Anda di halaman 1dari 7

PERCOBAAN VI

REAKTIFITAS ION-ION LOGAM TRANSISI

NAMA : AKLAH HARSAB WUNGKO


STAMBUK : G 301 19 014
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : RANDI ROSIHAN

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU, 2020
REAKTIFITAS ION-ION GOLONGAN TRANSISI

I. Tujuan percobaan :
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untukMempelajari Reaktifitas Ion-Ion
Logam Transisi

II. Tinjauan pustaka :


Semua unsur transisi merupakan logam, karena unsur transisi memiliki lebih
banyak elektron tidak berpasangan yang bebas bergerak pada kisi kristalnya
sehingga dapat membentuk ikatan logam yang lebih kuat bila dibandingkan
dengan unsur golongan utama. Akibatnya, logam transisi memiliki sifat kekerasan
dan kerapatan yang lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi, dan penghantar
listrik yang lebih baik. Semakin banyak elektron yang tidak berpasangan maka
ikatan logamnya akan semakin kuat dan titik lelehnya makin tinggi (Salirawati,
2008).

Unsur-unsur deret peralihan utama (kadang-kadang disebut juga unsur-unsur


“Kelompok d” mengandung atom-atom atau ion-ion dengan orbital yang belum
terisi penuh. Sedangkan unsur-unsur peralihan dalam mengandung atom-
atom dengan orbital f yang belum penuh. Kedua deskripsi ini cocok untuk semua
unsur-unsur pada bagian tengah tabel berkala. Sehingga lebih dari separuh unsur-
unsur yang telah ditemukan termasuk dalam deret peralihan atau peralihan dalam.
Sifat kimia unsur unsur ini penting secara teoritis maupun secara praktis. Satu
sifat penting unsur peralihan ialah untuk membentuk ion kompleks. Sifat-sifat
unsur peralihan deret pertama (Z = 21 sampai Z = 29). Titik cair yang tinggi, daya
hantar listrik yang baik, dan kekerasan sedang sampai tinggi adalah akibat dari
cepat tersedianya elektron dan orbital untuk elektron dan orbital untuk
membentuk ikatan logam. Potensial elektroda baku meningkat sesuai dengan
meningkatnya nomor atom sepanjang deret peralihan (Petrucci, 1987).

Logam transisi baris baris pertama (skandium sampai tembaga) adalah logam
transisi yang paling lazim; dalam banyak hal seluruh golongan ini memiliki sifat
kimiawi yang khas. Senyawa koordinasi ialah spesi netral dimana dalam spesi ini
sejumlah kecil mulokeul atau ion mengelilingi atom atau ion logam pusat. Atom
donor pada ligan masing-masing memberikan sepasang elektron bebas kepada ion
logam pusat dalam kompleks. Senyawa koordinasi dapat menunjukan isomerisme
geometri dan/atau optis. Teori medan kristal menjelaskan ikatan dalam kompleks
dari segi interaksi elektrostatik. Berdasarkan teori medan kristal, orbital d terbelah
menjadi dua orbital berenergi tinggi dan tiga orbital berenergi rendah dalam
kompleks oktahedral. Selisih energi antara kedua set orbital d ini dinamakan
pembelahan medan kristal. Ligan medan-kuat menyebabkan pembelahan besar,
dan ligan medan-lemah menyebabkan pembelahan kecil. Spin elektron cenderung
paralel untuk ligan medan-lemah dan berpasangan untuk ligan medan-kuat,
dimana dibutuhkan investasi energi yang lebih besar untuk mempromosikan
elektron ke orbital d yang letaknya lebih tinggi. Pembelahan orbital d dalam
kompleks tetrahedral merupakan kebalikan dari yang terjadi dalam kompleks
oktehedral, dan pembelahan dalam kompleks segi-empat planar adalah yang
paling rumit. Ion kompleks menjalani reaksi pertukaran ligan dalam larutan.
(Chang, 2005).

Reaktifitas ion-ion logam transisi berhubungan dengan sifat kekerasan dan


kelunakan dari kation dan anionnya. Reaktifitas suatu senyawa dapat diamati dari
adanya perubahan warna maupun terbentuknya endapan. Reaktifitas suatu
senyawa khususnya yang mengandung ion logam transisi tergantung beberapa
faktor, misalnya muatan dan jari-jari ion, serta konfigurasi elektron di orbital d.
Reaktifitas berbeda dengan kestabilan, dimana reaktifitas lebih ditekankan pada
kecepatan terjadinya suatu reaksi kimia dengan zat lain sedangkan kestabilan
difokuskan pada besarnya nilai K yang dihasilkan suatu reaksi. Suatu senyawa
dapat bersifat labil akan bereaksi lebih cepat daripada senyawa yang inert
(Khunur, 2012)

Bilangan oksidasi dapat juga dapat juga dinyatakan sebagai tingkatan oksidasi
yang memberikan pengertian-pengertian seperti berikut ini. Pada unsur-unsur
yang bebas, setiap atom mempunyai bilangan oksidasi 0, tidak peduli apakah
membentuk molekul yang sederhana atau kompleks. Oksidasi sendiri memiliki
arti yaitu untuk menyenyatakan setiap perubahan kimia yang memberikan arti
adanya kenaikan dalam bilangan okisdasi. (Sastrohamidjojo, 2018)
PROSEDUR KERJA

Bahan : Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain 2 ml


larutan MnCl2 1M, Larutan NaOH 2M, Larutan NaOH pekat (50%),
Larutan KSCN 1M, Larutan amoniak 1M, dan Larutan natrium
karbonat 1M.

Alat : Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain Gelas kimia,
Gelas ukur, Pipet tetes, Rak tabung reaksi, dan Tabung reaksi.

