Anda di halaman 1dari 2

Rute pemberian obat yang memerlukan absorbsi:

1. Sublingual, beberapa obat ditempatkan di bawah lidah sehingga dapat larut dan diserap
langsung ke dalam pembuluh darah kecil yang terletak di bawah lidah.
2. Bukal, beberapa obat ditempatkan diantara gusi dan gigi sehingga dapat larut dan diserap
langsung ke dalam pembuluh darah kecil yang terletak di bawah lidah.
3. Oral, untuk obat diberikan secara oral, penyerapan (absorpsi) bisa terjadi mulai di mulut dan
lambung. Namun, sebagian besar obat biasanya diserap di usus kecil. Obat melewati dinding
usus dan perjalanan ke hati sebelum diangkut melalui aliran darah ke situs target. Dinding
usus dan hati secara kimiawi mengubah (metabolisme) banyak obat, mengurangi jumlah
obat yang mencapai aliran darah.
4. Rektal. Banyak obat yang diberikan secara oral dapat juga diberikan secara rektal sebagai
supositoria. Dalam bentuk ini, obat dicampur dengan zat lilin yang larut atau mencairkan
setelah itu dimasukkan ke dalam rektum. Karena dinding rektum adalah tipis dan kaya
pasokan darah, obat ini mudah diserap.
5. Vagina, Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar
obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-
obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan
activated charcoal. Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui
kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat
obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it, kecepatan
infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatiab yang sama juga harus berlaku untuk obat-
obat yang disuntikkan secara intra-arteri.
6. Inhalasi, Obat diberikan dengan inhalasi melalui mulut harus dikabutkan menjadi tetesan
lebih kecil dibanding pada rute hidung, sehingga obat dapat melewati tenggorokan (trakea)
dan ke paru-paru.
7. Auricular, Obat yang digunakan untuk mengobati radang telinga dan infeksi dapat diberikan
secara langsung ke telinga. Tetes telinga yang mengandung larutan atau suspensi biasanya
diberikan hanya pada liang telinga luar. Sebelum meneteskan obat tetes telinga, orang harus
benar-benar membersihkan telinga dengan kain lembab dan kering.
8. Ocular, Obat yang digunakan untuk mengobati gangguan mata (seperti glaukoma,
konjungtivitis, dan luka) dapat dicampur dengan zat aktif untuk membuat cairan, gel, atau
salep sehingga mereka dapat diberikan pada mata.
9. Topikal, Obat diterapkan pada kulit biasanya digunakan untuk efek lokal dan dengan
demikian yang paling sering digunakan untuk mengobati gangguan kulit yang dangkal,
seperti psoriasis, eksim, infeksi kulit (virus, bakteri, dan jamur), gatal-gatal, dan kulit kering.
Obat ini dicampur dengan bahan tidak aktif sebagai pembawa. Tergantung pada konsistensi
bahan pembawa, formulasi bisa berupa salep, krim, losion, larutan, bubuk, atau gel.
10. Untuk pemberian obat melalui rute ini, obat harus diubah menjadi tetesan kecil di udara
(dikabutkan, aerosol) supaya bisa dihirup dan diserap melalui membran mukosa tipis yang
melapisi saluran hidung. Setelah diserap, obat memasuki aliran darah. Obat yang diberikan
dengan rute ini umumnya bekerja dengan cepat. Beberapa dari obat mengiritasi saluran
hidung.

Rute pemberian obat yang tidak memerlukan absorbsi:

1. Intravena adalah metode pemberian obat melalui injeksi atau infus melalui intravena. Jadi
obat akan dimasukkan langsung ke pembuluh vena menggunakan jarum atau tabung yang
disebut kateter IV.
2. Intraarteria, disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute intravena ketika
aksi segera diinginkan dalam daerah perifer tubuh.
3. Intracardiale, disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika kehidupan terancam
dalam keadaan darurat seperti gagal jantung.
4. Intraosseous, adalah proses menyuntikkan langsung ke sumsum tulang. Teknik ini digunakan
untuk memberikan cairan dan obat-obatan ketika akses intravena tidak tersedia atau tidak
layak. Infus intraoseus memungkinkan obat dan cairan yang diberikan langsung masuk ke
sistem pembuluh darah.
5. Intratechale, Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar oleh
larutan injeksi ke dalam ruang subarachnoid. Cairan serebrospinal biasanya diam pada
mulanya untuk mencegah peningkatan volume cairan dan pengaruh tekanan dalam serabut
saraf spinal. Volume 1-2 ml biasa digunakan. Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk
membuat anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai keadaan tubuh
pasien.
6. Intraarticular, Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat
antiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.
7. Intracelebrale, injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal sebagaimana
penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.,
8. Inhalasi, Obat diberikan dengan inhalasi melalui mulut harus dikabutkan menjadi tetesan
lebih kecil dibanding pada rute hidung, sehingga obat dapat melewati tenggorokan (trakea)
dan ke paru-paru.

Anda mungkin juga menyukai