Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Liken simpleks kronikus (LSK) merupakan peradangan kulit kronis,
gatal, dan sirkumskrip yang ditandai dangan penebalan kulit dan kulit
tampak lebih menonjol (likenifikasi) akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang. Liken simpleks kronikus disebut juga sebagai
neurodermatitis sirkumskripta atau liken vidal. Liken simpleks kronikus ini
bukanlah suatu proses yang primer, sebaliknya pasien merasakan gatal pada
area kulit tertentu dan menyebabkan adanya trauma mekanik akibat garukan
sehingga timbul likenifikasi.1
Bentuk lesi dari liken simpleks kronikus pada awalnya berupa plak
eritematosa dan sedikit edematosa, yang lambat laun edema dan eritema
akan menghilang. Pada bagian tengah berskuama dan menebal, disekitarnya
hiperpigmentasi, dan batas tidak jelas.Lokasi lesi paling sering adalah di
daerah skapula, samping leher, ekstensor ekstremitas, pergelangan kaki, dan
daerah anogenital. Namun dapat ditemukan juga pada daerah lain terutama
daerah-daerah yang terjangkau oleh tangan.1
Liken simpleks kronikus lebih sering ditemukan pada wanita
dibandingkan pria dengan perbandingan 2:1. Liken simpleks kronikus
jarang terjadi pada anak-anak. Puncak insidennya adalah pada umur antara
30 dan 50 tahun. Liken simpleks kronikus dapat ditemui pada semua ras.
Namun, sejumlah ahli mengklaim bahwa liken simpleks kronikus lebih
sering pada orang Asia dan orang Amerika-Afrika.1,2
Frekuensi pasti pasien liken simpleks kronikus di populasi dunia
belum diketahui. Dalam suatu penelitian, diperkirakan sekitar 12% pasien
usia lanjut dengan kulit pruritus juga menderita liken simpleks kronikus.1
Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit
berupa likenifikasi.Pruritus timbul akibat adanya pelepasan mediator
inflamasi dan aktivitas enzim proteolitik. Keadaan ini menimbulkan adanya
proses inflamasi pada kulit, yang menyebabkan pasien sering menggaruk

1
pada lesi yang terbentuk. Proses inflamasi yang berkepanjangan akan
menyebabkan penebalan kulit, dimana penebalan kulit ini sendiri
menimbulkan rasa gatal, sehingga merangsang penggarukkan yang akan
semakin mempertebal kulit. Beberapa jenis kulit lebih rentan mengalami
likenifikasi.Contohnya adalah kulit yang cenderung ekzematosa, seperti
dermatitis atopik dan diathesis atopic.Pruritus dapat muncul sebagai gejala
dari penyakit lain yang mendasari seperti gagal ginjal kronis, obstruksi
saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidisme, hipotiroidisme,
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), hepatitis B dan C,
dermatitis atopik, dermatitis kontak, serta gigitan serangga.1,2
Etiologi dari liken simpleks kronikus masih belum diketahui secara
pasti. Namun sejumlah faktor risiko diduga memiliki peranan penting dalam
patogenesis dari kelainan ini antara lain riwayat dermatitis atopik, riwayat
dermatitis kontak, riwayat keluarga, faktor psikologi, kulit kering abnormal,
gigitan serangga, dan keringat. Pasien dermatitis atopik memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk terkena liken simpleks kronikus.
Faktor psikologi memiliki peranan dalam patogenesis liken simpleks kronis,
namun belum jelas apakah faktor psikologi timbul sekunder terhadap
penyakit ini atau primer dan kausatif. Keringat juga dapat mempengaruhi
timbulnya gatal pada liken simpleks kronikus.1
Liken simpleks kronikus bersifat kronik residif dan merupakan
kondisi yang susah diobati karena tingginya resistensi terhadap terapi.
Selain itu, ada juga siklus gatal-garuk yang sangat sulit untuk dihentikan
sehingga strategi terapi selain farmakologik sangat penting. Pemahaman
akan peran-peran faktor risiko dalam penatalaksanaan liken simpleks
kronikus sangat dibutuhkan agar dapat dilaksanakan tatalaksana yang
komprehensif dengan menghindari faktor-faktor risiko selain juga
menggunakan terapi farmakologi sebagai terapi. Pada penatalaksanaan harus
dicari kemungkinan penyakit yang mendasari, dan dilakukan pengobatan.1

