Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

Disusun Oleh :
Dimas Wahyu Surya Darma
NPM.09.2018.1.00612

Dosen Pembimbing :
Taty Alfiyah, S.T., M.T.
NIP.

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
TAHUN 2019
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
BAB I
ANALISA KEKERUHAN DAN pH

A. Analisa Kekeruhan
Prinsip Kerja
Menghitung jumlah cahaya yang diteruskan (dan mengkalkulasi jumlah cahaya yang
diabsorbsi) oleh partikel dalam suspense untuk menentukan konsentrasi substansi yang ingin
dicari. Karena menggunakan jumlah cahaya yang diabsorbsi untuk pengukuran konsentrasi,
maka jumlah cahaya yang diabsorbsi akan bergantung pada :
1. Jumlah partikel
2. Ukuran partikel.
sinar yang datang mengenai suatu partikel ada yang diteruskan dan ada yang
dipantulkan, maka sinar yang diteruskan digunakan sebagai dasar pengukuran(Day and
Underwood, 2002)
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui tingkat kekeruhan sampel air.

Tinjauan Pustaka
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup
dibumi, fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air
yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk
mencukupi kebutuhan air dalam tubuh manusia itu sendiri. Kehilangan air untuk 15% dan
berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karena orang
dewasa perlu meminum minimal sebanyak 1,5 liter – 2 liter sehari untuk keseimbangan
dalam tubuh dan membantu proses metabolisme.( Juli Soemirat.2007 )
Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan, yang biasanya
dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan misalnya air. Salah satu parameter mutu yang
sangat vital adalah kekeruhan yang kadang-kadang diabaikankarena dianggap sudah cukup
dilihat saja atau alat ujinya yang tidak ada padahal haltersebut dapat berpengaruh terhadap
mutu. Oleh sebab itu untuk mengendalikanmutu dilakukan uji kekeruhan dengan alat
turbidimeter (Wulandari, dkk. 2014).
Pengukuran merupakan kegiatan pembandingan secara kuantitatif antara standar yang
telah ditentukan sebelumnya dengan yang diukur. Untuk keperluan tersebut kita memerlukan
instrument/alat ukur dengan metode pengukuran tertentu. Kegiatan pengukuran memberikan
hasil berupa besaran yang dinyatakan dengan bilangan da satuan yang bersangkutan. Hasil
pengukuran sering kali tidak tepat. Pengukuran idealnya adalah mengukur masukkan yang
diinginkan. Tetapi pengukuran juga tidak pernah lepas dari adanya masukan gangguan dan
masukan ubahan (Yuniarti, Bernadeta. 2007).
Tingkat kekeruhan air biasanya disebut Turbiditas. Turbiditas pada air disebabkan oleh
adanya material suspensi, seperti tanah liat/lempung, endapan lumpur, partikel organik yang
koloid, plankton, dan organisme mikroskop lainnya ( Sutrisno, Totok.2004).
Turbiditas biasanya diukur dengan turbidimeter yang berprinsip pada spektroskopi
absorbsi, dan yang diukur adalah absorbsi akibat partikel yang tercampur. Turbiditas juga
biasa diukur dengan turbidimeter atau nephelometer yang berprinsip pada hamburan sinar
dengan peletakkan detektor pada sudut 90° dari sumber sinar dan yang diukur adalah
hamburan cahaya oleh campurannya ( Khopkar, 1990). Tingkat kekeruhan atau turbiditas ini
ditunjukkan dengan satuan pengukuran yaitu Nephelometric Turbidity Units (NTU).
Berdasarkan ketentuan dari badan kesehatan dunia (WHO), batas maksimum tingkat
kekeruhan air minum yang memenuhi syarat adalah 5 NTU (Sutrisno, Totok.2004).
Alat dan Bahan
1.4.1. Alat
1. Beaker Glass
2. Tabung Turbiditas
3. Turbidimetri
1.4.2 Bahan
1. Sampel air sungai depan STIESIA
2. Aquades
Skema Kerja

Mengambil sampel air dari sungai depan


kampus STIESIA

menuangkan sampel air kedalam gelas


beaker sebanyak 50 ml
Menuangkan sampel yang terdapat pada
gelas beaker kedalam botol turbidimeter

Mengukur kekeruhan dengan alat


turbidimeter

Melakukan pencatatan dari hasil


pengukuran.

