Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN NIAT IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELING

AND TESTING (VCT) DI PUSKESMAS KOTA SEMARANG

STUDY OF INTENTION TO PREGNANT WOMEN IN DOING VOLUNTARY


COUNSELING AND TESTING (VCT) IN HEALTH IN SEMARANG
1)Nurina Dyah Larasaty, SKM, M.Kes 2) Indri Astuti Purwanti, SST, M.Kes

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang


1)2)

Korespondensi nurina@unimus.ac.id atau nurina.larasaty@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang Data Kementrian Kesehatan RI menunjukkan peningkatan kasus HIV sejak tahun 2011 hingga
tahun 2014. Jawa Tengah menempati posisi ke-6 sebagai provinsi dengan angka HIV tertinggi. Kota/kabupaten
di Jawa Tengah yang memiliki kasus HIV tertinggi adalah Kota Semarang. Kasus HIV-AIDS tertinggi berada di
wilayah Semarang Timur. Ibu hamil dengan HIV positif mempunyai kemungkinan menularkan virus ini ke
bayinya sebesar 45%.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji niat ibu hamil di Kota Semarang melakukan
Voluntary Counseling Test/VCT.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan
dengan survey dan wawancara mendalam. Pendekatan waktu yang akan digunakan adalah crossectional.
Informan penelitian ini adalah ibu hamil di Semarang Timur yaitu di puskesmas Gayamsari, puskesmas
Halmahera dan puskesmas Karangdoro yang bersedia dan tidak bersedia melakukan tes HIV secara sukarela.
Hasil penelitian Ada beberapa alasan yang melatar belakangi informan untuk melakukan VCT seperti
keamanan kelahiran, faktor biaya (gratis) dan saran dari bidan. Sebagian besar informan
mengungkapkan alasan mereka melakukan VCT yaitu untuk keamanan dan keselamatan saat
melahirkan nantinya. Hanya sebagian kecil informan yang tahu tujuan dilakukannya VCT yaitu untuk
mengetahui status HIV mereka (positif HIV atau negatif HIV).
Kesimpulan Sebagian besar informan mengungkapkan alasan mereka melakukan VCT yaitu untuk
keamanan dan keselamatan saat melahirkan nantinya. Selain alasan keselamatan dan keamanan saat
proses kelahiran, faktor biaya (gratis) juga menjadi salah satu alasan informan untuk melakukan VCT.

Kata kunci : Niat, Ibu Hamil, VCT

ABSTRACT
Background Ministry of Health data showed an increase in HIV cases since 2011 up to 2014. Central Java occupies
the 6th position among the provinces with the highest HIV rates. City / regency in Central Java, which has the highest
HIV case was the city of Semarang. The highest HIV-AIDS cases in the territory of East Semarang. HIV-positive
pregnant women to have the possibility of transmitting the virus to their babies by 45%.Objective This study aims to
assess the intentions pregnant women in the city of Semarang do Voluntary Counseling Test / VCT. Methods This
research is a qualitative descriptive study. The data collection is done by survey and interview. Time approach that will be
used are cross-sectional. The informants are pregnant women in East Semarang Gayamsari namely in health centers,
community health centers and clinics Karangdoro Halmahera who are willing and not willing to make voluntary HIV
testing.Result There are several reasons behind the informant to conduct such security VCT birth, factor cost (free) and
advice from a midwife. Most informants revealed their reasons for doing VCT is for security and safety in childbirth later.
Only a small proportion of informants who know the purpose for which the VCT is to know their HIV status (HIV
positive or HIV negative). Conclusion Most informants revealed their reasons for doing VCT is for security and safety in
childbirth later. In addition to safety and security reasons during the birth process, the factor cost (free) is also one of the
reasons informant for VCT.

Keyword : Intention, Pregnant mother, VCT

103
PENDAHULUAN mengikuti penyuluhan tentang HIV-AIDS.
Data Kementrian Kesehatan RI Sayangnya, jumlah ibu hamil yang datang
menunjukkan peningkatan kasus HIV sejak selalu lebih sedikit dari jumlah yang diu
tahun 2011 hingga tahun 2014. Jawa
Data Dinas Kesehatan Kota Semarang
Tengah menempati posisi ke-6 sebagai
provinsi dengan angka HIV tertinggi. tahun 2013 yang dirilis 2014
Kota/kabupaten di Jawa Tengah yang menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil di
memiliki kasus HIV tertinggi adalah Kota Kota Semarang sekitar 14.000 orang tetapi
Semarang. Kasus HIV-AIDS tertinggi hanya 91 orang yang diketahui melakukan
berada di wilayah Semarang Timur. Faktor VCT.
resiko tertinggi penularan HIV/AIDS
adalah heteroseksual, IDU dan transmisi 35000
perinatal. Ibu hamil dengan HIV positif 30000
25000
mempunyai kemungkinan menularkan 20000
virus ini ke bayinya sebesar 45%. Tenaga 15000
10000 HIV
kesehatan, khususnya bidan, sudah 5000 AIDS
seharusnya melakukan Prevention Mother 0

