Anda di halaman 1dari 21

Tugas Mandiri

Dosen Pembimbing : Nazaruddin.,S.Kep.,Ns.,M.Kep

“Mampu Memahami Pengkajian Konsep Biologis,Konsep Psikologis,Konsep Social,


Konsep Spiritual,Konsep Kultur/Budaya”

DISUSUN OLEH :

NAMA : Andriani

NIM : P201701253

Kelas : J3 Keperawatan

Matkul : Keperawatan Paliatif

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Paliatif dengan judul
“Mampu Memahami Pengkajian Konsep Biologis,Konsep Psikologis,Konsep Social,
Konsep Spiritual,Konsep Kultur/Budaya”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kendari, 19 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
Daftar Isi………………………………………………………………………………. i

Kata Pengantar………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………….….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….…3
C. Tujuan……………………………………………………………………………3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengkajian Konsep Biologi…..…………………………….……………………5


B. Pengkajian Konsep psikologis…………………………………………………..8
C. Pengkajian Konsep Sosial………………………………………..……………...11
D. Pengkajian Konsep Spiritual……………………………………………..……..13
E. Pengkajian Konsep Biologis…………………………………………………….15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………..15
B. Saran………………………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.

Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan Perawat


melaksanakan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan berwenang melakukan pengkajian
keperawatan holistik Pengkajian holistik adalah tahap mengambil informasi terkait masalah
dan kebutuhan kesehatan secara biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual yang dialami
klien. Perawat sebagai suatu profesi yang merupakan bagian dari tim kesehatan bertanggung
jawab membantu klien (Haryanto, 2007).

Sumbangan yang diberikan perawat adalah melalui pelaksanaan proses keperawatan.


Proses keperawatan adalah kerangka berpikir yang digunakan perawat untuk melaksanakan
fungsi dan tanggung jawabnya secara mandiri. Tahap pertama dari proses keperawatan adalah
pengkajian. Fase dari pengkajia meliputi: pengumpulan data, analisis data, pengelompokan
data dan Dokumentasi data (Haryanto, 2008).

Proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang dipakai dalam memberikan


asuhan keperawatan yang professional. Perawat, dimana saja ia bertugas, menghadapi klien
dengan segala macam kasus, dan melayani klien pada semua tingkat usia juga harus
menggunakan proses keperawatan dan mampu menerapkan serta menyusunnya dalam sebuah
dokumen status kesehatan klien. Serangkaian tindakan yang sistematis berkesinambungan
meliputi tindakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan individu atau kelompok baik
yang aktual maupun potensial kemudian merencanakan tindakan atau menugaskan orang lain
untuk melaksanakan tindakan serta mengevaluasi keberhasilan dari tindakan yang dikerjakan.
Perbedaan asuhan yang professional dengan asuhan tradisional terletak pada penggunaan
proses keperawatan.

Asuhan keperawatan merupakan upaya untuk membantu individu, baik sakit maupun
sehat, dari lahir sampai meninggal dunia, dalam bentuk peningkatan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki sehingga individu tersebut dapat secara optimal melakukan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Asuhan keperawatan ini juga diartikan sebagai suatu
bentuk pelayanan keperawatan kepada pasien yang bersifat caring serta holistik.

Asuhan keperawatan dari seorang perawat kepada pasien dimulai dari memahami
konsep dasar keperawatan yang mana harus memahami ilmu pengkajian riwayat pasien,
perencanaan yang terdiri dari penegakan diagnosis, target sasaran serta perencanaan
keperawatan selanjutnya. Kemudian ada pelaksanaan dan penilaian berkelanjutan. Pemberian
pelayanan kesehatan perawat kepada pasien atau klien sangat mempengaruhi baiknya sebuah
tempat pelayanan kesehatan. Hasil yang didapat juga pasti akan baik. Klien yang
mendapatkan asuhan keperawatan yang baik pasti akan merasa sangat senang serta puas.
Untuk itu perawat harus mampu memberikan pelayanan yang optimal pada klien sesuai
dengan standar pelayanan yang ada.