Gambar 0.1 Skema Kerja Analisa Kekeruhan

Hasil Pengamatan dan Analisa Pembahasan


Hasil Pengamatan
Tabel 0.1 hasil pengamatan kekeruhan air sungai depan kampus STIESIA
No. Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Mengambil sampel air Air sungai berwarna
sungai depan STEISIA kehijau-hijauan dan
menggunakan jerigen mengalir dengan
2L. lancar akibat hujan
yang turun semalam.

2. Menuangkan sampel air Sampel air sungai


sebanyak 50 ml ke dalam tidak berwarna tetapi
beaker glass. keruh.
No. Perlakuan Pengamatan Gambar
3. Menuangkan sampel air Tidak begitu jelas
ke tabung turbidititas terlihat partikel-
sebanyak 10 ml. partikel zat padat.

4. Melakukan pengukuran Hasil kekeruhan dari


menggunakan sampel air sungai
turbiditymeter depan STEISIA
adalah 15,59 NTU

Sumber : Dokumentasi Pribadi


Analisa perhitungan
Pada analisa perhitungan tingkat kekeruhan sungai depan STIESIA dengan alat
turbidimeter keluar nilai 15,59 NTU dimana hasil tingkat NTU ini melebihi ambang batas
yang ditetapkan oleh Nilai kekeruhan pada sampel berdasarkan SK MENKES
NO.907/MENKES/SK/VII/2012 melebihi ambang batas yang di 5 NTU. Sedangkan pada
sampel air sungai depan kampus STIESIA >5 NTU
Tabel 0.2 analisa perhitungan
No Kelompok Kekeruhan (NTU) Lokasi Pengambilan Sampel
1 Kelompok 1 17,53 Sungai UHT
2 Kelompok 2 62 Sungai UNTAG
3 Kelompok 3 15,59 Sungai STIESIA
4 Kelompok 4 7,31 Sungai Kalibokor
5 Kelompok 5 42,06 Sungai Bundaran ITS
6 Kelompok 6 31,65 Sungai UNAIR Kampus C
Sumber : Data Kelompok
70
62 GRAFIK KEKERUHAN
60
50
42.06
40
31.65
30
20 17.53 15.59