to Child Transmission (PMTCT), yakni


pencegahan penularan HIV dari ibu ke
bayi. (Kemenkes, 2015) Apalagi
Kementrian Kesehatan telah menurunkan Gambar 1.2 Data Jumlah Kumulatif Kasus HIV dan
Surat Edaran nomor AIDS Berdasarkan Provinsi Tahun 2014
GK/Menkes/001/I/2013 tentang Layanan
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Sumber : Kementrian Kesehatan RI
Anak (PPIA) yang mengintegrasikan tes
HIV dengan pelayanan KIA-KB. Dengan
METODE PENELITIAN
demikian, setiap bidan mempunyai dasar
yang sangat kuat untuk melakukan Jenis dan Rancangan Penelitian
PMTCT.(Kemenkes, 2005) Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Pengumpulan data
40000 dilakukan dengan survey dan wawancara
29037
30000 21031 21511 22869 mendalam. Pendekatan waktu yang akan
20000 digunakan adalah crossectional.
10000 Informan
0 Informan penelitian ini adalah ibu hamil di
Jan-Des Jan-Des Jan-Des Jan-Sep Semarang Timur yaitu di puskesmas
2011 2012 2013 2014 Gayamsari, puskesmas Halmahera dan
puskesmas Karangdoro yang bersedia dan
Gambar 1.1 Data Jumlah Kasus HIV di
tidak bersedia melakukan tes HIV secara
Indonesia
Sumber : Yayasan Spiritia, 2015 dan Kementrian sukarela.
Kesehatan RI, 2013 HASIL PENELITIAN
Pengetahuan Informan tentang HIV &
Hasil studi pendahuluan
VCT
menunjukkan bahwa kasus HIV-AIDS
HIV merupakan virus yang
tertinggi berada di wilayah Semarang
menyerang kekebalan tubuh manusia.
Timur. Para bidan di wilayah tersebut telah
Dimana penderitanya diharuskan untuk
berupaya melakukan VCT dengan
minum Antiretroviral (ARV) seumur
mengundang ibu-ibu hamil untuk
hidup. Virus ini menular melalui hubungan
104
seksual (cairan sperma) dan penggunaan langsung memberi keputusan untuk
jarum suntik. Pengetahuan informan melakukan tes, namun adapula yang
mengenai HIV/AIDS dan Voluntary meminta ijin suami mereka terlebih
Counseling and Testing masih relatif dahulu. Adapun alasan informan yang
kurang. Sebagian besar informan mengaku langsung memberikan keputusan untuk
mengetahui istilah VCT atau adanya tes melakukan tes karena mereka yakin suami
HIV baru ketika melakukan pemeriksaan mereka pasti mendukung apapun yang
rutin kehamilan ini (saat ini). dilakukan informan apabila hal tersebut
“Penyakit yang bisa nular…penyakitnya untuk keselamatan dan kesehatan anak
orang nakal kayak PSK, laki-laki yang mereka. Sebagian besar suami informan
senenng jajan… mendukung istri mereka untuk melakukan
tes HIV.
Indepth Interview, ZH, 26 tahun
Salah satu informan menuturkan jika
Sebagian besar informan suami dan orang tuanya sangat perhatian
mengidentikkan HIV sebagai penyakit dengan dirinya. Hal tersebut ditunjukkan
yang dekat dengan orang nakal. Selain itu, dengan selalu menanyakan kondisi dan
pengetahuan informan mengenai cara yang terjadi pada perkembangan
penularan HIV juga masih minim. Hal kandungan informan. Mereka pun juga
tersebut terlihat dari jawaban informan mendukung terhadap keputusan informan
yang menyatakan jika HIV bisa ditularkan untuk melakukan segala tes termasuk
melalui gigitan nyamuk, berenang bersama VCT. Dukungan yang diberikan oleh
ODHA. Namun demikian sebagian besar suami informan biasanya dengan
dari mereka telah mengetahui penularan mengantar dan mendampingi informan ke
HIV melalui hubungan seksual. Selain itu, puskesmas saat melakukan pemeriksaan
virus juga bisa ditularkan melalui jarum rutin. Seperti yang disampaikan informan
suntik yang digunakan bergantian pada dalam wawancara mendalam berikut :
pengguna narkoba dengan jarum suntik “Keluarga slalu mendukung, terutama
(penasun). Mereka belum mengetahui jika suami..apa yang disuruh bu bidan ya
HIV bisa ditularkan dari ibu yang dilaksanakan..takutnya kalo nggak manut nanti
terinfeksi HIV kepada janin dalam kita sendiri yang repot kalo kenapa-napa sama
kandungannya. Berikut ini pernyataan oeh bayiku…”
informan : Indepth Interview, JK, 30 tahun
“Nularnya melalui hubungan seks mbak..Iya,
digigit nyamuk juga bisa nular dari satu ke Hal tersebut senada dengan
yang lain…” pengakuan suami informan yang mengaku
bahwa memberikan dukungan penuh
Indepth Interview, IG, 24 tahun
kepada istri informan berkaitan dengan
Subjective Norm Ibu Hamil Terhadap rekomendasi dari bidan untuk melakukan
Pelaksanaan VCT tes laboratorium. Hal tersebut dilakukan
Dalam melakukan VCT, sebagian demi keselamatan dan kesehatan calon
besar informan mendapat dukungan penuh bayi mereka berdua. Berikut penuturan
dari keluarga mereka terutama dari orang suami informan di bawah ini :
tua dan suami. Saat hendak melakukan tes “Nek saya sih ndukung aja ya mbak..apa yang
diperintahkan petugas ya sebisanya
HIV ada sebagian kecil informan yang

