Disusun oleh:
ADITYA KESUMA
NIM. 0210230003
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2006
1
BAB I
PENDAHULUAN
di Indonesia menuju ke arah yang efisien di mana semua informasi yang relevan
bisa dipakai sebagai masukan untuk menilai harga saham (Husnan, 1996:256).
Sedangkan alasan dipilihnya perusahaan Food and Beverage sebagai
sampel penelitian karena perusahaan-perusahaan Food and Beverage lebih
stabil dan tidak mudah terpengaruh oleh kondisi perekonomian (seperti: inflasi).
Selain itu kelancaran industri Food and Beverage lebih terjamin karena dalam
kondisi apapun konsumen tetap membutuhkan makanan dan minuman
(costumer good).
BAB II
TINJAUAN LITERATUR DAN HIPOTESIS
atau emiten akan menurun, begitu juga sebaliknya. Kinerja emiten ini, pada
pasar modal yang efisien akan dicerminkan pada sekuritas yang diperdagangkan
di bursa efek. Tujuan umum dibentuknya bursa efek adalah untuk
menyelenggarakan perdagangan efek yang tertib dan wajar.
saham, apabila fluktuasi Earning Per Share (EPS) semakin tinggi, maka semakin
tinggi pula harga pasarnyal.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan
Earning Per Share (EPS) menyebabkan peningkatan dividen dan harga saham.
sedangkan peningkatan harga pasar saham menyebabkan timbulnya capital
gain. Pertumbuhan Earning Per Share (EPS) akan mempengaruhi hasil
pengembalian yang akan diperoleh investor dalam bentuk capital gain atau
capital loss dan dividen.
Tingkat bunga
investment
Equilibrium
Rate
Below
Equilibrium
Rate
saving
Saving, investment
Sumber: Lawrence S. Ritter and William L. Silber, 1986, hal. 172 dalam Y. A. Feba (2002:24)
Gambar 2.1 Tingkat Suku Bunga Equilibrium Pada Teori Suku Bunga Klasik
1. Motif transaksi
Jumlah uang yang dibutuhkan untuk motif transaksi berhubungan dengan
dengan employment dan jumlah pendapatan, dengan kata lain
tergantung pada tingkat umum aktivitas perusahaan. Permintaan uang
pada motif ini untuk membeli barang dan jasa.
2. Motif berjaga-jaga
Kebutuhan uang tunai untuk keperluan tak terduga disebut alasan
berhati-hati, yang menurut Keyness tergantung pada sifat perusahaan,
kemajuan pasar.
3. Motif spekulasi
Motif spekulasi didefinisikan sebagai tujuan untuk memperoleh
keuntungan meskipun belum mengetahui pasar dengan lebih baik. Di
mana belum tentu akan memperoleh keuntungan di masa depan.
Jadi, motif spekulasi sangat mempengaruhi tingkat suku bunga. Di mana
jumlah uang yang ada pada motif spekulasi tersebut merupakan kelebihan dari
jumlah uang yang diminta dalam motif transaksi dan motif berjaga-jaga. Apabila
liquidity preference untuk motif spekulasi meningkat maka suku bunga akan naik,
sebaliknya apabila liquidity preference untuk motif spekulasi berkurang maka
suku bunga akan turun.
Grafik A Grafik B
Income
Rate of Curve Liquidity I’ I”
Interest Preference
Y”
I’
Y’
I”
Y”
Y’ Amount of
Money
Amount of Money M’ M” M”
Sumber: Alfred W. Stonier and Douglas C. Hague, 1969, hal. 305 dalam Y. A. Feba (2002:27)
Gambar 2.2 Tingkat Suku Bunga Pada Teori Preferensi Likuiditas
Suku Bunga
13
Grafik 2.2 menunjukkan hubungan antara tiga variabel yaitu jumlah uang
(M), tingkat suku bunga (I), dan pendapatan (Y). Pada Grafik A kurva Y’
menunjukkan liquidity preference ketika pendapatan adalah Y’ pada tingkat suku
bunga yang beragam; dengan kata lain menunjukkan jumlah uang yang diminta
oleh masyarakat pada tingkat suku bunga yang beragam ketika pendapatan
adalah Y’. Kurva Y” juga menggambarkan keadaan yang sama. Kurva Y”
menunjukkan jumlah uang yang diminta masyarakat pada tingkat suku bunga
yang beragam ketika pendapatan adalah Y”. Y” menjadi lebih besar dari Y’.