10 7.31

0
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6

Gambar 1.0.2 Perbandingan nilai NTU semua sampel air


Pembahasan
Dalam hasil uji kekeruhan dapat diketahui sampel air Sungai UHT, Sungai UNTAG,
Sungai STIESIA, Sungai Kalibokor, Sungai Bundaran ITS, dan Sungai Unair kampus C
memiliki Kekeruhan dengan tingkatan tersendiri terlihat daric ontoh grafik sungai dengan
tingkat kekeruhan tertinggi dimiliki oleh air sungai Depan Kampus Untag dengan tingkat
kekeruhan 62 NTU,kemudian diikuti dengan sungai bundaran ITS dengan tingkat kekeruhan
42,06 NTU,selanjutnya sungai UNAIR Kampus C dengan tingkat kekeruhan 31,65 NTU
selanjutnya sungai depan Kampus UHT dengan tingkat kekeruhan 17,53 NTU dilanjut
dengan sungai depan kampus STIESIA dengan tingkat kekeruhan 15,59 NTU dan yang
terakhir sungai kali bokor dengan tingkat kekeruhan 7,31 NTU
Turbidity atau kekeruhan adalah adanya partikel koloid dan supensi dari suatu bahan
pencemar antara lain beberapa bahan organik dan bahan anorgnik dari buangan industri,
rumah tangga, budidaya perikanan dan sebagainya yang terkandung dalam perairan.
Kekeruhan dapat disebabkan oleh bahan-bahan tersupensi yang yang bervariasi dari ukuran
koloidal sampai dispersi kasar , tergantung derajat turbelensinya.
Turbidimeter digunakan dengan satuan NTU atau Nephelometric Turbidity Unit.
Satuan NTU dipergunakan untuk menggambarkan tingkat kekeruhan, Nephelometris
dimaksudkan pada cara kerja instrument tersebut, nephelometer mengukur seberapa banyak
cahaya yang dipancarkan oleh partikel tersuspensi yang terdapat di dalam air.
Dalam menentukan kekeruhan kita mengambil sampel air di sungai dengan kedalaman
kurang lebih 20cm dari permukaan kemudia ambil sedikit sampel air untuk dimasukan
kedalam tabung turbidity ,kemudian cek dengan turbidimeter.
Pada hasil tingkat kekeruhan seluruh sungai yang diuji sampel airnya ,diketahui bahwa
sungai depan kampus UNTAG memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi yakni 62 NTU dan
Tingkat kekeruhan sungai terendah dimiliki oleh sungai kalibokor dengan tingkat kekeruhan
7,1.Pada nilai kekeruhan pada sampel berdasarkan SK MENKES
NO.907/MENKES/SK/VII/2012 melebihi ambang batas yang di 5 NTU. Sedangkan pada
semua sampel melebihi >5 NTU maka dapat diketahui bahwa semua sungai memiliki tingkat
kekeruhan diatas batas ambang.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1.Dengan menggunakan alat turbidimeter didapatkan nilai kekeruhan sampel air
tertinggi wilayah air sungai depan UNTAG dengan 62 NTU
2.Dengan menggunakan alat turbidimeter didapatkan nilai kekeruhan sampel air
terendah wilayah air sungai Kalibokor 7,31 NTU
3.Nilai kekeruhan pada sampel berdasarkan SK MENKES
NO.907/MENKES/SK/VII/2012 melebihi ambang batas yang di 5 NTU. Sedangkan
pada semua sampel melebihi >5 NTU
4. Kekeruhan total 7,37 NTU
5. Berdasar nilai kekeruhan air tidak dapat diminum
Daftar Pustaka
[1] Day and Underwood, 2002.Analisis Kimia Kuantitatif,Jakarta,Erlangga.
[2] Slamet, Juli Soemirat.2007.Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
[3] Sutrisno, Totok.2004.Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka
Cipta.
[4] Yuniarti, Bernadeta. 2007. Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air
MenggunakanTurbidimeter Berdasarkan Prinsip Hamburan Cahaya
.Program Studi Fisika.Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Sanata Dharma:Yogyakarta
[5] Wulandari, dkk. 2014. Instrumentasi Alat Laboratorium “Turbidimeter &
Densitometer.Politeknik Kesehatan Banjarmasin
B. Analisa pH
Prinsip Kerja
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro kimia
yang terjadi antara larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas yang telah diketahui dengan
