Anda di halaman 1dari 14

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI

SILIKA GEL

MAKALAH KIMIA TURUNAN KOMODITAS LOKAL

Oleh
Kelompok N
1. Siti Zulaicha NIM 141810301021
2. Yunita Wahyunityas 161810301046
3. Eva Gita Kasandra 161810301058

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Padi jember merupakan padi dengan jumlah produksi terbesar di Provinsi
Jawa Timur (BPS, 2016). Produksi padi menghasilkan produk utama berupa beras
dan produk sampingan berupa limbah seperti sekam, bakatul dan juga batang
padi. Produksi padi yang terus meningkat setiap tahunnya akan meningkatkan
jumlah limbah seperti limbah jenis sekam padi. Hal tersebut dapat memicu
penumpukan sampah yang berimbas pada degradasi kualitas lingkungan. Sekam
padi mengandung bahan silica (SiO2) sebesar 84.57 wt.% (Dongmin An, et al).
Silica sekam padi ini dipeoleh dari kandungan sekam padi yang dibakar pada suhu
600-700 oC menjadi abu sekam padi. Kandungan abu sekam padi pada 100%
sekam padi mencapai 29,04% (Wannapeera et al, 2008).
Silica sekam padi dapat dimanfaatkan menjadi bahan pembuatan salah satu
jenis absorben yang umum digunakan masyarakat yakn silica gel sebagai salah
satu tindakan peningkatan daya jual sekam padi. Selica gel dibuat dari ekstraksi
padat-cair dengan pelarut alkali sepeti NaOH ataupun KOH. Proses selanjutnya
ialah pengendapan dengan asam untuk mencapai pH normal. Silica gel juga dapat
diaplikasikan sebagai absorben pengukur kelembapan udara. Pemanfaatan produk
sampingan atau limbah padi yakni sekam padi yaang beraneka ragam tersebut
menjadi dasar pembuatan makalah tentang silica gel dari sekam padi ini.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian terkait pembuatan silica gel dari sekam
padi ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana pembuatan silica gel dari limbah sekam padi?
2. Bagaimana efektivitas silica gel dari limbah sekam padi pada pengujian
analisis FT-IR dan SSA?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut adapun tujuan dari penelitian ini
ialah sebagai berikut:
1. Mengetahui pembuatan silica gel dari limbah sekam padi?
2. Mengetahui efektivitas silica gel dari limbah sekam padi pada pengujian
analisis FT-IR dan SSA?

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah dari penelitian terkait pembuatan silica gel dari sekam padi
ini ialah:
1. Sekam padi yang berasal dari varietas padi lokal Jember
2. Derajat keasaman (pH) yang digunakan pada proses pembuatan silica gel
menggunakan pH netral

1.5 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian terkait aplikasi dari sekam padi
menjadi silica gel ialah:
1. Peningkatan nilai jual limbah sekam padi menjadi produk silica gel
2. Peningkatan efektivitas limbah produksi tanaman padi varietas padi lokal
Jember
3. Meningkatkan pengetahuan terkait aplikasi limbah sekam padi menjadi
silica gel
4. Meningkatkan peran serta kimiawan muda sebagai penggerak peningkatan
komoditas lokal
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sekam Padi


Sekam padi atau kulit gabah merupakan bagian terluar dari butir padi yang
memiliki kandungan silika terbanyak dibandingkan dengan hasil samping
pengolahan padi lainnya.
Tabel 2.1 Kandungan silika (Luh, 1991).
Komponen Silika
Sekam 18,0 -22,3 %
Dedak 0,2-0,3 %
Bekatul 0,6-1,1 %
Jerami 4,0 – 7,0 %
2.1.1 Komposisi Sekam Padi

Menurut Balitbang (2006), sekam padi memiliki komposisi sebagai berikut:

Komponen Kandungan (%)


Air 9,02
Protein kasar 3,03
Lemak 1,18
Serat kasar 35,68
Abu 17,71
Karbohidrat kasar 33,71
Karbon 1,33
Hidrogen 1,54
Oksigen 33,64
Silika 16,98
2.1.2 Morfologi sekam padi
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri
dari dua bentuk daun yaitu sekam kelopak dan sekam mahkota, dimana pada
proses penggilingan padi, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan
sisa atau limbah penggilingan. Sekam tersusun dari jaringan serat-serat selulosa
yang mengandung banyak silika dalam bentuk serabut-serabut yang sangat keras.
Pada keadaan normal, sekam berperan penting melindungi biji beras dari
kerusakan yang disebabkan oleh serangan jamur secara tidak langsung,
melindungi biji dan juga menjadi penghalang terhadap penyusupan jamur. Selain
itu sekam juga dapat mencegah reaksi ketengikan karena dapat melindungi lapisan
tipis yang kaya minyak terhadap kerusakan mekanis selama pemanenan,
penggilingan dan pengangkutan (Krishnarao, 1992).