105
dilakukan..itu juga demi keselamatan jabang “Keluarga insya allah mendukung mbak, yah
bayi..supaya sehat pas lahirnya…” meski saya nggak didampingi suami selama
Crosscheck, Suami IG, 26 tahun proses kehamilan ini..tapi orang tua saya
Selain itu, salah satu informan selalu ngasih semangat, nasehat supaya saya
nggak sedih…untuk semua tes saya ikuti
mengungkapkan jika keluarga selalu semua…”
mendukung informan untuk melakukan Indepth Interview, HK, 22 tahun
pemeriksaan termasuk pemeriksaan VCT.
Dengan catatan selama biaya yang Important Norm Ibu Hamil Terhadap
ditawarkan masih dapat dijangkau dan Pelaksanaan VCT
diusahakan, pastinya keluarga akan Important norm mengungkapkan
melakukan apa yang menjadi saran dan pendapat masyarakat tentang HIV/AIDS,
rekomendasi dari petugas kesehatan. VCT, dan ODHA. Tanggapan masyarakat
Karena keselamatan dari bayi merupakan tentang tes HIV masih negative. Hal ini
prioritas utama bagi mereka. Seperti disebabkan pengetahuan masyarakat yang
penuturan informan di bawah ini : masih rendah tentang HIV/AIDS dan
“Suami sama orang tua oke-oke aja adanya stigma di masyarakat. Tenaga
mbak…apa yang tak lakukan mereka ndukung- kesehatan pun mengakui bahwa
ndukung aja asal itu buat kebaikan anak atau pengetahuan masyarakat awam tentang
cucu mereka nantinya…Selama masih bisa kehamilan masih rendah, apalagi tentang
dalam jangkauan kaitannya sama biaya..kalo tes HIV. Walaupun demikian, tenaga
bisa terjangkau biayanya pasti dilakukan
kesehatan (khususnya bidan dan konselor)
mbak…tapi kalo agak mahal itu yang masih
berusaha memberi dukungan sebaik
mikir-mikir hehe..”
Indepth Interview, ZH, 26 tahun
mungkin. Cara mereka mendukung ibu
Lain halnya dengan informan lain, hamil yaitu memberi informasi yang
informan HK yang berstatus menikah terpenting dan tetap mendorong untuk
namun ditinggal pergi oleh suaminya melakukan VCT.
menuturkan meskipun tidak ada dukungan Seluruh informan mengungkapkan
dari suami namun orang tuanya selalu jika mereka mendapat dukungan penuh
mendukung kehamilan informan. dari eksternal dalam pelaksanaan VCT
Meskipun dukungan yang didapat tidak berasal dari bidan/petugas kesehatan.
utuh seperti rekan-rekan lainnya yang Sebagian kecil informan menuturkan
mendapat dukungan suami, informan tetap bahwa ketika sebelum melakukan VCT,
optimis dalam menjaga dan mereka mendapatkan penjelasan mengenai
memperhatikan perkembangan pentingnya pelaksanaan VCT pada ibu
kandungannya. Karena orang tua informan hamil. Hal tersebut dilakukan sebagai
selalu memberikan semangat dan nasehat upaya preventif terkait dengan penularan
kepada informan untuk tetap teguh HIV dari ibu hamil kepada janin yang
meskipun tanpa didampingi oleh suami. masih berada di kandungan.
Informan selalu menaati segala sesuatu Sebagian besar informan juga
yang menjadi prosedur dan keharusan mengaku bahwa baru pertama kali ini tahu
untuk dilakukan demi keselamatan mengenai adanya VCT pada ibu hamil.
anaknya termasuk melakukan tes HIV. Mereka pun juga menyanggupi nasihat
Berikut penuturan informan dalam atau rekomendasi yang diberikan bidan
wawancara mendalam dengan peneliti : untuk melakukan pemeriksaan VCT untuk