larutan yang terdapat di luar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan
tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil
dan aktif. Elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen
atau diistilahkan dengan potential of hidrogen.
Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan suatu elektroda pembanding. Sebagai
catatan, alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan. Skema elektroda
pH meter akan mengukur potensial listrik antara Merkuri Klorid (HgCl) pada elektroda
pembanding dan potassium chloride (KCl) yang merupakan larutan di dalam gelas elektroda
serta petensial antara larutan dan elektroda perak. Tetapi potensial antara sampel yang tidak
diketahui dengan elektroda gelas dapat berubah tergantung sampelnya. Oleh karena itu, perlu
dilakukan kalibrasi dengan menggunakan larutan yang equivalent yang lainnya untuk
menetapkan nilai pH.( ONNY, 2017 )
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk menentukan tingkat keasaman atau kebasaan dalam
suatu sampel air melalui konsentrasi ion Hidrogen (H+).
Tinjauan Pustaka
Kualitas air yang baik ini minimal mengandung oksigen terlarut sebanyak lebih 5 mg/l.
Oksigen terlarut ini dapat ditingkatkan dengan menambah oksigen ke dalam air dengan
menggunakan aerator atau air yang terus mengalir. Kelebihan plankton dapat menyebabkan
kandungan oksigen didalam air menjadi berkurang. Maka dengan itu plankton dalam kolam
harus selalu dipantau (Ansori, 2008).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas,
pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran
kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang, 2006).
Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan berbagai
pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan (Krisnandi, Y.K. 2009).
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion
hidrogen (HKoefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental,
sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional +) yang terlarut (Sururi, 1998).
Derajat keasaman atau pH adalah konsentrasi ion hidrogen yang sangat kecil. pH
didefinisikan sebagai logaritma basis -10 dari konsentrasi ion hydrogen (Shahrulakaram &
Johari, 2016). Salah satu hal penting dalam mengetahui kandungan pH adalah untuk
bercocok tanam, tumbuhan membutuhkan nilai pH tertentu untuk memperoleh pertumbuhan
yang optimal. Salah satu dari kandungan nutrisi yang saat ini telah dapat diukur adalah
kandungan pH(potential of hydrogen). Pertumbuhan tanaman akan subur jika nilai pH
nutrisinya berada dikisaran 6 hingga 7,6. (Banu & Febrian, 2017)
pH meter adalah alat ukur yang dapat memberikan informasi mengenai derajat
keasaman suatu larutan. Alat ukur ini menggunakan sebuah probe yang terbuat dari silinder
kaca nonkonduktor yang berfungsi sebagai sensornya. Dengan memanfaatkan senyawa HCl
yang merendam kawat elektroda, alat ini mampu mengukur derajat keasaman yang
terkandung dalam air. Namun, terdapat beberapa permasalahan yang dialami saat proses
penggunaan alat ukur tersebut, diantaranya proses kalibrasi, lifetime alat ukur, tingkat akurasi
hasil pengukuran dan sebagainya. (ONNY, 2017)
Selama dua dekade terakhir, pengembangan serta aplikasi sensor kimia dan biosensor
tumbuh dengan pesat. Di antara semua sensor, sensor pH telah mendapatkan banyak
perhatian, karena pentingnya pengukuran pH di berbagai bidang penelitian dan aplikasi
praktis. Sensor pH berbasis serat optik kini menjadi alternatif selain elektroda didalam
penggunaannya untuk pengukuran pH dan menawarkan berbagai kelebihan seperti kekebalan
dari gangguan listrik, keakuratan yan lebih baik dan kemungkinan untuk aplikasi
penginderaan jauh (Adil, 2006).
Alat dan Bahan
Alat
1. Beaker Glass
2. pH-meter
Bahan
1. Sampel air sungai 50 ml
Skema Kerja