1.2 Tujuan

2
Adapun tujuan dari laporan kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan bagi semua dokter muda dapat memahami kasus mengenai
Liken Simpleks Kronikus.
2. Diharapkan kemudian hari dokter muda mampu mengenali dan
memberikan tatalaksana secara benar tentang penyakit Liken Simpleks
Kronikus.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi institusi diharapkan laporan kasus ini dapat menambah
sumber ilmu pengetahuan dan bahan referensi dalam bidang ilmu
kesehatan kulit dan kelamin tentang Liken Simpleks Kronikus.
2. Agar dapat dijadikan landasan untuk penulisan laporan khusus
selanjutnya.

1.3.2 Manfaat Praktis


Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan laporan
kasus ini dalam kegiatan kepanitraan klinik senior (KKS) dan dapat
digunakan di kemudian hari dalam penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kandidiasis Kutis


Liken simpleks kronik (LSK) merupakan peradangan kulit kronis,
gatal, dan sirkumskrip yang ditandai dengan penebalan kulit dan kulit
tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan
pruritogenik. Liken simpleks kronik disebut juga sebagai neurodermatitis
sirkumskripta atau liken vidal.1

2.2. Epidemiologi
Neurodermatitis tidak biasa terjadi pada anak-anak, tetapi pada usia
dewasa-manula, puncak insiden pada usia antara 30 hingga 50 tahun. Untuk
jenis kelamin perempuan lebih sering enderita dibandingkan dengan laki-
laki. Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah
scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva,
skrotum, perianal, medial tungkai atas, lutut, lateral tungkai bawah,
pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.1,2

2.3. Etiologi
Faktor penyebab dari liken simpleks kronik (LSK) dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :3
a. Faktor ekterna
1. Lingkungan
Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat
berimplikasi dalam menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi
gatal. Suhu yang tinggi memudahkan seseorang berkeringat sehingga
dpat mencetuskan gatal, hal ini biasanya menyebabkan neurodermatits
sirkumskripta pada daerah anogenital.
2. Gigitan serangga

4
Gigitan serangga dapat meyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang
mengakibatkan rasa gatal.
b. Faktor Interna
1. Dermatitis Atopi
Asosiasi antara liken simpleks kronik dan gangguan atopik telah
banyak dilaporkan, sekitar 26% sampai 75% pasien dengan dermatitis
atopik terkena liken simpleks kronik.
2. Psikologi/ Stres
Stres telah dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi yang
mengakibatkan liken simpleks kronik. Stres sebagai bagian dari proses
patologis dari lesi yang berkembang. Telah dirumuskan bahwa
neurotransmitter yang mempengaruhi perasaan, seperti : dopamine,
serotonin, atau peptide opioid, memodulasikan persepsi gatal melalui
penurunan jalur spinal.

2.4. Patofisiologi
Stimulus untuk perkembangan liken simpleks kronik (LSK) adalah
pruritus. Pruritus sebagai dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan
dengan gangguan kulit, proliferasi dari nervus, dan tekanan
emosional.Pruritus yang memegang peranan penting dapat dibagi dalam dua
kategori besar, yaitu pruritus tanpa lesi dan pruritus dengan lesi.Pasien
dengan neurodermatitis mempunyai gangguan metabolik atau gangguan
hematologik. Pruritus tanpa kelainan kulit dapat ditemukan pada penyakit
sistemik, misalnya gagal ginjal kronik, obstruksi kelenjar biliaris, Hodgkins
lymphoma, polisitemia rubra vera, hipertiroidisme, gluten-sensitive
enteropathy, dan infeksi imunodefisiensi. Pruritus yang disebabkan oleh
kelainan kulit yang terpenting adalah dermatitis atopik, dermatitis kontak
alergi, dermatitis statis, dan gigitan serangga.3
Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat
menimbulkan penebalan dan likenifikasi.Jika tidak diketahui penyebab yang
nyata dari garukan, maka disebut neurodermatitis.Adanya garukan yang
terus-menerus diduga karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim

5
proteolitik.Sejumlah peneliti melaporkan bahwa garukan dan gosokan
timbul karena respon dari adanya stress.Adanya sejumlah saraf mengandung
immunoreaktif CGRP (Calsitonin Gene-Related Peptida) dan SP (Substance
Peptida) meningkat pada dermis. Sejumlah saraf menunjukkan imunoreaktif
somatostatin, peptide histidine, isoleucin, galanin, dan neuropeptida Y,
dimana sama pada neurodermatitis, prurigo nodularis dan kulit normal. Hal
tersebut menimbulkan pemikiran bahwa proliferasi nervus akibat dari
trauma mekanik, seperti garukan dan goresan. SP dan CGRP melepaskan
histamin dari sel mast, dimana akan lebih menambah rasa gatal. Membran
sel schwann dan sel perineurium menunjukkan peningkatan dan p75 nervus
growth factor, yang kemungkinan terjadi akibat dari hyperplasia neural.
Pada papilla dermis dan dibawah dermis alpha-MSH (Melanosit Stimulating
Hormon) ditemukan dalam sel endotel kapiler.1,3

2.5. Manifestasi Klinis


Gatal yang berat merupakan gejala dari liken simpleks kronik.
Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat mengganggu
tidur.Rasa gatal memang tidak terus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila
muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk.Penderita merasa enak bila
digaruk, setelah luka baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena
diganti dengan rasa nyeri).Keparahan gatal dapat diperburuk dengan
berkeringat, suhu atau iritasi dari pakaian.Gatal juga dapat bertambah parah
pada saat terjadi stres psikologis.1,2,3
Pada liken simpleks kronik, penggosokan dan penggarukan yang
berulang menyebabkan terjadinya likenifikasi (penebalan kulit dengan garis-
garis kulit semakin terlihat) plak yang berbatas tegas dengan ekskoriasis,
sedikit edematosa dan eritema atau kelompok papul, lambat laun edema dan
eritema menghilang. Bagian tengah berskuama dan menebal, sekitarya
hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Biasanya, hanya satu
plak yang tampak, namun dapat melibatkan lebih dari satu tempat.1,3
Tempat yang biasa terjadi liken simpleks kronik adalah kulit kepala,
tengkuk leher (terutama pada wanita) pergelangan kaki, eksremitas

6
ekstensor, dan region anogenital. Daerah genital yang sering terkena adalah
labia mayora pada wanita dan skrotum pada laki-laki. Pada pasien dengan
eczema atopi, intervensi kulit lebih berlikenifikasi dan serotik.4

2.6. Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi untuk menegakkan diagnosis adalah
menunjukkan proliferasi dari sel schwann dimana dapat membuat infiltrasi
selular yang cukup besar. Juga ditemukan neural hyperplasia. Didapatkan
adanya hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis dengan
pemanjangan rete ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan dari
papillo dermis. Spongiosis bisa ditemukan, tetapi vesikulasi tidak
ditemukan.Papilomatosis kadang- kadang ditemukan.Ekskoriasi, dimana
ditemukan garis ulserasi punctata karena adanya jaringan nekrotik bagian
superficial papillary dermis. Fibrin dan neutrofil bisa ditemukan, walaupun
keduanya biasanya ditemukan pada penyakit dermatosis yang lain. Pada
papillary dermis ditemukan peningkatan jumlah fibroblas.1,3

2.7. Diagnosis
Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan
liken simpleks kronis (LSK) mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau
lebih. Timbul plak yang tebal karena mengalami proses likenifikasi. Rasa
gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku, lutut,
pergelangan kaki.Eritema biasanya muncul pada awal lesi.Rasa gatal
muncul pada saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan
aktivitas dan biasanya gatal timbul intermiten.Pemeriksaan fisis
menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, terjadi likenifikasi dan
hiperpigmentasi. Pada pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan
adanya hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis dengan
pemanjangan rete ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan dari
papil dermis.1