2.2 Silika
Silika merupakan salah satu zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman,
terutama tanaman padi. Unsur Si (Silikon) dapat mendukung pertumbuhan padi
yang sehat dan menghindarkan tanaman dari serangan penyakit, radiasi matahari,
serta keracunan unsur hara. Silika merupakan unsur kedua terbesar di kerak bumi
setelah oksigen dan sebagian besar Si terdapat di dalam tanah. Dengan demikian,
semua jaringan perakaran tanaman dalam tanah mengandung Si. Tanaman
akumulator unsur Si membutuhkan unsur Si dalam jumlah banyak untuk
pertumbuhannya. Tanaman akumulator Si terutama berasal dari famili Gramineae
seperti padi, bambu, dan tebu serta tanaman tingkat rendah dari famili
Chlorophyta seperti alga. Silika (Si) dapat berfungsi salam meningkatkan
resistensi tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, silika memiliki manfaat
dalam suatu meningkatkan fotosintesis, meningkatkan daya tahan terhadap
kekeringan, salinitas, alkalinitas dan cuaca ekstrim (Husnain, 2010).
Silikon (Si) merupakan salah satu unsur golongan IVA yang merupakan
unsur semi logam. Silikon dapat berbentuk sebuk atau dalam bentuk kristal hitam
keabu-abuan. Silikon tidak bereaksi dengan asam nitrat, asam klorida, dan asam
sulfat, akan tetapi larut dalam asam hidrofluorik yang membentuk gas dan silikon
tetrafluorida (SiF4). Silikon dalam temperatur tinggi bersifat sebagai penghantar
panas dan listrik yang baik, namun pada temperatur rendah silikon bersifat
sebagai isolator panas dan listrik (Sunardi, 2006).
BAB 3. METODE PENELITIAN

Sekam padi yang telah dibersihkan dari pengotor kemudian dibakar dalam
furnace pada suhu 7000C selama 4 jam. Abu yang diperoleh dihaluskan diayak
menggunakan ayakan 150 mesh. Selanjutnya dilakukan ekstraksi menggunakan
larutan NaOH 1N pada suhu 800C selama 1 jam dilanjutkan penambahan larutan
asam pH 7, asam yang digunakan adalah HCl 1 N dan CH 3COOH p.a. Kemudian
dipanaskan menggunakan oven pada suhu 800C hingga berat silika sel konstan.
Selanjutnya dilakukan analisis FT-IR, analisis SAA, dan dilakukan uji adsorbsi
kelembaban udara terhadap silika gel yang dihasilkan.
BAB 4. PEMBAHASAN

Sekam padi digunakan sebagai bahan baku yang berasal dari tempat
penggilingan padi. Sekam padi dibersihkan dari pengotor seperti kerikil, pasir,
dedaunan, dan jerami padi. Sekam padi yang telah dibersihkan dari pengotor
kemudian dibakar dalam furnace pada suhu 700 0C selama 4 jam. Pembakaran
dilakukan pada suhu tinggi yang berfungsi untuk menghilangkan fraksi organik
dari sekam padi, sehingga yang tertinggal hanya fraksi anorganiknya saja. Abu
yang diperoleh dari pembakaran sekam padi memiliki rendemen sebesar 17,69 %.
4.1 Pembuatan Larutan Natrium Silikat dari Abu Sekam Padi
Natrium silikat diperoleh dengan mereaksikan abu sekam padi dengan
larutan alkali yaitu natrium hidroksida. Larutan natrium silikat yang dihasilkan
berwarna putih bening. Reaksi yang terjadi antara silika yang terkandung dalam
abu sekam padi dengan NaOH yang membentuk natrium silikat adalah sebagai
berikut:
SiO2 + 2 NaOH  Na2SiO3 + H2O