Prosedur kerja

Ditambahkan sedikit demi sedikit larutan NaOH 2M ke dalam 2 ml larutan logam


MnCl2 1M higga berlebih. Dicatat perubahan yang terjadi. Diulangi perlakuan
pertama untuk semua larutan logam namun dengan pereaksi yaitu NaOH (50%),
KSCN 1M, Amoniak 1M, dan Natrium karbonat 1M,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan

No Perlakuan Hasil

1. NaOH 2M + 2 ml MnCl2 1M Menghasilkan larutan putih agak


kecoklatan, terdapat endapan
kecoklatan.

2. NaOH 50% + 2 ml MnCl2 1M Menghasilkan larutan menjadi putih


kecoklatan, terdapat endapan coklat.

3. KSCN 1M + 2 ml MnCl2 1M Tidak menghasilkan terjadi


perubahan, warna larutan tetap
bening tanpa endapan.

4. NH3 1M + 2 ml MnCl2 1M Mengasikan larutan menjadi coklat


keruh, terdapat endapan coklat
kekunigan

5. Na2Co3 + 2 ml MnCl2 1M Menghasilkan larutan bening dengan


endapannya putih.
Sumber : laporan Fausyah, dkk. Tentang Reaktifitas ion-ion logam transisi
Persamaan reaksi
1. Mn2+ Mangan (II) + 2OH- (hidroksida) →Mn(OH)2↓ Mangan (II) hiroksida
2. MnCl2 Mangan (II) + 2KSCN- (Kalium tiosianat) → Mn(SCN)2 Mangan (II)
tiosianat + 2KCl↓ (Kalium klorida)

3. Mn2+ Mangan (II) + 2NH3 (amonia) + H2O (air)→ Mn(OH)2↓ Mangan (II)
hiroksida + 2NH4+ (Amonium)
4. MnCl2 Mangan (II) + Na2CO3 Natrium karbonat → MnCO3 Mangan (II)
karbonat+ 2NaCl↓ (Natrium klorida)

Pembahasan
Pada percobaan ini mengenai reaksi yang berlangsung pada beberapa logam transisi
bertujuan untuk mempelajari reaktivitas ion-ion logam transisi. Reaktivitas suatu
senyawa dapat diamati dari adanya perubahan warna maupun terbentuknya
endapan. Reaktivitas suatu senyawa khususnya yang mengandung ion logam
transisi tergantung beberapa faktor, misalnya muatan dan jari-jari ion, serta
konfigurasi elektron di orbital d. Reaktifitas berbeda dengan kestabilan, dimana
reaktifitas lebih ditekankan pada kecepatan terjadinya suatu reaksi kimia dengan zat
lain, sedangkan kestabilan difokuskan pada besarnya nilai K yangdihasilkan suatu
reaksi. Percobaan kali ini menggunakan larutan yang mengandung ion logam
transisi. Sampel tersebut adalah larutan MnCl2 di uji dengan 5 larutan
pereaksi, yaitu NaOH 2M, NaOH 50%, KSCN 1M, NH3 1M, dan Na2CO3 1M.
Pada percobaan pertama dilakukan pada larutan MnCl2. Sebanyak 1 mL MnCl2
yang larutannya berwarna bening direaksikan dengan pereaksi NaOH 2M  dan
pereaksi NaOH 50% keduanya menghasilkan larutan berwarna putih kecoklatan
dan terdapat endapan kecoklatan mangan hidroksida Mn(OH)2. Pada pereaksi
dengan KSCN tidak terjadi perubahan warna larutan, pada tabung juga tidak
terdapat endapan yang terbentuk, dikarenakan kurangnya penambahan pereaksi.
Dan pada pereaksi NH3, warna larutan menjadi coklat keruh dengan terbentuk
endapan coklat kekuningan mangan hidroksida yang mudah larut dalam reagensia
berlebihan, sedangkan pada penambahan pereaksi Na2CO3 larutan menjadi putih
susu dan menggumpal, namun setelah didiamkan beberapa menit larutan menjadi
bening dengan endapan putih yang terbentuk.
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum online yang telah dilakukan, dapat disimpulkan ion-ion
logam transisi reaktif saat direaksikan dengan beberapa pereaksi. Logam transisi
adalah suatu logam yang sangat reaktif dan dapat membentuk ikatan logam yang
sangat stabil dibanding dengan unsur golongan utama dikarenakan loagam transisi
memiliki banyak elektron yang tidak berpasangan sehingga bebas bergerak pada
kisi kristalnya. Dan reaktifitas suatu senyawa khususnya yang mengandung ion
logam transisi tergantung beberapa faktor, misalnya muatan dan jari-jari ion, serta
konfigurasi elektron di orbital d. Dari hasil percobaan tadi senyawa-senyawa yang
direaksikan sebagian besar mengalami suatu reaktifitas dimana terjadi perubahan
warna dan terdapat endapan.

SARAN

Sebaiknya dalam melakukan praktikum online ini praktikan benar-benar paham


apa yang diinstruksikan oleh asisten agar dalam membuat laporan ini praktikan
tidak kebingungan dan juga bisa meminimalisir kesalahan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Salirawati. 2008. Kimia. Grassindo : Bandung

Petrucci. 1987. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga : Jakarta

Raymond Chang. 2005. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti. Erlangga : Jakarta

Khunur, M., dkk. 2012. Diktat Praktikum Kimia Anorganik. Universitas


Brawijaya : Malang

Hardjono Sastrohamidjojo. 2018. Kimia Dasar. UGM PRESS : Yogayakarta

Anda mungkin juga menyukai