7
2.8. Diagnosis Banding
Penyakit
Keterangan
Liken Planus Psoriasis DKA
Suatu penyakit Gangguan peradangan Inflamasi dari kulit
inflamasi kronik kulit yang kronik, yang diinduksi oleh
yang mengenai kulit, dengan karakteristik bahan kimia yang
membran mukosa, plak eritematous, secara langsung
kuku, dan rambut, berbatas tegas, merusak kulit dan
sering dijumpai dan berwarna putih oleh sensitifitas
terasa gatal. keperakan,skuama spesifik pada
Definisi
yang kasar, berlapis- kasus .penderita
lapis, transparan, umumnya mengeluh
disertai fenomena gatal.
tetesan lilin, auspitz
dan kobner. Lokasi
terbanyak ditemukan
didaerah ekstensor.
Terjadi akibat Penyebabnya belum Bahan kimia
mekanisme diketahui secara pasti, sederhana dengan
imunologik dan tetapi beberapa berat molekul rendah
adanya hubungan hipotesa telah (< 1000 dalton),
hepatitis virus C mendapatkan bahwa disebut sebagai
dengan liken planus penyakit ini bersifat hapten, bersifat
Etiologi sudah banyak autoimun, dan residif. lipofilik, sangat
dilaporkan walaupun reaktif, dan dapat
mekanisme nya menembus stratum
belum diketahui. korneum, sehingga
mencapai sel
epidermis bagian
dalam yang hidup.
Lesi Lesi yang pruritis, Plak eritematous, Kelainan kulit
erupsi popular yang berbatas tegas, tergantung pada
dikarakteristikkande berwarna putih keparahan dermatitis

8
ngan warna keperakan,skuama dan lokalisasinya.
kemerahan yang kasar, berlapis- Pada yang akut
berbentuk lapis, transparan, dimulai dengan
polygonal, dan disertai fenomena bercak eritematous
kadang berbatas tetesan lilin, auspitz yang berbatas jelas
tegas ditemukan dan kobner. kemudian diikuti
pada permukaan dengan edema,
fleksor dari papulovesikel,
ekstremital, genitalia vesikel atau bulla.
dan membrane Vesikel atau bulla
mukus. Mirip dapat pecah
dengan reaksi menimbulkan erosi
mediasi imunologis. dan eksudasi
Liken planus
ditandai dengan
papul-papul yang
mempunyai warna
dan konfigurasi
yang khas. Papul-
papul berwarna
merah biru,
berskuama, dan
berbentuk siku-siku

Gambar

9
.
2.9. Penegakkan Diagnosis
Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang merupakan
serangkaian langkah untuk menetukan diagnosis dari suatu penyakit.1,2
Anamnesis pada neurodermatitis berupa :
1. Gatal pada satu daerah atau lebih
2. Timbul plak
3. Rasa gatal terdapat pada lokasi seperti tengkuk, leher, ekstensor kaki,
siku, lutut, pergelangan kaki.
4. Eritema pada awal lesi
5. Gatal saat istirahat dan timbul intermiten
Pemeriksaan Fisik menunjukkan antara lain :
1. Plak eritema
2. Batas tegas
3. Likenifikasi
4. Hiperpigmentasi
Pemeriksaan Penunjang didapatkan seperti :
 Hiperkeratosis dengan area parakeratosis
 Akantosis dengan pemanjangan rete redges yang irregular
 Hipergranulosis
 Perluasan dari papil dermis
Melalui gambaran klinis dapat didiagnosis neurodermatitis
sirkumskripta.Jika likenifikasi sudah ditegakkan maka perlu dicari penyebab
yang mendasari penyakit ini terjadi. Akan tetapi perlu dipikirkan penyakit
lainnya yang berhubungan dengan gejala pruritus seperti liken planus,
psoriasis, liken amiloidosis dan dermatitis atopi.

2.10. Penatalaksanaan
Pada pasien neurodermatitis terapi efektif seharusnya adalah koreksi
stimulasi psikologis.Berbagai terapi topikal yang digunakan seperti steroid

