PEMBAHASAN
Di Indonesia, arah pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila tidak boleh keluar
dari landasan ideologi Pancasila, landasan konstitusional Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan landasan operasional Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Selain itu, tidak boleh juga keluar dari koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) dan filosofi Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini yang menyebabkan secara terminologi untuk pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia digunakan istilah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang mempunyai misi
sebagai pendidikan nilai dan moral Pancasila, penyadaran akan norma dan konstitusi UUD Negara
Republik IndonesiaI Tahun 1945, pengembangan komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), dan penghayatan terhadap filosofi Bhinneka Tunggal Ika. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dimaksudkan sebagai upaya membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh karena itu, secara umum pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di
sekolah adalah upaya mengembangkan kualitas warga negara secara utuh dalam berbagai aspek sebagai
berikut.
1. Kemelekwacanaan sebagai warga negara (civic literacy), yakni pemahaman peserta didik sebagai
warga negara tentang hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan demokrasi konstitusional
Indonesia serta menyesuaikan perilakunya dengan pemahaman dan kesadaran itu.
2. Komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement), yakni kemauan dan kemampuan
peserta didik sebagai warga negara untuk melibatkan diri dalam komunikasi sosial-kultural sesuai
dengan hak dan kewajibannya.
3. Kemampuan berpartisipasi sebagai warga negara (civic skill and participation), yakni kemauan,
kemampuan, dan keterampilan peserta didik sebagai warga negara dalam mengambil prakarsa dan/atau
turut serta dalam pemecahan masalah sosial-kultur kewarganegaraan di lingkungannya.
4. Penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), yakni kemampuan peserta didik sebagai warga negara
untuk berpikir secara kritis dan bertanggungjawab tentang ide, instrumentasi, dan praksis demokrasi
konstitusional Indonesia.
5. Partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab (civic participation and civic responsibility),
yakni kesadaran dan kesiapan peserta didik sebagai warga negara untuk berpartisipasi aktif dan penuh
tanggung jawab dalam berkehidupan demokrasi konstitusional. (Dokumen Standar Kkompetensi Guru
Kelas mata pelajaran PKn Depdiknas, 2004)
Tujuan akhir dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah terwujudnya warga negara
yang cerdas dan baik, yakni warga negara yang bercirikan tumbuh-kembangnya kepekaan, ketanggapan,
kritisasi, dan kreativitas sosial dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
secara tertib, damai, dan kreatif, sebagai cerminan dan pengejawantahan nilai, norma dan moral
Pancasila. Para peserta didik dikondisikan untuk selalu bersikap kritis dan berperilaku kreatif sebagai
anggota keluarga, warga sekolah, anggota masyarakat, warga negara, dan umat manusia di
lingkungannya secara cerdas dan baik.
Proses pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil berbuat (learning by doing),
belajar memecahkan masalah sosial (social problem solving learning), belajar melalui perlibatan sosial
(socio-participatory learning), dan belajar melalui interaksi sosial-kultural sesuai dengan konteks
kehidupan masyarakat.
Begitu banyak permasalahan yang sedang bangsa kita hadapi, mulai dari yang sepeles amapi
ke persoalan yang vital. Salah satunya adalah masalah pendidikan dan substansi dalam
pendidikan tersebut. Sudah jelas bagi kita bahwa pendidikan yang murah masih sulit didapatkan
bagi masyarakat yang dalam taraf kesejahteraan yang masih “sulit”. Yang kedua adalah materi
pendidikan yang belum memenuhi kebutuhan dunia global. Selain belum sesuai dengan
kebutuhan globalisasi juga belum siap menghadapi globalisasi. Pada dasarnya materi atau
kurikulum yang masih sering berubah-ubah di tiap jenjang pendidikan menyebabkan tidak
stabilnya sistem pendidikan
Permasalahannya kurikulum belum sempat dilaksanakan secara menyeluruh di seluruh
Indonesia namun sudah dirubah ke kurikulum yang baru. Belum lagi isi materi yang diajarkan
berbeda-beda tiap daerah. Sehinga memunculkan ketidak merataan pendidikan bukan hanya dari
segi akses namun juga dari segi pemerataan kurikulum. Ada satu lagi yang cukup menjadi
perhatian saat ini adalah materi pendidikan kewarganegaraan khususnya Pancasila, muncul
sebuah fenomena yang umum yaitu Pancasila yanga hanya menjadi materi hafalan saja di
kalangan para pelajar
Belum lama ini Dirjen Dikti mengeluarkan Keputusan No. 356/Dikti/ Kep/1995 tentang
Kurikulum Inti Mata Kuliah Umum Pendidikan Pancasila pada Perguruan Tinggi di Indonesia.
