Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

MANAJEMEN
RANTAI
PASOK
PERENCANAAN AGREGAT

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Ekonomi dan Bisnis Manajemen P31174003 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.

07
Abstract Kompetensi
MPS dan OBM dalam Rantai Pasok Mampu mengidentifikasi dan membuat
berguna sebagai dasar pembuatan MPS dan OBM
perencanaan kebutuhan sumberdaya
serta jumlah item untuk produksi
hingga ketepatan produk sampai
tangan end user
Pembahasan
Indikator Pembelajaran
Tingkat kemampuan
mengindentifikasi dan membuat : 1. Master Production Schedulling (MPS) : prioritas produk,
pembelian material,pelaksanaan proses baik tenaga kerja dan mesin.
2. Bill Of Material (BOM)
Kelompok
Mampu mengidenfikasi dan membuat Master Production Schedulling (MPS), Bill Of Material
(BOM)

Kriteria & Bentuk


Tugas Kelompok mampu membuat Perencanaan Operasi, Rencana jangka pendek

Pengertian Master Production Schedule (Jadwal Induk Produksi) dan Fungsinya –


Dalam perusahaan yang bergerak di bidang manufakturing, salah satu penjadwalan
yang terpenting adalah Jadwal Induk Produksi atau dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah Master Production Schedule (MPS).  Master Production Schedule
merupakan penjadwalan lanjutan setelah perencanaan agregat.  Jadi dapat dikatakan
bahwa Agregate Planning atau Perencanaan Agregat adalah dasar dari Master
Production Schedule (Jadwal Induk Produksi).

Master Production Schedule atau Jadwal Induk Produksi adalah perencanaan produksi
jangka pendek pada suatu perusahaan yang berisi tentang rencana menyeluruh serta
perinciannya dalam menghasilkan produk akhir (produk jadi). Dalam Jadwal Induk
Produksi juga memuat prioritas model produk yang akan diproduksi, jadwal
pembelian bahan-bahan produksi, jadwal pelaksanaan proses produksi dan jadwal
kerja karyawan serta jadwal operasional mesin. Jadwal Induk Produksi ini juga
bermanfaat dalam merencanakan kapasitas produksi dan kebutuhan material untuk
aktivitas produksi.

Interval waktu pada Jadwal Induk Produksi pada dasarnya tergantung pada jenis,
volume dan jangka waktu produksi untuk produk yang bersangkutan. Kebanyakan
perusahaan-perusahaan menggunakan interval waktu mingguan untuk jadwal induk
produksi ini, namun ada juga yang menggunakan interval waktu harian. Sedangkan
Horison waktu pada Jadwal Induk Produksi sangat tergantung pada karakteristik
produk dan jangka waktu produksi. Namun ada juga Jadwal Induk Produksi yang
mencakup beberapa mingguan hingga ke periode tahunan.

MPS ini pada umumnya disusun berdasarkan order (pesanan) pelanggan dan
perkiraan order (Forecast) yang dibuat oleh perusahaan sebelum dimulainya sistem
MRP.
Baca juga : Pengertian MRP (Material Requirement Planning) dan Tujuan
Penerapannya.

Fungsi-fungsi Master Production Schedule (Jadwal Induk Produksi)

2016 Manajemen Proyek


2 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Master Production Schedule (MPS) atau Jadwal Induk Produksi memberikan rincian
yang formal dari rencana produksi dan mengkonversikannya menjadi rencana untuk
kebutuhan bahan baku, tenaga kerja dan peralatan kerja/mesin produksi. Berikut ini
adalah beberapa fungsi utama Master Production Schedule / Jadwal Induk Produksi :

1. Untuk menerjemahkan Perencanaan Agregat menjadi produk-produk akhir secara


spesifik.

2. Mengevaluasi Jadwal-jadwal alternatif.

3. Menentukan bahan-bahan produksi yang dibutuhkan.

4. Menentukan kapasitas produksi.

5. Memfasilitasi pemrosesan informasi.

6. Memanfaatkan Kapasitas dengan efektif.

Contoh Master Production Schedule (Jadwal Induk Produksi)

Contoh bentuk Master Production Schedule dibawah ini menunjukkan bahwa Interval
waktu MPS atau Jadwal Induk Produksinya adalah mingguan sedangkan Horizon
waktunya adalah tiga bulan. Dalam contoh MPS tersebut juga terdapat Model produk
yang akan diproduksi dan juga jumlah team produksi yang digunakan serta rencana
Output (keluaran) yang diinginkan.