106
keselamatan calon bayi mereka. Seperti enggak…tadi habis tes dikasih tau oh..ini
penuturan informan di bawah ini : hasilnya gini—gini..negatif maksudnya..”
“Nggeh niku mbak, didhawuhi kalihan bu Indepth Interview, AG. 23 tahun
bidan priksa darah…supados bayine mboten
kenging kenapa-kenapa…pokoke manut Berbeda dari pengakuan informan,
mawon lah mbak..” bidan di Puskesmas menuturkan jika
Indepth Interview, EG, 27 tahun biasanya ibu hamil diberikan
Salah satu informan juga penjelasan/konseling terlebih dahulu
menuturkan bahwa prosedur dalam sebelum melakukan pemeriksaan dan
pemeriksaan kehamilan keduanya ini, mengisi informed consent yang merupakan
berbeda dengan prosedur ketika kehamilan prosedur dalam pelaksanaan VCT. Setelah
pertamanya. Menurut penuturan informan, mendapatkan hasil, ibu hamil kembali
di kehamilan pertamanya tidak ada kepada bidan untuk dibacakan hasil dan
prosedur tes selengkap pada kehamilan rekomendasi yang akan diberikan. Jika
keduanya. Informan juga mengatakan hasil VCT dinyatakan positif bidan akan
bahwa adanya VCT baru diketahuinya merekomendasikan untuk dirujuk ke
ketika kehamilannya saat ini. Berikut rumah sakit Kariadi Semarang. Berikut
pengakuan informan di bawah ini : penuturan bidan di bawah ini :
“ Dulu pas hamil pertama nggak ada tes “Kalo di puskesmas ini, sebelumnya ibu hamil
sekomplit sekarang mbak…ya itu tadi nggak diberi konseling dulu kaitannya dengan
ada tes buat HIV…adanya baru yang pas pemeriksaan yang dilakukan…Setelah itu,
kehamilan ini…” mereka menuju lab..setelah hasil keluar
Indepth Interview, JK, 30 tahun mereka kembali ke bidan untuk dijelaskan
hasil dari lab tersebut..Kalo hasil negatif
Dalam proses sebelum dilakukan berarti tidak ada masalah, tapi jika memang
VCT, idealnya petugas kesehatan hasil HIVnya positif biasanya dirujuk ke
menjelaskan dan memberikan konseling Kariadi..Tapi alhamdulillah sampai saat ini
kepada ibu hamil mengenai tes-tes apa saja hasilnya negatif untuk yang ibu hamil..kalo
yang akan dilakukan serta pengetahuan yang poitif biasanya yang pasien biasa..”
mengenai tes tersebut khususnya Crosscheck, Bidan GL, 30 tahun
pengetahuan mengenai HIV/AIDS. Hal ini “Heem mbak…ya dkasih penjelasan dulu trus ngisi
diperlukan mengingat masih adanya informed consent..trus tes lab..habis itu mereka
kembali lagi ke sini trus kita bacain hasil dari tes
persepsi negatif di masyarakat terhadap
tsb…”
HIV/AIDS. Seperti yang disampaikan
sebagian besar informan yang Crosscheck, Bidan VE, 26 tahun

mengungkapkan jika tidak mendapatkan Selain itu, berkaitan dengan


penjelasan secara detail dari bidan dukungan dari masyarakat sebagian besar
mengenai informasi seputar tes yang informan pun mengatakan bahwa mereka
dilakukan ibu hamil. Berikut ini pengakuan tidak tahu bagaimana dukungan maupun
dari informan : tanggapan dari masyarakat yang ada. Hal
“Nggak ada ik mbak..tadi pas sebelum tes tersebut dikarenakan masyarakat belum
nggak dikasih tahu apa-apa…palingan ini paham benar mengenai program VCT pada
nanti diambil darahnya sama urinnya..Nek ibu hamil. Salah satu informan pun
dikasih penjelasan yang gimana-gimana menuturkan bahwa pengetahuan
masyarakat tentang HIV/AIDS pun juga

