Disusun Oleh :
Dimas Wahyu Surya Darma
NPM.09.2018.1.00612
Dosen Pembimbing :
Taty Alfiyah, S.T., M.T.
NIP.
A. Analisa Kekeruhan
Prinsip Kerja
Menghitung jumlah cahaya yang diteruskan (dan mengkalkulasi jumlah cahaya yang
diabsorbsi) oleh partikel dalam suspense untuk menentukan konsentrasi substansi yang ingin
dicari. Karena menggunakan jumlah cahaya yang diabsorbsi untuk pengukuran konsentrasi,
maka jumlah cahaya yang diabsorbsi akan bergantung pada :
1. Jumlah partikel
2. Ukuran partikel.
sinar yang datang mengenai suatu partikel ada yang diteruskan dan ada yang
dipantulkan, maka sinar yang diteruskan digunakan sebagai dasar pengukuran(Day and
Underwood, 2002)
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui tingkat kekeruhan sampel air.
Tinjauan Pustaka
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup
dibumi, fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air
yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk
mencukupi kebutuhan air dalam tubuh manusia itu sendiri. Kehilangan air untuk 15% dan
berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karena orang
dewasa perlu meminum minimal sebanyak 1,5 liter – 2 liter sehari untuk keseimbangan
dalam tubuh dan membantu proses metabolisme.( Juli Soemirat.2007 )
Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan, yang biasanya
dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan misalnya air. Salah satu parameter mutu yang
sangat vital adalah kekeruhan yang kadang-kadang diabaikankarena dianggap sudah cukup
dilihat saja atau alat ujinya yang tidak ada padahal haltersebut dapat berpengaruh terhadap
mutu. Oleh sebab itu untuk mengendalikanmutu dilakukan uji kekeruhan dengan alat
turbidimeter (Wulandari, dkk. 2014).
Pengukuran merupakan kegiatan pembandingan secara kuantitatif antara standar yang
telah ditentukan sebelumnya dengan yang diukur. Untuk keperluan tersebut kita memerlukan
instrument/alat ukur dengan metode pengukuran tertentu. Kegiatan pengukuran memberikan
hasil berupa besaran yang dinyatakan dengan bilangan da satuan yang bersangkutan. Hasil
pengukuran sering kali tidak tepat. Pengukuran idealnya adalah mengukur masukkan yang
diinginkan. Tetapi pengukuran juga tidak pernah lepas dari adanya masukan gangguan dan
masukan ubahan (Yuniarti, Bernadeta. 2007).
Tingkat kekeruhan air biasanya disebut Turbiditas. Turbiditas pada air disebabkan oleh
adanya material suspensi, seperti tanah liat/lempung, endapan lumpur, partikel organik yang
koloid, plankton, dan organisme mikroskop lainnya ( Sutrisno, Totok.2004).
Turbiditas biasanya diukur dengan turbidimeter yang berprinsip pada spektroskopi
absorbsi, dan yang diukur adalah absorbsi akibat partikel yang tercampur. Turbiditas juga
biasa diukur dengan turbidimeter atau nephelometer yang berprinsip pada hamburan sinar
dengan peletakkan detektor pada sudut 90° dari sumber sinar dan yang diukur adalah
hamburan cahaya oleh campurannya ( Khopkar, 1990). Tingkat kekeruhan atau turbiditas ini
ditunjukkan dengan satuan pengukuran yaitu Nephelometric Turbidity Units (NTU).
Berdasarkan ketentuan dari badan kesehatan dunia (WHO), batas maksimum tingkat
kekeruhan air minum yang memenuhi syarat adalah 5 NTU (Sutrisno, Totok.2004).
Alat dan Bahan
1.4.1. Alat
1. Beaker Glass
2. Tabung Turbiditas
3. Turbidimetri
1.4.2 Bahan
1. Sampel air sungai depan STIESIA
2. Aquades
Skema Kerja
10 7.31
0
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
GRAFIK ANALISA pH
8 7.2 7.3 7.2 7.4 7 7.2
7
6
PH METER
5
4
3
2
1
0
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
AXIS TITLE
1 2 3 4 5 6
Menambahkan 20 tetes
indikator PP ke dalam
sampel air
2.1.1.4 2.5.2. Skema Kerja Alkalinitas
Menambahkan 20 tetes
indikator PP ke dalam sampel
air
menambahkan 20 tetes
indikator MO ke dalam
sampel air.
= 257,112 ml/l
Pembahasan
Tabel 3.2 Analisa Perhitungan Kesadahan Total
No. Kelompok Kesadahan Total Lokasi Pengambilan Sampel
1. Kelompok 1 264,242 Sungai UHT
2. Kelompok 2 285,68 Sungai UNTAG
3. Kelompok 3 257,112 Sungai STIESIA
4. Kelompok 4 385,668 Sungai Kalibokor
5. Kelompok 5 271,396 Sungai Bundaran ITS
6. Kelompok 6 535,65 Sungai UNAIR Kampus C
Sumber: Data Kelompok
600 535.65
500
386
400
200
100
0 1 2 3 4 5 6
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
Gambar 3.1 Analisa kesadahan total dari sampel air sungai
Dalam hasil uji Analisa kesadahan total dapat diketahui sampel air Sungai UHT,
Sungai UNTAG, Sungai STIESIA, Sungai Kalibokor, Sungai Bundaran ITS, dan Sungai
Unair kampus C memiliki kesadahan dengan tingkatan tersendiri terlihat dari contoh grafik
sungai dengan kesadahan total dimiliki oleh air sungai Depan Kampus Untag dengan tingkat
kesadahan total 285,68,kemudian diikuti dengan sungai bundaran ITS dengan tingkat
kesadahan total 271,396 , selanjutnya sungai UNAIR Kampus C dengan tingkat kesadahan
total 535,65 selanjutnya sungai depan Kampus UHT dengan tingkat kesadahan total 264,242,
dilanjut dengan sungai depan kampus STIESIA dengan tingkat tingkat kesadahan total
257,112 dan yang terakhir sungai kali bokor dengan tingkat tingkat kesadahan total 385,668
Pada praktikum Analisa kesadahan dapat kita ketahui dengan mencampur sampel air
dengan EBT dan menambahkan larutan buffer serta Mentitrasi dengan larutan EDTA 0,0357
1 N sebanyak 3,6 ml
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Bahwa hasil kasadahan total sampel air sungai depan kampus STIESIA sebesar
257,112 ml/l
2.Pada hasil semua sampel air sungai Unair Kampus C memiliki kesadahan total
535,65 ml/l
3.Pada hasil semua sampel air sungai depan Kampus STIESIA memiliki kesadahan
total 257,112 ml/l
4.Peratuan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990 dengan parameter kimiawi yaitu
500mg/l untuk air minum, semua sampel air berada dibawah rata-rata dan
kesadahan tertinggi yang melampui batas dimiliki oleh sungai UNAIR Kampus C
Daftar Pustaka
[1] Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
[2] O-fish. 2007. Ikan Nila. Ofish Forum. Jakarta.
[3] Boyd, C.E. 1988. Water Quality in warmwater Fish Ponds. Fourth Printing.
Auburn University Agricultural Experiment Stastion, Alabama. USA.
[4] Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan. 2015. Modul Mengidentifikasi
Parameter Kualitas Air. Jakarta. Badan Pengembangan SDM dan
Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
[5] Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Cetakan Ketiga Belas. Kanisius,
Yogyakarta.
[6] Ishan. 2011. Analisa Kimia Sampel Air Sungai : Penemuan Kesadahan
Total dan Sementara Dalam Air Sungai.