Pada Grafik B, selain menggambarkan mengenai tingkat pendapatan yang
diberikan pada masing-masing kurva, juga menggambarkan tingkat suku bunga
yang diberikan. Jadi kurva I’ menunjukkan jumlah uang yang diminta ketika
pandapatan pada tingkatan yang beragam dan tingkat suku bunga adalah I’.
Kurva I” juga menggambarkan keadaan yang sama. Kurva I” menunjukkan
jumlah uang yang diminta pada tingkatan-tingkatan pendapatan yang sama
ketika tingkat suku bunga lebih rendah dari I”. Grafik B memberikan versi
alternatif dari rencana liquidity preference.
2.3.4 Hubungan Tingkat Bunga dan Harga Saham
Martin J. Pring (1988) dalam Feba (2002:30) menyebutkan bahwa
perubahan tingkat bunga dapat mempengaruhi tingkat saham karena tiga alasan
berikut:
1. Fluktuasi pada harga yang dikenakan pada uang mempengaruhi
pendapatan atau profit yang bisa didapat oleh perusahaan sehingga
mempengaruhi harga saham yang akan dibeli oleh investor.
2. Pergerakan tingkat bunga mengubah antara aset-aset finansial yang
saling bersaing, di mana hubungan antara pasar obligasi atau pasar
saham menjadi sangat penting.
3. Sejumlah ekuitas yang berarti dibeli dengan uang pinjaman sehingga
perubahan-perubahan dalam biaya hutang tersebut, seperti tingkat
bunga, memengaruhi keinginan dalam memegang saham.
2.4 Saham
Suad Husnan (1996:27) mendefinisikan sekuritas sebagai secarik kertas
yang menunjukkan hak pemilik kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari
prospek atau kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekurirtas tersebut dan
14
berbagai kondisi untuk melaksanakan hak tersebut. Surat berharga dalam bentuk
saham lebih disukai dari obligasi dan surat berharga lainnnya yang
diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Saham dapat didefinisikan sebagai
tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan.
2.4.1 Analisis Saham
Terdapat bemacam-macam pendekatan untuk menganalisis saham,
namun pada dasarnya semua pendekatan tersebut merupakan salah satu dari
dua pendekatan yang umum. Menurut Sunariyah (2004:168) untuk menganalisis
saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua analsis, yaitu analisis
teknikal dan analisis fundamental.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara garis besar terdapat dua
metode yang digunakan untuk menganalisis saham, yaitu:
1. Analisis fundamental yaitu analisis yang berasumsi bahwa suatu sekuritas
mempunyai nilai intrinsik yang sebanding dengan nilai saat ini (present
value) dari semua aliran kas aset pemilik yang diharapkan akan diterima.
Jadi dapat dikatakan bahwa faktor-faktor fundamental dapat berasal dari
dalam perusahaan seperti tingkat penjualan dan laba usaha perusahaan,
siklus usaha perusahan, dan rasio-rasio keuangan perusahaan.
2. Analisis teknikal yaitu analisis yang dilakukan dengan mempelajari harga
pasar saham sebagai usaha untuk memprediksi pergerakan harga saham
di masa yang akan datang.
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:10) dalam Fananni (2004:23)
mengatakan bahwa harga saham dibentuk karena adanya pemintaan dan
penawaran atas saham. permintaan dan penawaran tersebut terjadi karena
adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja
perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor
yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial dan politik,
maupun informasi-informasi yang berkembang. Selanjutnya, Husnan dan
Pudjiastuti (1998:134) mengatakan apabila kemampuan perusahaan
menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain,
profitabilitas akan mempengaruhi harga saham.
15
Menurut Mead Press tam Work dalam Feba (2002:26), faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham adalah:
1. Kebijakan pemeritah dan dampaknya.
Kebijakan pemerintah yang berkaitan langsung dengan bidang bisnis
perusahaan emiten sangat berpengaruh terhadap harga saham misalnya
swastanisasi perusahaan negara.
2. Pergerakan suku bunga.
Suku bunga yang tinggi menyebabkan peningkatan proporsi operating.