Pengertian MRP (Material Requirement Planning) dan Tujuan


Penerapannya – Untuk menjamin kelancaran produksi, ketepatan waktu penerimaan

2016 Manajemen Proyek


3 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bahan baku dan bahan pendukung lainnya oleh pihak produksi merupakan faktor yang
sangat penting. Tanpa perencanaan yang matang serta pengendalian yang ketat, resiko
ketepatan waktu dalam pemasokan dan penerimaan material (bahan baku dan bahan
pendukungnya) akan menjadi semakin tinggi yang mengakibatkan produksi tidak
mampu untuk menghasilkan jumlah unit produk yang dibutuhkan oleh
Pelanggan/konsumen. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik ataupun sistem yang
berfungsi untuk merencanakan jadwal keperluan material yang dibutuhkan. Teknik
ataupun sistem tersebut biasanya disebut Material Requirement Plan atau disingkat
dengan MRP. Dalam Bahasa Indonesia MRP atau Material Requirement Planning ini
sering diterjemahkan menjadi Perencanaan Kebutuhan Material.

Menurut Stevenson (2005), Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu


sistem informasi berbasis komputer yang menterjemahkan Jadwal Produksi Induk
(Master Production Schedule) untuk barang Jadi (produk akhir) menjadi beberapa
tahapan kebutuhan sub-assy, komponen dan bahan baku. Dengan demikian dapat kita
katakan bahwa MRP adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi
dengan menggunakan tenggang waktu sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa
banyak dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yang akan dibuat.
Baca juga : Pengertian Manajemen Material dan Ruang Lingkupnya.

Tujuan Penerapan MRP (Material Requirement Planning)

Berikut ini adalah beberapa tujuan penerapan MRP (Material Requirement Planning)
pada suatu perusahaan manufaktur.

1. Mengurangi jumlah persediaan : MRP dapat menentukan jumlah komponen/bahan


baku yang dibutuhkan dan kapan komponen/bahan baku tersebut dibutuhkan untuk
suatu Jadwal Produksi Induk (Master Produksi Schedule). Dengan demikian,
perusahaan manufaktur yang bersangkutan hanya perlu membeli material
(komponen/bahan baku) tersebut pada saat dibutuhkan saja sehingga dapat
menghindari kelebihan persedian material.

2. Mengurangi waktu tenggang (lead time) produksi dan pengiriman ke pelanggan :


MRP mengidentifikasikan jumlah dan waktu material yang dibutuhkan sehingga
pihak purchasing (pembelian) dapat melakukan tindakan yang tepat untuk memenuhi
batas waktu yang ditetapkan. Dengan demikian MRP dapat membantu untuk
menghindari keterlambatan produksi yang dikarenakan oleh material.

3. Komitmen pengiriman yang realistis kepada pelanggan : Dengan menggunakan MRP,


Pihak Produksi dapat memberikan informasi yang cepat terhadap kemungkinan waktu
pengirimannya.

4. Meningkatkan Efisiensi Operasi : Dengan adanya MRP, setiap unit kerja dapat
terkordinasi dengan baik sehingga dapat meningkatkan efisiensi operasional setiap
unit kerja pada perusahaan yang menerapkan MRP tersebut.

Sistem MRP (Material Requirement Plan)

2016 Manajemen Proyek


4 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Suatu sistem pada umumnya terdapat INPUT dan OUTPUT. Input daripada sistem
MRP adalah Master Production Schedule (MPS) atau Jadwal Produksi Induk,
Inventory Status File (Berkas Status Persediaan) dan Bill of Materials (BOM) atau
Daftar Material sedangkan Outputnya adalah Order Release Requirement (Kebutuhan
Material yang akan dipesan), Order Scheduling (Jadwal Pemesanan Material) dan
Planned Order (Rencana Pesan di masa yang akan datang).

Berikut dibawah ini adalah 3 INPUT penting pada Material Requirement Planning
(MRP) atau Perencanaan Kebutuhan Material.

Master Production Schedule (MPS) : Master Production Schedule atau Jadwal


Produksi Induk adalah suatu perencanaan yang terdiri dari tahapan waktu dan jumlah
produk jadi yang akan diproduksi oleh sebuah perusahaan manufakturing. MPS ini
pada umumnya berdasarkan order (pesanan) pelanggan dan perkiraan order (Forecast)
yang dibuat oleh perusahaan sebelum dimulainya sistem MRP. Seperti yang
disebutkan sebelumnya, MRP adalah terjemahaan dari MPS (Jadwal Produksi Induk)
untuk Material.