Mengambil sampel air dari sungai depan


kampus STIESIA

Menuangkan sampel air sebanyak 50 ml


ke dalam beaker glass

Mengukur menggunakan alat pH meter

Melakukan pencatatan dari hasil


pengukuran
Gambar 0.3 Skema kerja Analisa pH

Hasil Pengamatan dan Analisa


Hasil Pengamatan
Tabel 0.3 Hasil Pengamatan pH Air Sungai Depan STIESIA
No. Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Mengambil sampel air Air sungai berwarna
sungai depan STIESIA kehijau-hijauan dan
menggunakan jerigen mengalir dengan
2L. lancar akibat hujan
yang turun semalam.

2. Menuangkan sampel air Sampel air sungai


sebanyak 50 ml ke dalam tidak berwarna tetapi
beaker glass. keruh.
No. Perlakuan Pengamatan Gambar
3. Melakukan pengukuran Nilai pH dari sampel
menggunakan pH-meter air sungai depan
STEISIA adalah 7,2

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Analisa Perhitungan
Dalam penentuan tingkatan asam dan basa sungai depan kampus stiesia dengan alat
pH meter yang dimana keluar hasil bahwa air sungai depan STIESIA memiliki tingkatan
pH 7,2 yang digolongkan Netral
Tabel 0.4Analisa Perhitungan pH
No. Kelompok pH Lokasi Pengambilan Sampel
1. Kelompok 1 7,2 Sungai UHT
2. Kelompok 2 7,3 Sungai UNTAG
3. Kelompok 3 7,2 Sungai STIESIA
4. Kelompok 4 7,4 Sungai Kalibokor
5. Kelompok 5 7 Sungai Bundaran ITS
6. Kelompok 6 7,2 Sungai UNAIR Kampus C
Sumber: Data Kelompok

