Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERBANKAN SYARIAH
HIWALAH, WAKALAH DAN KAFALAH

Dosen Pengampu :

Ari Nur Cahyo D.SE.,S.Pd

Disusun Oleh :

Maria Riska Fatmala (166430202002)


Lina Setiyowati(166430202025)

BIDANG KEAHLIAN COMPUTER, ENGLISH AND BANKING


PENDIDIKAN KETERAMPILAN BISNIS INDUSTRI DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)
2017
KATA PENGANTAR

            

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,
Karunia, serta Taufiq dan Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hiwalah, Wakalah dan Kafalah” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangkah menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Hiwalah, Wakalah dan Kafalah.
Kami menyadari sepenuhnya bahawa didalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang membaca. Sebelumnya kami
mohon maaf jika terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kiritik,
saran dan usulan untuk perbaikan dimasa akan datang.

  Malang, 29 November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan

A.    Latar Belakang................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................... 2
C.     Tujuan................................................................................................. 2

Bab II Pembahasan

A.    Hiwalah
1.      Pengertian..................................................................................... 3
2.      Dasar hukum................................................................................. 3
3.      Rukun Hiwalah............................................................................. 3
4.      Faktor-faktor ysng memberhentikan hiwalah............................... 3
5.      Contoh Hiwalah........................................................................... 4
B.     Wakalah
1.      Pengertian .................................................................................... 4
2.      Dasar Hukum................................................................................ 5
3.      Rukun dan Syarat......................................................................... 6
4.      Berakhirnya wakalah.................................................................... 6
5.      Aplikasi wakalah dalam lembaga keuangan syariah..................... 6
C.     Kafalah
1.      Pengertian..................................................................................... 7
2.      Dasar Hukum................................................................................ 7
3.      Rukun dan Syarat......................................................................... 8
4.      Contoh kafalah............................................................................. 8
5.      Jenis-jenis...................................................................................... 8
6.      Berakhirnya aka kafalah............................................................... 8
7.      Aplikasi dalam keuangan syariah................................................. 9

Bab III Penutup

A.    Kesimpulan....................................................................................... 11
B.     Saran................................................................................................. 11
Daftar Pustaka.............................................................................................. 12
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hiwalah, Wakalah dan Kafalah sering kita dengar baik dalam ekonomi syariah maupun dalam
lembaga keuangan syariah. Hal-hal tersebut dalam dunia perbankan terdapat dalam produk jasa.
Masyarakat awam pada umumnya tidak begitu memahami apa yang dimaksud dengan hiwalah,
wakalah dan kafalah ini.
Untuk Indonesia sebagai Negara Muslim sudah seharusnya sistem keuangan yang digunakan
berlandaskan prinsip syariah. Namun, saat ini prinsip syariah belum begitu terealisasi
penggunaanya. Masih banyak sistem ekonomi Kapitalis yang digunakan dan mengandung unsur
Magrib didalamnya.
Hiwalah dapat digunakan untuk pemindahan utang dari seseorang kepada orang lain. Ini
sangat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Seumpamannya, si A berutang kepada B
dan A berpiutang kepada C. Dan  si A tidak bisa membayar utangnya kepada B lalu ia
mengalihkan pembayaran utanganya kepada si C.
Wakalah berupa penyerahan atau pendelegasian dari satu pihak kepihak lain dan harus
dilakukan dengan yang telah disepakati oleh sipemberi mandat. Hal ini terjadi karena pada
dasarnya tidak semua manusia dapat mengurusi segala urusannya secara pribadi, sehingga ia
butuh pendelegasian mandat kepada orang lain.
Kafalah dalam dunia perbankan yaitu pemebrian asuransi, berarti pemberian jaminan yang
diberikan satu pihak kepada pihak lain dimana pemberi jaminan bertanggungjawab atas
pembayaran kembali suatu utang ynag menjadi hak penerima jaminan.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Hiwalah?
2.      Apa yang dimaksud dengan Wakalah?
3.      Apa yang dimaksdu dengan Kafalah?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hiwalah.
2.      Mengetahu apa yang dimakud dengan Wakalah.
3.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kafalah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hiwalah

1. Pengertian
Hiwalah adalah memindahkan utang dari tanggungan seseorang kepada tanggungan orang
lain. Berdasarkan sabda Nabi yang artinya “ Orang yang mampu membayar utang, haram
baginya melalaikan utangnya. Maka apabila seseorang diantara kamu memindahkan utangnya
kepada orang lain, memindahkan itu hendaklah diterima, asal yang lain itu mampu membayar”.
(HR. Ahmad dan Baihaq).