Tahapan dalam asuhan keperawatan dimulai dengan pengkajian yaitu pengumpulan


data tentang status kesehatan secara sistematis, akurat serta berkesinambungan. Kedua adalah
diagnosa atau identifikasi masalah. Ketiga adalah melakukan perencanaan untuk mengatasi
masalah. Keempat adalah pengimplementasikan tindakan dalam asuhan keperawatan. Yang
terakhir adalah mengevaluasi kemajuan klien atas tindakan yang telah dilakukan, serta
melihat pencapaiannya.

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan ( Dermawan, 2012).
Tujuan pengkajian adalah Untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan
pasien, Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien, Untuk menilai
keadaan kesehatan pasien, Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-
langkah berikutnya, (Dermawan 2012).
Tipe data adalah sebagai berikut:
a. Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah kesehatannya.
Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi pasien,
perasaan dan ide tentang status kesehatannya, sumber data lain dapat diperoleh
dari keluarga, konsultan dan tenaga kesehatan lainnya.
b. Data objektif adalah hasil observasi atau pengukuran dari status kesehatan
pasien.
(Setiadi, 2012)

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengkajian adalah sebagai berikut:
a. Data yang dikumpulkan harus menyeluruh meliputi aspek bio-psiko-sosial
dan spiritual.
b. Menggunakan berbagai sumber yang ada relevansinya dengan masalah pasien
dan menggunakan cara-cara pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan
pasien.
c. Dilakukan secara sistematis dan terus menerus.
d. Dicatat dalam catatan keperawatan secara sistematis dan terus menerus.
e. Dikelompokkan menurut kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual.
f. Dianalisis dengan dukungan pengetahuan yang relevan.
Faktor-faktor penghambat pelaksanaan proses pengkajian keperawatan yaitu
kurangnya kemampuan perawat mengumpulkan data pengkajian yang komperhensif, enggan
mengkaji, beban kerja yang tinggi, dan mengkaji itu memakan waktu. Dengan pelaksanaan
proses pengkajian keperawatan, perawat mendapatkan beberapa manfaat antara lain: perawat
merasa puas telah dapat melaksanakan tugasnya bertambahnya pengetahuan dan pengalaman
perawat, diketahuinya masalah yang terjadi pada pasien sehingga dapat ditentukan
diagnosanya, serta dapat dievaluasinya asuhan keperawatan yang telah dilakukan (Kozier,
2010).
Asuhan keperawatan profesional perlu menegakkan prinsip keamanan guna
meningkatkan derajat kesehatan klien. Prinsip tersebut diperkuat dengan adanya etik
keperawatan yang mengemukakan bahwa setiap tindakan keperawatan harus memastikan
keamanan diri sendiri, pasien, dan orang lain. Selain itu, teori Maslow juga mengemukakan
bahwa keamanan ialah salah satu faktor penting sebagai kebutuhan dasar manusia. Keamanan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, Keamanan dalam pelayanan kesehatan
tercipta ketika lingkungan pasien bebas dari ancaman cedera dan infeksi. Keamanan ialah
prioritas utama dalam perawatan pada klien dengan menciptakan lingkungan yang aman,
pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.disini,semua data dikumpulkan
secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini.pengkajian harus dilakukan
secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social maupun spiritual klien
(Berman dan Snyder, 2012).
Dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu perbandingan, ukuran atau penilaian
mengenai keadaan keluarga dengan menggunakan norma, nilai, prinsip, aturan, harapan, teori
dan konsep yang berkaitan dengan permasalahan, tujuan pengkajian adalah mengumpulkan,
mengorganisasikan, dan mencatat data-data yang menjelaskan respon tubuh manusia yang di
akibatkan oleh masalah kesehatan. Pencatatan pengkajian keperawatan bertujuan
mengidentifikasi kebutuhan unik klien dan respon klien terhadap masalah atau diagnosis
keperawatan yang akan memengaruhi layanan keperawatan yang diberikan. Pengumpulan
data pengkajian dilakukan dengan cara mengumpulkan riwayat kesehatan dan pengkajian
kesehatan dan dengan pemantauan secara kesinambungan agar tetap waspada terhadap
kebuthan pasien dan keaktifan dari rencana keperawatan yang diterima pasien (Risnah,
2011).