GRAFIK ANALISA pH
8 7.2 7.3 7.2 7.4 7 7.2
7
6
PH METER

5
4
3
2
1
0
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
AXIS TITLE

1 2 3 4 5 6

Gambar 0.4 Perbandingan tingkatan pH semua sampel air


Pembahasan
Dalam hasil uji Analisa pengukuran pH dapat diketahui sampel air Sungai UHT,
Sungai UNTAG, Sungai STIESIA, Sungai Kalibokor, Sungai Bundaran ITS, dan Sungai
Unair kampus C memiliki pengukuran pH dengan tingkatan tersendiri terlihat dari contoh
grafik sungai dengan Analisa pH dimiliki oleh air sungai Depan Kampus Untag dengan
tingkat pH 7,3 ,kemudian diikuti dengan sungai bundaran ITS dengan tingkat tingkat pH 7,
selanjutnya sungai UNAIR Kampus C dengan tingkat tingkat pH 7,2 selanjutnya sungai
depan Kampus UHT dengan tingkat tingkat pH 7,2 dilanjut dengan sungai depan kampus
STIESIA dengan tingkat tingkat pH 7,2 dan yang terakhir sungai kali bokor dengan tingkat
tingkat pH 7,4
Keasaman (pH) larutan dapat diukur kadarnya dengan menggunakan alat pH meter,
dimana pH adalah tingkat keasaman atau kebasaan suatu zat yang diukur dengan skala antara
0 hingga 14. Instrumen pH meter adalah sebuah alat elektronik yang digunakan untuk
mengukur pH (kadar keasaman atau alkalinitas) ataupun basa dari suatu larutan.
Dalam menentukan kekeruhan kita mengambil sampel air di sungai dengan kedalaman
kurang lebih 20cm dari permukaan kemudia ambil sedikit sampel air untuk dimasukan
kedalam tabung turbidity ,kemudian cek dengan turbidimeter.
Dalam menentukan tingkatan pH kita mengambil sampel air di sungai dengan
kedalaman kurang lebih 20cm dari permukaan kemudia ambil sedikit sampel air kemudian
cek dengan pHmeter.
Dalam hasil Analisa pengukuran pH air sungai dapat diketahui bahwa pH tertinggi
dimiliki oleh sungai kalibokor dengan pH 7,4 (netral),serta pH terendah dimiliki oleh sungai
bundaran ITS dengan nilai pH 7 ( netral )
Semua hasil pH meter sampel air sungai rata rata 7 masih berada di rata-rata baku
mutu air sungai menurut PP NO.82 Tahun 2001 pengolahan air sungai dengan kisaran pH
antara 6-9.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Bahwa dengan menggunakan alat pH meter, didapatkan nilai pH tertinggi pada
Semua sungai kali bokor dengan pH 7,4
2.Bahwa dengan menggunakan alat pH meter, didapatkan nilai pH terendah pada
sungai bundaran ITS dengan pH 7
3. Pengukuran pH meter merupakan suatu cara untuk menentukan suatu asam dan
basa pada suatu sampel air
4.hasil Analisa pH meter sampel air sungai 7 masih berada di rata-rata baku mutu
air sungai menurut PP NO.82 Tahun 2001 pengolahan air sungai dengan kisaran
pH antara 6-9 ,
Daftar Pustaka
[1] Adil, R. 2006. Klasifikasi Kinerja Tingkat Keasaman dan Berat Jenis pada
Uji coba Susu Hewani Segar Berbasis PC. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya
[2] Ansori, A.K. 2008. Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir di PDAM Tirtanadi
Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri. Karya Ilmiah.
Program Studi Diploma III Kimia Analis Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Diploma III Kimia
Analis Universitas Sumatera Utara. Medan.
[3] Banu S., Febrian H. 2017. Evaluasi Sensor Fit0348 Sebagai Alat Ukur Potential
Of Hydrogen (pH) Larutan. Jurnal Elektro Telekomunikasi
[4] Effendi,H.2003.Telaah Kualitas Air.Yogyakarta.Ganesha
[5] Krisnandi, Y.K. 2009. Kimia Dalam Air. Bahan ajar. KBI Kimia Anorganik
Universitas indonesia. Jakarta.
[6] ONNY, 2017. Prinsip Kerja pH Meter,Yogyakarta,Ganesha
[7] Sihotang,C. dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan UR. Pekanbaru.
[8] Sururi, A. B. 1998. Analisa Performansi Sensor Ph Berbasis Fiber Optik
Berdasarkan Pengamatan Kondisi Sol-Gel Pada Optrode. ITS-Press,
Surabaya.
2 BAB II
ANALISA ASIDITAS – ALKALINITAS
2.1. Prinsip Kerja
Prinsip metode ini adalah ion hidrogen hadir dalam sampel sebagai akibat disosiasi
atau hidrolisis zat terlarut bereaksi dengan penambahan alkali standar. Keasamn ph titik
akhir atau indikator yang digunakan. Konstruksi kurva titrasi dengan merekam sampel ph
setelah penambahan titran kecil yang terukur memungkinkan identifikasi titik belok dan
kapasitas buffering jika ada dan memungkinkan keasaman untuk ditentukan sehubungan
dengan ph yang diinginkan. Dalam titrasi asam tunggal seperti dalam standarisasi reagen,
titik akhir paling akurat diperoleh dari titik belok kurva titrasi. Untuk titrasi kontrol rutin
atau perkiraan awal keasaman yang cepat, perubahan warna indikator dapat digunakan
untuk titik akhir.
2.2.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk mengenalkan metode titrasi untuk mendapatkan
sifat asiditas atau alkalinitas suatu sampel air.
2.3.Tinjauan Pustaka
2.4.Alat dan Bahan
2.1.1.1 2.4.1. Alat
1. Erlenmeyer 250 ml
2. Pipet tetes
3. Buret (ml) dan Klem
2.1.1.2 2.4.2 Bahan
1. Sampel air sungai 25 ml
2. Indikator PP (Phenol Phtalin) 0.01 N
3. Indikator MO (Methyl Orange) 0.01 N
4. Larutan Hcl
5. Larutan NaOH
2.5.Skema Kerja
2.1.1.3 2.5.1. Skema Kerja Asiditas-Alkalinitas