2.  Dasar Hukum
Hiwalah sebagai salah satu bentuk transaksi antar sesama manusia dibenarkan oleh
Rasulullah SAW melalui sabda beliau:
Artinya : Memperlambat pembayaran hutang yang dilakukan oleh orang kaya merupakan
perbuatan dzalim, jika salah seorang kamu dialihkan kepada orang yang mudah membayar
hutang, hendaknya ia berani. (HR. Al jama’ah)

3. Rukun Hiwalah
a. Muhil : Pihak yang berutang pada transaksi hawalah;
b. Muhtal
c. Muhal ‘alaih
d. Utang Muhil kepada Muhtal
e. Utang muhal ‘alaih kepada muhil
f. Shighat

4. Faktor-faktor yang memberhentikan akad hiwalah


a.       Apabila hiwalah berjalan sah dengan sendirinya tanggungan muhil menjadi gugur.
b.      Andaikan muhil ‘alaih mengalami kebangkrutan, membantah hiwalah atau meninggal
dunia, maka sisi muhil tidak boleh lagi kembali kepada muhil. Kecuali dalam hal penipuan.
c.       Jika muhal menghibahkan harta kepada muhal ‘alaih dan ia menerima hibah tersebut.
d.      Karena dibatalkan atau fasakh. Dalam keadaan ini hak penagih oleh muhal akan kembali
lagi kepada muhil.
5.      Contoh Hiwalah
Seumpamannya A (muhil) berutang kepada B (Muhtal)  dan ia 
(A) berpiutang kepada C (Muhal ‘alaih). Jadi A adalah orang yang berutang dan berpiutang, B
hanya berpiutang dan C hanya berutang. Kemudian A dengan persetujuan B menyuruh C
membayar utangnya kepada B, tidak kepadanya (A). Setelah terjadi akad hiwalah, terlepaslah A
dari utangnya kepada B, dan C tidak berutang lagi kepada A, tetapi utangnya kepada A telah
berpindah kepada B, berarti C harus membayar utangnya itu kepada B, tidak lagi kepada A.
Memindahkan utang dengan cara ini tidak ada halanganya, dengan syarat : keadaan C
mampu membayar utangnya, dan dengan ridho keduanya (A dan B). Ridho C tidak menjadi
syarat sahnya Hiwalah, dan diisyaratkan pula bahwa utang C kepada A sama banyak dan
jenisnya dengan janji atau tunai dengan utang A kepada B. Jika teryata C tidak dapat membayar
karena ia tidak mampu, maka B tidak dapat kembali kepada A, karena hal itu termasuk sia-sia,
tidak diselidikinya sebelum terjadi akad hiwalah.[2]
B. Wakalah

1.      Pengertian
Wakalah menurut bahasa berarti penyerahan, pendelegasi, atau pemberian
mandat.  Mandat ini harus dilakukan dengan yang telah disepakati oleh sipemberi mandat.
Menurut istilah para ulama berbeda-beda antara lain sebagai berikut:
Malikiah berpendapat wakalah adalah seseorang menggantikan (menempati) tempat yang lain
dalam hak (kewajiban), dia yang mengelolah pada posisi itu.
Hanafiyah berpendapat bahwa wakalah adalah suatu ibrah seseorang menyerahka sesuatu
kepada orang lain untuk dikerjakan ketika hidupnya.
Menurut Sayid Sabiq dalam buku fiqh sunnah mendefinisikan al wakalah sebagai
pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalm hal-hal yang dapat diwakilkan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan  bahwa yang dimaksud dengan wakalah
adalah penyerahan diri seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu dalam hal-hal
yang dapat diwakilkan. Pada dasarnya tidak semua manusia dapat mengurusi segala ursannya
secara pribadi, sehingga ia butuh mendelegasikan mandat kepada orang lain untuk dapat
melakukannya sebagai wakil darinya. Penyebabnya bisa karena ketidak adaan waktu atau tidak
memiliki kemampuan tekhnik untuk menyelesaikan masalah tersebut.