4.2 Sintesis Silika Gel


Pembentukan silika gel dilakukan dengan menambahkan larutan asam pH
7 ke dalam larutan natrium silikat. Larutan asam yang digunakan adalah asam
asetat p.a dan larutan HCl 1 N. Penelitian yang dilakukan Ayu et al. (2013)
menunjukkan bahwa pada kondisi pH 7 ini, silika gel yang dihasilkan memiliki
rendemen dan luas permukaan yang paling besar. Proses pebentukan gel terjadi
melalui reaksi pembentukan ikatan siloksan –Si-O-Si- dari silikat, seperti pada
reaksi berikut ini:
NaSiO3 + xH2O + 2 H+  SiO2.(x+1)H2O + 2 Na+
(Nuryono & Narsito, 2005)
Setelah penambahan asam, terbentuk hidrogel yang berwarna putih seperti
kaca. Gel yang tebentuk selanjutnya didiamkan selama 18 jam untuk pematangan
gel, kemudian dikeringkan pada suhu 800C hingga beratnya konstan. Pengeringan
dilakukan untuk menghilangkan kandungan air dalam bahan dengan menguapkan
air dari permukaan bahan. Proses pengeringan diikuti oleh pengurangan volume
dan proses ini tidak terjadi dalam waktu yang sekaligus, sehingga membutuhkan
waktu yang lama. Hasil dari proses pengeringaan adalah silika gel kering yang
disebut xerogel. Xerogel merupakan silika gel kering yang dihasilkan dengan
mengeringkan fasa cair dalam poripori melalui proses evaporasi (Celzard &
Mareche, 2002). Silika gel yang diperoleh berwarna putih.
Silika gel yang dihasilkan dengan penambahan HCl adalah 9,1593 g
dengan yield sebesar 91,593%. Sedangkan dengan penambahan CH 3COOH
menghasilkan 9,4754 g silika gel dengan yield sebesar 94,754%. Yield silika gel
dengan penambahan CH3COOH yang dihasilkan lebih besar daripada
penambahan HCl.

4.3 Hasil Analisis FT-IR dan SAA Silika Gel


Silika gel yang dihasilkan diidentifikasi gugus fungsional berdasarkan
analisis FT-IR kemudian identifikasi surface area, pore volume, dan pore size
berdasarkan analisis SAA. Hasil analisis spektra FT-IR disajikan pada gambar
4.1.

Gambar 4.1 Spektra FT-IR Silika Gel dari Abu Sekam Padi
Berdasarkan Gambar 1 di atas, dapat diidentifikasi adanya gugus silanol (Si-OH)
dan gugus siloksan (Si-O-Si). Interpretasi selengkapnya disajikan pada tabel 4.1.
Pada spektrum di atas muncul puncak yang kuat pada silika gel dengan
penambahan HCl dan CH3COOH berturut-turut pada bilangan 1640,99 cm-1 dan
1570,96 cm-1 merupakan puncak untuk vibrasi gugus –OH dari Si-OH. Puncak
pada bilangan 3466,27 cm-1 dan 3412,68 cm-1 merupakan vibrasi dari ikatan
hidrogen. Kemunculan kedua puncak tersebut menunjukkan adanya adsorpsi air
selama proses ekstraksi (Yusmaniar, 2004).
Puncak-puncak yang kuat juga muncul pada bilangan gelombang 1084,53
cm-1; 798,21 cm-1; 478,43 cm-1 yang merupakan puncak khas dari gugus Si-O-Si
pada silika gel (A) dengan penambahan HCl, sedangkan puncak khas dari Si-O-Si
dari silika gel (B) dengan penambahan CH3COOH muncul pada bilangan
gelombang 1097,39 cm-1 dan 471 cm-1.
Tabel 4.1 Intrepretasi Spektra FTIR Silika Gel dari Abu Sekam Padi