107
masih terbatas. Masyarakat masih tidak terlalu paham mengenai tes HIV
menstigma terhadap orang yang terinfeksi yang disebut Voluntary Counseling Test
HIV. Mereka masih mengaitkan bahwa tersebut. Hanya sebagian kecil informan
HIV dekat dengan “orang nakal” . Bahkan yang tahu tujuan dilakukannya VCT yaitu
ada satu informan yang menuturkan jika untuk mengetahui status HIV mereka
ada kemungkinan masyarakat tidak tahu (positif HIV atau negatif HIV). Informan
apa itu HIV/AIDS. Seperti yang pun mengaku takut sebelum dilakukan
disampaikan informan di bawah ini : pemeriksaan karena khawatir hasil periksa
“Wah, kalo yang masyarakat sekitar nggak mereka menunjukkan positif. Seperti yang
tahu ya mbak…orang-orang kan tahunya kalo diungkapkan informan dalam wawancara
kena HIV biasanya orang nakal…” mendalam berikut ini :
Indepth Interview, IG, 24 tahun “…Yaitu tadi, saya pengene anak saya lahir
sehat, selamat..jadi semua tes tak tempuh
Niat Ibu Hamil yang Melatarbelakangi termasuk tes HIV ini…takute kalo kenapa-
dalam Pelaksanaan VCT kenapa…alhmadulillah hasilnya baik
Dalam melakukan sesuatu, semua..negatif..”
seseorang dipengaruhi beberapa faktor Indepth Interview, AG. 23 tahun
yaitu faktor internal (faktor dari dalam) Hal tersebut senada dengan
dan faktor eksternal (faktor dari luar). penuturan bidan dari Puskesmas
Kepercayaan persepsi, sikap merupakan Gayamsari dan Halmahera yang
beberapa faktor yang termasuk dalam menyampaikan bahwa biasanya pasien ibu
faktor internal, sedangkan lingkungan, hamil yang melakukan pemeriksaan
important norm, budaya merupakan faktor kepada mereka relatif mudah untuk diberi
eksternal. Dari faktor-faktor tersebutlah tahu, termasuk dalam hal ini melakukan tes
yang akan membentuk sebuah HIV. Biasanya bidan juga menekankan
“niat”dimana niat inilah yang menentukan bahwa tindakan preventif jauh penting
seseorang dalam berperilaku. dilakukan daripada tindakan kuratif. Pasien
Ada beberapa alasan yang melatar ibu hamil biasanya selalu patuh untuk
belakangi informan untuk melakukan VCT menerima saran dari petugas kesehatan jika
seperti keamanan kelahiran, faktor biaya hal tersebut demi kebaikan calon bayi
(gratis) dan saran dari bidan. Sebagian mereka. Seperti penuturan bidan yang
besar informan mengungkapkan alasan disampaikan di bawah ini :
mereka melakukan VCT yaitu untuk “Selama untuk keselamatan bayi mereka,
keamanan dan keselamatan saat biasanya mereka mau, apalagi gratis tanpa
melahirkan nantinya. Mereka pun dipungut biaya sepeserpun..insya alllah
mengatakan perasaan khawatirnya jika mereka mau…”
terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan Crosscheck, Bidan GL, 30 tahun
dikarenakan mereka tidak mematuhi saran
maupun rekomendasi dari bidan, salah Selain alasan keselamatan dan
satunya dengan melakukan tes HIV. keamanan saat proses kelahiran, faktor
Mereka menganggap bahwa pelaksanaan biaya juga menjadi salah satu alasan
VCT merupakan salah satu tindakan informan untuk melakukan VCT. Dalam
preventif terhadap kandungan mereka. pelaksanaan VCT pada ibu hamil tidak ada
Sebagian besar informan pun mengaku biaya yang dipungut kepada pasien/gratis.
Informan merasa senang dan lega karena

108
pemeriksaan tersebut tidak dipungut biaya. jika biaya yang harus dibayar hanya antri
Mereka pun berharap jika pemeriksaan saat menunggu giliran melakukan
pada hamil tetap digratiskan dan didanai pemeriksaan dan menunggu hasilnya.
oleh pemerintah. Salah satu informan Berikut penuturan informan di bawah ini :
mengatakan kekhawatirannya jika “Biar anakku nanti lancar pas
pemeriksaan/tes pada ibu hamil dipungut lahiran…Lagian juga tesnya nggak mbayar
biaya, banyak ibu-ibu hamil yang tidak kok mbak…”
bisa melakukan pemeriksaan karena Indepth Interview, JK. 30 tahun
kendala biaya. Salah satu informan pun
Adapun hal yang menjadi hambatan
menuturkan jika dengan program
informan untuk melakukan tes HIV adalah
pemeriksaan pada ibu hamil yang tanpa
waktu tunggu yang lama. Hal ini terjadi
dipungut biaya dapat mengurangi
karena tenaga konselor dan tenaga
bebannya, mengingat informan merupakan
laboratorium yang terbatas. Tenaga
tulang punggung satu-satunya karena
konselor pasti merangkap sebagai bidan
ditinggal pergi oleh suaminya. Seperti
sehingga tugasnya ganda, yaitu memberi
yang diungkapkan informan dalam
konseling tentang VCT dan melaksanakan
wawancara mendalam berikut ini :
pelayanan kebidanan. Konseling VCT
“Alhamdulillah mbak..pastine seneng mboten
membutuhkan empati yang mendalam dan
dipungut biaya alias gratis..Soale menawi
mboten gratis nggih mikir-mikir malih..Nek
seharusnya dilakukan oleh konselor yang
murah mboten menapa..lha nek larang berfokus pada VCT. Prosedur VCT yang
niku..nggih mugi sak teruse gratis meliputi konseling pre-test, tes HIV dan
mawon..mesakne tiyang alit ndak mboten post test pun belum dilakukan dengan baik
saged priksa…” karena keterbatasan tenaga konselor.
Indepth Interview, EG. 27 tahun Sebaiknya, jumlah konselor ditambahi
supaya VCT dapat dilaksanakan sesuai
“Untungnya gratis mbak, jadi saya mau
prosedur.
ikut..Yah, tahu sendiri mbak, saya nanggung
Selain itu, birokrasi yang dinilai
biaya anak saya nantinya sendiri…untungnya
gratis…”
berbelit-belit juga menjadi hambatan
dalam melakukan tes HIV. Ibu hamil yang
Indepth Interview, HK. 22 tahun menanggung beban kandungannya akan
Di samping itu, sebagian kecil merasa enggan untuk berjalan dari loket
informan menuturkan alasan mereka satu ke loket lainnya untuk mengikuti
melakukan tes HIV yaitu selain karena prosedur birokrasi. Solusi yang tepat untuk
gratis juga untuk keselamatan dan memotong birokrasi ini hanyalah kebijakan
keamanan bayi saat proses kelahiran nanti. baru tentang tes VCT yang tidak berbelit-
Mereka menganggap bahwa tindakan belit.
pemeriksaan yang dilakukan bermanfaat
untuk diri sendiri dan utamanya untuk PEMBAHASAN
calon bayi yang akan dilahirkan. Selain itu, Pengetahuan Informan tentang HIV dan
pemeriksaan yang dilakukan tanpa VCT
dipungut biaya juga menjadi faktor HIV merupakan salah satu penyakit
pendorong niat informan untuk melakukan yang belum ditemukan obatnya. Virus
VCT. Salah satu informan pun mengatakan yang ada di dalam tubuh penderita ini tidak
bisa keluar, sehingga seseorang harus