2.      Landasan Hukum
Dalam tataran teknis wakalah diatur dalam ketentuan pasal 36 huruf c poin pertama PBI no.
6/24/PBI/2004 tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, yang artinya menyatakan bahwa bank wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip
kehati-hatian dala kegiatan usahanya yang meliputi melakukan pemberian jasa pelayanan
perbankan berdasarkan akad wakalah.
Hadis yang memboleh kan wakalah diantaranya “Dan dari Sulaiman bin Yasar. Bahwa Nabi
SAW, mngutus Abu Rafi, hamba yang pernah dimerdekakanya dengan laki-laki Anshar, lalu
kedua orang itu menikahkan Nabi dengan Maimunah binti Haris dan pada saat itu (Nabi SAW)
dimadinah sebelum keluar (ke Meiqat Dzil Khulaifah). (HR. Maliki).

3. Rukun dan Syarat

a.       Orang yang mewakilkan (muwakkil), syarat-syarat muwakil :


1) pemilik sah ynag dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan.
2) orang mukhalaf atau anak mubayyizi dalam batas-batas tertentu yakni dalam hal-hal yang
bermanfaat baginya.

b. Sesuatu yang diwakilkan, syarat-syaratnya yaitu : 1) diketahui dengan jelas oleh orang yang
mewakili. 2) tidak bertentangan dengan syariat Islam. 3) Dapat diwakilkan menurut syariat
Islam.

c.  Shighat yaitu lafaz mewakilkan.


4.  Berakhirnya Wakalah
Wakalah akan berakhir jika kondisi terjadi salah satu dari hak berikut:
a. Meninggalnya salah seorang dari yang berakad, karena salah satu syarat sahnya akad
adalah orang yang berakad masih hidup.
b.   Salah seorang yang berakad gila
c. Diberhentikannya pekerjaan yang dimaksud, karena jika telah berhenti, dalam keadaan
ini wakalah tidak berfungsi lagi
d.    Pemutusan oleh orang ynag mewakilkan terhadap wakil meskipun wakil belum
mengetahui.
5. Aplikasi wakalah pada lembaga keuangan syariah
a. Investasi untuk reksadana syaraiah
Reksadana adalah wadah ynag dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan kembali dalam portofolio efek
olehmanajer investasi. Dalam keguatan investasi reksadana syariah, antara pemodal
dengan manajer investasi digunakan akad wakalah.
Dengan akad wakalah, pemodal memberikan mandat kepada manajer investasi untuk
melaksanakan investasi bagi kepentingan hasil investasi dan menanggung resiko dalam
reksadana syariah. Pemodal juga berhak untk sewaktu-waktu menambah atau menarik
kembali penyertaannya dalam reksadana syariah melalui manajer investasi.

b. Perbankan syariah
Implementasi akad wakalah dalam perbankan syariah biasanya digunakan sebagai
akad dalam menerbitkan Letter of credit atau penerusan permintaan akan barang dalam
negeri dari Bank diluar Negeri. Syariah adalah surat pernyataan akan membayara kepada
Eksportir yang diterbitkan oleh Bank demi kepentingan Importir dengan pemenuhan
persyaratan tertentu.
c. Asuransi Syariah
Implementasi akad wakalah dalam asuransi diantaranya adalah wakalah bin Ujrah.
Wakalah bin ujrah adalah pemeberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi
untuk mengelolah dana perserta dan melakukan kegiatan lain dengan imbalan pemberian
fee.
C. Kafalah

1.      Pengertian
Menurut Madzhab Maliki, Syafi’i dan hambali, kafalah adalah menjadikan seseorang ikut
bertanggung jawab atas tanggung jawab seseorang dalam pelunasan / pembayaran utang.
Aplikasinya dalam dunia perbankan adalah penerbitan garansi bank. Kafalah adalah akad antara
dua pihka dimana pihak pertama menanggung beban dan tanggung jawab pihak kedua untu
menyelesaikan utang.

