pemanis buatan. Oleh karena itu,
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut
masyarakat yang harus membatasi asupan gula. (5) mengenai “Pengaruh pemberian Artificial
Selain karena kandungan kalori yang rendah atau sweetener terhadap perubahan nafsu makan pada
bahkan tidak ada sama sekali, pemanis rendah populasi sehat”
kalori ini memiliki kelebihan yaitu harga yang
lebih murah, memiliki rasa manis yang tinggi, dan METODE PENELITIAN
pada beberapa jenis pemanis bahkan dapat Penelitian ini menggunakan quasi
meningkatkan cita rasa makanan dan minuman. (4) experimental design dengan pendekatan
Pemanis buatan hanya merupakan bahan nonequivalent control group dan pretest-posttest
tambahan yang dapat memberikan rasa manis design. Desain pretest-post test merupakan
dalam makanan, tetapi tidak memiliki pengaruh penelitian yang membandingkan hasil sebelum dan
terhadap nilai gizi pemakainya. Banyak aspek sesudah intervensi pada satu kelompok, sehingga
yang harus dijadikan bahan pertimbangan dalam diperoleh dua hasil pengukuran. Responden
menentukan pemanis buatan dapat digunakan penelitian akan dikelompokkan menjadi kelompok
dalam produk pangan, antara lain, nilai kalori, kontrol dan kelompok intervensi yang akan
tingkat kemanisan, toksisitas, dan pengaruhnya mengkonsumsi AS selama 12 minggu sebanyak 6
terhadap metabolisme tubuh manusia.(3) bungkus perhari yang dibagi dalam tiga waktu
Penelitian yang dilakukan di Amerika pada yaitu pagi, siang dan malam. Satu bungkus AS
tahun 1965-2004 terhadap konsumsi makanan dan mengandung 15 mg campuran asesulfam dan
minuman dengan pemanis buatan sukralosa.
mengemukakan bahpeningkatan konsumsi Populasi penelitian ini adalah seluruh
pemanis buatan tidak diikuti dengan penurunan dewasa sehat laki-laki dan perempuan. Sampel
konsumsi pangan suatu individu. Hal ini pada penelitian ini adalah mahasiswa/i aktif
dikarenakan suatu individu merasa mengonsumsi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
pemanis buatan rendah kalori memungkinkan Kedokteran Universitas Syiah Kuala yang
mereka untuk mengonsumsi lebih banyak kalori memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk ke
atau karena pemanis buatan dapat memengaruhi dalam kriteria eksklusi.
perubahan nafsu makan.(6–9) Kriteria inklusi adalah responden yang aktif
Beberapa bukti menunjukkan bahwa perkuliahan, bersedia dan kooperatif selama
pemanis rendah kalori bisa merangsang nafsu pengambilan data berlangsung. Kriteria eksklusi
makan dan mendorong untuk makan lebih adalah responden yang menderita dibatetes melitus,
banyak.(10) Penelitian lain yang melihat penyakit tiroid, sedang dalam kondisi hamil atau
perbandingan efek pemanis buatan dengan gula menyusui, sedang menjalani diet ketat, responden
asli terhadap tikus membuktikan bahwa tikus dengan pola makan tidak teratur dan yang
mengalami kesulitan makan seperti sakit gigi, Karakteristik awal dalam penelitian ini
sariawan, atau sulit menelan. Penelitian ini sudah disajikan dalam tabel 1.1 berikut.
memenuhi kelayakan etik dan persetujuan dari
Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Unsyiah dan Rumah Sakit Umum dr.
Zainoel Abidin (KEPK FK UNSYIAH-RSUDZA).
Pengambilan sampel dilakukan dengan Tabel 1.1 Karakteristik Awal Responden
teknik non probability sampling menggunakan Karasteristik Intervensi Kontrol P-
metode purposive sampling. Total sampel yang Responden (n=48) (n=50) value