109
mengonsumsi obat ARV seumur hidup dan Salah satu upaya pencegahan
tepat waktu. Jadwal ketat minum obat HIV penularan HIV dari ibu ke bayi adalah
ini tidak boleh meleset agar bisa menekan dengan melakukan Voluntary Counseling
jumah virus di tubuhnya. Jika tidak disiplin and Test (VCT). Upaya pencegahan
maka tubuh akan menjadi resisten terhadap penularan HIV dari ibu ke bayi tidak
obat.(Kurniawan, 2011) HIV adalah terhenti setelah ibu melahirkan bayi. Ibu
retrovirus yang menginfeksi sel sistem tersebut akan terus menjalani hidup dengan
kekebalan tubuh manusia, terutama sel T HIV di tubuhnya.(PKBI, 2012)
CD4 dan makrofag yang merupakan Pemeriksaan VCT adalah
komponen vital dari sistem kekebalan pemeriksaan HIV atas dasar suka rela yang
tubuh. Hal inilah yang membuat ODHA didahului dengan konseling. VCT
memiliki sistem kekebalan tubuh lemah merupakan kegiatan bersifat suka rela,
dan mudah terkena infeksi. Karenanya rahasia, terdapat konseling sebelum dan
seseorang harus mengonsumsi obat ARV sesudah tes darah untuk HIV di
untuk mempertahankan kekebalan laboratorium serta adanya persetujuan
tubuhnya.(Hermiyanti, 2008) tertulis (informed consent). (Nasronudin,
Data Komisi Penaggulangan AIDS 2007).
Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa Penelitian ini berfokus pada niat
ibu rumah tangga menduduki peringkat 2 ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan
besar, dengan jumlah 463 kasus dan Voluntary Counseling and Testing (VCT)
persentase sebesar 18%.(Kemenkes 2013) di wilayah Semarang Timur. Informan
Banyak wanita yang tertular dari suaminya dalam penelitian ini adalah ibu hamil di
padahal perilaku seksual mereka tidak Puskesmas Gayamsari, Puskesmas
berisiko. Selain itu, ibu rumah tangga Halmahera, dan Puskesmas Karangdoro.
dalam tertular HIV karena suami yang Jumlah ibu hamil yang melakukan VCT di
suka jajan dan pengguna narkoba wilayah Semarang Timur ini paling tinggi
suntik.(Pulungsih, 2010) diantara wilayah Semarang lainnya. Data
Meskipun prevalensi HIV pada Dinas Kesehatan Kota Semarang yang
perempuan di Jawa Tengah hanya 17,02%, dirilis tahun 2014 menunjukkan bahwa
tetapi karena 27,75% ODHA pada rentang jumlah ibu hamil yang melakukan VCT
usia 25-29 tahun, maka diperkirakan selama tahun 2013 hanya 91 orang.
jumlah kehamilan dengan HIV positif akan Padahal, jumlah seluruh ibu hamil se-Kota
meningkat.(KPA, 2013) Semarang diperkirakan sekitar 14.000
Pada ibu hamil, HIV bukan hanya orang.
merupakan ancaman bagi keselamatan jiwa Rendahnya pemeriksaan VCT di
ibu, tetapi juga merupakan ancaman bagi wilayah Semarang Timur ini kemungkinan
anak yang dikandungnya karena penularan disebabkan oleh rendahnya niat ibu hamil
yang terjadi dari ibu ke bayinya. Lebih dari untuk melakukan pemeriksaan VCT. Hal
90% kasus anak HIV, mendapatkan infeksi ini dijelaskan dalam teori Reasoned Action
dengan cara penularan dari ibu ke (TRA) bahwa niat merupakan predictor
anak/mother to child transmission (MTCT) terbaik perilaku.(Notoadmodjo, 2010) Hal
dan setengah dari anak yang terinfeksi ini berarti, jika ingin mengetahui apa yang
tersebut akan meninggal sebelum ulang akan dilakukan seseorang, cara terbaik
tahun kedua. (Kemenkes RI, 2013) adalah mengetahui kehendak orang

110
tersebut. Maka dari itu, peneliti merujuk karena itu, setiap ibu hamil seharusnya
pada TRA untuk menggali lebih mendalam mendapat konseling yang baik tentang
tentang niat ibu hamil untuk pemeriksaan HIV/AIDS supaya pengetahuannya tentang
VCT. Teori ini menghubungkan antara HIV/AIDS juga baik sehingga
keyakinan (belief), sikap (attitude), niat menimbulkan kesadaran diri untuk VCT.
(intention) dan perilaku (behavior). Namun, kenyataan di lapangan tidak
Hasil wawancara mendalam demikian. Konseling VCT hanya dilakukan
menunjukkan bahwa sebagian besar niat secara singkat. Bahkan, ada informan yang
informan untuk VCT cenderung positif, tidak sadar bahwa dirinya telah melakukan
artinya sebagian besar informan cenderung VCT. Permasalahan konseling ini
melakukan VCT. Niat informan tersebut disebabkan terbatasnya tenaga konselor
justru bukan karena pengetahuan yang baik yang ada di puskesmas. Selama ini,
tentang HIV/AIDS, melainkan karena konseling dilakukan oleh bidan meskipun
biayanya gratis, demi kesehatan janin di ada konselor lainnya. Padahal, bidan di
dalam kandungan dan karena dianjurkan puskesmas mempunyai tugas pokok dan
oleh bidan. Pengetahuan informan yang fungsi tersendiri sehingga proses konseling
rendah tentang HIV/AIDS dan cenderung tidak mendalam.
superfisial mengakibatkan stigma Hal ini relevan dengan hasil
(anggapan buruk) tentang HIV/AIDS sulit penelitian kualitatif oleh Dayaningsih
dihapus. Stigma yang berkembang di (2009) tentang pelaksanaan VCT di RSUP
masyarakat bahwa HIV/AIDS merupakan dr. Kariadi Semarang. Hambatan VCT
penyakit pelacur menjadi faktor terdiri atas 5 faktor, yaitu: faktor dari
penghambat niat VCT. (Nursalam, 2009) konselor, faktor dari klien, faktor dari
Selain itu, birokrasi yang berbelit-belit dan keluarga, faktor dari masyarakat, dan
waktu tunggu periksa laborat yang lama faktor dari fasilitas pelayanan. Faktor
juga menyebabkan pelaksanaan VCT utama dari konselor yang menghambat
terhambat. VCT adalah ketenagaan konselor kurang.
Hambatan-hambatan pelaksanaan Faktor utama dari klien yang menghambat
VCT tersebut harus segera diatasi. Jika VCT adalah tingkat pengetahuan dan
informan melakukan VCT atas dasar biaya pemahaman klien tentang HIV/AIDS.
gratis, maka mereka dapat meninggalkan Faktor utama dari keluarga yang
perilaku VCT dengan sangat mudah ketika menghambat VCT yaitu keluarga tidak
ada biaya yang dikenakan. jika informan dapat menerima kondisi klien jika
melakukan VCT karena dianjurkan oleh terdiagnosis reaktif karena kuatnya stigma
bidan, maka mereka juga dapat tentang HIV/AIDS. Faktor utama dari
meninggalkan perilaku VCT ketika tidak masyarakat yang menghambat VCT adalah
ada bidan (atau tenaga kesehatan lain) stigma dan diskriminasi yang masih kental
yang menganjurkan. Jika informan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
melakukan VCT demi kesehatan janin HIV/AIDS. Faktor utama dari fasilitas
dalam kandungan, sedangkan ada banyak pelayanan kesehatan yang menghambat
faktor yang mempengaruhi kesehatan VCT adalah bersifat passive finding dan
janin, mereka dapat menyalahkan bidan promosi VCT masih kurang. (Dayaningsih,
ketika ada kecacatan janin setelah 2009) Sifat passive finding pada fasilitas
pelaksanaan VCT. (Murni, 2009) Oleh pelayanan kesehatan dapat diatasi dengan

111
adanya Surat Edaran nomor HIV/AIDS dan rutin melakukan skrining
GK/Menkes/001/I/2013 tentang Layanan untuk menemukan kasus baru, Media
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke promosi kesehatan tentang VCT, PMTCT
Anak (PPIA) tetapi promosi VCT masih dan PPIA segera dibuat dan
kurang. disebarluaskan, baik di puskesmas bagian
KIA-KB maupun ruang-ruang terbuka.
SIMPULAN Sebaiknya promosi kesehatan tersebut
Pengetahuan informan mengenai tidak hanya berupa media visual (banner,
HIV/AIDS dan Voluntary Counseling and leaflet, poster) tetapi juga audio-visual
Testing masih relatif kurang. Sebagian (misalnya iklan di televisi) supaya lebih
besar informan mengaku mengetahui mudah diakses oleh masyarakat, terutama
istilah VCT atau adanya tes HIV baru ibu-ibu rumah tangga, Sebaiknya setiap
ketika melakukan pemeriksaan rutin pelayanan pada ibu hamil selalu
kehamilan ini (saat ini). Sebagian besar melibatkan suami atau keluarganya. VCT
informan mengidentikkan HIV sebagai seharusnya dilakukan tidak hanya kepada
penyakit yang dekat dengan orang nakal. ibu hamil tetapi juga kepada suami dan
Selain itu, pengetahuan informan mengenai keluarganya karena ibu tersebut bukan
cara penularan HIV juga masih minim. pengambil keputusan dalam keluarga. Jika
Sebagian besar informan suami dan keluarga dilibatkan dalam VCT,
mengungkapkan alasan mereka melakukan maka faktor penguat dan pengambil
VCT yaitu untuk keamanan dan keputusan pada ibu hamil diharapkan
keselamatan saat melahirkan nantinya. mendukung pelaksanaan VCT karena ada
Selain alasan keselamatan dan keamanan pemahaman yang sama, Penyuluhan
saat proses kelahiran, faktor biaya (gratis) tentang VCT, PMTCT dan PPIA terus
juga menjadi salah satu alasan informan digencarkan melalui lembaga masyarakat
untuk melakukan VCT. yang sudah ada, misalnya PKK, posyandu,
Adapun hal yang menjadi karang taruna, dsb. Tenaga penyuluh
hambatan informan untuk melakukan tes kesehatan harus terjun dan memasuki
HIV adalah waktu tunggu yang lama. Hal lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut
ini terjadi karena tenaga konselor dan supaya stigma di masyarakat lebih cepat
tenaga laboratorium yang terbatas. terhapus.
Saran yang direkomendasikan
dalam penelitian ini adalah Adapun saran DAFTAR PUSTAKA
dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut : Dayaningsih Diana. 2009. Studi
Perlu ditambahkan tenaga konselor Femonologi Pelaksanaan HIV
HIV/AIDS yang besertifikat di masing- Voluntary. Counseling and Testing
(VCT) di RSUP. Dr. Kariadi
masing puskesmas. Tenaga konselor
Semarang. Skripsi. Program Studi
tersebut tidak harus bidan tetapi bisa Ilmu Keperawatan Fakultas
tenaga kesehatan lainnya, misalnya: ahli Kedokteran. Universitas Diponegoro,
kesehatan masyarakat, ahli gizi, perawat, Semarang.
maupun dokter. Tenaga konselor
HIV/AIDS sebaiknya tidak merangkap Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2003. Pedoman Nasional
tugas lain dan berfokus pada peningkatan
Perawatan, Dukungan dan
pemahaman masyarakat tentang Pengobatan Bagi ODHA. Jakarta.
112
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Data Kurniawan. 2011. Pencegahan Penularan
HIV & AIDS Kota Semarang per HIV dari Ibu ke Bayi. Jakarta.
Februari 2014. Semarang.
Murni, Suzana. 2009. Hidup Dengan
Hermiyanti, Sri. 2008. Modul Pelatihan HIV/AIDS. Jakarta: Yayasan Spiritia.
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu
ke Bayi Prevention of Mother to Nasronudin. 2007. HIV & AIDS
Child HIV Transmission. Jakarta: Pendekatan Biologi Molekuler Klinis
Departemen Kesehatan Republik dan Sosial. Surabaya: Airlangga
Indonesia. University Press.

Kementrian Kesehatan Republik Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Pengantar


Indonesia. 2013. Statistik Kasus Pendidikan dan Ilmu Perilaku.
HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta. Jakarta: Rineka Cipta.

Kementrian Kesehatan Republik Nuraeni, Titik. Hubungan Pengetahuan


Indonesia. 2015. Statistik Kasus tentang HIV/AIDS dan VCT dengan
HIV/AIDS di Indonesia per Sikap terhadap Konseling dan tes
September 2014. Jakarta. HIV/AIDS secara Sukarela di
Puskesmas Karangdoro Semarang.
Kementrian Kesehatan Republik 2012 http://jurnal.unimus.ac.id//
Indonesia. 2013. Surat Edaran nomor
GK/Menkes/001/I/2013 tentang Nursalam. 2009. Asuhan Keperawatan
Layanan Pencegahan Penularan HIV pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
dari Ibu ke Anak (PPIA) Jakarta: Salemba Medika.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Perkumpulan Keluarga Berencana


Indonesia Nomor Indonesia (PKBI) Kota Semarang.
1507/MENKES/SK/X/2005 Tentang 2012. Pelatihan Kader tentang HIV,
Pedoman Pelayanan Konseling dan Perempuan dan PMTCT. Semarang.
Testing HIV/AIDS Secara Sukarela
(Voluntary Counselling And Pulungsih. 2010. Tes dan Konseling HIV
Testing). Terintegrasi di Sarana Kesehatan
(PITC). Jakarta: Kementrian
KPA Jawa Tengah. 2013. Data HIV & Kesehatan RI Direktorat Jenderal
AIDS Provinsi Jawa Tengah Per Pengendalian Penyakit dan
Desember 2013. Penyehatan Lingkungan
http://www.aidsjateng.or.id. Diakses
15 Maret 2015.

113

Anda mungkin juga menyukai