Endang Mutiya (18063) Dokter Nuklir PDF
Endang Mutiya (18063) Dokter Nuklir PDF
Kedokteran Nuklir
Disusun Oleh :
Kelas :B
Nim : 18063
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, yang tiada hentinya
memberikan kenikmatan dan karunia kepada semua makhluk-Nya sehingga kami
bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam, keluarganya, para
sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.
Penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
penulis dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan sosial ekonomi masyarakat erat kaitannya dengan pembangunan
nasional. Oleh karena itu perlu suatu inovasi untuk mengantisipasi
perubahan-perubahan yang terjadi tersebut. Peranan dari ilmu kedokteran
nuklir dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi penanggulangan
berbagai masalah kesehatan itu.
Aplikasi teknik nuklir dalam bidang kedokteran merupakan suatu
terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat penting di abad 20.
Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran telah dimulai pada tahun
1901 oleh Henri Danlos yang menggunakan radium untuk pengobatan
penyakit tubercolusis pada kulit. Namun yang dianggap Bapak Ilmu
Kedokteran Nuklir adalah George C. de HEVESSY, dialah yang meletakkan
dasar prinsip perunut dengan menggunakan radioisotop alam Pb-212. Dengan
ditemukannya radioisotop buatan maka radioisotop alam tidak lagi
digunakan.
Bidang iptek ini, yang sekarang berkembang pesat dan dikenal sebagai
ilmu kedokteran nuklir. Kedokteran Nuklir adalah cabang dari ilmu
kedokteran yang memanfaatkan radiofarmaka (senyawa kompleks dari
radioisotop sumber terbuka berumur paro relatif pendek dengan suatu sediaan
farmasi yang spesifik untuk organ tertentu) dan peralatan deteksi nuklir
(deteksi sinar gamma atau beta) yang dilengkapi perangkat lunak khusus
untuk mengetahui fungsi dan atau anatomi organ tertentu dalam rangka
diagnostik suatu kelainan / penyakit dan atau terapi penyakit. Keunggulan
kedokteran nuklir adalah kemampuannya mendeteksi bahan-bahan yang
ditandai dengan perunut radioaktif. Di samping itu teknik nuklir berperan
pula dalam kajian-kajian dan penelitian-penelitian untuk lebih memahami
proses fisiologi dan patofisiologi dari kelainan yang terjadi di berbagai organ
tubuh manusia sampai tingkat seluler bahkan molekuler. Perkembangan ilmu
1
kedokteran nuklir yang sangat pesat tersebut dimungkinkan berkat dukungan
dari perkembangan teknologi instrumentasi untuk pembuatan citra terutama
dengan digunakannya komputer untuk pengolahan data sehingga sistem
instrumentasi yang dahulu hanya menggunakan detektor radiasi biasa dengan
sistem elektronik yang sederhana, kini telah berkembang menjadi peralatan
canggih kamera gamma dan berbagai peralatan lain yang dapat menampilkan
citra alat tubuh, baik dua dimensi maupun tiga dimensi serta statik maupun
dinamik. Dewasa ini, aplikasi tenaga nuklir dalam bidang kesehatan telah
memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam menegakkan diagnosis
maupun terapi berbagai jenis penyakit. Berbagai disiplin ilmu kedokteran
seperti ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit syaraf, ilmu penyakit jantung, dan
sebagainya telah mengambil manfaat dari teknik nuklir ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini, yaitu :
1. Apa yang dimaksud Kedokteran Nuklir?
2. Bagaimana Satuan dalam Kedokteran Nuklir?
3. Bagaimana Pengukuran dalam Kedokteran Nuklir ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu Kedokteran Nuklir
2. Untuk mengetahui dan memahami Bagaiamana Satuan dalam
Kedokteran Nuklir
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaiamana Pengukuran dalam
Kedokteran Nuklir
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedokteran Nuklir
Kedokteran nuklir adalah spesialisasi medis yang melibatkan penerapan
zat radioaktif dalam diagnosis dan pengobatan penyakit. Pemindaian
kedokteran nuklir biasanya dilakukan oleh teknolog kedokteran nuklir.