Inventory Status File (Berkas status Persediaan) : Inventory Status File ini
berkaitan dengan hasil perhitungan persediaan dan kebutuhan bersih untuk setiap
periode perencanaan. Setiap inventory atau persediaan harus memberikan informasi
status yang jelas dan terbaru mengenai jumlah persediaan yang ada saat ini, jadwal
penerimaan material ataupun rencana pembelian yang akan diserahkan ke pemasok.
Informasi ini juga harus meliputi Jumlah Lot (Lot sizes), Lead Time (tenggang
waktu), Safety Stock Level dan juga jumlah material yang rusak/cacat.

Bill of Materials (BOM) : BOM adalah sebuah daftar yang berisikan jumlah masing-
masing bahan baku, bahan pendukung dan sub-assy (semi produk) yang dibutuhkan
untuk membuat suatu produk jadi.

Bill Of Material atau sering disingkat BOM merupakan gambaran atau definisi
produk terakhir yang terdiri dari item, bahan, atau material yang dibutuhkan untuk

2016 Manajemen Proyek


5 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
merakit, mencampur atau memproduksi produk akhir. BOM terdiri dari beberapa
bentuk dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan dalam proses industri
manufaktur atau lainnya. BOM dibuat sebagai bagian dari proses desain dan
digunakan oleh manufacturing engineer untuk menentukan item yang harus dibeli
atau diproduksi.

Baca Juga: Komponen & Siklus Akuntansi Biaya di Perusahaan Jasa, Dagang &
Manufaktur

Perencanaan pengendalian produksi dan persediaan menggunakan BOM yang


dihubungkan dengan master production schedule, untuk menentukan release item
yang dibeli atau diproduksi.

Berbagai Definisi Bill of Material (BOM)

Sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan
untuk membuat suatu produk. BOM tidak hanya menspesifikasi produk tapi juga
berguna untuk pembebanan biaya dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus
dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan.

Sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan
untuk membuat suatu produk.

Sebuah daftar hierarki dari material yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah
produk, menunjukkan jumlah setiap item yang dibutuhkan. Informasi-informasi lain
mungkin juga dimasukkan dalam BOM untuk planning dan costing.

Sebuah daftar dari komponen-komponen yang menyusun sebuah sistem.

Dokumen yang digunakan oleh sebuah perusahaan manufaktur atau bisnis lainnya
untuk meminta material dari inventory yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. BOM menunjukkan spesifikasi dari setiap item dan ‘wakil’ dari
perusahaan kepada pelanggan. Penghasil industri barang dan bahan mentah dapat
mendapat mengetahui kebiasaan membeli pelanggan-pelanggannya dari informasi-
informasi dalam BOM. BOM juga digunakan untuk keperluan accounting dengan
tujuan untuk mengkalkulasi harga dari produk yang dibuat.

Sebuah daftar dari raw materials, sub-assemblies, intermediate assemblies, sub-


component, parts dan jumlah dari kebutuhan untuk mengolah produk akhir.

2016 Manajemen Proyek


6 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bill of Material (BOM) adalah sebuah daftar yang mencantumkan seluruh sub
assembly, part, dan bahan baku beserta jumlahnya masing-masing, yang diperlukan
untuk membuat sebuah produk jadi.

Bill of Material (BOM) yang tradisional memperlihatkan daftar komponen tersebut


dalam bentuk struktur produk dan dinyatakan dalam level manufaktur. Masing-
masing komponen pada BOM di tempatkan dalam level-level yang didasari logika
berpikir sebagai berikut :

Level 0: Sebuah produk jadi yang tidak digunakan sebagai komponen pembentuk dari
produk lain.

Level 1: Sebuah komponen pembentuk langsung dari produk dengan Level 0. Pada
waktu bersamaan, komponen ini juga dapat merupakan sebuah produk jadi. Sebagai
gambaran, ban mobil juga dapat dijual terpisah sebagai produk jadi yang siap pakai.

Level 2: Sebuah komponen pembentuk langsung dari produk dengan Level 1.


Sebagaimana level 1, komponen pada level 2 juga dapat digumakan sebagai
komponen pembentuk langsung pada level 0 atau sebagai produk jadi.

Level 3: Selanjutnya dapat didefinisikan dengan penjelasan yang sama.

Penggambaran Bill of Material dalam bentuk struktur produk itu memang lebih
mudah dimenegerti tetapi apabila jumlah dan level komponen sangat banyak maka
penggambaran dengan struktur produk menjadi tidak efisien.