Terhadap Keputusan Dirjen Dikti itu, beberapa perguruan tinggi mempertanyakan kedudukan
Matakuliah Filsafat Pancasila yang tidak lagi bersifat wajib bagi setiap program studi. Ada
perguruan tinggi dengan cepat menyatakan bahwa mata kuliah tersebut tidak perlu dicantumkan
dalamkurikulum, karena tidak ada ketentuan yang mewajibkannya. Namun ternyata ada juga
beberapa perguruan tinggi yang masih menyelenggarakan perkuliahan Filsafat Pancasila
Pancasila berarti memahami makna Pancasila dan posisinya. Artinya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara bahwa Pancasila mempunyai fungsi dan peranan tersendiri. Sudah jelas
bahwa Pancasila adalah dasar negara, namun disamping itu Pancasila mempunyai fungsi sebagai
pandangan hidup bangsa. Artinya bahwa pandangan hidup sebuah bangsa lahir dari kristalisasi
nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad
untuk mewujudkannya. Pandangan hidup merupakan masalah yang sangat asasi karena di
dalamnya merupakan perwujudan dari watak dan cita-cita moral yang sudah sejak lama tumbuh
dan berkembangg dalam kehidupan bangsa(Indonesia). Sehingga dikatakan bahwa Pancasila
sebagai Pandangan hidup bangsa Indonesia karena merupakan bentuk konkrit dari nilai-nilai
yang sudah turun-temurun dari nenek moyang dan kepribadian bangsa Indonesia. Selain itu
Pancasila sebagai dasar Negara disahkan dalam pembukaan UUD 1945 yang berrati kedudukan
pancasila yuridis-konstitusional yaitu bahwa Pancasila sebagai aturan dan norma tertinggi yang
harus dan memaksa semua yang ada dalam wilayah kekuasaan hukum negara RI mematuhinya,
mengembangkan dan melestarikannya. Dengan demikian kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara juga mempunyai makna bahwa Pancasila sebagai aturan tertinggi dimana semua
aturan wajib dan harus sesuai dengan Pancasila termasuk perturan perundang-undangan
Tujuan utama Pendidikan Pancasila adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran
berbangsa dan bernegara Indonesia, memiliki sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan
kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia,
mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan dan
kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ke-Tuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Secara konstitusional rakyat Indonesia, melalui MPR telah menyatakan bahwa : Pendidikan
Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia diarahkan untuk “meningkatkan kecerdasan
serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas dan mandiri, mampu membangun dirinya dan
masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa“. Disamping itu Pendidikan Pancasila juga bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh,
cerdas, kreatif. Terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta
sehat jasmani dan rohani.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya merupakan sumber
hukum dasar dalam negara Indonesia. Sebagai suatu sumber hukum dasar secara objektif Pancasila
merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang luhur yang
meliputi suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah
dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri negara ini menjadi lima sila yang ditetapkan secara
yuridis formal menjadi dasar filsafat negara Republik Indonesia.
Unsur-unsur yang merupakan materi pendidikan Pancasila diangkat dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakann kausa materialis (asal bahan) Pancasila.
Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga
Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara, ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Keanekaragaman suku,bangsa adat istiadat, dan agama yang berada pada ribuan pulau yang
berbeda sumber kekayaan alamnya, memungkinkan untuk terjadi keanekaragaman kehendak dalam
Negara karena tumbuhnya sikap premordalisme sempit, yang akhirnya memungkinkan dapat terjadi
konflik yang negatif, oleh karena itu dalam pendidikan dibutuhkan alat perekat bangsa dengan adanya
kesamaan cara pandang tentang visi dan misi negara melalui wawasan nusantara sekaligus akan menjadi
kemampuan menangkal ancaman pada berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Pancasila dan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pendidikan Pancasila adalah bentuk pengemblengan individu-individu agar mendukung dan
memperkokoh komunitas politik sepanjang komunitas politik itu adalah hasil kesepakatan.
Pendidikan Pancasila yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh
rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan perilaku yang :
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai–nilai falsafah
bangsa
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sadar akanhak dan kewajiban sebagai warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk kepentingan kemanusiaan,
bangsa dan negara.
Penjelasan Pasal 37 Ayat (1) UU RI No.20 Tahun 2003: " Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di
perguruan tinggi (Menurut SKep Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002. Agar mahasiswa:
1. Memiliki motivasi menguasai materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2. Mampu mengkaitkan dan mengimplementasikan dalam peranan dan kedudukan serta
kepentingannya, sebagai individu, anggota keluarga/masyarakat dan warganegara yang terdidik.
3. Memiliki tekad dan kesediaan dalam mewujudkan kaidah-kaidah nilai berbangsa dan bernegara
untuk menciptakan masyarakat madani.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi harus terus ditingkatkan guna menjawab
tantangan masa depan, sehingga keluaran peserta didik memiliki semangat juang yang tinggi dan
kesadaran bela negara sesuai bidang profesi masing-masing demi tetap tegak dan utuhnya NKRI
dan mampu menerapkan niai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Perguruan Tinggi perlu mendapatkan Pendidikan Pancasila karena Perguruan Tinggi
sebagai institusi ilmiah bertugas secara terus menerus mengembangkan ilmu pengetahuan dan
Perguruan Tinggi sebagai instrumen nasional bertugas sebagai pencetak kader-kader pemimpin
bangsa.
Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi diberikan pemahaman filosofi secara ilmiah
meliputi pokok-pokok bahasan Pancasila Dari uraian diatas, juga dapat di kemukakan bahwa
pendidikan Pancasila dan kewarganegaran mempunyai manfaat sebagai berikut :
a. Membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukan tujuan dalam kehidupan
manusia.
b. Sebagai bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitas dirinya.
c. Dapat memberikan kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
d. Untuk memahami, menghayati serta melakukan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan
nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila.
Saran
Dalam penyelesaian makalah ini masih banyak kesulitan yang dialami penulis maka pada
kesempatan ini penulis meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
menyempurnakan makalah ini dan untuk menulis makalah selanjutnya .