Mengambil sampel air


sungai di

Menuangkan sampel air


sungai sebanyak 25 ml ke
dalam erlenmeyer 250 ml

Menambahkan 20 tetes
indikator PP ke dalam
sampel air
2.1.1.4 2.5.2. Skema Kerja Alkalinitas

Mengambil sampel air sungai di

Menuangkan sampel air sungai


sebanyak 25 ml ke dalam
erlenmeyer 250 ml

Menambahkan 20 tetes
indikator PP ke dalam sampel
air

Menitrasi sampel menggunakan


larutan NaOH 0.1 N sebanyak ...
ml

menambahkan 20 tetes
indikator MO ke dalam
sampel air.

Menitrasi sampel menggunakan


larutan HCl0.1 N sebanyak ... ml

Melakukan analisa dan


perhitungan

2.6.Hasil Pengamatan dan Analisa


2.7.Kesimpulan
2.8.Daftar Pustaka
3 BAB III
ANALISA KESADAHAN TOTAL
(KALSIUM DAN MAGNESIUM)
Prinsip Kerja
Asam Ethylenediaminetetraacetic dan natriumnya garam (disingkat EDTA)
membentuk kompleks larut kelat ketika ditambahkan ke larutan kation logam tertentu. Jika
sejumlah kecil pewarna seperti Eriochrome Black T atau Calmagite ditambahkan ke larutan
air yang mengandung ion kalsium dan magnesium pada a pH 10,0 0,1, larutan menjadi
anggur merah. Jika EDTA adalah ditambahkan sebagai titran, kalsium dan magnesium akan
menjadi kompleks, dan ketika semua magnesium dan kalsium telah kompleks solusi berubah
dari anggur merah menjadi biru, menandai titik akhir titrasi. Ion magnesium harus ada
menghasilkan titik akhir yang memuaskan. Untuk memastikan ini, sejumlah kecil
ditambahkan garam magnesium kompleks-netral EDTA buffer; ini secara otomatis
memperkenalkan magnesium yang cukup dan meniadakan perlunya koreksi kosong.
Ketajaman titik akhir meningkat dengan meningkatnya pH.Namun, pH tidak dapat
ditingkatkan tanpa batas karenabahaya kalsium karbonat, CaCO atau magnesium hidroksida,
Mg (OH)23, dan karena pewarna berubah warna padanilai pH tinggi. PH tertentu 10,0 0,1
adalah memuaskankompromi. Batas 5 menit ditetapkan selama durasi titrasi untuk
meminimalkan kecenderungan CaCO pengendapan.(HARDNESS (2340)/EDTA,Titrimetric
Method; Standard Methods Commste,1997)
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui besarnya kadar kesadahan total yang
terdapatdalam sampel air.
Tinjauan Pustaka
Istilah air sadah (hard water) secara umum digunakan untuk menjelaskan tentang air
yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan konsentrasi tinggi. Namun
kesadahan air itu terjadi apabila ion-ion tersebut bereaksi dengan ion-ion hidrogen karbonat
(bikarbonat/HCO3-), sulfat (SO42-), atau klorida (Cα-) (Boyd, 1988).
Peraturan yang digunakan untuk standard baku kesadahan yaitu pada Peratuan
Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Bedasarkan PERMENKES No. 416 tahun 1990, baku mutu standar parameter kesadahan
yaitu 500 mg/l untuk air bersih.12 Selain itu, peraturantentang air yang mengatur baku mutu
standar parameter kesadahan totalterdapat pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 452 Tahun
2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum menyebutkan bahwa standar baku mutu
kesadahan yang digolongkan dalam parameter tidak langsung berhubungan dengan
kesehatan, parameter kimiawi yaitu 500mg/l untuk air minum. Kesadahan menggambarkan
kandungan garam-garam alkali tanah. Karena dalam perairan tawar, kesadahan didominasi
oleh ion Ca dan Mg, maka kesadahan diidentikan dengan kandungan garam-garam tersebut.
Klasifikasi kesadahan dalam perairan dibagi menjadi dua yaitu :
1) Perairan lunak (soft water), jika nilai kesadahan (hardness) mencapai nilai< 50
ppm CaCO3
2) Perairan Sadah (hard water), jika nilai kesadahan (hardness) mencapai nilai > 50
ppm CaCO3
Kesadahan/Hardness mempunyai 2 sifat yaitu:
1) Hardness temporer, terjadi karena ion Ca dan Mg bikabonat mudah berubah
(mengendap) pada proses pemanasan, sesuai proses :
Ca (HCO3)2 CaCO3 + H2O + CO2
2) Hardness permanen, terjadi karena melarutkan ion Ca dan Mg karbonat dan garam
dari asam organik
(CaSO4) Total Hardness = Hardness permanen + Hardness temporer
Effendi (2003) menyebutkan bahwa kesadahan yang tinggi dapat menghambat sifat
toksik dari logam berat karena kation-kation penyusun kesadahan (Kalsium dan
Magnesium) membentuk senyawa kompleks dengan logam berat tersebut. Misalnya
toksisitas 1 ppm timbal pada perairan dengan nilai kesadahan rendah dapat mematikan
ikan, akan tetapi pada kesadahan 150 ppm CaCO3 terbukti tidak berbahaya bagi ikan.
Effendi (2003
Alat dan Bahan
Alat
1. Erlenmeyer 100 ml
2. Pipet 1 ml
3. Pipet 25 ml
4. Buret (ml) dan Klem
5. Gelas arloji
6. Neraca analitik
Bahan
1. Sampel air sungai 25 ml
2. Bubuk indikator Eriochrom Black R (Calcon) atau EBT 0,5 gr
3. Larutan buffer pH 10 2 ml
4. Larutan complexon III EDTA 0,0357 1N
3.1. Skema Kerja

Mengambil sampel air dari sungai depan kampus STIESIA

Mengambil sampel air 25 ml menggunakan pipet lalu memindahkan ke


dalam tabung erlemeyer

Menimbang EBT sebanyak 0,5 gr menggunakan neraca analitik

Menambahkan 2 ml larutan buffer pH 10 menggunakan pipet 1 ml lalu


mengaduk hingga homogen

Mencampur EBT ke dalam sampel hingga berubah warna menjadi hitam

Menitrasi sampel air dengan larutan EDTA 0,0357 1N sebanyak 3,6 ml

Mencatatat hasil titrasi setelah warna sampel berubah menjadi kebiruan

Melakukan pencatatan dari hasil pengukuran dan melakukan Perhitungan


Hasil Pengamatan dan Analisa
Hasil Pengamatan Kesadahan Total
Tabel 3.1Pengamatan Kesadahan Total Pada Sungai Depan STIESIA
No. Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Mengambil sampel air Air sungai berwarna
sungai depan STEISIA kehijau-hijauan dan
menggunakan jerigen mengalir dengan
2L. lancar akibat hujan
yang turun semalam.