Jenis–jenis Bill of Material (BOM)

Modul Bill of Material/Bahan Langsung

Bahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari produk jadi dan dapat ditelusuri
secara fisik dan mudah ke produk tersebut. Contohnya untuk membuat sebuah rumah.
Digunakan untuk biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk
jadi. Contoh biaya untuk tukang kaca dalam membuat sebuah rumah.

Biaya Overhead Pabrik /Manufacturing Overhead

2016 Manajemen Proyek


7 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Biaya overhead mencakup semua biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan
langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead termasuk biaya bahan tidak
langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan.

Planning Bills dan Phantom Bills

Bill untuk perencanaan diciptakan agar dapat menugaskan induk buatan kepada bill of
materialnya. Sedangkan Phantom Bill adalah bill of material untuk komponen,
biasanaya sub-sub perakitan yang hanya ada untuk sementara waktu.

Low-Level Coding

Dilakukan atas suatu bahan dalam bill of material diperlukan apabila ada produk yang
serupa supaya dapat membedakannya diberikan kode.

Format Bill of Material (BOM)

Single-Level Bill of Material (BOM)

Menampilkan assembly atau sub-assembly dengan hanya satu level children.


Menampilkan komponen yang langsung dibutuhkan untuk membuat assembly atau
sub-assembly.

Indented Bill of Material (BOM)

Menampilkan level item tertinggi mendekati margin kiri dan komponen yang
digunakan pada item ini lebih menjorok ke margin sebelah kanan.

Modular Bill of Material (BOM)

Adalah tipe dari BOM dan elemen kritis dalam menentukan stuktur produk dari
produk akhir. Modular BOM menentukan komponen material, dokumen, bagian-
bagian dan gambar-gambar rekayasa yang dibutuhkan untuk melengkapi sebuah sub-
assembly. Selama modular BOM sebagian besar berhubungan dengan produk fisik,
konsep tersebut akan dapat digunakan dalam berbagai macam industri. Modular BOM
digunakan oleh sistem informasi modern untuk melayani berbagai macam tujuan
seperti menentukan komponen-komponen yang dibutuhkan untuk memproduksi
sebuah sub-assembly, dan menyediakan informasi biaya untuk setiap komponen dan
update informasi untuk keseluruhan sub-assembly.

2016 Manajemen Proyek


8 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Planning Bill of Material (BOM)

Untuk keperluan peramalan dan perencanaan digunakan pendekatan Palnning


terhadap struktur produk atau BOM sehingga dikenal dengan adanya planning BOM.
Planning BOM adalah suatu pengelompokkan pembuatan dari item-item dan kejadian
dalam format BOM. Planning BOM tidak menggambarkan produk aktual yang akan
dibuat tetapi menggambarkan produk bayangan atau produk gabungan (composite
product) yang diciptakan untuk:

Memudahkan dan meningkatkan akurasi peramalan penjualan.

Mengurangi jumlah produk akhir.

Membuat proses perencanaan dan penjadwalan menjadi lebih akurat.

Menyederhanakan pemasukan pesanan pelanggan.

Menciptakan sistem pemeliharaan dan penyimpanan data yang lebih efisien dan
fleksibel.

Melakukan penjadwalan tingkat dua.

Tujuan Planning Bill of Material (BOM):

Mengijinkan perencana untuk memenuhi tujuan-tujuan operasional maupun non


operasional lainnya.

Memudahkan penjadwalan produksi induk (MPS) atau perencanaan material (MRP).

Pendekatan planning BOM akan efektif apabila terdapat perubahan proses yang
meningkat dan lingkungan yang kompetitif serta dinamik.

Pengertian Peta Rakitan(Assembly Chart)

Peta Rakitan adalah gambaran grafis dari urutan-urutan aliran komponen dan rakitan-
bagian subassembly ke rakitan suatu produk. Akan terlihat bahwa peta rakitan
menunjukkan cara yang mudah untuk memahami :

Komponen-komponen yang membentuk produk.

Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama.

Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian.

2016 Manajemen Proyek


9 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan.

Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian.

Gambaran menyeluruh dari proses rakitan.

Urutan waktu komponen bergabung bersama.

Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan.

Standar Pengerjaan dari Assembly Chart adalah sebagai berikut:

Operasi terakhir yang menunjukkan rakitan suatu produk digambarkan dengan


lingkaran berdiameter 12 mm dan harus dituliskan operasi itu di sebelah kanan
lingkaran tersebut.

