Anda di halaman 1dari 3

1.

3 Siklus Hidup parasit

Taenia solium

Taenia solium termasuk parasit zoonosis, yang dapat ditularkan dari babi ke manusia dan
sebaliknya Manusia bertindak selaku hospes definitif yang menjadi tempat hidup cacing
dewasa, sedangkan larva cacing ( cysticercus cellulosae) terdapat dalam bentuk kista di
dalam jaringan dan organ babi yang bertindak sebagai hospes perantara.
Cacing dewasa melepaskan segmen-segmen gravid yang paling ujung dalam bentuk rantai,
yang pecah di dalam usus sehingga telur cacing dapat dijumpai pada tinja penderita. Telur
cacing yang ke luar tubuh manusia bersama tinja jika dimakan babi, di dalam usus babi
dinding telur akan pecah, dan onkosfer akan terlepas. Karena mempunyai kait, onkosfer dapat
menembus dinding usus lalu masuk ke dalam aliran darah. Onkosfer akan menyebar ke
jaringan dan organ-organ tubuh babi, terutama otot lidah, leher, otot jantung, dan otot gerak.
Dalam waktu 60-70 hari pasca infeksi, onkosfer akan berubah menjadi larva sistiserkus
(cysticercus cellulosae).

Infeksi pada manusia terjadi karena makan daging babi mentah atau kurang masak, yang
mengandung larva sistiserkus. Di dalam usus manusia, skoleks akan mengadakan
eksvaginasi dan melekatkan diri dengan alat isapnya pada dinding usus. Skoleks lalu tumbuh
menjadi cacing dewasa dan kemudian membentuk strobila. Dalam waktu 2-3 bulan cacing
telah tumbuh menjadi cacing dewasa yang telah mampu memproduksi telur untuk
meneruskan daur hidupnya.

Taenia Saginata

Manusia merupakan hospes definitif Taenia saginata sedangkan yang bertindak selaku
hospes perantara adalah sapi atau kerbau. Infeksi pada manusia terjadi jika makan daging sapi
atau daging kerbau yang masih mentah atau kurang matang memasaknya sehingga
cysticercus bovis yang terdapat di dalam daging masih infektif.
Fasciola Hepatica

Hospes definitif cacing ini adalah manusia dan herbivora, sedangkan siput air tawar Lymnea
bertindak sebagai hospes perantara utama. Hospes perantara yang kedua adalah tanaman air
atau rumput, yang menjadi tempat berkembangnya kista metaserkaria (metacercarial cyst)
yang merupakan stadium infektif cacing ini. Jika telur cacing yang ke luar bersama tinja
penderita masuk ke dalam air, dalam waktu 9 sampai 15 hari di dalam telur akan terjadi
pertumbuhan mirasidium. Setelah menetas mirasidium akan berenang mencari siput yang
menjadi hospes perantara pertama.
Di dalam tubuh siput mirasidium tumbuh menjadi sporokista, redia, dan selanjutnya
berkembang menjadi serkaria (cercaria). Serkaria akan keluar dari tubuh siput dan berenang
untuk mencari tumbuhan air atau rumput dan berubah menjadi kista metaserkaria yang
infektif.
Jika manusia memakan stadium infektif (kista metaserkaria) yang terdapat pada tumbuhan
air, di dalam duodenum metaserkaria akan lepas dari jaringan tanaman air, melakukan
migrasi melalui dinding usus dan mencapai hati melalui aliran darah. Sebagian besar
metaserkaria akan mencapai saluran empedu dan kandung empedu, kemudian akan
berkembang menjadi cacing dewasa.

2.6 Cara pencegahan


 Pencegahan yaitu dengan menghindari mengonsumsi daging ternak yang kurang matang
dan pada peternak untuk melakukan pengecekan berkala kepada hewan ternak. Obati hewan
yang terkontaminasi menggunakan penisilin, tetrasiklin, dan preparat sulfa. Apabila pengaruh
obat sudah hilang, lakukan vaksinasi sebab pengobatan dapat mematikan endospora yang
terkandung dalam vaksin. Selain itu untuk memutus rantai penularan, bangkai ternak
tersangka anthrax dan semua material yang diduga tercemar misalnya karena pernah
bersinggungan dengan hewan penderita harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur
dalam-dalam serta bagian atas dari lubang kubur dilapisi batu kapur secukupnya. Area
penguburan hendaknya diberi tanda supaya semua pengembalaan hewan di area sekitar
menjauhi lokasi penguburan.

Anda mungkin juga menyukai