2.      Dasar Hukum
Menurut QS. Yusuf ayat 66 “Ya’qub berkata : “aku sekali-kali akan melepaskannya
bersama-sama kamu, sebelum kamu memeberikan kepadaku janji yang teguh atas nama Allah,
bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali kecuali jika kamu dikepung musuh.
Tatkla mereka memberikan janji mereka, maka yaqub berkata : Allah adalah saksi terhadap apa
yang kita ucapkan.

3.      Rukun dan Syarat


Rukun dalam akad kafalah adalah sebagai berikut:
1.    Pelaku akad, yaitu kafil dan makful
2.    Objek akad
3.    Shighah.
Syarat dari akad kafalah adalah:
1.    Objek akad harus jelas dan dapat dijaminkan
2.    Tidak bertentangan dengan syariat islam.

4.      Contoh Kafalah
Kartu Kredit
Bank menjamin nasabah (pemegang kartu) untuk belanja tanpa uang cash kepada pihak ketiga
(merchant, supermarket, hypermarket). Dan karena penjaminan itu, maka bank selaku kafil dapat
mengenakan ujrah (fee) kepada nasabah.

5.      Jenis-Jenis Kafalah
a.kafalah bin nash, yaitu akad memberikan jaminan atas diri sendiri sipenjamin.
b. kafalah bin maal, yaitu jaminan pembayaran atau pelunasan utang.
c. kafalah mulaqah dan munzanah, yaitu jaminan mutlak yang dibatasi olek kurun waktu dan
untuk tujuan tertentu.
d. kafalah bin taslim, yaitu penjaminan atas pengambalian barang sewa pada saat jangga waktu
habis.
6.      Berakhirnya akad Kafalah
1)      Harta telah diserahkan (ad-din)
2)      Utang telah dibebaskan
3)      Penyerahan diri orang yang dituntut
4)      Pembebasan terhadap kafil oleh pemilik hak dan kewajiban kafalah bin nafs.
5)      Meninggalnya wakful ‘Anhu
6)      Penyerahan benda yang ditanggung, apabila barang nya masih ada. Atau persamaannya
atau harganya apabila barangnya telah rusak.
7)      Pembebasan penjamin dari tugas kafalah.