Kedokteran nuklir, dalam arti, adalah "radiologi yang dilakukan dari dalam ke
luar" atau "endoradiologi" karena mencatat pancaran radiasi dari dalam tubuh
bukannya radiasi yang dihasilkan oleh sumber eksternal seperti sinar-X. Selain
itu, Pemindaian kedokteran nuklir berbeda dari radiologi karena penekanannya
bukan pada pencitraan anatomi tetapi fungsi dan sejenisnya, ini disebut
modalitas pencitraan fisiologis. Pemindaian Single Photon Emission Computed
Tomography atau SPECT dan Positron Emission Tomography atau PET adalah
dua modalitas pencitraan yang paling umum dalam kedokteran nuklir
Satuan aktivitas yang lama tetapi masih sering digunakan adalah Currie
(Ci) sedangkan satuan SI nya adalah Bequerel (Bq) dengan faktor
konversi 1 Ci = 3,7 1010 Bq Satu Bq. setara dengan satu peluruhan dalam
satu detik. Dalam setiap proses peluruhan tidak selalu dipancarkan satu
3
buah radiasi. Sebagai contoh, 1.000 Bq radioisotop Cs-137 akan
memancarkan 85 radiasi gamma setiap detiknya, sedangkan 1.000 Bq
radioisotop Co-60 akan memancarkan 2.000 radiasi gamma per detik.
Perbedaan ini ditentukan oleh probabilitas pancaran radiasi (yield) dari
radioisotopnya.
B. Intensitas
Intensitas radiasi adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah
pancaran radiasi per detik pada suatu posisi, baik yang dihasilkan oleh
radioisotop (zat radioaktif) maupun sumber radiasi lainnya seperti pesawat
sinar-X, mesin berkas elektron, akselerator, maupun reaktor nuklir.
Beberapa fasilitas memang tidak menggunakan istilah intensitas melainkan
fluks tetapi mempunyai pengertian yang hampir sama.
Hasil pengukuran intensitas radiasi biasanya menggunakan satuan
cps (counts per second) yaitu jumlah radiasi per detik, atau cpm (counts
per minute) yaitu jumlah radiasi per menit.
1 cps = 60 cpm
1. Paparan (exposure)
X=
4
dQ adalah jumlah muatan pasangan ion yang terbentuk dalam suatu
elemen volume udara bermassa dm.
Pada sistem satuan internasional (SI), satuan paparan adalah
coulomb/kilogram (C/kg). Pengertian 1 C/kg adalah besar paparan yang
dapat menyebabkan terbentuknya muatan listrik sebesar satu coulomb
pada suatu elemen volume udara yang mempunyai massa 1 kg. Sedang
satuan lama yang masih lebih sering digunakan adalah Roentgen (R)
dengan konversi sebagai berikut
Laju paparan adalah besar paparan per satuan waktu. Satuan laju paparan
yang banyak digunakan adalah R/jam dengan turunannya seperti mR/jam
atau µR/jam.
D=
dE adalah energi yang diserap oleh bahan yang mempunyai massa dm.
Satuan dosis serap dalam SI adalah Joule/kg atau sama dengan gray
(Gy). Satu gray adalah energi rata-rata sebesar 1 joule yang diserap
bahan dengan massa 1 kg.
Satuan lama adalah rad. Satu rad adalah energi rata-rata sebesar 100 erg
yang diserap bahan dengan massa 1 gram.
5
Besaran dosis serap ini berlaku untuk semua jenis radiasi dan semua
jenis bahan yang dikenainya. Berbeda dengan paparan yang hanya
berlaku untuk radiasi gamma dan sinar-X dengan medium udara.
Hubungan dosis serap dengan paparan adalah:
D= f x X
Keterangan: D = dosis serap (Rad)
X = paparan ( R )
F = faktor konversi dari laju paparan ke laju dosis serap
(Rad/R)
Tabel konversi dosis serap tehadap paparan pada foton berbagai energi
6
dengan H adalah dosis ekivalen. Satuan dosis ekivalen dalam SI
adalah sievert (Sv) dan satuan lama adalah rem. Hubungan antara
kedua satuan tersebut adalah:
7
a. Pencacah Gamma dengan Detektor Sintilasi NaITl
Pembahasan Detektor Sintilasi NaITl Detektor sintilasi berfungsi
sebagai alat konversi dari radiasi gamma menjadi sinar tampak dengan
waktu yang sangat cepat (kerlipan cahaya). Detektor sintilasi dengan
bahan sintilator yang berasal dari kristal sodium iodine (NaI) dan
aktivator thalium (Tl) dikenal dengan nama detektor sintilasi NaI(Tl).