Asuhan keperawatan merupakan salah satu indikator dalam menentukan kualitas


pelayanan dari suatu Rumah Sakit. Perawat merupakan profesi yang memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien, dimana salah satu aspek terpenting dari kinerjanya adalah
pendokumentasian asuhan keperawatan. Kinerja perawat dalam pelayanan keperawatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu karakteristik organisasi (kepemimpinan), karakteristik
individu (motivasi), dan karakteristik pekerjaan (beban kerja). Menurut faktor yang
mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan
pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi, (Nursalam, 2015).

Beberapa jenis pengkajian dalam keperawatan Ada tiga jenis pengkajian keperawatan,
yaitu sebagai berikut Pengkajian awal Pengkajian awal (initial assessment) dilakukan pada
saat klien mulai dirawat dengan menggunakan formulir data dasar keperawatan.
Pendokumentasian Data Pengkajian yaitu Dokumentasi merupakan aspek yang penting dalam
pengkajian data riwayat kesehatan dan pengkajian fisik. Setelah pengumpulan data selesai
dilakukan, perawat harus dapat mengorganisasikan data dan mencatatnya dengan cara yang
tepat dan benar. Data riwayat kesehatan dan pengkajian fisik yang didokumentasikan dalam
catatan/status kesehatan pasien merupakan sumber informasi yang penting bagi anda dan
tenaga kesehatan lainnya untuk mengidentifikasi masalah, menegakkan diagnosis,
merencanakan tindakan keperawatan, dan memonitor respons pasien terhadap tindakan yang
diberikan. Catatan/status kesehatan juga merupakan dokumen legal yang dapat digunakan
untuk keperluan pengadilan. Untuk itu, data harus dilihat secara sah, akurat, dan dapat
mewakili hasil pengkajian, (Ali, 2009).
Langkah-langkah dalam menganalisis data sebagai berikut :

1) Pengelompokan data
a. Data fisiologis/biologis
b. Data psikologi
c. Data sosial
d. Data spiritual
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengkajian konsep biologis?
2. Apa saja yang terdapat di pengkajian konsep psikologi ?
3. Apa yang dimaksud dengan pengkajian konsep social ?
4. Apa yang dimaksud dengan pengkajian konsep spiritual ?
5. Apa yang dimaksud dengan pengkajian konsep kultur ?
C. Tujuan makalah
1. Mahasiswa harus mengetahui pengkajian konsep biologis
2. Mahasiswa harus mengetahui pengkajian konsep psikologis
3. Mahasiswa harus mengetahui pengkajian konsep social
4. Mahasiswa harus mengetahui pengkajian konsep spiritual
5. Mahasiswa harus mengetahui pengkajian konsep kultur
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Pengkajian Konsep Biologis

Pemenuhan kebutuhan biologi (fisik) adalah upaya pemenuhan kebutuhan fisik


pasien rawat inap yang oleh perawat dengan tindakan-tindakan keperawatan professional.
Masalah fisik/biologis yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien paliatif
yaitu nyeri Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang terjadi secara tiba-tiba dari
intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi dan diprediksi. Masalah nyeri dapat
ditegakkan apabiladata subjektif dan objektif dari pasien memenuhi minimal tiga kriteria
( Anonim, 2017).