7.      Aplikasi Kafalah dilembaga keuangan syariah


a.       Kafalah bin Nafs, contoh : seseorang nasabah yang mendapatkan pembiayaan dengan jaminan
nama baik dan ketokohan seseorang atau pembuka masyarakat. Walaupun bank secara fisik tidak
memegang barang apapun, tetapi bank berharap tokoh tersebut dapat mengusahakan pembiayaan
ketikah nasabah yang dibiayai mengalami kesulitan.
b.      Kafalah bit taslim, jenis pemberian jaminan ini dapat dilaksanakan oleh bank untuk
kepentingan nasabah nya dalam bbentuk kerjasama dengan perusahaan penyewaan. Jaminan
pembayaran bagi bank dapat berupa deposito atau tabungan bank dapat membebankan uang jasa
(fee) kepada nasabah.
c.       Pemberian jaminan dalam bentuk performance bonds “jaminan prestasi”, suatu yang lazim
dikalangan perbankan dan hal ini sesuai dengan bentuk akad.
d.      Bank garansi, jaminan pembayaran yang diberikan oleh bank kepada suatu pihak, baik
perorangan, perusahaan , badan atau lembaga keuangan lainnya dalam bentuk surat jaminan.
Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban
pembayaran.
e.       Syari’ah card, kafalah dapat diaplikasikan dalam syariah card disamping menggunakan akad
qarrd, ariyah atau ijarah. Kafalah dalam hal penerbit kartu adalah penjamijn  bagi pemegang
kartu terhadap Merchant atas semua kewajiban bayar yang timbul dari selain bank atau ATM
bank penerbit kartu.
f.       Pembukaan L/C impor, menimbulkan kewajiban bagi inssuing bank untuk melakukan
pembayaran kepada beneficiary, karena inssuing bank mengambil alih kewajiban importir untuk
membayar barang yang dibayar kepada eksportir. Untuk itu inssuing bank akan meminta jaminan
pembukaan L/C dari importir yang berupa setoran Marginal Deposit.
g.      Standby L/C, suatu janji tertulis bank yang bersifat irrevocable (tidak dapat dibatalkan) yang
diterbitkan atas permintaan pemohon untuk membayar kepada beneficiary atau bank yang
mewakili beneficiary untuk melakukan penagihan, apabila dokumen yang diserahkan telah
sesuai  dengan persyaratan dokumen yang tercantum dalam stand by L/C. Dengan demikian
stand by L/c ini daoat berfungsi sebagaiana layaknya garansi maupun L/C dimana pemegaang
jaminan akan mendapat pembayaran dari baik sepanjang sesuai persyaratan stand by L/C.
h.      Asuransi syariah , perusahaan asuransi merupakan pihak penanggung atau penjamin,
sedangkan peserta asuransi adalah pihak tertanggung atu yang dijamin. Sehingga dalam suatu
asuransi terdapat perjanjian antar kedua belah pihak, dimana pihak yang terjamin diwajibkan
membayar premi asuransi dalam masa tertentu, lalu pihak menjamin akan mengganti kerugian
jika terjadi sesuatu pada diri siterjamin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hiwalah adalah memindahkan utang dari tanggungan seseorang kepada tanggungan orang
lain. Berdasarkan sabda Nabi yang artinya “ Orang yang mampu membayar utang, haram
baginya melalaikan utangnya. Maka apabila seseorang diantara kamu memindahkan utangnya
kepada orang lain, memindahkan itu hendaklah diterima, asal yang lain itu mampu membayar”.
Wakalah menurut bahasa berarti penyerahan, pendelegasi, atau pemberian mandat.  Mandat
ini harus dilakukan dengan yang telah disepakati oleh sipemberi mandat.
Menurut istilah para ulama berbeda-beda antara lain sebagai berikut:
Malikiah berpendapat wakalah adalah seseorang menggantikan (menempati) tempat yang
lain dalam hak (kewajiban), dia yang mengelolah pada posisi itu.
Hanafiyah berpendapat bahwa wakalah adalah suatu ibrah seseorang menyerahka sesuatu
kepada orang lain untuk dikerjakan ketika hidupnya.
Menurut Sayid Sabiq dalam buku fiqh sunnah mendefinisikan al wakalah sebagai pelimpahan
kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalm hal-hal yang dapat diwakilkan.
Menurut Madzhab Maliki, Syafi’i dan hambali, kafalah adalah menjadikan seseorang ikut
bertanggung jawab atas tanggung jawab seseorang dalam pelunasan / pembayaran utang.
Aplikasinya dalam dunia perbankan adalah penerbitan garansi bank. Kafalah adalah akad antara
dua pihka dimana pihak pertama menanggung beban dan tanggung jawab pihak kedua untu
menyelesaikan utang.

B. Saran

Karena kita telah membahas tentang hiwalah, wakalh, dan kafalah ini maka hendaklah terealisasi
dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Gemala Dewi. Aspek-aspek hukum dalam perbankan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.


Pusat nasional katalog dalam terbitan (kdt), 2015. Akad dan produk bank syariah. Jakarta: PT
rajagrafindo persada.
Rasyid, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung : Sinar baru Algesindo
Wery gusmansyah, etry mike. 2016. Hukum perbankan syari’ah, Bengkulu: Bengkulu Institut agama
islam (iain).
Zuhaili, Wahbah. 2001. Fiqh Muamalah Perbankan Syariah. Jakarta: Kapita Selekta.

[1]Gemala Dewi. Aspek-aspek hukum dalam perbankan. Jakarta : Kencana Prenada Media


Group. H. 26
[2]Sulaiman Rasyid. Fiqh Islam. Bandung : Sinar baru Algesindo. H. 312-313
[3]Wery gusmansyah dan etry Mike.  Bahan ajar mata Kuliah Hukum Perbankan Syariah. 2016.
Bengkulu. H. 16
[4]Pusat nasional katalog dalam terbitan (kdt). Op.cit.hal 106
[5]Ibid hal. 105
[6]Zuhaili, Wahbah. Fiqh Muamalah Perbankan Syariah, Kapita Selekta. Hal 56
[7]Wery gusmansyah dan etry Mike.  Bahan ajar mata Kuliah Hukum Perbankan Syariah. 2016.
Bengkulu. H. 16

Anda mungkin juga menyukai