Interpretasi Spektra FT-IR


Bilangan Gelombang (cm-1)
Interpretasi Referensi
A B
478,43 471 Vibrasi tekuk Si-O-Si Hamdan, 1992
668,63 653,96 Vibrasi tekuk Si-O-Si Silverstein, 2006
798,21 - Vibrasi ulur Si-O-Si Silverstein, 2006
- 928,09 Vibrasi ulur Si-O-Si dari Si-OH Silverstein, 2006
1084,53 1097,39 Vibrasi ulur Si-O-Si Silverstein, 2006
Vibrasi tekuk –OH dari molekul
1640,99 1570,96 Silverstein, 2006
air
3466,27 3412,68 Vibrasi –OH dari Si-OH atau air Silverstein, 2006
Ket: A: silika gel dengan pengendapan HCl, B: silika gel dengan pengendapan
CH3COOH.
Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa silika gel yang dihasilkan masih
mengandung air. Hal tersebut ditunjukkan dengan munculnya pita serapan pada
bilangan gelombang 1600-an cm-1 dengan intensitas yang cukup tinggi, selain itu
didukung dengan intensitas serapan yang cukup tinggi pula pada bilangan
gelombang 3400-an cm-1 (Sriyanti, 2005). Tabel 1 menampilkan adanya serapan
pada bilangan gelombang 790-an cm-1 untuk silika gel dengan penambahan HCl,
sedangkan silika gel dengan penambahan CH3COOH tidak menunjukkan adanya
serapan pada bilangan gelombang tersebut. Tetapi sebaliknya, pada bilangan
gelombang 960-an cm-1 serapan hanya ditunjukkan oleh spektrum silika gel
dengan penambahan CH3COOH. Hal ini mengindikasikan bahwa silika gel
dengan penambahan HCl memiliki kandungan air yang lebih rendah daripada
silika gel dengan penambahan CH3COOH.
Berdasarkan hasil analisis mengunakan SAA, silika gel dengan
penambahan HCl memiliki surface area, total pore volume, dan average pore size
yang lebih besar dibanding silika gel dengan penambahan CH3COOH. Hal
tersebut dikarenakan adanya unsur-unsur mineral dalam HCl yang meresap ke
dalam silika gel dan membuka permukaan yang semula tertutup sehingga volume
dan diameter pori bertambah besar. Oleh karena itu surface area silika gel dengan
penambahan HCl juga bertambah besar.

4.4 Aplikasi Silika Gel terhadap Kelembaban Udara


Kemampuan adsorpsi kelembaban udara oleh silika gel yang dihasilkan
disajikan pada Gambar 2.
Kurva penyerapan air oleh silika gel digambarkan seperti berikut:

Gambar 4.2 Kurva Penyerapan Air oleh Silika Gel


Gambar di atas menunjukkan bahwa semakin lama waktu adsorpsi jumlah uap air
yang terjerap dalam silika gel semakin banyak. Akan tetapi pada waktu yang
sama, silika gel dengan penambahan CH3COOH mampu mengadsorpsi uap air
yang lebih banyak dari pada silika gel dengan penambahan HCl. Ketidakteraturan
susunan permukaan SiO4 menyebabkan kemampuan adsorbsi uap air pada silika
gel bergantung pada distribusi gugus –OH per unit area adsorben. Oleh karena itu,
meskipun surface area silika gel dengan pengendapan HCl lebih besar
dibandingkan silika gel dengan penambahan CH3COOH, jumlah air yang
teradsorbsi pada waktu yang sama lebih kecil. Sehingga dari percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa silika gel dengan penambahan CH3COOH memiliki
kemampuan menyerap air yang lebih baik daripada silika gel dengan penambahan
HCl.
BAB 5. PENUTUP

1. Sintesis silika gel dengan penambahan asam kuat (HCl) menghasilkan yield
yang lebih kecil daripada sintesis dengan penambahan asam lemah
(CH3COOH).
2. Hasil analisis FT-IR menunjukkan adanya gugus fungsi Si-OH dan gugus Si-
O-Si pada silika gel dari abu sekam padi.
3. Silika gel dengan penambahan HCl memiliki surface area sebesar 65,558
m2/g, total pore volume 0,1935 cc/g, dan average pore size sebesar 59,0196
Å. Sedangkan silika gel dengan penambahan CH3COOH memiliki surface
area sebesar 9,685 m2/g, total pore volume 0,02118 cc/g, dan average pore
size sebesar 43,7357 Å.
4. Silika gel dengan penambahan CH3COOH memiliki kemampuan menyerap
uap air yang lebih baik daripada silika gel dengan penambahan HCl.
DAFTAR PUSTAKA

Husnain. 2010. ‘Mengenal Silika sebagai Unsur Hara’, Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Krishnarao, R.V. and Godkhindi, M.M. 1992. ‘Distribution of Silica in Rice
Husks and its Effect on the Formation of Silicon Carbide’, Ceramics
International, Vol. 18, pp. 243-249.
Luh, B.S. 1991.‘Rice Utilization’, Second Edition, Vol. 2, Van Nostrand
Reinhold, USA.
Sunardi, S.P. 2006. ‘116 Unsur Kimia Deskripsi dan Pemanfaatannya’, Yrama
Widya.
Astuti.H, Prima et al. 2014. Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Silika Gel.
Jurnal Bahan Alam Terbarukan. Vol.3 Edisi 2. ISSN2303-0623, ISSN:
2407-2370

Anda mungkin juga menyukai