Perspektif aspek membantu memenuhi kebutuhan dasar fisiologis klien. Perspektif


aspek kebutuhan biologis dalam keperawatan intensif diantaranya: kebutuhan biologis dalam
keperawatan intensif diantaranya:
a. Memenuhi Kebutuhan Oksigen
Contoh : Perawat dapat memberikan bantuan napas bila mengalami gangguan dalam
bernapas atau gagal napa tau gagal napas, melakukan pemasangan ventilator, dan
lain-lain.
b. Kebutuhan Cairan Kebutuhan Cairan
Contoh : Pada saat pengkajian keperawatan menunjukkan temuan konsisten
ketidakseimbangan cairan, tindakan keperawatan diarahkan pada perbaikan
ketidakseimbangan cairan, keseimbangan kearah yang normal dengan memberi cairan
infuse.
c. Nutrisi  Nutrisi
Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya, seorang perawat harus
mengerti proses pencernaan dan proses metabolic tubuh.. Perawat bisa menggunakan
beberapa nutrisi tambahan dan teknik untuk memperbaiki defisit nutrisional.
Contoh: pasien yang tidak sadar ataugangguan menelan perawat dapat memasang
NGT dan memberikan nutrisi air melalui selang tersebut.
d. Temperatur Temperatur
Terpajan panas yang berkepanjangan meningkatkan aktivitas metabolik tubuh dan
meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan. Pemajanan panas yang lama dan dan
meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan, efek fisiologis fisiologis yang yang
khusus. khusus. Dalam hal ini contoh dan tindakan perawat yang dapat dilakukan
antara lain memantau suhu tubuh klien khususnya bagian tubuh yang berada dibawah
seperti punggung yang dapat eperti punggung yang dapat menimbulkan dekubitus.
e. Eliminasi
Eliminasi materi sampah merupakan salah satu proses metabolik tubuh. Produk
sampah dikelurkan melalui paru-paru, kulit, ginjal, dan pencernaan. Contoh: tugas
perawat disini lebih ditekankan dalam membantu pasien yang tidak sadar untuk
mengeluarkan materi sampah tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan berupa
pemberian huknah tinggi atau rendah.
f. Seks
Seks dianggap oleh maslow sebagai kebutuhan dasar fisiologis yang secara umum
mengambil prioritas diatas tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Seksualitas
melibatkan lebih dari seks fisik. Hal tersebut bisa melibatkan kebutuhan emosi, 
social, dan spiritual. Contoh dalam hal ini perawat dapat sebagai konselor untuk
pasien,  namun untuk pasien yang tidak sadar cukup dengan ditemani orang yang
berharga bagi pasien.
B. Pengkajian Konsep Psikologi

Mengenai sifat makhluk yang bernama manusia itu sendiri yakni bahwa makhluk itu
memiliki potensi lupa atau memiliki kemampuan bergerak yang melahirkan dinamisme, atau
makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang, humanisme dan kebahagiaan
pada pihak-pihak lain. Dan juga manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk yang
berfikir, berbicara, berjalan, menangis, merasa, bersikap dan bertindak serta bergerak.
Psikologi itu merupakan ilmu mengenai jiwa. Menurut Plato, manusia adalah jiwanya
dan tubuhnya hanya sekadar alat saja. Sedangkan aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah
fungsi dari badan sebagaimana penglihatan adalah fungsi dari mata. Walaupun jiwa itu tidak
nampak, tetapi dapat dilihat keadaan-keadaan yang dapat dipandang sebagai gejala-gejala
kehidupan kejiwaan, misalnya orang yang sedang menggerutu, suatu pertanda bahwa orang
ini sedang tidak senang dalam hatinya.
Dalam literatur psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa
penentu perilaku utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas
kejiwaan, dan situasi lingkungan. Selain itu psikologi apapun alirannya menunjukkan bahwa
filsafat yang mendasarinya bercorak antroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai
pusat segala pengalaman dan relasi-relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang
menyangkut masalah manusia.
a. Rasa Aman
Memenuhi kebutuhan keselamatan dan keamanan kadang mengambil prioritas lebih
dahulu diatas kebutuhan fisiologis. Contoh dalam keperawatan intensif: seorang
perawat perlu melindungi pasien yang tidak sadar dari kemungkinan jatuh dari tempat
tidur seperti memasang siderail  untuk menghindarinya.
b. Kebutuhan Cinta dan Rasa Memiliki
Manusia secara umum membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai oleh teman
sebaya dan oleh masyarakat. Contohnya: memberi sentuhan baik dari  perawat
maupun keluarga pasien. Sentuhan tersebut diartikan bahwa pasien masih
diperhatikan walaupun dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
c. Harga Diri
Kebutuhan harga diri berhubungan dengan keinginan terhadap kekuatan ,
pencapaian, rasa cukup, kompetensi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan. Jika konsep
diri pasien mengalami perubahan karena penyakit atau cedera, tujuan hidup, 
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai,  rasa keterikatan dan kebutuhan untuk
memberikan dan mendapatkan maaf. Contoh melakukan asuhan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan rohani atau memfasilitasi kebutuhannya untuk melakukan
persembahyangan, memandu dan atau berdoa bersama pasien bila memungkinkan
untuknya.
(Asmadi, 2008)

Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan. Hal
yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang membuat pasien takut
sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga, mengatakan kecemasan
adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan
jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau
kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan merupakan
keadaan individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi
sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik
menyatakan bahwa kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
diseratai oleh respon otonom, perasaan takut yang disebabkan olehantisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan tanda waspada yang member tanda individu akan adanya bahaya dan
mampukah individu tersebut mengatasinya, (Misgiyanto dan Susilawati, 2014)

C. Pengkajian Konsep Social

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat,


selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu
hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan
selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia
akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial,
juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di
tengah-tengah manusia.Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan
dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2.  Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan
timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat.
Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi
dala pikiran danb tindakana. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-
hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Interaksi sosial antar individu terjadi
manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur,
berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas
semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial.
Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut
1. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
2.  Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara
penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih
dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari
dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya
kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha
hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah satu
dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan pandangan atau sikap dari
dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
3. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan
orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
4. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.
Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain
perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan
(competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk
keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu
merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang
kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai
pada akomodasi. Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi.
Menurut mereka ada dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi
sosial, yaitu:
1. Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan
akulturasi.
2. Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan
pertentangan pertikain.
D. Pengkajian Konsep spiritual
Perawatan spiritual didefinisikan sebagai penyediaan intervensi di domain
spiritualitas dan sudah lama menjadi fokus pendeta rumah sakit. Perawatan spiritual juga
telah diterima sebagai fokus praktik keperawatan yang sah. Temuan itu dukung proporsi
bahwa perawatan rohani adalah suatu kesatuan dan Aspek mendasar asuhan keperawatan
yang mungkin tidak bisa dibedakan dari perawatan psikososial. Hasil temuan ini
mendukung pernyataan bahwa kepedulian spiritual menyangkut kepedulian pribadi kualitas
dan atribut perawat seperti menunjukkan perawatan, belas kasihan, keceriaan dan kebaikan
dalam komunikasi mereka dan interaksi dengan pasien. Asuhan keperawatan spiritual adalah
suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan profesional dan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan, dan amal
(Kozieret, 2010).
Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien merupakan bagian dari peran dan fungsi
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah metode
ilmiah untuk menyelesaikan masalah keperawatan secara sitematis melalui pendekatan proses
keperawatan yang diawali dari pengkajian data, penetapan diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi dengan mengikutsertakan aspek spiritual.
Kesejahteraan spiritual adalah suatu aspek yang terintegrasi dari manusia secara
keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan. Spiritualitas memberi dimensi luas pada
pandangan holistik kemanusiaan. Agar perawat dapat memberikan perawatan yang
berkualitas, mereka harus mendukung klien seperti halnya ketika mereka mengidentifikasi
dan mengeksplorasi apa yang sangat bermakna dalam kehidupan mereka. Keperawatan
membutuhkan keterampilan dalam perawatan spiritual. Setiap perawat harus memahami
tentang spiritualitas dan bagaimana keyakinan spiritual mempengaruhi kehidupan setiap
orang, (Perry dan Potter, 2005).
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap
manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun
semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal,
tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam
pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam
memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih
pada saat pasien akan dioperasi, pasien kritis atau menjelang ajal.
Kesehatan Spiritual Dalam perawatan yang holistik, perawat memberikan asuhan
untuk tubuh dan pikiran serta jiwa klien. Pemenuhan kebutuhan spiritual klien dapat
menurunkan penderitaan dan membantu penyembuhan fisik dan mental. Untuk
mengimplementasikan perawatan spiritual, perawat harus terampil dalam membina hubungan
saling percaya antara perawatklien. Karena keterlibatan dalam memenuhi kebutuhan spiritual
bersifat personal bagi perawat dan klien, perawat harus berkomunikasi dengan penuh
kepekaan dan empati serta harus benar-benar memahami nilai mereka sendiri. Perawat harus
mengembangkan konsep spiritualitas yang luas. Perawat tidak dapat bergantung hanya pada
praktik spiritual mereka; mereka juga perlu menyadari aturan tradisi agama dan ekspresi
spiritual yang dianut klien. Kepekaan dalam memberikan perawatan sangat penting untuk
memenuhi berbagai tingkat dan kedalaman ekspresi spiritual yang dianut klien. Kepekaan
dalam memberikan perawatan sangat penting untuk memenuhi berbagai tingkat dalam dan
kedalaman ekspresi spiritual dan kebutuhan klien. Pengalaman klien dengan apa yang dilihat
sebagai Ketuhanan yang sangat kompleks dan individual. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pendekatan yang memperhatikan kebutuhan unik masing-masing klien. Banyak klien
memiliki kekuatan spiritual yang dapat dipertahankan oleh perawat untuk membantu mereka
mencapai atau mempertahankan perasaan kesejahteraan spiritual, sembuh dari penyakit, dan
menghadapi kematian dengan tenang (Kozier dan Barbara. 2012).
Pengkajian Spiritual Pada intinya keperawatan adalah komitmen tentang mengasihi
(caring). Merawat seseorang adalah suatu proses interaktif yang bersifat individual melalui
proses tersebut individu menolong satu sama lain dan menjadi suatu elemen perawatan
kesehatan berkualitas adalah untuk menunjukan kasih sayang pada klien sehingga terbentuk
hubungan saling percaya. Rasa saling percaya diperkuat ketika pemberi perawatan
menghargai dan mendukung kesejahteraan spiritual klien. Penerapan proses keperawatan dari
perspektif kebutuhan dari perspektif kebutuhan spiritual klien tidak sederhana. Hal ini sangat
jauh dari sekedar mengkaji praktik dan ritual keagamaan klien. Memahami spiritualitas klien
dan kemudian secara tepat mengidentifikasikan tingkat dukungan dan sumber yang
diperlukan, membutuhkan perspektif baru yang lebih luas, menggambarkan hal ini sebagai
bidang yang menyangkut komunitas dan keharuan (compassion). Perawat harus
menyingkirkan adanya bias dari pengkajian, rencana dan kesalahan konsep personal dan
belajar. Hal ini berarti perawat mempunyai keinginan untuk berbagi dan menemukan makna
dan tujuan hidup, kesakitan dan kesehatan dari orang lain. Perawat belajar untuk melihat di
luar wawasan pribadinya ketika menegakkan hubungan klien. Hal ini berarti mengidentifikasi
nilai umum yang membuat kita sebagai manusia. Cinta, saling percaya, harapan, sifat saling
memaafkan, berguna dan komunitas adalah kebutuhan spiritual yang semua kita
miliki. Belajar untuk berbagai kebutuhan tersebut atau setidaknya menyadari sifat
kebersamaan membantu perawat menemukan cara untuk memberikan perawatan dan
dukungan spiritual kepada klien. Aspek penting lain dari perawatan spiritual adalah
mengenali bahwa klien tidak harus (berhak) mempunyai masalah spiritual. Klien membawa
kekuatan spiritual tertentu yang perawat dapat gunakan sebagai sumber untuk membantu
mereka menjalani gaya hidup yang lebih sehat, sembuh dari penyakit, atau menghadapi
penyakit dengan tenang. Perawat harus belajar untuk memahami aspek positif dari
spiritualitas klien ketimbang berpikir bahwa pada saat menderita suatu penyakit spiritualitas
selalu menjadi ancaman. Mendukung atau mengenali sisi positif dari spiritualitas klien akan
tersalur sepanjang pemberian asuhan keperawatan yang efektif dan individual.
E. Pengkajian Konsep Kultur
Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya misalnya,
kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan material dan
nonmaterial. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,
konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan
dari suatu penggalian arkeologi : mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya.
Kebudayaan material juga mencangkup barang-barang seperti televisi, pesawat terbang,
stadion olah raga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial
adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan  dari generasi ke generasi, misalnya berupa
dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Perilaku dari berbagai kelompok masyarakat dunia berbeda-beda, perilaku tersebut


akan membentuk budaya tertentu. Respon masyarakat terhadap suatu peristiwa dalam
kehidupan berbeda-beda bergantung pada bagaimana kebiasaan sekelompok masyarakat
tersebut dalam menangani masalah. Setiap individu memiliki budaya baik disadari maupun
tidak disadari, budaya merupakan struktur dari kehidupan.

Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat


sederhana pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat tradisional , sistem pengobatan
tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti
mempelajari pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli ( tradisional )
adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat. Beberapa
hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut budaya – budaya yang ada di
Indonesia diantaranya adalah:
Menurut orang Jawa, “sehat “ adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin . Bahkan,
semua itu berakar pada batin. Jika “ batih karep ragu nututi “ , artinya batin berkehendak ,
raga / badan akan mengikuti . Sehat dalam konteks raga berarti “ wara“ . Apabila seseorang
tetap mampu menjalankan peranan sosialnya sehari – hari, misalnya bekerja di ladang, sawah
, selalu gairah bekerja , gairah hidup , kondisii inilah yang dikatakan sehat . Dan ukuran sehat
untuk anak – anak adalah apabila kemauannya untuk makan tetap banyak dan selalu
bergairah main.

Untuk menentukan sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu konsep personalistik
dan konsep naluralistik . Dalam konsep personalistik , penyakit disebabkan oleh makhluk
supernatural ( makhluk gaib,dewa), makhluk yang bukan manusia ( hantu , roh leluhur , roh
jahat ) dan manusia ( tukang sihir , tukang tenung ). Penyakit ini disebut “ ora lumrah “ atau “
ora sabaene “ ( tidak wajar / tidak biasa ). Penyembuhannya adalah berdasarkan pengetahuan
secara gaib atau supernatural , misalnya melakukan upacara dan sesaji. Dilihat dari segi
personalistik jenis penyakit ini terdiri dari kesiku , kebendhu , kewalat , kebulisan , keluban ,
keguna – guna , atau digawe wong , kampiran bangsa lelembut dan lain sebagainya .
Penyembuhan dapat melalui seorang dukun atau “ wong tuo “. Pengertian dukun bagi
masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit melalui “Japa
Mantera “ , yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Ada beberapa kategori
dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing – masing :

a. Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang berhubungan


dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.
b. Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang sakit terkilir ,
patah tulang , jatuh atau salah urat.
c. Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna – guna atau “ digawa
uwong“.
d. Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan
roh halus.

Adapun beberapa contoh pengobatan tradisional masyarakat jawa yang tidak terlepas
dari tumbuhan dan buah – buahan yang bersifat alami adalah :

 Daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi.


 Temulawak untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut , diperas dan airnya
diminum 2 kali sehari satu sendok makan , dapat ditambah sedikit gula batu dan
dapat juga digunakan sebagai penambah nafsu makan.
 Akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis B.
 Mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi , yakni dengan dikeringkan
terlebih dahulu lalu diseduh seperti teh dan diminum seperlunya.
 Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri , peredam panas , dan
penambah nafsu makan, dan lain- lain.

\
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian keperawatan yang dilakukan perawat ruang penyakit dalam terdiri
dari pengkajian awal masuk pasien, pengkajian ulang berfokus keluhan utama dalam
aspek biologis, pengkajian keperawatan holistik dikaji secara mendalam terhadap
pasien paliatif atau terminal.
Perawat pelaksana di ruang penyakit dalam diharapkan melaksanakan asuhan
keperawatan holistik keseluruh pasien tidak hanya pada pasien paliatif denga cara
pembentukan tim untuk pelaksanaan pelayanan keperawatan holisitik oleh ketua
bidang keperawatan di rumah sakit tersebut.
B. Saran
Penerapan model pelayanan keperawatan oleh perawat di rumah sakit
hendaknya tidak hanya berfokus pada aspek fisik dan psikologis, tetapi juga
mempertimbangkan aspek spiritualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Syahbanaa Ali,Dwi Wahyunib, dan Elfian Zulkarnainb.2019. Peran Perawat dalam


Melakukan Pengkajian Kebutuhan Pasien Berdasarkan Aspek Biologis, Psikologis,
Sosiologis, Spiritual di Ruang Rawat Inap. Profesional Health Journal. Volume 1, No. 1.
blob:https://www.ojsstikesbanyuwangi.com/b40b29cb-dcd5-44af-a4b9-
344b26a62767
Saharuddin, Safrullah Amir, dan Rosmina.2018. Penerapan Model Pelayanan Keperawatan
Berbasis Spiritual Ditinjau Dari Aspek Proses Asuhan Keperawatan Spritual Di Rumah
Sakit Islam Faisal Makassar. Hospital Majapahit. Vol 10 No. 1.
http://ejournal.stikesmajapahit.ac.id/index.php/HM/article/download/155/148/
Nining Puji Astuti, Untung Sujianto, dan Henni Kusuma.2019. Perkembangan Konsep Dan
Alat Ukur Harapan Dalam Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir
(Pgta): Analytic Review. Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2 No. 2.
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikmb/article/download/271/245

Saragih, Sofia Gusnia Nurmaida Saragih, Maria Yosephine.2016. Faktor-Faktor Kepatuhan


Perawat Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Pengkajian Spiritual Pasien Di Rumah
Sakit “X” Bandung. Indonesian Journal Of Nursing Health Science. Volume 1 Nomor 1.
https://ijsn.esaunggul.ac.id/index.php/IJNHS/article/viewFile/8/8
Ahmad Muzaki, Fitri Arofiati.2019. Studi Literatur : Pengkajian Spiritual di Intensive Care
Unit (ICU). Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 1.
https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/dksm/article/download/456/34
3

Nunung Rachmawati, Luky Dwiantoro, Bambang Edi Warsito.2017. Pengaruh Metode Drill
dalam Supervisi Klinis terhadap Spiritual Care Perawat. INDONESIAN JOURNAL OF
NURSING Vol. 5, No. 2
https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/download/468/418
Elva Sujan, Sari Fatimah, Nur Oktavia Hidayati. 2017. Kebutuhan Spiritual Keluarga
Dengan Anak Penderita Penyakit Kronis. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia.
2017;3(1
https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/viewFile/7480/4828
IkhwanHamid, DevinPriharninuk ,AchmadZakari.Fenomenologi kecemasan lansia menghad
apikematian Dalam  perspektif kebutuha nspiritual didesapodoroto Kecamatankesambenkab
upatenjombang. JURNALEDU Nursing,Vol.3,No.2.
http://journal.unipdu.ac.id:8080/index.php/edunursing/article/view/1840/978
Ilhamsyah, Elly.L.Sjattar, Veni Hadju.2019. Analisis Hubungan Kontak Dan Komunikasi
Perawat Pada Pelaksanaan Keperawatan Spritual Dengan Kepuasan Pasien. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Pencerah, 08 (2).
https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIKP/article/download/143/115
Lisa Fradisa, Kalpana Kartika.2019. Penerapan Modul Biologi Berorientasi Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa Keperawatan. Jurnal
Pendidikan, Biologi dan Terapan Vol. 4, No. 02
http://ejurnal.budiutomomalang.ac.id/index.php/edubiotik/article/download/512/36
5
MAPPING

PENGKAJIAN
KONSEP PENGKAJIAN
BIOLOGIS KONSEP
MAMPU MEMAHAMI PSIKOLOGI
PENGKAJIAN
Pemenuhan kebutuhan biologi BIO,PSIKO,SOSIAL,SPRITUA
(fisik) adalah upaya pemenuhan Psikologi itu merupakan
L,KULTU
kebutuhan fisik pasien rawat ilmu mengenai jiwa.
inap yang oleh perawat dengan Menurut Plato, manusia
tindakan-tindakan keperawatan adalah jiwanya dan
professional. Masalah tubuhnya hanya sekadar
fisik/biologis yang seringkali alat saja. Sedangkan
muncul yang merupakan aristoteles mengatakan
keluhan dari pasien paliatif bahwa jiwa adalah fungsi
yaitu nyeri Nyeri dari badan sebagaimana
merupakan pengalaman penglihatan adalah fungsi
emosional dan sensori yang dari mata
tidak menyenangkan yang
muncul akibat rusaknya
jaringan aktual yang terjadi PENGKAJIAN
secara tiba-tiba dari intensitas KONSEP
ringan hingga berat yang dapat SPIRITUAL
diantisipasi dan diprediksi.

PENGKAJIAN kebutuhan dasar yang


PENGKAJIAN KONSEP KULTUR dibutuhkan oleh setiap

Anda mungkin juga menyukai