Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN LENGKAP MINGGU PERTAMA

STASE GERONTIK

DISUSUN OLEH :
FITRIA PUJI ARYANI, S.Kep
NIM : C03119020
MENGETAHUI

PRESEPTOR AKADEMIK TTD

1. TGL : .....................................
TANGGAL 2. TEPAT WAKTU
PENGUMPULAN
3. TERLAMBAT

SARAN PRESEPTOR
KLINIK/AKADEMIK

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
PRORAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

KONTRAK BELAJAR

Nama Mahasiswa : Fitri Rangian, S.Kep


NIM : C03119019
Kelompok : IV
Hari / Tangga. : Rabu, 29 April 2020

Strategi
Sumber Hasil Yang
Tujuan Pembelajar Waktu
Pembelajaran diharapkan
an
Pada Akhir 1. Standar Untuk Dalam PBK saya Untuk
Praktik Diagnosis mencapai akan menunjukkan menjaga agar
Stase Keperawa tujuan kemampuan dalam saya dapat
Keperawata tan tersebut mengelola Lansia mencapai
n Gerontik, Indonesia, saya akan : yang mengalami tujuan saya
saya Edisi I, 1. Melaku gangguan.......: merencanakan
mampu Jakarta : kan 1. Mempresentasi waktu sebagia
memberika PPNI Studi kan hasil berikut
n Asuhan 2. Standar pustaka laporan kepada Hari Ke 1 :
keperawata Luaran 2. Merawa pembimbing 1. Membuat
n pada lansi Keperawa t lansia 2. Tersusunnya Kontrak
Tn. AR yg tan yang laporan kasus Belajar
mengalami Indonesia, mengala 3. Pengesahan 2. Melakukan
gangguan Edisi I, mi pembimbing Pre dan
system Jakarta : ganggua untuk mencapai Post
kardiovasku PPNI n kompetensi. Converenc
ler 3. Standar system/ 4. Mengumpulkan e
Luaran keb data riwayat 3. Melakukan
Keperawa utuhan kesehatan pengkajian
tan …… 5. Melakukan pada lansia
Indonesia, Pemeriksaan 4. Membuat
Edisi I, Fisik pada Laporan
Jakarta : Lansia yang Pendahulu
PPNI mengalami an
4. Manarung Gangguan.....
R.T Hari Ke 2 :
bolong 1. Membuat
Magdalen pengkajian
a Asuhan
chiristinaa keperawata
suhan n berbasis
keperawat kebutuhan
an system dasar atau
endokrin penyakit.
5. Nurarif A 2. Revisi LP
Kusuma
. Hari Ke 3:
1. Menyusuu
n Rencana
Tindakan
Keperawat
an
2. Melakuka
n Responsi
Laporan
pendahulu
an
Hari Ke 4:
1. Melakukan
Implemtasi
dan
Evaluasi
2. Membuat
Video
Intervensi
yang telah
di
rencanakan
pada lansia
kelolaan
3. Mengajark
an Senam
Lansia
pada
Lansia
kelolaan

Hari ke 5 :
1. Revisi
perbaikan
Askep
2. Membuat
media
edukasi( S
AP dan
leaflet )
3. Melakuka
n Mini
case
degan
preceptor
4. Respon
Askep

Hari Ke 6 :
1. Pengumpu
lan Tugas
harian
berdasark
an
masalah
kebutuhan
pada
lansia
2. Ujian
OSCE dan
penkes (di
video)
berdasark
an kasus
yang
dikelola

Gorontalo, 29 April 2020


Preseptor

LAPORAN PENDAHULUAN diabetesmilitus (DM)

DISUSUN OLEH :
FITRIA PUJI ARYANI, S.Kep
NIM : C03119020
MENGETAHUI

PRESEPTOR AKADEMIK TTD

1. TGL : .....................................
TANGGAL
PENGUMPULAN
4. TEPAT WAKTU

5. TERLAMBAT

SARAN PRESEPTOR
KLINIK/AKADEMIK

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
Laporan pendahuluan
DIABETES MILETUS (DM)
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan
atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang
bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan
individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar
glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative
insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).Diabetes Melitus
(DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007) Menurut American Diabetes
Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan suatu kelompok
panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
a. Klasifikasi klinis DM
a) Tipe I : IDDM Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau
langerhans akibat proses autoimun.
b) Tipe II : NIDDM Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambila glukosa oleh jaringan perifer
dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati :
 Tipe II dengan obesitas
 Tipe II tanpa obesitas
b. Klasifikasi resiko statistik:
1) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa.
2) Berpotensi menderita kelainan glukosa.
2. Etiologi
DM Tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran
sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh:
1) Factor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I
2) Faktor imunologi (autoimun)
3) Factor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu autoimun
yang menimbulkan estruksi sel beta
DM Tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Factor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe
II: usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi 3
yaitu: (Sudoyo Aru, dkk. 2009)
1) < 140 mg/dL → normal
2) 140 - < 200 mg/dL → toleransi glukosa terganggu
3) > 200 mg/dL
3. Manifestasi klinik
a. Diabetes Tipe I
         hiperglikemia berpuasa
         glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
         keletihan dan kelemahan
         ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah,
hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran,
koma, kematian)
b. Diabetes Tipe II
         lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
         gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah
tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya
lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
          komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit
vaskular perifer)
c. Kriteria diagnosis DM: (Sudoyo Aru, dkk. 2009)
a. Gejala klasik DM+glukosa plasma sewaktu > 200mg/dL (11,1
mmol/L)
b. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan.
c. Gejala klasik DM+glukosa plasma > 126 mg/dL (7,0 mmol/L)
Puasa di artika pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya
8 jam d. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dL (11,0
mmol/L) TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan
beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus
dilarutkan ke dalam air.
4. Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi
puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat
menurunnya 6 simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan)
dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam -
asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi
insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan
asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda - tanda dan gejala seperti
nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton
dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan
elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi
serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama
yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika selsel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan 7 kebutuhan akan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes
tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan
ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah
yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi
badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik
tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes
tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut
lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler
nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang
berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif,
maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan
dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka
pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
5. Pathway
Penuaan keturunana ,infeksi , gaya hidup, obesitas
Sel beta pankreas rusak /terganggu
Produksi insulin glukosa intrasel
menurun
Gangguan metabolisme Glukogen meningkat pembentukan ATP
tergamggu
Metebolisme protein meninggkat Hiperglikemia Lemah
Asam aminoh darah meningkat glukosuria
Intoleran
Glukoneogenesis Diuretik Osmotik aktivitas
Poliuria
Dehidrasi
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah Polidipsi Gangguan pola
tidur

Glukoneagenesis Hipovolemia
Kulit gatal-gatal
Luka
Diabetic foot pembedahan Hiperosmalita
Pengeluaran horman histamine Koma
Kalori Keluar
Ganggan integritas
kulit /jaringan Nyeri akut Poli pagi
Resiko deficit
nutrisi
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kadar glukosa darah Table : Kadar glukosa darah sewaktu dan
puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaringan
b. Criteria diagnostic WHO untuk DM pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
1) Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa > 140 mg/dL (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam
kemudiansesudah mengkonsumsi 75 gram karbodhirat (2 jam
postprandial (pp) > 200 mg/dL).
c. Tes laboratorium DM Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes
sering, tes diagnostic, pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi
komplikasi.
d. Tes sering Tes-tes sering pada DM adalah:
1) GDP, GDS
2) Tes glukosa urin:
a) Tes konvensional (metode reduksi benedict)
b) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)
e. Tes diagnostic Tes-tes diagnostic pada DM adalah: GDP, GDS,
GD2PP (glukosa darah 2 jam post prandial), glukosa jam ke 2
TTGO f. Tes monitoring terapi Tes-tes monitoring teraoi DM
adalah:
1) GDP: plasma vena, darah kapiler
2) GD2PP: plasma vena
3) A1C: darah vena, darah kapiler
g. Tes untuk mendeteksi komplikasi Tes-tes untuk mendeteksi
komplikasi adalah:
1) Microalbuminuria: urin
2) Ureum, creatinin, asam urat