2. Mengambil sampel Sampel air sungai


dengan menggunakan sedikit bewarna
pipet sebanyak 25 ml kuning kecoklatan
tetapi keruh

3. Menimbang EBT Bubuk EBT berwarna


sebanyak 0,5 gr hitam
menggunakan neraca
analitik

4. Mencampurkan EBT ke Sampel berubah


dalam sampel warna menjadi hitam
No. Perlakuan Pengamatan Gambar
5. Menambahkan 2 ml Tidak terjadi
larutan buffer pH 10 perubahan warna,
menggunakan pipet 1 ml tetap hitam
lalu mengaduk hingga
homogen

6. Mentitrasi dengan Terjadi perubahan


larutan EDTA 0,0357 1 warna menjadi
N sebanyak 3,6 ml kebiruan

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Analisa Perhitungan
Perhitungan kesadahan total sampel air pada Sungai Kalibokor menggunakan titrasi
EDTA
Diketahui :
• a = 3,6 ml
• N = 0,03571 N
Penyelesaian :
1000
Kesadahan Total (ml/l CaCO3) = 𝑣𝑜𝑙.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x a x N x 50
1000
= x 3,6 x 0,03571 x 50
25

= 257,112 ml/l
Pembahasan
Tabel 3.2 Analisa Perhitungan Kesadahan Total
No. Kelompok Kesadahan Total Lokasi Pengambilan Sampel
1. Kelompok 1 264,242 Sungai UHT
2. Kelompok 2 285,68 Sungai UNTAG
3. Kelompok 3 257,112 Sungai STIESIA
4. Kelompok 4 385,668 Sungai Kalibokor
5. Kelompok 5 271,396 Sungai Bundaran ITS
6. Kelompok 6 535,65 Sungai UNAIR Kampus C
Sumber: Data Kelompok

GRAFIK ANALISA KESADAHAN TOTAL


ml/l

600 535.65
500
386
400

300 264.242 285.68 257.112 271.396

200

100

0 1 2 3 4 5 6
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
Gambar 3.1 Analisa kesadahan total dari sampel air sungai

Dalam hasil uji Analisa kesadahan total dapat diketahui sampel air Sungai UHT,
Sungai UNTAG, Sungai STIESIA, Sungai Kalibokor, Sungai Bundaran ITS, dan Sungai
Unair kampus C memiliki kesadahan dengan tingkatan tersendiri terlihat dari contoh grafik
sungai dengan kesadahan total dimiliki oleh air sungai Depan Kampus Untag dengan tingkat
kesadahan total 285,68,kemudian diikuti dengan sungai bundaran ITS dengan tingkat
kesadahan total 271,396 , selanjutnya sungai UNAIR Kampus C dengan tingkat kesadahan
total 535,65 selanjutnya sungai depan Kampus UHT dengan tingkat kesadahan total 264,242,
dilanjut dengan sungai depan kampus STIESIA dengan tingkat tingkat kesadahan total
257,112 dan yang terakhir sungai kali bokor dengan tingkat tingkat kesadahan total 385,668
Pada praktikum Analisa kesadahan dapat kita ketahui dengan mencampur sampel air
dengan EBT dan menambahkan larutan buffer serta Mentitrasi dengan larutan EDTA 0,0357
1 N sebanyak 3,6 ml
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Bahwa hasil kasadahan total sampel air sungai depan kampus STIESIA sebesar
257,112 ml/l
2.Pada hasil semua sampel air sungai Unair Kampus C memiliki kesadahan total
535,65 ml/l
3.Pada hasil semua sampel air sungai depan Kampus STIESIA memiliki kesadahan
total 257,112 ml/l
4.Peratuan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990 dengan parameter kimiawi yaitu
500mg/l untuk air minum, semua sampel air berada dibawah rata-rata dan
kesadahan tertinggi yang melampui batas dimiliki oleh sungai UNAIR Kampus C
Daftar Pustaka
[1] Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
[2] O-fish. 2007. Ikan Nila. Ofish Forum. Jakarta.
[3] Boyd, C.E. 1988. Water Quality in warmwater Fish Ponds. Fourth Printing.
Auburn University Agricultural Experiment Stastion, Alabama. USA.
[4] Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan. 2015. Modul Mengidentifikasi
Parameter Kualitas Air. Jakarta. Badan Pengembangan SDM dan
Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
[5] Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Cetakan Ketiga Belas. Kanisius,
Yogyakarta.
[6] Ishan. 2011. Analisa Kimia Sampel Air Sungai : Penemuan Kesadahan
Total dan Sementara Dalam Air Sungai.

Anda mungkin juga menyukai