Dari sisi perbankan, peningkatan suku bunga SBI memberikan peluang
pendapatan dari simpanannya di bank sentral dan menaikkan biaya
usaha. Dengan naiknya SBI, menaikkan suku bunga deposito dan
mengakibatkan meningkatnya suku bunga kredit (karena pendapatan
andalan bank di Indonesia adalah pendapatan bunga) yang
menyebabkan emiten sulit untuk mengembalikan pinjamannya sehingga
cash flow terganggu dan harga saham menjadi terkoreksi amat tinggi.
3. Fluktuasi nilai tukar.
Melambungnya kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika secara otomatis
meningkatkan volume hutang luar negeri perusahaan-perusahaan
emiten. Hal ini memperburuk kinerja keuangan dan meningkatkan
proporsi financial leverage. Indeks pasar di BEJ cenderung mengikuti
pergerakan bursa internasional karena domonasi dana asing dan
pemodal lokal cenderung menggunakan strategi follower terhadap aksi
pemodal asing.
4. Rumor dan sentimen pasar.
Sentimen pasar terbentuk oleh pemicu seperti kebijaksanaan pemerintah
atau pernyataan pejabat-pejabat tertentu.
return on total assets, devidend pay-out ratio, volume perdagangan saham, dan
tingkat suku bunga deposito secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang
sangat signifikan terhadap perubahan harga saham. Lebih lanjut, Ia menujukkan
bahwa ROA mempunyai pengaruh yang paling dominan.
Di samping itu, menurut Bolten & Weigand (1998:77-84) dalam Mulyono
(2000:102) ada beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa harga
saham berhubungan negatif dengan tingkat bunga; pada saat tingkat bunga
rendah membawa pengaruh yang positif terhadap harga saham. Dengan
demikian, pada saat suku bunga tinggi hasrat individu untuk menginvestasikan
uang dalam tabungan dan deposito akan meningkat sedangkan investasi dalam
bentuk saham akan berkurang sehingga permintaan terhadap saham akan
menurun yang mana hal ini akan berakibat pada penurunan harga saham. Oleh
karena itu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H1 : Terdapat pengaruh nyata secara bersama-sama earning per share (EPS)
dan tingkat bunga terhadap harga Food and Beverage yang go public di
Bursa Efek Jakarta (BEJ)
H2 : Terdapat pengaruh nyata secara individual (parsial) dari kedua faktor
tersebut (earning per share dan tingkat bunga) terhadap harga saham
Food and Beverage yang go public di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Earning per
share (EPS)
Harga saham
Tingkat bunga
(interest rate)
Variabel bebas tersebut terdiri dari X1 = Earning Per Share (EPS) dan X2 =
Tingkat Bunga (Interest Rate).
Harga saham yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah harga saham
semesteran perusahan sampel penelitian, dengan periode waktu dari tahun 2002
sampai dengan tahun 2004. Harga saham merupakan indikator nilai perusahaan
yang melakukan go public di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Data mengenai harga
saham ini diukur dengan satuan rupiah dan berskala rasio.
Earning per share (EPS) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Earning per share (EPS) semesteran dari masing-masing perusahaan sampel,
yaitu mulai dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2004. Informasi tentang
Earning Per Share (EPS) tahunan diperoleh dari Bursa Efek Jakarta (BEJ)
tempat perusahaan melakukan go public. Data mengenai EPS ini diukur dengan
satuan rupiah dan berskala rasio.
Tingkat bunga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat bunga
deposito semesteran Bank-bank Pemerintah, yang sumber informasinya
diperoleh dari laporan Bank Indonesia dengan perioda waktu tahun 2002 sampai
dengan tahun 2004. Tingkat bunga merupakan variabel yang dapat dijadikan
pedoman oleh investor untuk menentukan investasi atas dana yang dimiliki. Data
mengenai tingkat bunga deposito diukur dengan angka presentase dan berskala
rasio.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang diselidiki lebih kecil maka biaya menjadi lebih sedikit. Kedua, menghemat
waktu dan tenaga karena data dapat segera dikumpulkan, diolah, dan diselidiki
sehingga hasilnya dengan cepat dapat digunakan. Ketiga, pengamatan pada hal-
hal khusus yang sudah ditentukan sebelumnya. Dan keempat, data yang
diperoleh lebih akurat. Sedangkan kelemahan dari non-random sampling,
Pertama, jika data diperlukan dari wilayah-wilayah yang amat kecil, maka
diperlukan sampel yang relatif besar proporsinya. Kedua, jika data yang
dibutuhkan untuk beberapa periode waktu yang teratur dan diperlukan untuk
mengukur perubahan yang sangat kecil dari suatu periode ke periode lain maka
sampel yang besar mungkin dibutuhkan. Dan ketiga, jika pengambilan sampel
membutuhkan biaya administrasi yang besarnya luar biasa yang disebabkan
oleh pemilihan sampel, maka metode ini menjadi tidak praktis.