7. Komplikasi
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain :
a. Komplikasi Metabolik Akut Kompikasi metabolik akut pada
penyakit diabetes melitus terdapat tiga macam yang berhubungan
dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka
pendek, diantaranya:
1) Hipoglikemia Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah)
timbul sebagai komplikasi diabetes yang disebabkan karena
pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer & Bare, 2008).
2) Ketoasidosis Diabetik Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan
karena kelebihan kadar glukosa dalam darah sedangkan kadar
insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga mengakibatkan
kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia,
asidosis dan ketosis (Soewondo, 2006).
3) Sindrom HHDK (Koma Hiperglikemia Hiperosmoler
Nonketotik) Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus
yang ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa
serum lebih dari 600 mg/dl (Price & Wilson, 2006).
8. Penatalaksanaan
a. Insulin Insulin merupakan protein yang berukuran kecil dengan
berat molekul 5808 pada manusia. Insulin mengandung 51 asam
amino yang tersusun dalam 2 rantai yang dihubungkan dengan
jembatan disulfida. Insulin diproduksi langsung di dalam sel β
pankreas (Nolte dan Karam, 2002).
Pada individu sehat, sekresi insulin mengimbangi jumlah asupan
makanan yang bermacam-macam dengan latihan fisik. Namun
pada penderita diabetes tidak mampu mensekresi jumlah insulin
yang cukup untuk mempertahankan euglikemia. Akibatnya kadar
glukosa dalam 12 darah meningkat tinggi sebagai respon
terhadap makanan dan tetap tinggi pada keadaan puasa
(Schteingart,2006).
Terdapat empat tipe utama insulin yang tersedia, yaitu insulin
kerja cepat (rapid acting insulin), insulin kerja pendek (short
acting insulin), insulin kerja menengah (intermediate acting
insulin) dan insulin kerja panjang (long acting insulin) (Anonim,
2006a).
1) Rapid acting insulin, yaitu insulin lispro, asprat, gluisine.
Diabsorbsi sangat cepat ketika disuntikkan secara subkutan dan
mencapai puncak dalam serum dalam jangka waktu 1 jam. Masa
kerja insulin lispro tidak lebih dari 3-4 jam. Insulin jenis ini
biasanya digunakan untuk mengontrol kadar gula darah padien
Yang Naik setelah makan (Nolte dan Karam,2002).
2) Short acting insulin, insulin reguler dengan masa kerja pendek
yang efeknya terjadi dalam waktu 30 menit setelah penyuntikan
subkutan dan berlangsung selama 5-7 jam. Yaitu Regular (R)
atau novolin, yang mampu mencapai pembuluh darah serta
bekerja dengan cepat dan mempertahankan kadar gula darah.
(Nolte dan Karam, 2002).
3) Intermediate acting insulin dan long acting insulin, yaitu insulin
levemir, mencapai pembuluh darah sekitar 1-2 jam dan bekerja
selama 24 jam dan glargine insulin lente dengan mula kerja yang
lebih lambat dan dengan masa kerja yang panjang. Atau insulin
ultralente, yangmasuk ke pembuluh darah dalam waktu 30-90
menit dan bekerja Selma 24 jam. Insulin jenis ini dapat bekerja
selam seharian, oleh karena itu penggunaan insulin ini lebih
banyak digunakan setiap malam hari dan hanya satu kali saja
perhari sehingga dapat memberikan efek dalam jangka waktu
yang panjang. (Nolte dan Karam, 2002).

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah
komponen utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi
data, mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data.
Pengumpulan data antara lain meliputi :
a. Biodata
1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnose medis)
2) Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat,
hubungan dengan pasien)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama, biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat
dilakukan pengkajian. Pada pasien post debridement ulkus kaki
diabetik yaitu nyeri 5 – 6 (skala 0 - 10)
2) Riwayat Kesehatan Sekarang Data diambil saat pengkajian berisi
tentang perjalanan penyakit pasien dari sebelum dibawa ke IGD
sampai dengan mendapatkan perawatan di bangsal.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu Adakah riwayat penyakit terdahulu yang
pernah diderita oleh pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi
berapa kali, dan dirawat di RS berapa kali.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat penyakit keluarga , adakah
anggota keluarga dari pasien yang menderita penyakit Diabetes
Mellitus karena DM ini termasuk penyakit yang menurun.
c. Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi
sebelumnya,persepsi pasien dan keluarga mengenai pentingnya
kesehatan bagi anggota keluarganya.
2) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari,
jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi, jeni makanan dan
minuman, waktu berapa kali sehari, nafsu makan menurun / tidak,
jenis makanan yang disukai, penurunan berat badan.
3) Pola Eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama
sakit , mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa kali sehari,
konstipasi, beser.
4) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul
keringat dingin, kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas setelah
aktifitas, kemampuan pasien dalam aktivitas secara mandiri.
5) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,
gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.
6) Pola persepsi dan kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan
mengetahui tentang penyakitnya.
7) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri atau
perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.
8) Pola reproduksi dan seksualitas.
9) Pola mekanisme koping : emosi, ketakutan terhadap penyakitnya,
kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.
10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi ,
komunikasi, cara berkomunikasi.
11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan beribadah
selama sakit, ketaatan dalam berdo’a dan beribadah.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Penderita post debridement ulkus dm biasanya
timbul nyeri akibat pembedahanskala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan
rembes pada 18 balutan. Tanda-tanda vital pasien (peningkatan suhu,
takikardi), kelemahan akibat sisa reaksi obat anestesi.
2) Sistem Pernafasan Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya
pada pasien post pembedahan pola pernafasannya sedikit terganggu
akibat pengaruh obat anesthesia yang diberikan di ruang bedah dan
pasien diposisikan semi fowler untuk mengurangi atau menghilangkan
sesak napas.
3) Sistem Kardiovaskuler Denyut jantung, pemeriksaan meliputi
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada permukaan jantung,
tekanan darah dan nadi meningkat.
4) Sistem Pencernaan Pada penderita post pembedahan biasanya ada
rasa mual akibat sisa bius, setelahnya normal dan dilakukan pengkajian
tentang nafsu makan, bising usus, berat badan.
5) Sistem Muskuloskeletal Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada
masalah pada sistem ini karena pada bagian kaki biasannya jika sudah
mencapai stadium 3 – 4 dapat menyerang sampai otot. Dan adanya
penurunan aktivitas pada bagian kaki yang terkena ulkus karena nyeri
post pembedahan
6) Sistem Integummen Turgor kulit biasanya normal atau menurun
akibat input dan output yang tidak seimbang. Pada luka post
debridement kulit dikelupas untuk membuka jaringan mati yang
tersembunyi di bawah kulit tersebut
2. Penyimpangan,KDM

3. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah
2) Hipovolemia
3) Nyeri akut
4) Gangguan onteritaskulit/ jaringan
5) Ganggan pola tidur
6) Intoleran aktivitas
7) Resiko deficit nutrisi
1. Rencana Intervensi Keperawatan

N Luaran Intervensi
Diagnosa Keperawatan
o Keperawatan Keperawatan
1 Nyeri Akut b/d Agen Setelah Manajemen Nyeri
Pencedera Fisik dilakukan a. Observasi
tindakan 1. Identifikasi lokasi,
Gejalah dan tanda mayor keperawatan karakteristik,
Subjektif : selama …..x24 durasi, frekuensi,
1. Mengeluh nyeri jam diharapkan kualitas, intensitas
Objektif : Tingkat Nyeri nyeri
1. Tampak meringis menurun 2. Identifikasi skala
2. Bersikap protektif (Mis. Kriteria hasil: nyeri
Waspada, posisi 1. Kemampuan 3. Identifikasi respon
menghindari nyeri menuntaskan nyeri non verbal
3. Gelisah aktivitas 4. Identifikasi factor
4. Frekuensi nadi meningkat meningkat yang memperberat
5. Sulit tidur 2. Keluhan nyeri dan memperingan
Gejalah Dan Tanda Minor menurun nyeri
Objektif : - 3. Meringis 5. Identifikasi
Subjektif : menurun pengetahuan dan
1. Tekanan darah meningkat 4. Sikap keyakinan tentang
2. Pola napas berubah protektif nyeri
3. Napsu makan berubah menurun 6. Identifikasi
4. Proses berfikir 5. Gelisah pengaruh budaya
5. Menari diri menurun terhadap respons
6. Berfokus pada diri sendiri 6. Kesulitan nyeri
7. diaforesis tidur menurun 7. Identifikasi
7. Menarik diri pengaruh nyeri
menurun pada kualitas hidup
8. Berfokus 8. Monitor
pada diri keberhasilan terapi
sendiri komplementer
menurun yang sudah
9. Diaforesis diberikan
menurun 9. Monitor efek
10. Perasaan samping
depresi penggunaan
(tertekan) analgetik
menurun
11. Perasaan b. Terapeutik
takut 1. Berikan teknik
mengalami nonfarmakologis
cedera untuk mengurangi
berulang rasa nyeri (mis.
menurun TENS, hypnosis,
12. Anoreksia aupresur, terapi
menurun music,
13. Perineum biofeedback, terapi
terasa pijat, aromaterapi,
tertekan teknik imajinasi
menurun terbimbing,
14. Uterus kompres
teraba hangat/dingin,
membulat terapi bermain)
menurun 2. Kontrol
15. Ketegangan lingkungan yang
otot memperberat rasa
menurun nyeri (mis. suhu
16. Pupil ruangan,
dilatasi pencahayaan,
menurun kebisingan)
17. Muntah 3. Fasilitasi istirahat
menurun dan tidur
18. Mual 4. Petimbangkan
menurun jenis dan sumber
19. Frekuensi nyeri dalam
nadi pemilihan strategi
membaik meredakan nyeri
20. Proses c. Edukasi
berpikir 1. Jelaskan,
membaik penyebab, periode,
21. Focus dan pemicu nyeri
membaik 2. Jelaskan strategi
22. Fungsi meredakan nyeri
berkemih 3. Anjurkan
membaik memonitor nyeri
23. Perilaku secara mendiri
membaik 4. Anjurkan
24. Nafsu menggunakan
makan analgetik secara
membaik tepat
25. Pola napas 5. Ajarkan teknik
membaik nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyer
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2 Ketidakstabilan Kadar Setelah Manajemen
Glukosa Darah b/d Resistensi dilakukan Hiperglikemia
Insulin tindakan a. Observasi
intervensi 1. Identifikasi
Gejala dan Tanda mayor keperawatan kemungkinan
Subjektif : diharapkan penyebab
Hipoglikemia Kestabilan hiperglikemia
1. Mengantuk Kadar Glukosa 2. Identifikasi
2. Pusing darah situasi yang
Hiperglikemia meningkat menyebabkan
1. Lelah atau lesu dengan kebutuhan insulin
Objektif : Kriteria Hasil : meningkat
Hiperglikemia 1. Koordinasi (mis.penyakit
1. Gangguan koordinasi meningkat kambuhan)
2. Kadar glukosa dalam 2. Tingkat 3. Monitor kadar
darah/urin rendah kesadaran glukosa darah,
Gejala dan Tanda Minor meningkat jika perlu
Subjektif : 3. Menagntuk 4. Monitor tanda
Hipoglikemia menurun dan gejala
1. Palpitasi 4. Pusing hiperglikemia
2. mengeluh lapar menurun (mis. Poliuria,
Hiperglikemia 5. Lelah/lesu polidipsia,
1. Mulut kering menurun polifagia,
2. Haus meningkat 6. Rasa lapar kelemahan,
Objektif : menurun malaise,
Hipoglikemia 7. Gemetar pandangan kabur,
1. Gemetar menurun sakit kepala)
2. Kesadaran Menurun 8. Berkeringat 5. Monitor intake
3. Perilaku aneh menurun dan otput cairan
4. Sulit bicara 9. Mulut kering 6. Monitor keton
5. Berkeringat menurun urin, kadar
Hiperglikemia 10. Rasa haus analisa gas darah,
1. Jumlah urin meningkat menurun elektrolit, tekanan
11. Perilaku aneh darah ortostaltik
menurun dan frekuensi
12. kesulitan nadi
bicara b. Terapeutik
menurun 1. Berikan asupan
13. kadar cairan oral
glukosa 2. Konsultasi
dalam darah dengan medis
membaik jika tanda dan
14. Kadar gejalahiperglikem
glukosa ia tetap ada atau
dalam urin memburuk
membaik 3. Fasilitasi
15. Papitasi ambulansi jika
mambaik ada hipotensi
16. Perilaku ortostatik
membaik c. Edukasi
17. Jumlah urine 1. Anjurkan
membaik menghindari
Luaran olahraga saat
tambahan kadar glukosa
1. Kontrol darah lebih dari
risiko 250mg/dl
2. Perilaku 2. Anjurkan monitor
mempertaha kadar glukosa
nkan berat darah secara
badan mandiri
3. Perilaku 3. Anjurkan
menurunkan kepatuhan
berat badan terhadap diet dan
4. Status olahraga
anpertum 4. Ajarkan indikasi
5. Status dan pentingnya
intrapartum pengujian keton
6. Status unrine, jika perlu
nutrisi 5. Ajarkan
7. Status pengelolaan
pascapartum diabetes (mis.
8. Tingkat Penggunaan
penegtahuan insulin, obat oral,
monitor asupan
cairan,
penggantian
karbohidrat, dan
bantuan
professional
kesehatan
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
insulin, jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian cairan
iv, jika perlu
3. Kolaborasi
pemberian
kalium, jika perlu
Manajemen
hipoglikemi
Definisi :
mengidentifikasi dan
mengelola kadar
glukosa darah rendah
a. Observasi
1. Identifikasi
tanda dan
gejala
hipoglikemia
2. Identifikasi
kemungkinan
penyebab
hipoglikemia
b. Terapeutik
1. Berikan
karbohidrat
sederhana, jika
perlu
2. Berikan
glucagon, jika
perlu
3. Berikan
karbohidrat
kompleks dan
protein sesuai
diet
4. Pertahankan
kepatenan
jalan nafas
5. Pertahankan
akses IV, jika
perlu
6. Hubungi
layanan medis
darurat jika
perlu
c. Edukasi
1. Anjurkn
membawa
karbohidrat
sederhana tiap
hari
2. Anjurkan
memakai
identitas yang
tepat
3. Anjurkan
monitor kadar
glukosa darah
4. Anjurkan
berdiskusi
dengan tim
perawatan
diabetes
tentang
penyesuaian
program
pengobatan
5. Jelaskan
interaksi antara
diet,
insulin/agen
oral, dan
olahraga
6. Ajarkan
pengelolaan
hipoglikemia
(mis : tanda
dan gejala,
factor risiko,
dan
pengobatan
hipoglikemia
7. Ajarkan
perawatan
mandiri untuk
mencegah
hipoglikemi
( mis:
mengurangi
insulin/agen
oral, dan/ atau
meningkatkan
asupan
makanan dan
berolahraga

d. Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
dekstrose , jika
perlu
2. Kolaborasi
pemberian
glucagon, jika
perlu
Intervensi
Tambahan
1. Dukungan
kepatuhan program
pengobatan
2. Edukasi diet
3. Edukasi kesehatan
4. Edukasi latihan
fisik
5. Edukasi program
pengobatan
6. Edukasi prosedur
tindakan
7. Edukasi proses
penyakit
8. Identifikasi risisko
9. Konseling nutrisi
10. Konsultasi
11. Manajemen
medikasi
12. Manajemen
teknologi
kesehatan
13. Pelinbatan
keluarga
14. Pemantauan nutrisi
15. Pemberian obat
16. Pemberian obat
intravena
17. Pemberian obat
oral
18. Pemberian obat
subcutan
19. Perawatan
kehamilan resiko
tinggi
20. Promosi erat badan
21. Promosi dukungan
keluarga
22. Promosi kesadaran
diri
23. Surveilan
24. yoga
3 Hipovolemia Setelah Manajemen
b.d Kekurangan Intake Cairan dilakukan Hipovolemia
tindakan a. Observasi
keperawatan 1. Periksa tanda dan
selama ……x24 gejala hipovolemia
jam diharapkan (mis. Frekuensi
status cairan nadi meningkat,
membaik nadi teraba lemah,
Kriteria hasil: tekanan darah
1. Kekuatan menurun, tekanan
nadi nadi
meningkat menyempit,turgor
2. Output urine kulit menurun,
meningkat membrane mukosa
3. Membran kering, volume urin
mukosa menurun,
lembap hematokrit
meningkat meningkat, haus,
4. Pengisian lemah.)
vena 2. Monitor intake dan
meningkat output cairan
5. Ortopnea b. Terapeutik
menurun 1. Hitung kebutuhan
6. Dispnea cairan
menurun 2. Berikan posisi
7. Paroxysmal modified
nocturnal trendelenbrug
dyspnea 3. Berikan asupan
(PND) cairan oral
Menurun
8. Edema c. Edukasi
anasarka 1. Anjurkan
menurun memperbanyak
9. Edema asupan cairan oral
perife 2. Anjurkan
rmenurun menghindari
10. Berat badan perubahan posisi
menurun mendadak
11. Distensi d. Kolaborasi
vena 1. Kolaborasi
jagularis pemberian cairan
menurun IV isotonis ( mis.
12. Suara napas NaCl, RL)
tambahan 2. Kolaborasi
menurun pemberian cairan
13. Perasaan IV hipotonis
lemah ( mis. Glukosa
menurun 2,5% ,
14. Rasa haus NaCl0,4%,)
menurun 3. Kolaborasi
15. Konsentrasi pemberian cairan
urine koloid ( mis.
menurun albumin
16. Frekuensi plsamanate
nadi 4. Kolaborasi
membaik pemberian produk
17. Tekanan darah.
darah
mmbaik
18. Tekanan
nadi
membaik
19. Turgor kulit
membaik
20. Jagular
venous
pressure
(JVP)
membaik
21. Hemoglobin
membaik
22. Hematokrit
membaik
23. Cental
venous
pressure
membaik
24. Repluks
hepatojagul
ar membaik
25. Berat badan
membaik
26. Oliguria
membaik
27. Intake
cairan
membaik
28. Status
mental
membaik
29. Suhu tubuh
membaik

4 Gangguan Integritas Setelah Perawatan Luka


Kulit/Jaringan b/d Perubahan dilakukan a. Observasi
Sirkulasi intervensi 1. Monitor
keperawatan karakteristik luka
Gejalah dan tanda mayor selama ….x24 2. Monitor tanda-
Subjektif :- jam integritas tanda infeksi
Objektif : kulit dan b. Terapeutik
1. Kerusakan jaringan atau jaringan 1. Lepaskan balutan
lapisan kulit meningkat dan plester secara
Gejalah dan tanda minor dengan kriteria perlahan
Subjektif :- hasil : 2. Cukur rambur di
Objektif : 1. Elastisitas sekitar area luka
1. Nyeri meningkat jika perlu.
2. Perdarahan 2. Hidrasi 3. Bersihkan dengan
3. Kemerahan meningkat cairan NaCl atau
4. Hematoma 3. Perfusi pembersih
jaringan nontoksik sesuai
meningkat kebutuhan
4. Kerusakan 4. Pasang balutan
jaringan sesuai jenis luka
menurun 5. Pertahankan teknik
5. Kerusakan steril dalam
lapisan kulit perawatan luka
menurun 6. Ganti balutan sesuai
6. Nyeri jumlah eksudat dan
menurun drainase
7. Perdarahan 7. Berikan diet dengan
menurun kalori 30-35
8. Kemerahan kkal/kg BB/ hari
penurun dan protein 1,25-1,5
9. Hematoma g/kg BB/Hari
menurun 8. Berikan suplemen
10. Pigmentasi vitamin dan mineral
menurun sesuai indikasi
11. Jaringan 9. Berikan terapi
parut TENS jika perlu
menurun c. Edukasi
12. Nekrosis 1. Jelaskan tanda dan
menurun gejalah infeksi
13. Abrasi 2. Ajarkan prosedur
kornea perawatan luka
menurun secara mandiri
14. Suhu kulit d. Kolaborasi
membaik 1. Kolaborasi
15. Sensasi prosedur
membaik debridemen jika
16. Tekstur perlu
membaik 2. Kolaborasi
pemberian
antibiotic jika perlu.
5 Intoleransi aktivitas Setelah Manajemen Energi
berhubungan dengan dilakukan Observasi
kelemahan tindakan 1. Identifikasi
Gejala Tanda Mayor dan keperawatan gangguan
Minor selama x24 jam fungsi tubuh
Subjektif : diharapkan yang
1. Mengeluh lelah toleransi mengakibatka
2. Dispnea saat/setelah aktivitas n kelelahan
aktivitas meningkat 2. Monitor
3. Merasa tidak nyaman dengankriteria kelelahan fisik
setelah beraktivitas hasil : & emosional
4. Merasa lelah 1. Kemudahan 3. Monitor pola
Objektif : melakukan dan jam tidur
1. frekuensi jantung aktivitas 4. Monitor lokasi
meningkat >20% dari sehari-hari dan
kondisi istrirahat meningkat kettidaknyama
2. tekanan darah berubah2. Kekuatan nan selama
>20% dari kondisi istrahat tubuh melakukan
3. Gambaran EKG bagian atas aktivitas
menunjukan aritmia meningkat Terapeutik
saat/setelah aktivitas 3. Kekuatan 1. Sediakan
tubuh lingkungan yang
bagian nyaman dan
bawah rendah stimulus
meningkat (mis. cahaya,
4. Keluhan suara, suara,
lelah kunjungan)
menurun 2. Lakukan latihan
5. Dispnea saat rentang gerak
beraktivitas pasif dan /aktif
menurun 3. Berikan
6. Dispnea aktivitas
setelah distraksi yang
beraktivitas menengkan
menurun 4. Fasilitasi duduk
7. Perasaan di di sisi tempat
lemah tidur , jika
menurun tidak dapat
8. Frekuensi berpindah atau
nadi berjalan
membaik Edukasi
9. Tekanan 1. Anjurkan tirah
darah baring
membaik 2. Anjurkan
10. Saturasi melakukan
oksigen aktivitas secara
membaik bertahap
11. Frekuensi 3. Anjurkan
nafas menghubungi
membaik perawat jika
tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan.
6 Gangguan pola tidur Setelah Dukungan
berhubungan dengan dilakukan tidur
kurangnya control tindakan Observasi
tidur ditandai dengan keperawatan 1. Identifikasi pola
klen mengeluh sulit selama x24 jam aktivitas dan
tidur diharapkan pola tidur
Gejala dan tanda tidur membaik 2. Identifikasi faktor
mayor dengan kriteria penganggu tidur
Subjektif: hasil : 3. Identifikasi
1. Mengeluh sulit tidur 1. Kemampuan makanan dan
2. Mengeuh sering terjaga beraktivitas minuman yang
3. Mengeluh tidak puas meningkat menggangu pola
tidur 2. Kleuhan tiur
4. Mengeluh pola tidur sulit tidur 4. Identifikasi obat
berubah menurun tidur yang
5. Mengeluh istirahat 3. Kelihan dikonsusmsi
cukup sering Terapeutik
Gejala dan tanda terjaga 1. Modifikasi
minor menurun lingkungan
Subjektif: 4. Keluhan 2. Batasi waktu
1. mengeluh tidak puas tidur siang
kemampuan tidur 3. Fasilitasi
beraktivitas menurun menurun menghilangkan
5. Keluhan stress sebelum
pola tidur tidur
menurun 4. Tetapkan jadwal
6. Keluhan tidur rutin
istirahat 5. Lakukan
tidak cukup prosedur untuk
menurun meningkatkan
kenyamanan
6. Sesuaikan jadwal
pemberian obat
Edukasi
1. Jelaskan
pentingnya tidur
cukup
2. Anjurkan
menempati
kebiasaan waktu
tidur
3. Anjurkan
menghindari
makanan/minuma
n yang
mengganggu
tidur
3 Defisit Nutrisi b.d Nafsu Makan Manajemen Nutrisi
Peningkatan kebutuhan Setelah a. Observasi
metabolism dilakukan 1. Identifikasi
gejala dan tanda mayor tindakan status nutrisi
Subjektif : - keperawatan 2. Identifikasi
Objektif : selama 3x24 alergi dan
1. berat badan menurun jam diharapkan intoleransi
minimal 10% di bawah Nafsu Makan makanan
rentan ideal membaik 3. Identifikasi
Gejala dan tanda Kriteria hasil: makanan yang
minor 1. Keinginan disukai
Subjektif : makan 4. Identfikasi
1. cepat kenyang setelah membaik kebutuhan kalori
makan 2. Asupan dan jenis nutrien
2. kram/nyeri abdomen makanan 5. Identifikasi
3. Nafsu makan menurun membaik perlunya
3. Asupan penggunaan
Objektif : cairan selang nasogatrik
1. bising usus hiperaktif membaik 6. Monitor asupan
2. otot pengunyah lemah 4. Energy makanan
3. otot menelan lemah untuk 7. Monitor berat
4. membrane mukosa pucat makan badan
5. sariawan membaik 8. Monitor hasil
6. serum albumin turun 5. Kemampua pemeriksaan
7. rambut rontok n merasakan laboratorium
berlebihan makanan b. Terapeutik
8. diare membaik 1. Lakukan oral
9. cepat kenyang 6. Kemampua hygiene sebelum
n menikmati makan, jika
makanan perlu
membaik 2. Fasilitasi
7. Asupan menentukan
nutrisi pedoman diet
membaik (mis. Piramida
8. Stimulus makanan)
untuk 3. Sajikan
makan makanan secara
membaik menarik dan
9. Rasa lapar suhu yang sesuai
membaik 4. Berikan
makanan tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
5. Berikan
makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
6. Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
7. Hentikan
pemberian
makan melalui
selang nasogatrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
c. Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk jika
mampu
2. Ajarkan diet
yang di
programkan
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
(mis. pereda
nyeri, antiemetic)
, jika perlu
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu

DAFTAR PUSTAKA
Manarung R. T. Bolon Magdalena Christina. 2017. Asuhan Keperawatan Sistem

Endokrin. Jogjakarta. Penerbit CV Budi Utama.

Nurarif A. Kusuma H. 2015. NANDA NIC-NOC. Jilid 1. Jogjakarta. Medication

Nurarif A. Kusuma H. 2015. NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Jogjakarta. Medication

Nurarif A. Kusuma H. 2015. NANDA NIC-NOC. Jilid 3. Jogjakarta. Medication

Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan. Penerbit DPP PPNI.


Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan. Penerbit DPP PPNI.

Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan. Penerbit DPP PPNI.

Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan. Penerbit DPP PPNI.

Asuhan Keperawatan Pada NY S dengan Diagnosa


DiabetesMilitus (DM) Di Kelurahan hunggalua
Kec Limboto Kab Gorontalo

Ö
DISUSUN OLEH :
FITRIA PUJI ARYANI, S.Kep

NIM : C03119020
MENGETAHUI

PRESEPTOR AKADEMIK TTD

1. TGL : .....................................
TANGGAL 6. TEPAT WAKTU
PENGUMPULAN
7. TERLAMBAT

SARAN PRESEPTOR
KLINIK/AKADEMIK

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
Lampiran 03
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas diri klien
Nama Lengkap : Ny .S
Tempat/Tanggal Lahir : Sukoharjo 05 januari 1960
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan Terakhir : Smp
Diagnosis Medis : Diabetes Militus DM
Alamat : Hunggalua , Kec Limboto Kab
Gorontalo

2. Keluarga atau orang lain yang penting/dekat


yang dapat dihubungi Nama : Anisa
sugianto
Alamat : Hunggalua ,Kec Limboto, Kab
Gorontalo
No. Telepon : 085299949982
Hubungan dengan Klien : Anaknya

3. Aktivitas rekreasi
Hobi : Membaca al-quran
Bepergian / Wisata : Setiap setahun sekali pulang ke solo
Keanggotaan organisai : Organisasi keagamaan
Lain – lain : Beliau juga mengikuti program lansia di
puskesmas limboto

4. Riwayat keluarga
a. Saudara kandung

Nama Keadaan saat ini Keterangan


1. Suratman Sehat Saudara sepupu
2. Kesmo Meninggal Kakak
3. Sumiyati Sehat Adik
4. Suhardi Sehat Saudara sepupu

b. Riwayat kematian dalam


keluarga (1 tahun terakhir)
Nama :
Tidak ada
Umur : Tidak ada
Penyebab kematian : Tidak ada

c. Kunjungan keluarga : untuk saat ini keluarga belum melakukan


silahturahmi
B. Pola kebiasaan sehari – hari
1. Nutrisi
Frekuensi makan : 3 kali dalam sehari
Nafsu makan : baik
Jenis makanan : buah, sayur , ayam dan
nasi beras merah
Kebiasaan sebelum makan : minum air putih
Makanan yang tidak disukai : tidak ada
Alergi terhadap makanan : klien tidak memiliki
alergi makanan
Pantangan makanan : klien tidak di anjurkan
makan nasi di malam hari
Keluhan yang berhubungan dengan makan : tidak ada
2. Eliminasi
a. BAK

Frekuensi dan waktu : 4-5 kali dalam sehari ,


malam dan pagi hari
Kebiasaan BAK pada mala hari : 3 kali
Keluhan yang berhubungan dengan BAK :-
b. BAB
Frekuensi dan waktu : 2kali di waktu siang dan pagi hari
Konsistensi : lunak
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : tidak ada
Pengalaman memakai pencahar : tidak ada
3. Personal Hygiene
a. Mandi

Frekuensi dan waktu mandi : 2 kali pagi dan sore hari


Pemakaian sabun (ya/tidak) : ya, klien mandi menggunakan sabun
b. Oral hygiene

Frekuensi dan waktu gosok gig : 3 kali pagi sore dan malam
sebelum tidur
Menggunakan pasta gigi : yak lien mengosok gigi
menggunakan pasta gigi
c. Cuci rambut

Frekuensi : 3 kali dalam seminggu


Penggunaan shampo (ya/tidak) : ya
d. Kuku dan tangan
Frekuensi gunting kuku : 3kali dalam seminggu
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : setelah
beraktivitas klien mencuci tangan
4. Istirahat dan tidur
Lama tidur malam : 6 jam tapi klien merasa sering terbangun
untuk buanga air kecil
Tidur siang : 3 jam
Keluhan yang berhubungan dengan tidur : klien sering terbangun
untuk BAK dan sesekali dan merasa pola tidurnya mulai
berubah
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
a. Olahraga : ya sering mengikuti senan
lansia di puskesmas
b. Nonton TV : klien sering untuk nonton
tv
c. Berkebun / memasak : yak lien sering
memanfaatkan waktu senggang untuk memasak
d. Lain – lain : klien juga sering
menghabiskan waktu bersama cucu dan anak-anaknya
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
a. Merokok (ya/tidak) : tidak
b. Minuman keras (ya/tidak) : tidak
c. Ketergantungan terhadap obat : tidak hanya saja klien
mulai mengurangi minum yang mengandung manis klien hanya
sering mengkonsumsi obat herbal
7. Uraian kronologis kegiatan sehari – hari
Jenis Lama waktu untuk
Kegiatan setiap kegiatan
Mengikuti organisasi keagamaan 2 jam
Olah raga 1 jam
Memasak dan bersih- berih rumah 1 jam
Menjaga warung / took 1 jam
Menonton tv Tidak Menentu

C. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam satu tahun terakhir : klien beberapa bulan
yang lalu merasa lemas ,pusing tapi untuk beberapa hari ini klien
b. Gejala yang dirasakan : sering buang air kecil dan
merasa lemas
c. Faktor pencetus : makanan dan keturunan
d. Timbulnya keluhan : (bertahap)
e. Waktu mulai timbulnya keluhan : Dipagi atau Malam hari
f. Upaya mengatasi
 Pergi ke RS /klinik pengobatan/dokter praktik : ya ketika
sudah mulai merasakan gejalanya
 Pergi ke bidan/perawat : ya untuk
melakukan Tes GDSnya

 Mengkonsumsi obat – obatan sendiri : tidak


 Mengkonsumsi obat – obatan tradisional : ya seperti
jamu ( pahitan )
 Lain – lain : dan sering
mengkonsumsi gula diabetes

2. Riwayat kesehatan masa lalu


a. Penyakit yang pernah diderita : tidak ada klien hanya memiliki
riwayat DM ( Diabetes militus )
b. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, debu, dan lain – lain) :
klien tidak memiliki riwayat alergi baik makanan ataupun obat
c. Riwayat kecelakaan : klien tidak pernah memiliki riwayat
kecelakaan
d. Riwayat dirawat di rumah sakit : 1 tahun yang lalu karena klien
drop dan GDS klien tinggi
e. Riwayat pemakaian obat : klien jarang mengkonsumsi obat
dari dokter .

3. Pengkajian / pemeriksaan fisik (observasi, pengukuran, auskultasi,


perkusi dan palpasi)
a. Keadaan umum (TTV) : composmentis

b. Tekanan darah : 120/80mmhg

Frekuensi nafas : 20x/menit


Frekuensi nadi : 98x/menit
Suhu badan : 36,0derajat celcius
c. BB / TB : 68 kg / 149
d. Rambut : bentuk kepala simeyris tidak ada luka
dan warna rambut berudan dan sedikit

e. Mata : bentuk mata simetrs ,konjungtiva


anemis ,pupil isokor dan miosis keadaann mata baik dan tidak
kabur

f. Telinga : betuk teilnga simetris daun telinga


bersih tidak ada luka dan pendengaran baik

g. Mulut, gigi, dan bibir : bersih lidah tidak kotor gigi belakang
tampak belubang mukosa bibir kering

h. Dada : bentuk dada simetris antara kiri dan


kanan tidak ada jejas tidak ada penggunaan otot bantu nafas

i. Abdomen : bentuk perut sedikit membuncit


perstaltik usus 12 kali /menir tidak ada nyeri tekan

j. Kulit : turgor kulit baik, tidak ada luka , mulai


berkeriput

k. Ekstremitas atas : kekuatan otot baik yaitu 4444


ekstremitas atas masih bias digerakan.

l. Ekstremitas bawah : tonut otot baik 4444 bergerak bebas


secara perlahan –lahan
D. Lingkungan tempat tinggal
1. Kebersihan dan kerapihan ruangan : ruamha dan lingkungan rumah
klien bersih dan asri banyak pepohonan

2. Penerangan : baik setiap ruangan terdapat


lampu
3. Sirkulasi udara : baik terdapat banyak ventilasi
seperti jendala dan sirkulasi udara buatan

4. Keadaan kamar mandi dan wc : baik kamar mandi terletak tidak


jauh dari kamari klien

5. Pembuangan air kotor : limbah air kotor di buang


melewati selokan yang ada

6. Sumber air minum : klien sering membeli air minum


aqua di warung terdekat jika air untuk masak klien menggunakan pdam

7. Pembuangan sampah : klien membuang sampah di


tempat sampah umum dengan membawanya ketika klien akan pergi ke
toko
8. Sumber pencemaran : tidak ada
9. Resiko Injuri : -
E. Psikologis
1. Pengenalan masalah-masalah utama : klien mampu mengetahui dan
merajakan masalah atau gejala yang akan muncul ketika penyakitnya
kambuh

2. Sikap terhadap proses penuaan : melakukan ibadah dan beobat


3. Perasaan dibutuhkan : klien membutuhkan keluarga
4. Koping stressor : klien mampu memanajemen stress
5. Penyesuaian diri : klien mampu menyesuaikan diri
6. Kegagalan : klien pernah merasa gagal
7. Harapan saat ini dan yang akan datang : klien hanya ingin sehat dan
menjaga pola makan beliau
8. Tingkat ketergantungan : klien saat bergantung kepada suami dan
anak-anaknya
9. Focus diri : klien berfokus pada kesehatan dan kesembuhan
10. Perhatian : klien saat perhatian pada keluarga terutama cucu beliau
11. Rasa Kasih Sayang : klien memiliki rasa kasih saying terhadap
keluarga
12. Fungsi kognitif
a. Daya ingat : baik
b. Proses pikir : baik
c. Alam perasaan : baik

d. Orientasi : baik
e. Kemampuan dalam penyelesaian masalah : kurang baik

F. Sosial Ekonomi
1. Sumber keuangan : klien bersumber dari anak-anak dan toko
beliau
2. Kesibukan dalam mengisi waktu : berolahraga dan melakukan
kegiatan lain seperti masak dan bersih –bersih
3. Teman tinggal : suami anak dan cucu
4. Kegiatan organisasi : keagamaan
5. Pandangan terhadap lingkungannya : baik
6. Hubungan dengan orang lain di luar rumah : baik
7. Yang biasa mengunjungi : keluarga dan kerabat dekat
8. Penyaluran hobi/keinginan sesuai fasilitas yang ada : baik

G. Spiritual
1. Kegiatan ibadah : klien sangat rajin melakukan ibadah seperti
sholat dan mengaji dank lien jga sering melakukan organisasi
megaji di masjid beliau
2. Kegiatan keagamaan : baik
3. Cara lanjut usia menyelesaikan masalah : baik dan sangat tenang
4. penampilan lansia : baik
H. Pengkajian
Fungsional
Klien (KATZ
Indeks)
Termasuk / kategori yang manakah klien :

a. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK / BAB), menggunakan


pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
b. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi diatas

c. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.

d. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang lain.

e. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang


lain.
f. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain.

g. Ketergantungan untuk semua fungsi.

h. Lain-lain :
Keterangan :

Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif


dari orang lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu
fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia anggap
mampu.
 Kesimpulan Ny. S adalah A Ny. S merupakan lansia yang mandiri dan
mampu melakukan aktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain
I. Pengkajian Status Mental Gerontik

Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan


Short Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)
instruksi :

Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar dan catat


semua jawaban : catat jumlah kesalahan total
berdasarkan 10 pertanyaan
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
 01 Tanggal berapa hari ini?
 02 Hari apa sekarang?
 03 Apa nama tempat ini?
 04 Dimana alamat anda?
 05 Berapa umur anda?
 06 Kapan anda lahir? (minimal tahun
lahir)
 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
 08 Siapa presiden indonesia sebelumnya?
 09 Siapa nama ibu anda?
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secar menurun
Jumlah : 10 Jumlah :
Interpretasi hasil :

a. Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh

b. Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan

c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang

d. Salah 9-10 : Kerusakan intelektual berat

 Dari hasil pengkajian status mental gerontik didaptakan Ny .S benar


semua jadi dari hasil interpretasi fungsi intelektuL Ny. S utuh tidak ada
kerusakan

Yang Mengkaji

Fitria Puji Aryani


NIM : C03119020
I. IDENTIFIKASI DATA

a. Keluhan (Data Subjektif)


 Klien mengeluh lemas
 Klien mengeluh sulit tidur
 Klien klien mengatak sering pusing
 Sering terjaga ( terbangun karna BAK)
 Klien megatakan akhir akhir ini pola tidurnya berubah

b. Data objektif

 Kilen tampah lemah

 Klien tampak pucat

 TTV Klien

Tekanan Darah :120 /80 MMHG


Frekuensi Nadi :89X/MENIT
Frekuensi Nafas : 20X/MENIT
Suhu Badan : 36,0 Deraja tcelcius

 Klien terlihat loyo


II. KLASIFIKASI/PENGELOMPOKKAN DATA
BERDASARKAN GANGGUAN KEBUTUHAN
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
dibuktikan dengan klien mengeluh sulit tidur di tandai dengan klien
sering terbangun.

a. Keluhan (Data Subjektif)


 Klien mengeluh sulit tidur
 Klien klien mengatak sering pusing
 Sering terjaga ( terbangun karna BAK)
 Klien megatakan akhir akhir ini pola tidurnya berubah

b. Data objektif

 Kilen tampah lemah

 Klien tampak pucat

 TTV KLIEN

Tekanan Darah :120 /80 MMHG


Frekuensi Nadi :89X/MENIT
Frekuensi Nafas : 20X/MENIT
Suhu Badan : 36,0 Deraja tcelcius

 Klien terlihat loyo


III. ANALISA DATA BERDASARKAN
PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN
KDM

Penyakit (Diagnsa
Medis) Klien : DM ( diabetes militus)
Respon utama : lemas
Penyimpangan KDM : (Bagan Sistematis)
IV. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

NO Tanggal muncul Masalah Masalah


1 Gangguan pola tidur 29 april 2020
V. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan di
buktikan dengan klien mengeluh sulit tidur di tandai dengan sering
terbangun

1. Keluhan (Data Subjektif)


 Klien mengeluh sulit tidur
 Klien klien mengatak sering pusing
 Sering terjaga ( terbangun karna BAK)
 Klien megatakan akhir akhir ini pola tidurnya berubah

b. Data objektif

 Kilen tampah lemah

 Klien tampak pucat

 TTV KLIEN

Tekanan Darah :120 /80 MMHG


Frekuensi Nadi :89X/MENIT
Frekuensi Nafas : 20X/MENIT
Suhu Badan : 36,0 Deraja tcelcius

 Klien terlihat loyo


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Inisial klien : Ny. S

Rencana Tindakan Keperawatan


No Diangnosa Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi keperawatan
1.Ganggaun pola tidur berhubungan Setelah di lakukan tindakan 1 kali 24 jam di dapatkan Dukungan Tidur I.05174
dengan hambatan lingkungan pola tidur membaik dengan kriteria hasil L.05045 Observasi
ditandai dengan klien mengeluh sulit 1. Keluhan sulit tidur : menurun 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
tidur di tandai dengan klien sering 2. Keluhan sering terjaga : menurun 2. Identifikasi factor pengganggu tidur
terbangun D.0055 3. Keluhan pola tidur berubah : menurun ( fisik ata psikologis )
a. Keluhan (Data Subjektif) 3. Identifikasi makanan dan minuman yang
 Klien mengeluh lemas mengganggu tidur ( mis the kopi dan
 Klien mengeluh sulit tidur makan saat mendekati waktu tidur)
 Klien klien mengatak sering Terapeutik
pusing 1. Modifikasi lingkungan ( mis tempat
 Sering terjaga ( terbangun tidur )
karna BAK)
 Klien megatakan akhir Edukasi
akhir ini pola tidurnya 1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
berubah sakit
b. Data objektif 2. Anjurkan menghindari makanan dan
minumanyang mengganggu tidur
 Kilen tampah lemah

 Klien tampak pucat

 Klien terlihat loyo

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN


Inisial klien : Ny . S

No.Dx. TANGGAL JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI


1. 30 april 2020 14 30 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 16.30 S : Klien mengeluh sulit tidur
Hasil : klien mengatakan untuk aktir- O : Klien tampak loyo dan pucat
akhir ini pola tidur tidak teratur A: Masalah Gangguan Pola Tidur Belum
2. Identifikasi factor pengganggu tidur Teratasi
( fisik ata psikologis ) P : lanjutkan intervensi
Hasil : klien terganggu secara fisik klien 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
mengatakansering terbangun saat tidur 2. Identifikasi factor pengganggu tidur
malam karna sering BAK ( fisik ata psikologis )
3. Identifikasi makanan dan minuman yang 3. Identifikasi makanan dan minuman
mengganggu tidur ( mis the kopi dan yang mengganggu tidur ( mis the kopi
makan saat mendekati waktu tidur) dan makan saat mendekati waktu
Hasil : klien mengatakan setiap kali akan tidur)
tidur sering minum banyak dan sering 4. Modifikasi lingkungan ( mis tempat
minum air putih dan teh tidur )
4. Modifikasi lingkungan ( mis tempat 5. Jelaskan pentingnya tidur cukup
tidur ) selama sakit
Hasil : saya menganjurkan untuk 6. Anjurkan menghindari makanan dan
mengubah tempat tidur dan sesekali minumanyang mengganggu tidur
membersihkan tempat tidur saat mau
tidur
5. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
Hasil : klien mulai paham dan ingin
mengatur pola tidur dengan cara ingin
membuat jadwal tidur
6. Anjurkan menghindari makanan dan
minumanyang mengganggu tidur
Hasil : klien mencoba untuk
menghindari makan dan minum saat
sudah mau tidur
Foto dokumentasi dengan pasien
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

Standar Operasional Prosedur (SOP)


Memodifikasi Lingkungan Untuk Istirahat Tidur
Nama : Fitria Puji AryanI
Nim : C03119020
Program studi : Program Studi Ners
No Aspek penilaian
`1 Pengertian
Modifikasi lingkungan adalah suatuh bentuk atau cara untuk memodifikasi
lingkungan menjadi nyaman dan aman untuk seorang lansia ketika
melakukan sesuatu aktivitas atau kegiatan seperti tidur
2 Tujuan
1. Menbantu lansia untuk tetap nyaman dan aman ketika tidur
2. Membantu lansia dalam proses tidur
3. Sebagai salah satu kegiatan agar lansia tidak merasa gelisah
3 Indikasi
Untuk lansia atau klien yang memiliki gangguan istirahat tidur atau
gangguan pola tidur
4 Persiapan
1. Bantal kepala
2. Bantal guling
3. Kasur
4. Selimut
5. Tahapan Orientasi
 Memberikan salam dan memperkanalkan nama
 Menjelaskan maksud dan tujuan yang akan di lakukan
 Mengidentisikasi hambatan tidur
6. Tahapan Pelaksaan
 Atur Tempat yang rapi dan bersih
 Posisi selimut tidak membatasi gerakan dan tidak menimbulkan
tekanan pada tungkai dan lengan
 Posisi tubuh di atur yang mendukung relaksi
 Ruangan yang privat tenang dan agak redup ( pencahayaan yang
redup )
 Suhu ruangan yang nyaman ( tidak terlalu dingin atau tidak terlalu
panas
7 Tahapan terminasi
 Dokumentasi
 Akhiri kegiatan dengan baik

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


“DIABETES MELLITUS”
OLEH

Nama : Fitria Puji Aryani


Nim : c03119020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Diabetes Melitus (DM)


Sasaran : Keluarga dan Penderita Diabetes Melitus
Tempat :
Hari/Tanggal :
Waktu : 45 Menit
Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners Angkatan X FIKES UMGo

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan Penyuluhan selama 30 menit, peserta mampu memahami
tentang penyakit diabetes mellitus.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan dilakukan peserta dapat :
a. Menjelaskan pengertian diabetes mellitus
b. Menyebutkan klasifikasi diabetes mellitus
c. Menyebutkan penyebab diabetes mellitus
d. Menyebutkan gejala diabetes mellitus
e. Menjelaskan pengobatan diabetes mellitus
f. Menyebutkan komplikasi diabetes mellitus
C. MATERI
a. Pengertian diabetes mellitus
b. Klasifikasi diabetes mellitus
c. Penyebab diabetes mellitus
d. Gejala diabetes mellitus
e. Pengobatan diabetes mellitus
f. Komplikasi diabetes mellitus
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. ALAT DAN MEDIA
1. Leaflet
F. SUSUNAN ACARA PENYULUHAN
N KEGIATAN
TAHAP Peserta
O Penyuluh
1. Menyampaikan salam 1. Menjawab Salam
pembuka 2. Mendengarkan
Pembukaan 2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
1
5 menit 3. Menyampaikan tujuan
penyuluhan
4. Kontrak waktu
1. Menggali pengetahuan peserta 1. Menjawab
tentang diabetes mellitus pertanyaan
2. Menyampaikan materi tentang : 2. Memperhatikan
a. Pengertian diabetes dan
mellitus mendengarkan
b. Klasifikasi diabetes
Pelaksanaa mellitus
2 n c. Penyebab diabetes
15 menit mellitus
d. Gejala diabetes
mellitus
e. Pengobatan diabetes
mellitus
f. Komplikasi diabetes
mellitus
1. Tanya jawab tentang materi yang 1. Bertanya dan
telah diberikan menjawab
2. Menanyakan kepada peserta : pertanyaan
a) Pengertian diabetes mellitus
b) Klasifikasi diabetes mellitus
Diskusi dan
c) Penyebab diabetes mellitus
3 Evaluasi
d) Gejala diabetes mellitus
8 menit
e) Pengobatan diabetes
mellitus
f) Komplikasi diabetes
mellitus
3. Membagikan Leaflet
1. Menyimpulkan kegiatan 1. Mendengarkan
penyuluhan 2. Menjawab salam
Terminasi 2. Mengucapkan terima kasih atas
4
2 menit peran serta peserta
3. Menyampaikan salam
penutup

G. PENGORGANISASIAN
Pembimbing :
Moderator : Eka Putri

H. DESKRIPSI PENGORGANISASIAN
1. Moderator
a. Mengatur jalannya penyuluhan
b. Menyampaikan judul materi
c. Mengatur kontrak waktu
d. Menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus
e. Memperkenalkan penyaji materi, fasilitator, memberi salam pembuka
2. Penyaji
a. Menyajikan materi penyuluhan dan
b. Menjawab pertanyaan dari peserta
3. Observer : Mengamati dan menilai proses penyuluhan
4. Fasilitator : Menstimulasi peserta yang tidak aktif

I. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Peserta hadir di tempat penyuluhan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan di Ruang Pandan Wangi RSUD dr.
Soetomo Surabaya.
c. Pengorganisasian penyelenggara dilakukan sebelum peserta penyeluhan
diseleksi.
d. SAP dan leaflet dibuat 3 hari sebelum penyuluhan.
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Peserta mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
d. Peserta yang hadir minimal 10 orang.
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta dapat menjelaskan pengertian diabetes mellitus
b. Peserta dapat menyebutkan klasifikasi diabetes mellitus
c. Peserta dapat menjelaskan penyebab diabetes mellitus
d. Peserta dapat menjelaskan gejala diabetes mellitus
e. Peserta dapat menjelaskan pengobatan diabetes mellitus
f. Peserta dapat menjelaskan komplikasi diabetes mellitus
MATERI PENYULUHAN
“DIABETES MELLITUS”

A. Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi
insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi dengan efektif. Hiperglikemia atau peninggian kadar gula darah
adalah suatu efek yang sering dijumpai pada diabetes yang tidak terkontrol dan jika
dibiarkan, dalam jangka masa panjang dapat menyebabkan kerusakan pelbagai sistem
tubuh terutama sistem persarafan dan pembuluh darah (WHO, 2006).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, k erja insulin, atau kedua-duanya (ADA,
2010).
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan kelainan metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang disebabkan oleh karena adanya defisiensi insulin
baik relatif maupun absolut (Colledge et al, 2006).
Berdasarkan kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia) tahun 2011, seseorang dikatakan menderita diabetes jika ada gejala
diabetes melitus dengan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL atau adanya gejala
klasik diabetes melitus dengan kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL atau kadar
gula plasma 2 jam pada tes tolerans i glukosa oral (TTGO) ≥200 mg/dL (PERKENI,
2011). Dari berbagai definisi yang disebutkan, dapat disimpulkan bahwa diabetes
melitus adalah suatu penyakit metabolisme kronis yang disebabkan adanya kelainan
dari produksi, sekresi dan kerja insulin yang ditandai dengan dengan peninggian
kadar glukosa darah (hiperglikemia). Seseorang dikatakan menderita diabetes jika
memiliki kadar glukosa darah ≥ 126 mg/dL dan ≥ 200 mg/dL pada tes glukosa darah
sewaktu.
Untuk menilai prestasi diabetesi menjalankan diet, olahraga dan obat dengan
baik dapat dilihat di Rapor Diabetisi pada butir a, b, c, dan d. Ada 4 pedoman untuk
mengetahui Rapor Diabetisi, yaitu (Tjokroprawiro, 2012) :
1. Kadar Gula Darah sebelum Makan atau Puasa (GDP), target antara 70 - 130
mg/dl
2. Kadar Gula Darah 1 Jam Post Prandial (G1JPP) = 1 jam sesudah makan,
target < 180 mg/dl
3. Gula Darah Rerata dalam 1 hari (GDR), target < 170 mg/dl
4. Rapor 2 – 3 bulan terakhir (atau sering disebut ‖rapor akhir‖), yaitu A1C (dulu
namanya HbA1C) normal < 7 %.
B. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi etiologi diabetes melitus menurut American Diabetes Association (2007) :
Tabel 2.1. Klasifikasi etiologi Diabetes Melitus
Tipe Diabetes Melitus Keterangan
Tipe diabetes dengan defisiensi insulin absolut
akibat kerusakan sel -sel β pankreas. Umumnya
Tipe 1 disebabkan :
1) Proses autoimun
2) idiopatik
Mulai dari yang predominan resistensi insulin
dengan defisiensi insulin relatif sampai yang
Tipe 2
dominan defek sekresi insulin dengan resistensi
insulin.
Tipe lain 1. Defek genetik fungsi sel beta
2. Defek genetik kerja insulin
3. Penyakit eksokrin pankreas
4. Endokrinopati
5. Karena obatan atau zat kimia
6. Infeksi
7. Imunologi
8. Sindroma genetik lain yang berhubungan
dengan diabetes melitus
Diabetes melitus Diabetes semasa kehamilan
gestational
Sumber : Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th edition, 2008

C. Penyebab Diabetes Mellitus


Faktor-faktor resiko berhubungan dengan terjadinya diabetes melitus dapat dibagi
menjadi dua (WHO,2006), yaitu, :
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah (non -modifiable) :
a) Usia.
Resistensi insulin lebih cenderung terjadi seiring pertambahan usia.
b) Ras atau latar belakang etnis
Resiko diabetes melitus tipe 2 lebih besar pada hispanik, kulit hitam,
penduduk asli Hawaii. Hal ini disebabkan oleh nilai rata -rata tekanan darah
yang lebih tinggi, obesitas, dan pengaruh gaya hidup yang kurang sehat.
c) Riwayat penyakit diabetes melitus dalam keluarga.
Seseorang dengan ahli keluarga yang menderita deabet es melitus mempunyai
resiko yang lebih besar untuk menderita penyakit yang sama ini dikarenakan
gen penyebab diabetes melitus dapat diw arisi orang tua kepada anaknya
(Colledge et al, 2006)
2. Faktor resiko yang dapat diubah (modifiable) :
1) Obesitas
2) Gaya hidup
3) Hipertensi
4) Kadar glukosa darah
D. Gejala Diabetes Mellitus
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita diabetes. Kecurigaan adanya diabetes
perlu difikirkan apabila terdapat keluhan klasik diabetes melitus seperti di bawah ini
(Kumar dan Clark, 2005 ) :
1. Keluhan klasik diabetes melitus be rupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita

E. Pengobatan Diabetes Mellitus


Diabetes melitus tipe 2 fase awal dapat ditangani dengan diet dan olahraga tetapi
seiring dengan berkembangya perjalanan penyakit diabetes melitus tipe dua ini
intervensi medika mentosa menjadi perlu untuk menangani hiperglikemia.
1. Penatalaksanaan Non-farmakologi
Cara yang paling efektif untuk meningkatkan sensitivitas insulin adalah penurunan
berat badan bagi pasien diabetes melitus tipe 2 dengan berat badan berlebih dan
mempertahankan berat badan ideal (Gilby, 2007). Langkah ini dapat dicapai dengan
melakukan perubahan gaya hidup yaitu melakukan olahraga dan kontrol diet. Kedua
modalitas ini sangat efektif dalam meningkatkan kerja insulin dengan cara
memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan kadar gula darah pada penderita
diabetes melitus tipe 2 (Meeking, 2011).
2. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi dalam rangka untuk menurunkan kadar gula darah
adalah perlu apabila perubahan gaya hidup dan diet gagal untuk mencapai atau
mempertahankan kontrol glikemik n ormal (Gilby, 2007). Obatan antidiabetik
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu, oral dan suntikan.
a. Obat antidibetik oral.
Terdapat beberapa klasifikasi obatan antidiabetik oral dan yang paling sering
digunakan adalah dari golongan metformin, thiazolidinedio nes (TZD),
sulfonilurea, analog meglitidin, alpha glucosidase inhib itors, insulin dan
terapi GLP-1 (Meeking, 2011)
1) Metformin
Metformin adalah dari golongan insulin-sensitizing agents dimana ia
tidak menstimulasi perlepasan insulin dari pankreas sebaliknya hanya
meningkatkan sensitivitas hepar terhadap insulin. Metformin menurunkan
kadar glukosa darah tanpa menyebabkan hipoglikemi dengan cara
meransang pembentukan cadangan glikogen di otot rangka.
2) Thiazolidinedione (TZD)
TZD juga adalah dari golongan insulin-sensitizing agents dan berfungsi
sebagai Peroxisome Proliferator Activated Receptor -gamma (PPARγ )
agonist. TZD meningkatkan sensivitas insulin dengan cara menstimulasi
reseptor PPARγ pada jaringan lemak dimana TZD membantu dalam
meningkatkan transkripsi gene sensitif insulin seperti GLUT 4, dan
lipoprotein lipase.
3) Sulfonilurea
Obatan sulfonilurea menstimulasi sekresi insulin dari sel beta pankreas
untuk memberikan kesan hipoglikemi langsung. Obatan golongan ini
berikatan dengan reseptor sulfonilurea pada sel beta pankreas. Hal ini
menyebabkan ATP-sensitive potassium channel menutup dan
menyebabkan influks kalsium ke dalam sel dan menyebabkan pengaktifan
protein yang mengontrol granul insulin melalui aktivasi dari protein
kinase C.
4) Analog Meglitidine
Analog meglitidine menstimulasi fase pertama dari perlepasan insulin.
Sama seperti golongan sulfonilurea, golongan analog megdlitidine ini
berikatan dengan reseptor sulfonilurea pada sel beta pankreas. Obatan
golongan ini dapat diberikan secara kombinasi dengan agen hipoglikemi
yang lain kecuali sulfonilurea kerana cara keduanya akan berikatan pada
reseptor yang sama.
b. Obat antidiabetik non-oral
1) Insulin
Karena fungsi sel beta pankreas cenderung memburuk pada penyakit
diabetes melitus tipe 2, banyak pasien akhirnya akan memerlukan terapi
insulin. Terdapat tiga jenis insulin yaitu short-acting, long-acting dan
mixed insulin preparations.
2) Terapi GLP-1
GLP-1 dihasilkan dari gene proglukagon di L-cell pada usus halus dan
disekresikan sebagai respons terhadap nutrisi. GLP-1 memberikan efek
dengan cara menstimulasi perlepasan glucose-dependent insulin dari sel
islet pankreas.

Sepuluh petunjuk hidup sehat untuk pasien diabetes (Tjokroprawiro, 2012):


(1) G (Gula)
Batasi penggunaan gula dan makanan/minuman yang terlalu manis. Untuk penderita
Diabetes (Diabetisi), gula atau glukosa dilarang sama sekali. Motto untuk para
Diabetisi adalah Sugar is Disease. Para Diabetisi harus berusaha regulasi DM yang
baik dan berkesinambungan (target: A1C < 7%, kadar glukosa darah sebelum makan
< 130 mg/dl, glukosa darah 1 jam sesudah makan < 180 mg/dl).
(2) U (Urat = asam urat)
Batasi makanan yang mengandung banyak purin, karena purin dapat menimbulkan
hiperurisemia dengan efek samping antara lain: 1. mudah timbul agregasi trombosit
(penggumpalan darah) yang dapat memacu timbulnya aterosklerosis penyampitan
pembuluh darah, 2. dapat menyebabkan urolithiasis atau batu saluran kencing, 3.
dapat menyebabkan timbulnya penyakit gout atau sakit sendi. Batasi lah makan atau
konsumsi JAS-BUKKKET (Jerohan, Alkohol, Sarden, - Burung dara, Unggas,
Kacang Tanah, Kaldu, Kerang, Emping, Tape) agar kadar asam urat dalam darah
menjadi sekitar 5 sampai 7 mg/dl.
(3) L (Lemak atau Lipid)
Usahakan mencapai DESIREBLE LIPID TRIAD (kolesterol-total, trigliserida,
kolesterol-HDL) seperti di atas, atau cegahlah terjadinya dislipidemia (kadar lemak
darah yang tidak normal) dengan cara :
a) hindari makanan berlemak yang berlebihan, jangan terlalu sering makan di
restoran yang atherogenik, dan batasi makan TeK-KUK-CS2 (Telur, Keju -
Kepiting, Udang, Kerang - Cumi, Susu, Santan).
b) budayakan makan sayur dan buah-buahan setiap hari.
(4) O (Obesitas)
Cegah kegemukan atau gizi-lebih atau obesitas.
Usahakan IMT < 23, atau BBR < 110%)

(5) S (Sigaret)
Bagi para perokok, usahakan berhenti merokok. Sekarang sudah ada obat anti rokok,
namanya: tablet Champix®, yang harus diminum selama 12 minggu.
(6) H (Hipertensi)
Cegahlah konsumsi garam yang berlebihan, karena garam dapat memacu terjadinya
hipertensi (tekanan darah tinggi). Usahakan tensi tidak melebihi 130/80 mmHg.
(7) I (Inaktivitas)
Lakukan olahraga teratur setiap hari untuk menghilangkan kalori sekitar 300 kkal,
atau 2000 kkal/minggu, atau jalan kaki setiap hari kurang lebih sejauh 3 km, atau sit-
up dipinggir bed 50 – 200x/hari. Hindari inaktivitas (tidak berolahraga).
(8) S (Stres)
Usahakan tidur nyenyak minimal 6 jam sehari untuk dapat meredam stress dan
merangsang regenerasi sel-sel tubuh. Atau, usahakan ―tidur semu‖ meskipun di
dalam mobil (tiduran, tidak bergerak, pejamkan mata, usahakan melepas semua
masalah).
(9) A (Alkohol)
Berhentilah minum alkohol
(10) R (Regular Chek Up)
Lakukan chek up (kontrol) secara teratur juga untuk orang normal atau Non-DM,
terutama untuk umur diatas 40 tahun. Bagi Diabetisi atau penderita yang mengidap
penyakit kardiovaskuler lakukan check up setiap 1, 2, 3 bulan atau lebih sering lagi.

Dalam melaksanakan Diet-Diabetes sehari-hari hendaknya diikuti pedoman “3J”


(Jumlah, Jadwal, Jenis), artinya :
1. J1: Jumlah: kalori yang diberikan harus habis.
2. J2: Jadwal: Diet harus diikuti sesuai dengan intervalnya, yaitu tiga jam.
3. J3: Jenis: makanan manis harus dihindari, termasuk pantang Buah
Golongan A. Jenis inilah yang paling sering menganggu kadar gula darah
(regulasi diabetes).
F. Komplikasi Diabetes Mellitus
Atherosklerosis adalah penyempitan pembuluh darah, yang pada diabetesi sering
terjadi pada otak, mata, jantung, ginjal, dan tungkai bawah. Apabila penyempitan
pembuluh dara terjadi pada (Tjokroprawiro, 2012):
1. otak, timbullah stroke (lumuh separo)
2. mata, mudah buta karena timbulnya retinopati diabetik (penyempitan dan
kerusakan pembuluh darah di retina)
3. jantung, mudah timbul penyakit jantung koroner atau infark jantung (mati
jantung mendadak), atau payah jantung akibat dari adanya kardiomiopati
4. ginjal, mudah timbul gagal ginjal kronik (nefropati diabetik)
5. tungkai bawah, mudah terjadi selulitis (radang kulit) atau gangrene (kaki
―busuk‖).
Dibandingkan dengan penderita Non-Diabetes Mellitus (normal) ternyata Diabetisi
mempunyai kecenderungan (Tjokroprawiro, 2012):
1. dua kali (2x) lebih mudah menderita stroke
2. dua puluh lima kali (25x) lebih mudah buta
3. dua kali (2x) lebih mudah mengalami penyakit jantung koroner / infark atau
payah jantung
4. tujuh belas kali (17x) lebih mudah mengalami gagal ginjal kronik dan
5. lima kali (5x) lebih mudah menderita selulitis atau gangren.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony S. Fauci, 2008. Harrison’s Internal Medicine, 17th Edition, USA, McGraw –
Hill
Colledge, N.R., Walker, B.R. and Ralston, S.H. 2006. Davidson’s Principles and
Practise of Medicine. 20th Ed. Edinburgh : Churchill Livingstone

Gilby, S 2007.Endocrinology. In : Longmore, M., Wilkinson, I., Turmezei, T.et al .


Oxford Handbook of Clinical Medicine . 7th Ed. New york : Oxford University
Press Inc.
Kumar, P.P.J. and Clark, M.L. 2005. Kumar & Clark : Clinical Medicine .
Edinburgh : Saunders Ltd

Meeking, D.R. 2011.Understanding Diabetes & Endocrinology: A Problem-Oriented


Approach. London, UK : Manson Publishing Ltd.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2011, Konsensus Pengelolaan


dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia

Tjokroprawiro, Askandar 2012, Garis Besar Pola Makan dan Pola Hidup sebagai
Pendukung Terapi Diabetes Mellitus, Pusat Diabetes dan Nutrisi Surabaya,
RSUD Dr. Soetomo Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga: Surabaya

World Helath Organization (WHO) 2006 Definition And Diagnosis Of Diabetes


Mellitus And Intermediate Hyperglycemia.
 Berat Badan Turun Drastis
DIABETES Pengertian Diabetes Mellitus: Ditambah salah satu
MELLITUS DIABETES MELLITUS (DM) atau pemeriksaan
dibawah ini:
penyakit gula / kencing manis
 Gula darah acak 200mg/dl
merupakan suatu kelompok penyakit
 Gula darah puasa 126mg/dl
metabolik yang ditandai dengan kadar
 Gula darah 2JPP 200mg/dl
gula darah yang melebihi normal, yang
terjadi karena kalainan sekresi insulin,
kerja insulin , atau keduanya.

Faktor resiko:
 Riwayat keluarga (Keturunan)
 Usia
 Aktifitas fisik kurang
 Kegemukan

Gejala:
OLEH:  Mudah haus
 Mudah lapar
FITRIA PUJI ARYANI  Sering kencing
C03119020  Berat badan turun drastic Komplikasi:
 Mata kabur sampai
Kriteria Diagnosis Gejala klasik :  kehilangan penglihatan
PROGRAM STUDI NERS
 Mudah Haus  Gangguan Ginjal
FAKULTAS KESEHATAN
 Mudah Lapar  Geringgingan , kesemutan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYA  Sering Kencin  Penyakit jantung coroner
GORONTALO  Stroke
 Penyakit pembuluh darah lainnya
olahraga teratur , tanpa harus
Pencegahan Komplikasi: mengkonsumsi obat diabetes.
Pemeriksaan mata minimal 1tahun sekali o Obat Diabetes tidak merusak
 Lakukan pemeriksaan laboratorium: ginjal justru melindungi ginjal
 Secara teratur minimal 1 bulan Terapi :
sekali a. Diet
 Gula darah puasa b. Latihan fisik
 Gula darah 2jam pasca puasa c. Obat anti diabetes
(setelah makan) d. Insulin
 Secara teratur setiap 3 bulan sekali TIPS:
 Pemeriksaan HbA1c  Konsultasikan kebutuhan kalori , porsi
 Pemeriksaan profil lemak makan dan jenis makanan dengan
 (Kolesterol, HDL, LDL, dokter atau ahli gizi
Trigliserida)minimal 6 bulan  Makanlah secara teratur 3x sehari
sekali.  Makanlah beragam makanan agar tubuh
 Pemeriksaan dan perawatan gigi mendapatkan nutrisi yang diperlukan
minimal 6 bulan sekali .  Kurangi makanan yang digoreng dan
 Pencegahan luka dan perawatan mengandung lemak
kaki secara seksama.
 Batasi gula dan makanan yang
 Stop merokok
mengandung gula
 Berolahraga secara teratur
 Hindari minuman yang mengandung
alkohol karena mengakibatkan reaksI
PENATALAKSANAN :
yang berbahaya dengan obat yang anda
o Diabetes dapat dikendalikan
minum
dengan pengaturan pola makan dan

Anda mungkin juga menyukai