10
topikal, agen keratolitik seperti asam salisilat, kapsasin dan
krioterapi.Sedangkan terapi sistemik meliputi antihistamin sedatif,
antidepresan trisiklik dan psikoterapi. Daerah lesi dapat dilindungi dengan
menggunakan sabun atau losion yang mengandung tar batu bara dengan
atau tanpa krem medikasi. Dibutuhkan waktu seminggu atau lebih untuk
perbaikan.4
Gatal dan stres dapat dikurangi dengan pemberian anti histamin,
sedatif atau obat antidepresan.Selain itu, untuk mengurangi gatal dan
peradangan dapat disuntikkan steroid langsung ke dalam lesi.Pada pasien
neurodermatitis yang mempunyai komponen emosional membutuhkan anti
depresan dan obat penenang.Terapi pilihan untuk mengurangi inflamasi,
gatal, dan hiperkeratosis dapat diberikan terapi steroid topikal seperti salep
klobetasol 0,05% selama 2 minggu.Jika terapi topikal tidak berespon, dapat
digunakan terapi sistemik steroid seperti prednison oral 40 mg selama 5
hari, kemudian 20 mg selama 10 hari. Pada neurodermatitis yang luas, berat,
dan sangat gatal diberikan Triamsinolonintramuscular 1 mg/kg (maksimal
80 mg).1,4
Seiring dengan pemberian terapi medikamentosa, perlu diperhatikan
terapi non medikamentosa.Edukasi memegang peranan yang penting dalam
terapi non medikamentosa. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam edukasi
meliputi pengetahuan mengenai cara perawatan penyakitnya, cara perawatan
untuk mengurangi keluhan dan pengetahuan tentang komplikasi yang dapat
terjadi. Luka perlu dirawat dan dibersihkan dengan kain dan air bersih yang
dikompres pada daerah luka atau yang terasa gatal.Setelah itu, oleskan salep
yang sudah diberikan. Pasien perlu ditegaskan untuk tidak menggaruk
daerah yang gatal baik menggunakan alat bantu seperti sisir maupun dengan
jari tangan karena hal ini dapat memperparah keadaan luka. Apabila gatal,
maka sarankan kepada pasien untuk menepuk-nepuk daerah yang gatal.1,4
Komplikasi dapat terjadi infeksi sekunder dan karsinoma sel
skuamosa akibat luka baru yang timbul karna garukan yang berlebihan.
Apabila infeksi sekunder sudah terjadi maka diberikan cefadroksil kapsul
500 mg 2xsehari selama 7 hari, flukonazole kapsul 150 mg 2xsehari selama

11
2 minggu. Gatal pada malam hari dapat diberikan antisitamin sedatif seperti
doksepin atau hidroksizin 10-75 mg.1,4

2.11. Prognosis
Apabila rasa gatal, likenifikasi ringan dan perubahan pigmentasi dapat
diatasi maka prognosis neurodermatitis baik. Akan tetapi bila pasien berada
dalam tekanan emosional yang meningkat atau masa stress maka relaps
dapat terjadi. Stadium awal dapat dicegah dengan pengobatan untuk
membantu mengurangi proses likenifikasi. Prognosis yang terjadi berbeda-
beda tergantung dari kondisi pasien. Jika terdapat gangguan psikologis atau
penyakit lain yang menyertai prognosis dapat lebih buruk. Neurodermatitis
dapat menjadi lesi yang persisten dan bersifat berulang. Bila dipicu respon
terhadap stres emosional maka eksaserbasi dapat terjadi.4

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. O
Usia : 68 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Palembang, -/-/1952
Alamat : Sukapinda, Palembang
Agama : Islam

12
Pendidikan Terakhir : SMP
Tanggal Pemeriksaan : 13 Maret 2020

3.2 Anamnesis (alloanamnesis)


3.2.1 Keluhan Utama
Mengeluh terdapat bercakkehitaman disertaipenebalan
dengan tepi diatasnya ditutupi sisik pada kakibagian punggung
telapak kakikanan dan kiri sejak 5 bulan yang lalu.

3.2.2 Keluhan Tambahan


Keluhan disertai gatal dan nyeri pada saat digaruk.

3.2.3 Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak ± 1 tahun yang lalu, pasien mengatakan timbul
bercak, bintil merah pada bagian punggung telapak tangan kanan
bercak awalnya sebesar uang logam dan hanya 1 lesi. Awalnya
bintil merah, lama lama gatal dan menjadi hitam dan perih karena
sering digaruk, karena dapat meredakan rasa gatal.
Setelah berobat, pasien menyatakan diberi salep dan obat
makan. Dan lesi dipunggung telapak tangan kanan sembuh dan
hilang.
Sejak ± 5 bulan yang lalu pasien mengeluh bercak merah
menggelembung timbul di punggung kaki kanan, kiri dan
pergelangan kaki depan kanan dan kiri. Lesi terasa gatal dan nyeri
ketika digaruk. Lama lama menjadi merah kehitaman, lesi awalnya
sebesar uang logam. Lama kelamaan membesar. Pasien mengaku
rutin berobat dan sekarang lesi tebal kehitaman dan bersisik.

3.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit kulit dengan keluhan yang sama di
sangkal, riwayat alergi obat disangkal dan riwayat alergi makanan
(+) pada makanan seafood, asma (-), DM (-), hipertensi (-).

13
3.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Gejala penyakit yang sama dalam keluarga pasien (-),
riwayat alergi obat (-), makanan (-), asma (-), DM (-), hipertensi
(-).

3.2.6 Riwayat Sosial dan Lingkungan


Pasien bekerja sebagai petani dan sosial ekonomi menengah
ke bawah.

3.3 Pemeriksaan Fisik


3.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 170/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit, regular.
Suhu : tidak diperiksa.
Pernapasan : 23 x/menit
Tinggi Badan : Tidak Diukur
Berat Badan :49 kg

3.3.2 Status Dermatologikus

14
Gambar 1 Gambar 2
Pada regio tarsal dextra dan sinistra, dan pada regio ankle anterior dextra,
sinistra terdapat makula hiperpigmentasi berbatas tegas multiple irreguler,
berukuran lentikuler sampai plakat diskret sampai konfluens, terdapat
krusta multiple irreguler, lentikuler diskret dengan squama dibagian tepi.

3.4 Diagnosa Banding


1. Liken Simpleks Kronikus
2. Liken Planus
3. Plak Psoriasis

3.5 Diagnosis Kerja


Liken Simpleks Kronikus

3.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Histopatologi

3.7 Penatalaksanaan

15
Penatalaksanaan Liken Simpleks Kronikus
1) Non-Farmakologi
a. Pasien diminta untuk tidak menggaruk lesi karena dapat
memperparah keluhan
b. Pasien diminta untuk menjaga kebersihan daerah dan sekitar luka
atau lesi agar tidak terjadi komplikasi
c. Pasien diminta untuk rutin dan teratur memberikan salap dan minum
obat dari dokter yang telah dianjurkan
2) Farmakologi
a. Topikal
1. Steroid topikal : Kortikosteroid potensi kuat seperti saleb
klobetasol propionate 0,05% 2x1/hari selama 2 minggu atau
Mometasone furoate 0,1 % ointment 45 g 1x1/hari selama 2
minggu.
2. Antipruritus berupa antihistamin yang mempunyai efek sedatif :
hidoksizin, difenhidramin, prometazin. Dan dapat pula diberikan
preparat antipruritus non-steroid : Krim doxepin 5% dalam jangka
pendek (maksimum 8 hari)

3.8 Prognosis
 Quo ad vitam : bonam karena penyakit neurodermatitis ini tidak
mengancam nyawa penderita.
 Quo ad functionam : bonam karena tidak mengakibatkan gangguan
fungsi organ tubuh penderita.
 Quo ad sanationam :dubia ad malam karena penyakit ini tidak dapat
disembuhkan namun bila ditatalaksana dengan adekuat dan juga diikuti
oleh kepatuhan pasien maka penyakit ini dapat dicegah agar tidak
kambuh.
 Quo ad cosmetica : dubia ad malam karena penyakit ini tidak
berbahaya tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, mengingat bahwa
perjalanannya menahun dan residif.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. 2010. Neurodermatitis Sirkumskripta. Ilmu Penyakit Kulit dan


Kelamin, edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Kartowigno, Soenarto. 2011. 10 Besar Kelompok penyakit Kulit, edisi
Pertama. Palembang: Unsri Press.
3. Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia,
edisi kedua Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Konsil Kedokteran Indonesia.
4. Wolf, Klaus. 2007. Lichen Simplex Chronicus. Fitzpatrick’s Color Atlas &
Synopsis of Clinical Dermatology. Ed 5th. New York : McGraw Hill
Company.
5. Djuanda, Adhi. 2010. Dermatitis Kontak Alergi. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai