Berdasarkan pengamatan di Pulau Sertung pada Jumat (28/12) dini hari, tampak asap kawah
bertekanan kuat dengan intensitas tebal dan tinggi 200-600 meter di atas puncak kawah. Awan
panas ini teramati bergerak ke arah selatan Jika terpapar pada manusia, awan panas ini dapat
berbahaya dan berdampak buruk bagi kesehatan karena mengandung partikel yang bersifat
iritatif dan korosif.Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyatakan abu vulkanik itu
dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata. Apabila debu itu terhirup dalam jumlah cukup
banyak dapat menyebabkan tenggorokan gatal dan batuk, sesak napas, dan dada terasa sakit.
Upaya pencegahan penting untuk menghindari munculnya dampak kesehatan akibat abu
vulkanik letusan gunung api ini.Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari
bahaya abu vulkanik dari PDPI.
Ketua Umum PDPI dokter spesialis paru Agus Dwi Susanto menyarankan agar orang yang
berada pada radius penyebaran abu vulkanik untuk menghindari aktivitas di ruang
terbuka."Kalau ada abu vulkanik sebaiknya kurangi aktivitas di luar ruangan karena konsentrasi
abu yang tinggi di ruang terbuka
Jika rumah Anda berada dalam radius penyebaran abu vulkanik, tutup jendela dan ventilasi udara
rapat-rapat agar debu abu vulkanik tidak masuk ke dalam rumah.
Hindari keluar rumah bila tidak mendesak. Matikan pula alat yang menghisap udara luar untuk
masuk ke dalam rumah seperti AC.
Gunakan proteksi
Bila terpaksa keluar rumah atau harus beraktivitas di ruang terbuka, gunakan proteksi yang
cukup untuk mengurangi risiko bahaya dari abu vulkanik. Proteksi yang digunakan dapat berupa
baju tertutup, masker, dan kacamata."Pake baju dan celana panjang mencegah iritasi kulit, pakai
kacamata, dan masker yang ideal itu N95, yang biasa juga tidak masalah," ucap Agus.
Sedia obat
Ada baiknya menyediakan obat-obatan terutama bagi orang yang sudah memiliki penyakit
terkait paru-paru. Letakkan obat-obatan ini pada tempat yang mudah diambil dan dibawa-bawa.
Segera ke dokter
Bila sudah muncul gejala seperti iritasi pada kulit dan mata atau batuk-batuk segera ke
pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapat perawatan dan mencegah keadaan yang lebih
parah.
2.Konsep RJP
Airways
Untuk membuka saluran napas, letakkan satu tangan di dahi pasien, dan dua jari tangan di bawah
dagunya bentuk tangan seperti pistol. Dengan lembut dongakkan kepalanya dengan menekan
dahi sambil sedikit mendorong dagu pasien.
Breathing
Memeriksa ada tidaknya napas, dengarkan bunyi napasnya atau rasai dengan pipi anda sampai 10
detik. Bila tak ada tanda bernafas, mulailah pernapasan buatan.
Circulation
Untuk memeriksa peredaran darah, raba denyut nadi dengan dua jari selama 10 detik. Untuk bayi
rabalah denyut brakhial di bagian dalam lengan. Untuk orang dewasa atau anak-anak, raba
denyut karotid di leher di rongga antara trakhea(saluran udara)dengan otot besar leher. Periksa
tanda-tanda lain peredaran darah, misalnya kewajaran warna kulitnya. Bila tak ada tanda-tanda
peredaran darah, segera lakukan CPR.
3.Cara menghitung luas area bakar Cara Menghitung Luas dan Derajat Luka Bakar
Ketika seseorang mengalami combustio atau luka bakar, maka sudah menjadi tugas tenaga medis
untuk menghitung luas dan derajat luka bakar, hal ini akan sangat berguna untuk menentukan
penanganan yang tepat.
Luas luka bakar dibuat dengan perhitungan persentase. Untuk perhitungan cepat luka bakar pada
orang dewasa rumus luka bakar yang digunakan adalah “Rule of Nine“ yang dibuat oleh Polaski
dan Tennison. Persentase luka bakar berdasarkan “Rule of Nine” yaitu :
Pada bayi perhitungan luas luka bakar yang digunakan adalah menggunakan “Rule of Ten“ yang
dibuat oleh Linch dan Blocker. Persentase luka bakar berdasarkan “Rule of Ten” yaitu :
Kepala depan : 10 %
Kepala belakang : 10 %
Badan depan sisi kanan : 10 %
Badan depan sisi kiri : 10 %
Badan belakang sisi kanan : 10 %
Badan belakang sisi kiri : 10 %
Tangan kanan : 10 %
Tangan kiri : 10 %
Kaki kanan : 10%
Kaki kiri : 10 %
Sedangkan pada anak - anak perhitungan luas luka bakar yang digunakan adalah perhitungan
yang dibuat oleh Lund and Browder, dengan presentase yang berbeda - beda utuk setiap
perbedaan rentang usia 5 tahun.
Kerusakan jaringan terbatas pada kulit lapisan epidermis, secara klinis kulit tampak merah,
kering dan terasa sakit.
Kerusakan jaringan mengenai sebagian dermis, folikel rambut dan kelenjar keringat tetap utuh,
secara klinis kulit tampak merah/kuning, basah dengan bula, dan terasa sakit.
Kerusakan jaringan mengenai sebagian dermis dan folikel rambut, hanya kelenjar keringat yang
tetap utuh, secara klinis kulit tampak merah/kuning, basah dengan bula, dan terasa sakit.
Kerusakan jaringan mengenai seluruh lapisan dermis, secara klinisi kulit tampak putih, coklat,
hingga hitam, kering, dan tidak sakit karena ujung - ujung saraf juga mengalami kerusakan.
Setelah ditentukan luas dan derajat luka bakar nya, maka dokter akan mengobati luka bakar
dengan memberikan terapi yang lebih disesuaikan dengan kondisi pasien. Dan dengan demikian,
semoga bagi yang mengalami musibah ini segera diberi kesembuhan. Aamiin.
Referensi
Bittner, et al. (2016). Acute and Perioperative Care of The Burn-Injured Patient. Anesthesiology,
122 (2), pp. 448-464 Borke J., et al. Medline Plus, US National Library of Medicine, NIH
(2016).
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan luka bakar, seperti paparan sinar matahari berlebih,
sengatan listrik, api atau kebakaran, dan luka bakar karena terpapar bahan kimiawi. Melihat dari
tingkatannya, luka bakar yang dialami seseorang dapat dikategorikan sebagai berikut:
Luka bakar ringan bisa disebut dengan luka bakar derajat 1 yang memiliki ciri luas area
luka tidak lebih dari 8 centimeter (cm). Selain itu, luka jenis ini hanya meliputi kulit
bagian paling luar dan dianggap tidak serius. Gejala yang muncul, biasanya seperti rasa
sakit, kemerahan, dan bengkak. Contoh luka bakar derajat pertama yaitu luka bakar pada
permukaan kulit yang terbakar sinar matahari secara langsung.
Luka bakar sedang adalah luka bakar derajat 2 yang memiliki ciri kulit melepuh, sangat
perih dan kemerahan. Luka bakar jenis ini memerlukan perawatan medis darurat,
terutama jika luka bakar meluas di area penting, seperti wajah, tangan, bokong,
selangkangan atau paha dan kaki. Sebagian luka bakar derajat 2 membutuhkan waktu
penyembuhan lebih dari tiga minggu.
Luka bakar ringan umumnya dapat ditangani sendiri di rumah, namun harus dilakukan dengan
cara yang benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat memberikan pertolongan pertama pada
luka bakar ringan adalah:
Luka bakar perlu didinginkan untuk meredakan rasa perih. Anda bisa letakkan handuk
yang sudah dibasahi air dingin pada luka.
Hindari memecahkan luka yang melepuh karena berisiko menyebabkan infeksi.
Cuci dengan air bersih mengalir jika ada luka lepuh yang pecah dengan sendirinya.
Jika rasa sakit terasa tidak tertahankan, penderita dapat mengonsumsi obat pereda rasa
sakit, seperti paracetamol, atau obat antinyeri lainnya sesuai anjuran dokter.
Penanganan luka bakar sedang di rumah umumnya hampir sama dengan luka bakar ringan.
Hanya saja, pada kondisi tertentu, luka bakar sedang sebaiknya diperiksakan ke dokter.
Dinginkan area luka bakar dengan handuk selama kurang lebih 15 menit.
Hindari memecahkan luka yang melepuh karena berisiko menyebabkan infeksi.
Periksakan diri ke dokter jika terdapat luka lepuh yang cukup besar, jika luka bakar
cukup luas, atau jika terjadi infeksi berupa bengkak, merah, dan rasa sakit yang
bertambah parah. Dokter mungkin akan memberi pengobatan berupa antinyeri atau
antibiotik.
Anda juga perlu segera memeriksakan diri ke dokter, bila luka bakar memengaruhi area tertentu
seperti wajah, tangan, bokong, selangkangan, atau kaki.
Langkah Pertolongan Luka Bakar Berat
Sebagai bentuk pertolongan pertama pada luka bakar berat, segera larikan korban ke unit gawat
darurat (UGD) atau hubungi ambulans UGD rumah sakit terdekat. Selama menunggu, Anda bisa
melakukan sesuatu untuk menolong korban, misalnya:
Jauhkan korban dari sumber kebakaran atau area yang berdekatan dengan api maupun
asap.
Pastikan korban dapat bernapas dengan lancar.
Bila perlu dan jika memungkinkan, berikan bantuan pernapasan.
Lepaskan perhiasan, ikat pinggang, ataupun aksesori yang melingkar di sekitar area yang
terbakar.
Untuk mencegah terjadinya hipotermia, jangan berikan air dingin pada luka bakar yang
luas. Hal ini juga untuk mencegah turunnya tekanan darah dan aliran darah secara drastis.
Tutup luka bakar dengan kain bersih atau plester yang dingin dan lembut.
Hindari mengoleskan obat atau salep pada area yang terbakar di luar dari anjuran dokter.
Selain itu, menempelkan es atau mengoleskan mentega justru dapat membahayakan
jaringan kulit yang terbakar.
Baringkan pasien dengan kaki terangkat setidaknya 40 cm.
Gunakan selimut atau mantel pada tubuh pasien.
Selain memahami pertolongan pertama pada luka bakar, penting melakukan langkah
pencegahan. Disarankan untuk menyimpan tabung pemadam kebakaran di rumah. Jika Anda
menghuni apartemen, pastikan bangunan dilengkapi dengan alarm yang berbunyi jika terjadi
kebakaran. Jauhkan anak dari api dan air panas tanpa pengawasan.
5.Peran fisioterapi pra bencana saat bencana dan post bencana Post bencana(pasca
bencana)
Fisioterapi dapat terlibat dalam semua bidang kerja normal setelah bencana. Ada beberapa peran
untuk fisioterapi dalam bantuan bencana karena mereka memiliki keahlian yang unik untuk
berkontribusi. Kekuatan utama dari fisioterapi diyakini menjadi fokus fungsional profesi dan
kemampuan untuk melaksanakan pemeriksaan menyeluruh kondisi musculoskletal.
Gempa Yogyakarta tahun 2006 menjadi bukti pentingnya fisioterapi dalam penanggulangan
bencana dari hari pertama. Memberikan rehabilitasi berbasis masyarakat untuk meyelesaikan
permasalahan berkaitan dengan gerak dan fungsi akan menjadi peran utama dari fisioterapi
dalam menghadapi bencana.Kelumpuhan atau Paraplegic dan orang-orang dengan beberapa
luka-luka di seluruh anggota badan dan tulang belakang, patah tulang dan cacat lainnya akan
memerlukan bantuan fisioterapi untuk mengembalikan gerak dan fungsi anggota gerak mereka
dalam kehidupan. tanpa intervensi dan bantuan dari seorang fisioterapi, yang lumpuh dan
sejenisnya akan berakhir hidupnya hanya di kursi roda.
Layanan ini mungkin diperlukan selama sekitar 6 sampai 12 bulan pasca bencana dan itu juga
dilakukan di depan pintu rumah orang-orang miskin karena mereka juga mengalami gangguan
gerak dan fungsi tapi tidak bisa bolak-balik ke rumah sakit karena biaya yang terbatas.
Fisioterapi dibekali keilmuan yang baik untuk menilai dan mengelola banyak masalah ini dan
untuk menjadi pimpinan dan manajer dalam penanganan rehabilitasi fisik untuk memastikan
korban mencapai tingkat tertinggi kesehatan sesuai dengan model WHO ICF (International
Classification of Functioning, Disability and Health ).
Rekomendasi untuk fisioterapis :
Fisioterapi harus mampu membina hubungan baik secara intense dengan instansi yang diakui
secara internasional / LSM untuk memastikan bahwa layanan profesional dikoordinasikan dan
dimasukkan sebagai bagian dari program rancangan pembangunan nasional yang berkelanjutan
dalam kerangka manajemen bencana. Mitigasi dan Kesiapsiagaan adalah cara utama untuk
mengurangi dampak bencana dan mitigasi dan kesiapsiagaan berbasis masyarakat/ manajemen
harus menjadi prioritas tinggi dalam praktek manajemen fisioterapi. Korban bencana yang
mengalami luka fisik dapat di fase awal dapat mendapat perawatan di rumah sakit terdekat, atau
pada langkah sementara dilokasi dengan bantuan medis oleh tim bantuan bencana lokal serta
organisasi bantuan internasional. Namun kembali ke rumah mereka untuk membangun kembali
kehidupan mereka adalah kepentingan utama bagi para korban. Oleh karena itu penting sekali
diperhatikan bahwa layanan fisioterapi disediakan sebagai bagian dari rehabilitasi berbasis
masyarakat. Orang-orang biasa dan masyarakat yang kaya serta memiliki pengetahuan yang
dapat pergi jauh untuk meningkatkan proses rehabilitasi mereka. Hal ini untuk memastikan
bahwa kita menanggapi bencana secara holistik. Peran fisioterapi di masa depan dalam
penanggulangan bencana bisa menjadi momentum titik tolak fisioterapi untuk dapat mengambil
kesempatan belajar demi pengembangan keilmuan fisioterapi manajemen bencana lebih lanjut di
masyarakat. Dalam bencana, fisioterapi akan bermanfaat dalam mengobati dan mencegah cedera
para anggota penyelamat atau SAR menggunakan terapi manual dan mengobati kondisi
gangguan muskuloskeletal, pasien kritis, pernapasan, dan pasien luka bakar. Beberapa area
kompetensi yang unik dari keterampilan yang ditemukan untuk ditawarkan kepada fisioterapis,
termasuk menilai dan memperlakukan korban dengan cedera akut, mencegah cedera di antara
petugas penyelamat atau SAR, dan mungkin mencegah atau mengurangi beban disfungsi kronis
antara pasien setelah fase darurat. Ada peran baru yang ternyata terbuka lebar dalam menanggapi
bencana, tetapi nampaknya fisioterapi harus bangkit untuk segera menjadi fisioterapi yang
menguasai sains dan knowledge sesuai Evidence Based Practice sebagai profesi mampu manjadi
advokat sendiri, dimulai dengan kesadaran individu.