Sesuai dengan pernyataan di atas, bahwa kelebihan dari penyampelan
dengan non-random sampling adalah faktor kepraktisan (kecepatan waktu dan
biaya yang murah) yang merupakan pertimbangan pokok dalam pemilihan
sampel secara tidak acak, sedangkan kelemahan pada metode ini adalah hasil
analisis yang kemampuan generalisasinya rendah.
Sedangkan syarat yang perlu diperhatikan untuk penyampelan secara
purposive, menurut Hadi (1983:83) dalam Mulyono (2000:104) adalah
didasarkan pada:
1. Informasi yang mendahului (previous knowledge) tentang kondisi populasi,
dan informasi ini harus akurat.
2. Sampel penelitian tersebut mempunyai keterkaitan yang erat dengan ciri-ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya di mana penentuan
sampel didasarkan pada kelompok kunci (key areas, key groups, dan key
clusters).
Bertolak dari pernyataan di atas, maka secara umum ciri-ciri dan sifat-sifat
perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut:
1. Terdaftar sebagai anggota Bursa Efek Jakarta selama periode penelitian.
2. Memasarkan sahamnya melalui Bursa Efek Jakarta.
3. Bergerak dalam bidang Food and Beverage.
4. Transaksi saham dipengaruhi oleh mekanisme pasar modal dan juga
dipengaruhi oleh informasi-informasi yang berlaku bagi seluruh perusahaan
yang go public.
22
(nyata) dari seluruh variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y).
2. H A : 1 = 2 0, artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
(nyata) dari seluruh variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y).
23
R 2 /( k 1)
Fhitung
(1 R 2 ) /( n k )
Sedangkan untuk menentukan F tabel digunakan taraf signifikan sebesar 5% dan
lebih dari F tabel ( Fhitung > F tabel ), maka terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel bebas secara simultan terhadap variabel terkait, atau dengan kata lain
H 0 ditolak dan hipotesis H A diterima. Sebaliknya jika Fhitung kurang dari F tabel
( Fhitung > F tabel ), maka H 0 diterima dan hipotesis H A ditolak, artinya tidak
terdapat pengaruh nyata secra simultan dari variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Kelebihan dari pengujian hipotesis dengan uji F adalah hasil pengujian
antara pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen memiliki tingkat keakuratan yang baik. Sedangkan, kelemahan dari uji
ini adalah hasil regresi yang tidak bisa digeneralisasi dengan model variabel lain
yang tidak termasuk dalam model penelitian, karena pengujian ini hanya
menggunakan model variabel yang telah ditentukan. Sehingga hasil dari regresi
tidak akan sama bila menggunakan variabel-variabel lain yang tidak termasuk
dalam model penelitian.
3.3.1.2 Uji t
Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel
bebas terhadap variabel terikat, di mana hipotesis yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. H 0 : 1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan) dari seluruh
koefisien regresi βi
t hitung
standard deviasi i
H 0 ditolak atau Xi diterima, bilamana t hitung lebih besar dari t tabel , artinya terdapat
pengaruh signifikan dari variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.
Kelebihan dari pengujian hipotesis dengan uji t adalah hasil pengujian yang
memiliki tingkat signifikansi yang akurat hanya pada masing masing variabel
independen yang terdapat dalam model penelitian. Sedangkan, kelemahan dari
uji t adalah hasil regresi yang tidak bisa digeneralisasi karena pengujian ini
hanya menggunakan model variabel yang telah ditentukan, sehingga hasil dari
regresi tidak akan sama apabila penelitian menggunakan variabel-variabel lain
yang tidak terdapat dalam model penelitian ini.
Y 0 1 1 2 2 e
Untuk memperoleh nilai koefisien 1 , yang tidak bias, model harus memenuhi
asumsi-asumsi klasik berikut: tidak ada multicollinearity, tidak ada gejala
heteroskedastisitas, dan tidak ada autokorelasi (Gujarati, 1995:313).
Yang dimaksud dengan multicollinearity adalah situasi karena adanya
korelasi antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas lainnya. Ada
beberapa cara yang bisa dipakai mendeteksi ada tidaknya gejala
multicollinearity, Gujarati (2003) dalam Ghozali (2005:91-92) cara untuk
mendeteksi terjadinya multicollinearity diantaranya dengan melihat nilai dari (1)
nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factorI (VIF). Nilai cutoff yang
25
d < dL : menolak H 0
d > dU : menerima H 0
d > 4 - dL : menolak H 0
d < 4 - dU : menerima H 0
2 2
determinasi ( R ), dalam hal ini digunakan adjusted R karena nilai variabel
bebas yang diukur terdiri dari nilai rasio absolut dan nilai perbandingan.
2
Kegunaan dari adjusted R adalah:
1. Sebagai ukuran ketepatan garis regresi yang diterapkan suatu kelompok data
2
hasil survei. Semakin besar nilai adjusted R maka akan semakin tepat suatu
2
garis regresi, sebaliknya semakin kecil adjusted R , maka akan semakin tidak
tepat garis regresi tersebut mewakili data hasil observasi.
2. Untuk mengukur besarnya proporsi atau presentase dari jumlah variasi dari
variabel terikat, atau untuk mengukur sumbangan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
27
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
TABEL 4.2
Earning Per Share (EPS) Tertinggi dan Terendah Kelompok Perusahaan
Food and Beverage yang Menjadi Sampel Penelitian
(2002-2004)
No. Nama Perusahaan EPS Tertinggi EPS Terendah
Bln/Thn (Rp) Bln/Thn (Rp)
1 PT. Ades Water Indonesia 12/03 220 12/04 (280)
2 PT. Aqua Golden Mississippi 12/04 6.798 12/02 5.023
3 PT. Cahaya Kalbar 06/02 93 12/04 (9)
4 PT. Delta Djakarta 12/02 2.800 06/02 209
5 PT. Indofood Sukses Makmur 12/02 132 12/04 40
6 PT. Mayora Indah 12/02 158 12/03 131
7 PT. Multi Bintang Indonesia 06/03 5.007 06/02 3.174
8 PT. Prashida Aneka Niaga 06/03 8.192 12/02 (1.079)
9 PT. Sekar Laut 06/02 858 12/02 (583)
10 PT. Siantar Top 06/02 43 06/03 7
11 SMART 06/02 2.107 12/04 (185)
12 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food 12/02 201 06/02 (51)
13 PT. Tunas Baru Lampung 06/02 54 06/03 18
14 PT. Ultrajaya Milk 12/02 10 12/04 2
TABEL 4.3
Tingkat Bunga Rata-rata Deposito Semesteran
Bank-Bank Pemerintah Periode 2002-2004
Bulan/Tahun Tingkat Bunga (%)
06/02 15,86
12/02 13,86
06/03 12,12
12/03 7,96
06/04 6,23
12/04 6,99
Sumber : Statistik Keuangan Bank Indonesia
Kemudian, dari uji ANOVA atau uji F didapat nilai Fhitung sebesar 89,241
Dari hasil Uji t diketahui bahwa dari ke dua variabel independen yang
dimasukkan ke dalam model regresi yaitu Earning Per Share (EPS) dan Tingkat
Bunga yang memiliki signifikansi masing-masing 0,000 dan 0.662, dan diketahui
bahwa variabel Tingkat Bunga tidak signifikan karena jauh di atas 0.05. sehingga
hipotesis 2 ditolak karena hanya variabel EPS saja yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap harga saham, sedangkan pada variabel Tingkat Bunga tidak
terdapat pengaruh yang sigfnifikan.
Tidak terdapatnya pengaruh yang signifikan pada variabel Tingkat Bunga,
dikarenakan para investor beranggapan bahwa pada perusahaan-perusahaan
Food & Beverage tidak begitu terpengaruh terhadap fluktuasi kondisi ekonomi
sehingga Tingkat Bunga bukan merupakan pertimbangan yang signifikan.
33
Selain itu, karena melihat kondisi EPS yang relatif stabil pada perusahaan-
perusahaan Food & Beverage walaupun kondisi ekonomi berfluktuasi
mengakibatkan para investor tetap tertarik menanamkan investasinya ke
perusahaan-perusahaan Food and Beverage.
Tolerance VIF
1 (Constant)
EPS 0,998 1,001
TB 0,998 1,001
Model Sig.
1 (Constant) 0.928
EPS 0.111
TB 0.495
pada DU < DW hitung < (4- DU ). Hasil uji Durbin-Watson disajikan pada Tabel 4.8
berikut ini:
TABEL 4.8
Hasil Uji Autokorelasi (Durbin-Watson)
DW hitung DW Tabel
DL DU
2,074 1,6 1,7
35
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa daerah penerimaan DW hitung terletak
pada 1,6 < 2,074 < 2,4, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi
pada model penelitian.
TABEL 4.9
Hasil Analisis Regresi
Variabel Bebas Koefisien Rergresi Standard Error t
hitung
X1 (EPS) 5,695 0,427 13,347
bahwa nilai Adjusted R 2 adalah 0,680. artinya secara simultan kedua variabel
bebas tersebut bisa menjelaskan perubahan harga saham sebesar 68%,
sedangkan selebihnya yakni 32%, harga saham dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak terdapat dalam model penelitian. Dengan demikian, maka pengaruh
EPS dan tingkat bunga terhadap harga saham perusahaan Food & Beverage
cukup kuat.
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
Earning Per Share (EPS) dan Tingkat Bunga terhadap Harga Saham.
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai pengaruh Earning Per Share
(EPS) dan Tingkat Bunga terhadap Harga Saham pada perusahaan-perusahaan
Food & Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, dapat ditarik kesimpulan:
1. Nilai Adjusted R 2 = 0,680 menunjukkan bahwa variabel bebas mampu
menjelaskan variabel terikat sebesar 68%, sedangkan sisanya 32%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi.
2. Berdasarkan pengujian secara bersama-sama, diketahui bahwa kedua
variabel bebas (EPS dan Tingkat Bunga) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham.
3. Berdasarkan pengujian secara parsial, diketahui bahwa hanya variabel EPS
yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan
variabel tingkat bunga tingkat bunga tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham pada perusahaan-perusahaan Food &
Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
5.3 Saran
1. Penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan periode penelitian
yang lebih panjang dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
2. Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan sampel penelitian yang lebih
banyak, tidak hanya pada perusahaan-perusahaan Food & Beverage saja.
Sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan, dan digunakan pada
pengambilan keputusan investasi oleh investor untuk jenis perusahaan lain.
3. Penelitian berikutnya diharapkan memasukkan variabel-variabel independen
lain yang berpengaruh terhadap variabel dependen, yang belum dimasukkan
dalam model penelitian ini. Karena masih terdapat veriabel independen lain
yang mungkin juga berpengaruh terhadap harga saham selain earning per
share (EPS) dan tingkat bunga.
38
DAFTAR PUSTAKA
Fananni, Miftahul. 2004. Pengaruh Return On Equity (ROE), Earning Per Share
(EPS), dan Economic Value Added (EVA) terhadap Harga Saham (Studi
Pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Listed di BEJ
Periode Pengamatan 2001-2003). Skripsi. Tidak Dipublikasikan, Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.
Feba, Yosephin. A. 2002. Perubahan Kurs Valuta Asing, Tingkat Suku Bunga,
dan Rasio Keuangan terhadap Harga Saham. Skripsi. Tidak
Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.
Hidayati, Lilik. 2005. Pengaruh Earning Per Share (EPS) & Price Earning Ratio
(PER) terhadap Return Saham LQ-45 di BEJ. Skripsi. Tidak
Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.
Husnan, Suad. 1996. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Husnan, Suad & Pudjiastuti. Enny. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan
Analisis Sekuritas. Edisi 2. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Mulyono, Sugeng. 2000. Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Tingkat Bunga
terhadap Harga Saham. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol. 1 No. 2.
Pascasarjana Universitas Gajayana, Malang
Nawati, Fitria, G. 2004. Analisis Pengaruh Variabel Earning Per Share (EPS),
Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value, dan Return on Investment
(ROI) terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Food and
Beverage yang Listing di BEJ). Skripsi. Tidak Dipublikasikan, Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.
Prastowo, Dwi. 1995. Analisis Laporan Keuangan. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.