Aktivator thalium yang muncul sebagai impuritas dalam struktur kristal,
mempermudah terjadinya perubahan energi yang terserap ke dalam
kristal menjadi cahaya. Simbol kimia dari kristal sodium iodine dan
thalium adalah NaI(Tl).
Tabung pengganda elektron (PMT) Proses sintilasi yang dihasilkan
oleh kristal mempunyai intensitas cahaya yang belum cukup kuat untuk
dapat dilihat. Untuk itu perlu dikonversikan dalam bentuk pulsa
elektronik, proses konversi dari cahaya menjadi arus listrik dilakukan
oleh tabung pengganda elektron (PMT).
Kolimator Pancaran radiasi yang mengenai objek akan memancarkan
radiasi hambur, dan mempengaruhi ketajaman gambar yang dihasilkan.
Untuk mengatasi hal tersebut digunakan suatu alat yang disebut
kolimator. Kolimator hanya meneruskan radiasi yang searah dengan
detektor, sedangkan yang tidak searah akan diserap oleh kolimator.
8
perhitungan terdapat beberapa asumsi, pertama diasumsikan bahwa deposit
radionuklida (yang diekspresikan sebagai aktivitas dalam μCi atau Bq
terdistribusi seragam melalui massa jaringan dari organ sumber. Kedua,
radionuklida memancarkan energy ketika di dalam organ sumber S yang
diserap oleh target T yang disebut dengan fraksi yang terserap .
.Organ sumber juga bisa sebagai organ target, dan jika yang
terdeposit adalah radionuklida yang memancarkan sinar murni alfa dan
beta, radiasi hanya diserap oleh organ target dan semua energi terdeposit di
dalam organ target itu sendiri = 0,1 . Untuk sinar x dan sinar gamma,
umumnya akan lebih kecil dari 1 dan akan bervariasi tergantung
pada energi photon dan massa dari organ sumber dan organ target.
9
karena lintasan bebas rata-rata dari foto biasanya cukup besar relatif
terhadap dimensi organ di mana isotop pemancar foto tersebar, maka
fraksi foton yang terserap selalu kurang dari 1. Untuk radiasi yang bersifat
tidak menembus, fraksi yang terserap biasanya 1 atau 0, yang tergantung
pada Apakah organ sumber dan organ target merupakan organ yang sama
atau berbeda. Dalam perhitungan dosis internal angka pancaran energi oleh
radionuklida dalam sumber tersebut dalam selang waktu yang dibawa oleh
partikel dinyatakan dengan:
Karena 1 gray bersesuaian dengan penyerapan 1 joule per kg. maka angka
dosis dari partikel ke-i terhadap target yang beratnya m kilogram
dinyatakan dengan:
∆i merupakan angka dosis dalam suatu massa jaringan homogen yang tak
berhingga besarnya yang memumat suatu radionuklida yang tersebar
secara merata dengan konsentrasi I Bq/kg. Nilai-nilai numeris bagi ∆i
untuk masing-masing radiasi yang ditimbulkan olch radionuklida dalam
10
suatu massa jaringan yang tak berhingga besamya dimasukkan dalam
bagian Data Masukan pada skema peluruhan serta parameter-parameter
miklir untuk dipergunakan dalam penafsiran dosis radiasi yang telah
dapublikasikan oleh Komite Dosis Radiasi Intemal Medis (MIRD) dari
Lembaga Kedokteran Nuklir. Dengan mempertimbangkan semua tipe
partikel yang dipancarkan dari sumber tersebut, maka angka dosis bagi
organ target tersebut adalah
Jika kita menyebut integral waktu dari radioaktivitas yang diendapkan sebagai
aktivitas kumulatif A,
Maka dosis total bagi organ target tersebut dapat dinyatakan dengan :
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan makalah ini penyusun berharap agar pembaca menjadikan
makalah ini sebagai pemicu untuk mencari tahu lebih banyak tentang teknik
Kedokteran Nuklir, sehingga akan berguna sebagai sumber informasi dan
pengetahuan dalam bidang diagnostik dan terapi.
12
DAFTAR PUSTAKA
13