diperoleh berdasarkan studi pendahuluan dan Usia (tahun) 20,62 20,64 0,95
sesuai dengan konteks penelitian yang dilakukan. ±1,26 ±0.98
Sampel minimal yang dibutuhkan adalah 43 sampel Jenis Kelamin
untuk masing-masing kelompok. Alat ukur yang (n,(%))
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Laki-laki 8 10 0,80
Simplified Nutritional Appetite Questionnaire (16,6 %) (20%)
(SNAQ) untuk mengukur nafsu makan responden. Perempuan 40 40
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (83,3%) (80%)
Nafsu 13,33 13,28 0.88
artificial sweetener dan lembar informed consent
Makan ±1,92 ±1,69
untuk meminta persetujuan responden. Adapun
(SNAQ)
skala ukur yang digunakan untuk artificial
Berat badan 59,72 57,78 0,42
sweetener adalah nominal, sedangkan nafsu makan
(kg) ±13,73 ±9,60
menggunakan skala ukur rasio. Data diolah IMT 22,95 22,67 0,74
menggunakan uji t-berpasangan dan uji t-tidak (Kg/m2) ±4,91 ±3,09
berpasangan dengan tingkat kesalahan 5%. Lingkar 79,30 77,92 0,50
Pinggang ±12,07 ±8,08
HASIL DAN PEMBAHASAN
(cm)
Penelitian ini dilakukan terhadap 98 Keterangan:
mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas SNAQ : (Simplified Nutritional Appetite
Syiah Kuala yang memenuhi kriteria inklusi dan Questionnaire) kuesioner nafsu makan yang
eksklusi. Responden kemudian terbagi menjadi dua terdiri dari 4 pertanyaan dengan penilaian skor 4-
kelompok yaitu 50 responden sebagai kelompok 20.
kontrol yang tidak mengkonsumsi artificial IMT : Indeks massa tubuh dari perhitungan berat
badan dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat.
sweetener dan 48 responden dalam kelompok
Lingkar pinggang : Pengukuran lingkar pinggang
intervensi yang diberikan artificial sweetener yang setentang umbilikus secara horizontal
dalam rentang waktu 12 minggu dari 24 Oktober menggunakan pita fleksibel
2018 sampai dengan 16 Januari 2019.
Penelitian ini menggunakan produk artificial Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 98
sweetener yang dijual pasaran dengan harga responden intervensi dan kontrol berada dalam
terjangkau dengan dua komposisi utama yaitu rentang usia bervariasi yaitu 18 tahun sampai
sukralosa dan asesulfame K sebesar 15 mg dalam dengan 23 tahun. Hal ini dikarenakan responden
setiap kemasan yang dikonsumsi responden. merupakan mahasiswa/i aktif perkuliahan dari
Asesulfam dan sukralosa sama sekali tidak tahun pertama hingga tahun keempat.
mengandung kalori dan memiliki tingkat Berdasarkan jenis kelamin, responden lebih
kemanisan masing-masing sebesar 200 dan 600 banyak didominasi oleh perempuan sebanyak 40
kali dibandingkan gula dengan kadar aman orang(83,3%) dari 48 responden intervensi dan
penggunaan perhari (ADI) yaitu sebesar 15 40 orang (80%) dari 50 responden kontrol. Nafsu
mg/kgbb. Produk yang digunakan adalah Nulife makan diukur menggunakan kuesioner SNAQ
yang memiliki kisaran harga yang relatif murah yang terdiri dari empat pertanyaan dengan rentang
sehingga peneliti mengasumsi produk ini dapat skor 4 -20. Penilaian SNAQ terbagi menjadi 2
dijangkau oleh semua.kalangan masyarakat. Dari kelompok yaitu nafsu makan kurang jika skor ≤
hasil survey, peneliti menemukan efek samping 14 dan nafsu makan normal jika skor ˃ 14.
yang dikeluhkan responden yaitu peningkatan Kelompok Intervensi
frekuensi miksi (buang air kecil) (4,2%).
Frekuensi P : 0,203
Frekuensi
24 P : 0,027kontrol
Kelompok

Kelompok kontrol
P : 0,027
Frekuensi
SNAQ P : 0,008
14,2 14,1

14
P : 0,133
13,8
13,6
13,6

13,4 13,3 13,3

13,2

Nafsu
13Makan

12,8
nafsu makan nafsu makan kontrol
intervensi

Pre-test Post-test
Tabel 2. Perbandingan nafsu makan sebelum dan
setelah konsumsi artificial sweetener selama 12
minggu antar kelompok
Perubahan
P-value
intervensi Kontrol
Nafsu 0,8 0,38 0,263
Makan

Penelitian ini dilakukan terhadap 48


mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi yang diukur nafsu makan secara
langsung oleh peneliti sebelum dan sesudah
mengonsumsi artificial sweetener selama 12
minggu menunjukkan bahwa 48 responden
kelompok intervensi mengalami peningkatan
nafsu makan sebesar 0,8 (Post-test dikurangi pre-
test) dan didapatkan p-value=0,008 sehingga
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap nafsu
makan sebelum dan sesudah penggunanan AS
pada kelompok intervensi. Pada kelompok
kontrol didapatkan peningkatan nafsu makan
sebesar 0,38 (Post-test dikurangi pre-test) dan
didapatkan p-value= 0,133 menunjukkan tidak
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap nafsu
makan kelompok kontrol. Dari hasil analisis
perbandingan kelompok intervensi dan kontrol
didapatkan p-value= 0,263 yang menunjukkan
tidak ada perbedaan yang signifikan dari
perbandingan keduanya. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa walaupun perubahan nafsu
makan tidak signifikan, tetapi responden
intervensi mengalami kenaikan nafsu makan yang
lebih nyata dibanding responden kontrol.
Studi yang dilakukan oleh pearlman, M. KESIMPULAN
Obert, J., & Casey, L. yang melihat hubungan Konsumsi artificial sweetener secara
artificial sweetener dan obesitas mengatakan independen memiliki pengaruh terhadap
artificial sweetener memiliki dampak mendalam perubahan nafsu makan pada populasi sehat.
terhadap mikrobioma, aksis usus-otak, homeostasis Namun, perubahan yang terjadi tidak bermakna
glukosa, konsumsi energi, dan kenaikan berat signifikan jika dibandingkan dengan kelompok
badan secara keseluruhan dan adipositas tubuh. yang tidak mengonsumsi artificial sweetener
Dijelaskan bahwa gula memiliki potensi sehingga artificial sweetener bukanlah pilihan
kecanduan yang tinggi karena efeknya di jalur yang efektif untuk meningkatkan maupun
perilaku dan neurokimia termasuk perubahan menurunkan nafsu makan.
dopamin, pengikatan reseptor opioid, dan
pelepasan asetilkolin di nucleus accumbens. DAFTAR PUSTAKA
Adaptasi neuronal ini berkontribusi pada "reward
phenomenom" dan akhirnya menyebabkan asupan 1. Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia. 2014;
gula berlebih.(12) Hipotalamus disebut berperan
dalam proses aktivasi pusat kenyang dengan 2. De la Pena C. Artificial sweetener as a
menyekresikan berbagai neuropeptida untuk Historical Window to Culturally Situated
mengatur energi, keseimbangan cairan, dan Health. 2010;1190:159–65.
feeding behaviour atau food reward..(12,13)
“Food reward” melibatkan dua jalur yaitu: jalur 3. Ambarsari IQ. Penerapan Standar
Penggunaan Pemanis Buatan Pada Produk
sensorik dan jalur pasca menelan. Jalur sensorik
Pangan. 2008.
melibatkan dua reseptor G-protein (T1R2 dan
T1R3) yang membentuk reseptor rasa manis di 4. Praja DI. Zat Adiktif Makanan : Manfaat
orofaring. Asupan gula atau artificial sweetener dan Bahayanya. Yogyakarta: Penerbit
mengaktifkan reseptor rasa manis dan Garudhawaca; 2015. 83-90 p.
mengirimkan sinyal ke hipotalamus dan amigdala
5. Indrati R GM. Pendidikan Konsumsi
yang berkaitan dengan reward dan kepuasan.
Pangan: Aspek Pengolahan dan
Sedangkan jalur pasca-menelan dipengaruhi oleh Keamanan. 1st ed. Jakarta: Kencana
kandungan energi dari makanan atau minuman Prenada Media Group; 2013.
yang dikonsumsi. Ketika artificial sweetener
dicerna, reseptor rasa manis diaktifkan. Namun, 6. Christopher G. Nonnutritive Sweeteners :
peningkatan glukosa darah dan sekresi insulin Current Use and Health Perspectives: A
tidak terjadi pada derajat yang sama karena Scientific Statement from the American
Heart Association and the American
artificial sweetener tidak memiliki konten energi
Diabetes Association. Diabetes Care.
atau tidak dimetabolisme, jalur pasca-menelan 2012;35.
secara signifikan diubah. Artificial sweetener
hanya mengaktifkan reseptor rasa oral dan gagal 7. Sylvetsky AC, Welsh JA, Brown RJ, Vos
mengaktifkan jalur pasca- menelan karena MB. Low-Calorie Sweetener
kurangnya energi kalori. Perubahan jalur ini pada Consumption is Increasing in the United
States. Am J Clin Nutr. 2012;96(3):640–6.
akhirnya menyebabkan peningkatan nafsu makan,
keinginan makanan, dan kalori yang lebih besar 8. Chia CW, Shardell M, Tanaka T, Liu DD,
(overeating compensation).(12) Gravenstein KS, Simonsick EM et al.
Penelitian Wu et al. mengatakan bahwa Chronic Low Calorie sweetener Use and
konsumsi glukosa menstimulasi pelepasan GLP- Risk of Abdominal Obesity among older
1(glukagon-like peptide) dan GIP (gastric Adults: Cohort Study. D M, editor. PLos
inhibitory polypeptide) yang merupakan hormon One; 2016.
perifer penekan nafsu makan, dalam jumlah yang 9. Mattes RD, Popkin BM. Effects on
lebih besar dibandingkan dengan individu yang Appetite and Food Intake and Their
mengonsumsi artificial sweetener. Pelepasan Putative Mechanisms. Perspect
hormon tersebut dapat memperlama pengosongan Nonnutritive Sweeten Consum Humans.
lambung dan meningkatkan rasa kenyang sehingga 2009;1–14.
diduga konsumsi artificial sweetener dapat
10. Marsden K. The Complete Book of Food
meningkatkan tingkat subjektivitas terhadap
Combining: Panduan Diet Sehat
keinginan untuk makan dan nafsu makan Terlengkap, Terbaru, dan Mudah Sekali
dibanding dengan individu yang tidak Dipraktikan. Bandung: Qanita; 2008.
(14)
mengonsumsi artificial sweetener.
11. Sclafani A, Zukerman S, Ackroff K.
Postoral Glucose Sensing , Not Caloric
Content , Determines Sugar Reward in
C57BL / 6J Mice. 2015;(Hausmann
1933):1–14.

12. Pearlman M, Obert J, Casey L. The


Association Between Artificial Sweeteners
and Obesity. 2017;1–8.

13. Hyman M. Ultra Metabolisme. Paridi S,


editor. Yogyakarta: B-First; 2006.

14. Suzuki K, Jayasena CN BS. Obesity and


Appetite control. 2012;

Anda mungkin juga menyukai