Gambarkan garis mendatar dari lingkaran kearah kiri, tempatkan lingkaran


berdiameter 6 mm pada bagian ujungnya, tunjukkan setiap komponen (nama, nomor
komponen, jumlah, dsb) yang dirakit pada proses tersebut.

Jika yang dihadapi adalah rakitan-bagian, maka buat garis tadi sebagian dan akhiri
dengan lingkaran berdiameter 9 mm, garis yang menunjukkan komponen mandiri
harus ditarik ke sebelah kiri dan diakhiri dengan diameter 6 mm.

Jika operasi rakitan terakhir dan komponen-komponennya selesai dicatat, gambarkan


garis tegak pendek dari garis lingkaran 9 mm ke atas, memasuki lingkaran 12 mm
yang menunjukkan operasi rakitan sebelum operasi rakitan yang telah digambarkan
pada langkah 2 dan langlah 3.

Periksa kembali peta tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh komponen telah
tercantum, masukkan nomer-nomor operasi rakitan bagian ke dalam lingkaran (jika
perlu), komponen yang terdaftar di sebelah kiri diberi nomor urut dari atas ke bawah
bagian sub assembly.

Lingkaran yang menunjukkan rakitan tidak selalu harus menunjukkan lintasan stasiun
kerja atau lintasan rakitan atau bahkan lintasan orang. Tapi hanya benar-benar
menunjukkan urutan operasi yang harus dikerjakan. Waktu yang diperlukan oleh tiap
operasi akan menentukan akan menetukan apa yang harus dilakukan operator.

Tujuan utama dari peta rakitan adalah untuk menunjukkan keterkaitan antara
komponen, yang dapat juga digambarkan oleh sebuah gambar yang terurai. Teknik-
teknik ini dapat juga digunakan untuk mengajar pekerja yang tidak ahli untuk
mengetahui urutan suatu rakitan yang rumit.Pada masa sekarang ini disaat daya saing
semakin dibutuhkan dikalangan perusahaan, inventory planning untuk demand
management dan sales forecasting sangat diperlukan agar suatu perusahaan dapat

2016 Manajemen Proyek


10 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berjalan dengan baik, lebih efektif dan lebih efisien. Berikut adalah
gambar manufacturing planning & control system dalam suatu perusahaan.

Sasaran Industri manufacturing & service terdiri


dari customer dan supplier. customer meliputi barang dan jasa yang tetap, tepat
kualitas, tepat quality, tepat waktu, tepat lokasi, tepat harga,
sedangkan supplier meliputi service level yang tinggi, pemakaian resource yang
efisien, inventory investasi rendah.

Masalah Kunci  Planning Manufacturing meliputi aliran material


dari suppliers sampai distribusi, persyaratan lead time customer, pemakaian kapasitas
produksi, hubungan dengan suppliers & customers.

Untuk menyeimbangkan konflik sasaran bisnis diperlukan keseimbangan


antara inventory investment, customer service level dan biaya produksi.

Untuk menyeimbangkan supply and demand dibutuhkan kesimbangan sebagai


berikut:

1. Supply yang terdiri dari production & distribution efficiency dan resource availability
and flexibility

2. Demand yang terdiri dari forecasts & customer orders dan customer relationship


management.

faktor penyebab ketidakseimbangan supply/demand dikarenakan gagal


memahami demand, lead times yang panjang, tidak mampu merespon
perubahan order dari customer.

2016 Manajemen Proyek


11 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Strategic Planning adalah mendefinisikan Business untuk markets yang akan kita
layani, products yang akan dijual, target customer, tingkat persaingan dan dorongan
untuk berubah, internal strengths dan weaknesses, posisi
produk/service terhadap competitors .

Strategic planning untuk guidelines & targets meliputi pertumbuhan revenue, posisi


diantara pesaing, scope & skala operasi dan persepsi dari market terhadap organisasi.

Business planning

Business planning disuatu perusahaan sangat dibutuhkan untuk:

1. Asumsi pertumbuhan revenue untuk product family/line

2. Ekspansi yang butuh lead-time panjang, eg: tambah mesin, operator dsb,

3. Strategi marketing, sales, & distribution channel

4. Rencana penambahan Labor &development

5. Kebutuhan investasi & modal kerja

6. Revenue, cost, budget, & proyeksi cash flow

Demand Management

Berikut ini adalah gambar faktor-faktor yang berkaitan dengan demand


management di suatu perusahaan yang harus selalu seimbang agar kinerja perusahaan
semakin baik.

Sales & Operations Planning

Sales and operations planning dalam suatu perusahaan bertujuan untuk


menghubungkan business planning dengan tactical planning di MPR,

2016 Manajemen Proyek


12 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menyeimbangkan supply & demand pada level product family, Perencanaan pada
level volume, bukan individual product mix level (SKU & campurannya).

Sales and operations planning tersebut mempunyai siklus tiap bulannya. sales and


operations planning tersebut melibatkan sales, manufacturing, logistics, finance, new
product development dll.

Perencanaan resource dibutuhkan untuk menetapkan, mengukur, dan meng-adjusts


kapasitas jangka panjang, identifikasi items yang lead time nya panjang,
perencanaan resource tersebut membutuhkan approval management untuk capital
expenditure yang besar

Master Scheduling

Tujuan dari master scheduling adalah untuk:

1. Memecah production plan dalam product family menjadi jadwal masing2 SKU, qty &


tanggal produksi.

2. Memecah volume product family menjadi end-item mix (campuran SKU), rolls up


end item forecasts untuk menyesuaikan dengan volume product family.

3. Menghasilkan master production schedules (MPS) untuk masing2 individual end


items/SKU.

4. Menyeimbangkan MPS dengan capacity

Distribution planning

Distribution planning dalam suatu perusahaan bertujuan untuk dipakai dalam


inventory finished goods, merencanakan kapasitas logistics untuk kebutuhan S&OP,
merencanakan replenishment order ke factory supply.

Demand Forecasting

Demand forecasting diperlukan untuk pemenuhan order customer lebih lama


dari lead time produksi, perlu waktu untuk menambah /mengurangi kapasitas (mesin,
labor, supplier, warehouse), untuk perencanaan budget keuangan

Petunjuk Evaluasi Forecasts

Petunjuk evaluasi forecast, meliputi forecasts secara alami tidak


sempurna, forecasts yang baik mendekati rata-rata aktual, forecasts secara alami pasti
mengandung kesalahan, perlu mengukur forecast error, perhatikanlah bias: demand
yang secara konsisten selalu diatas atau dibawah forecast, identifikasi
variasi demand yang besar nilainya, identikasi  peluang improvement forecast.

Hasil Evaluasi Forecast

2016 Manajemen Proyek


13 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hasil evaluasi forecast ini digunakan untuk perbaiki bias melalui forecasts yang
realistis & teknik yang lebih baik, improvement forecasts untuk mengurangi forecast
error, identifikasi process improvements yang akan mengurangi demand variation,
bekerjasama dengan dengan customers untuk antisipasi demand, menggunakan
deviasi forecast error untuk menghitung  safety stock, mengurangi inventory &
memperbaiki customer service.

Forecast Error

Beberapa cara untuk mengurangi forecast error yaitu meningkatkan akurasi dengan


cara fokus untuk mengurangi forecast error (cara paling baik), forecast
error memiliki bias, terminology forecast error dapat menggunakan teknik quality
control untuk mengatasinya.

Distribution Replenishment

Berikut ini beberapa permasalahan dalam distribution replenishment dalam suatu


perusahaan adalah:

1. Kapan, dimana, dan berapa banyak distribution inventory yang dibutuhkan?

2. resources apa yang dibutuhkan agar dapat dikirim tepat waktu?

2016 Manajemen Proyek


14 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Sun Sunil Chopra and Peter Meindl (2013), Supply Chain Management,fifth edition, pearson,
New Jersey
I Nyoman Pujawan dan Mahendrawathi ER (2017), Supply Chain Management, Edisi
Ketiga , Guna Widya, Surabaya
Heizer, J and Render, B, (2014), Manajemen operasi, edisi 12, Salemba Empat,
Jakarta2015
Saaty, Thomas L. (2005). Theory and Applications of the Analytic Network Process:
Decision Making with Benefits, Opportunities, Costs and Risks. RWS Publications,
Pittsburgh, Pennsylvania
Algifari. (2016). Mengukur Kualitas Layanan dengan Indeks Kepuasan, Metode Importance-
Performance Analysis (IPA), dan Model Kano. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Operations and Supply Chain Management (2011) Front Cover. F. Robert Jacobs, Richard
B. Chase
Modul Dosen Pengampu Peminatan Manajemen Operasional UMB dan studi internet
Zaroni Transportasi dalam Rantai Pasok dan Logistik
https://supplychainindonesia.com

2016 Manajemen Proyek


15 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai