Anda di halaman 1dari 13

KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI

KUARTET ANOREXIA UPAYA PENINGKATAN


PENGETAHUAN TENTANG ANOREXIA NERVOSA PADA
REMAJA PUTRI

OLEH :

INTAN LOVITASARI (6511418073)

WAHYU DWI SASANTI (6511418082)

JIHAN SALMA AZHAAR FIRDAUS (6511418083)

PRODI GIZI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. ANALISIS SITUASI

Anorexia nervosa merupakan salah satu masalah yang sering


menimpa anak sekolah. Biasanya anorexia nervosa sering terjadi pada anak
perumpuan dibanding anak laki-laki. Anorexia nervosa (AN) adalah
gangguan pola makan dengan cara membuat dirinya merasa tetap lapar
(self-starvation). Biasanya terjadi pada remaja wanita yang tengah
menginjak bangku SMU (sekolah menengah umum). Adapun tujuan
mereka membuat dirinya lapar adalah agar mereka memiliki penampilan
fisik yang ramping.
Sebuah studi menunjukkan bahwa risiko kematian pada kasus anorexia
nervosa berkisar antara 4% - 20% (Sadock et al., 1997). Menurut Noah
(1999), risiko kematian tersebut lebih besar jika berat badan penderita
kurang dari 60% dibandingkan berat badan normal. Hal tersebut
dicontohkan dengan tewasnya dua orang model, yaitu Ana Carolina Reston
(21 tahun) yang berasal dari Sao Paulo, Brazil, dan Ramos (22 tahun) yang
berasal dari Milan, Italia. Kedua model tersebut tewas akibat mengalami
anorexia nervosa (Imy, 2007). Lebih lanjut dijelaskan bahwa efek kematian
kedua model tersebut akhirnya mencetuskan peraturan ketat di pusat
peragaan busana kota mode Milan, Italia dan Madrid, Spanyol. Model yang
ingin bergaya di catwalk tak hanya diharuskan ber-IMT di atas 18,5, tetapi
juga wajib mengantongi surat keterangan sehat. (Prahara, 2014)

Ratnawati dan Sofiah pada tahun 2012 telah meneliti bahwa


kecenderungan untuk menjadi anoreksia nervosa pada remaja putri sebuah
sekolah kejuruan (setingkat dengan sekolah menengah atas) berhubungan
dengan kepercayaan diri dan body image (citra diri).
Penderita anoreksia nervosa sangat membatasi asupan makannya
sehari-hari, terutama bahan makanan tinggi lemak dan karbohidrat. perilaku
makan yang sering dengan porsi kecil sampai sangat besar tetapi kemudian
makanannya itu dikeluarkannya kembali dengan berbagai cara, bisa melaui
muntah, penggunaan obat pencahar sehingga penderita akan mengalami
diare, bahkan dengan sengaja melakukan olah raga berlebihan. Mereka
memiliki tekad ang sangat kuat untuk memiliki berat badan yang sangat
kurus, karena mereka memiliki gangguan dalam pencitraan diri (body
image), yaitu cara pandang terhadap tubuhnya. Biasanya penderita
mengalami masalah psikologi dalam hidupnya. Mungkin kecemasan akan
hal tertentu dalam hidupnya, perasaan sedih yang dalam, tidak diterima oleh
lingkungannya, bahkan tekanan karena tuntutan untuk tampil langsing dari
lingkungannya.
Berdasarkan penelitian Anna, siswa mengalami peningkatan
pengetahuan pada kelompok PGS Cards yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan leaflet disebabkan karena adanya penggunaan media kartu kuartet

(PGS Cards) dalam penyuluhan.(Fatimah, 2017) Begitupula dengan kuartet


anorexia nervosa, karena permainan kartu ini memiliki metode yang hampir
sama dengan kartu PGS Cards. Media cetak yang umumnya terdiri dari
gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna yang menarik,
berfungsi untuk memberi informasi dan menghibur. Sehingga melalui kartu
kuartet anorexia, pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan
mudah dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut dan
bisa memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang positif.
Untuk mengatasi masalah tersebut, solusi yang sesui selain
memberikan edukasi kepada anak sekolahan tentang pengenalan, gejala,
cara pencegahan, dampak ahli gizi juga dapat memberikan edukasinya
lewat sebuah permainan. Permainan yang dimaksud adalah permainan
menggunakan kartu kuartet. Kartu kuartet yang digunakan terdiri dari 4
topik. Masing-masing 4 topik itu terdiri dari 6 kartu, 4 kartu yang sesuai
dengan topic dan 2 kartu yang tidak sesuai dengan topic. 4 topik itu terdiri
dari dampak, pencegahan dan cara mengatasi, gejala dan tubuh yang sehat.
Lewat permainan ini diharapkan anak sekolah bisa mengerti bahnyanya
anorexia nervosa jika mereka masih memiliki kebiasaan menolak makanan.

B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH


Masalah yang sering dihadapi oleh siswi salah satunya adalah
anorexia nervosa yang ditandai dengan kebiasaan menolak makanan dengan
tujuan ingin mempertahankan bentuk tubuh. Biasanya terjadi pada anak
perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki.
Siswi-siswi masih memiliki pengetahuan yang sangat terbatas tentang
anoreksia. Bahkan masih anak-anak yang masih tidak tahu pengertian dari
anoreksia, mereka hanya mendengar istilah “tidak mau makan” yang
dikatakan oleh orang tua ataupun orang-orang disekitarnya. Selain itu, orang
tua dari anoreksik kadang juga tidak sadar bahwa anaknya mengalami
anoreksia meskipun sang anak sudah dengan jelas menunjukkan gejala
anoreksia.
Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk memperkenalkan pengertian
anoreksia pada siswa putri/remaja putri beserta cara mengatasi, dampak, dan
bahayanya dengan menggunakan metode yang komunikatif dan informatif,
mudah dipahami oleh anak, dan bisa mengedukasi anak.

C. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
remaja putri mengenai anoreksia nervosa, kebiasaan- kebiasaan yang
merupakan gejala dari anorexia, serta, dampak dan bahayanya.

D. MANFAAT KEGIATAN
Manfaat dari kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan remaja
putri mengenai anorexia, kebiasaan-kebiasaan yang merupakan gejala dari
anorexia, serta, dampak dan bahayanya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anorexia nervosa adalah gangguan pola makan dengan cara membuat


dirinya merasa tetap lapar (self-starvation). Biasanya terjadi pada remaja wanita
yang tengah menginjak bangku SMU (sekolah menengah umum). Adapun tujuan
mereka membuat dirinya lapar adalah agar mereka memiliki penampilan fisik
yang ramping dan menarik perhatian lawan jenisnya. Anoreksia nervosa yaitu
sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan
berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat
badan akibat pencitraan diri yang menyimpang. Anorexia nervosa merupakan
sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal,
dan fisiologikal, pada penderitanya ditemukan peningkatan rasio enzim hati ALT
dan GGT, hingga disfungsi hati akut pada tingkat lanjut. Seseorang yang
menderita AN disebut sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum) anorektik.
Istilah ini sering kali namun tidak benar disingkat menjadi anorexia, yang berarti
gejala medis kehilangan nafsu makan. Anorektik dapat juga menunjuk ke obat
penahan nafsu.(Krisnani, Santoso and Putri, 2018)

Kriteria anorexia nervosa menurut Diagnostic and Statistical Manual


of (DSM-IV: American Psychiatric Assosiation, 1994) dalam penelitian
Ratnawati (Ratnawati, Vivi, Sofiah, 2012) ada 4 kriteria diagnostik untuk
anorexia nervosa, yaitu : 1) Sangat takut menjadi gemuk walaupun sebenarnya
berat badan telah berada dibawah normal. 2) Mengalami gangguan dalam
menerima berat badan atau bentuk tubuhnya yang pada akhirnya mempengaruhi
penilaian terhadap berat badan atau bentuk badannya. Gangguan dalam menerima
berat badan atau bentuk badan juga mempengaruhi penilaian penderita anorexia
nervosa terhadap resiko yang akan muncul apabila berat badannya tetap berada
dibawah normal (keseriusan penyakitnya). 3) Menolak untuk pempertahankan
berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badannya. 4) Perempuan mengalami
gangguan pada siklus menstruasinya yang biasanya terjadi sebelum adanya
penurunan berat badan drastis. Gangguan ini ditandai dengan tidak hadirnya
menstruasi minimal 3 kali sesuai siklusnya.

Seseorang didiagnosa anorexia nervosa apabila mengalami kesalahan


dalam memandang berat atau bentuk badan. Individu yang mengalami gangguan
ini mengalami ketakutan yang amat sangat terhadap kenaikan berat badan,
sehingga cenderung melakukan penolakan terhadap berat badan normal sesuai
umur dan tinggi badan, akhirnya, orang-orang tersebut memiliki berat badan
kurang dari 85 persen dari berat badan orang-orang normal.

Anoreksik sering didiagnosis dengan gangguan depresi, alkhoholisme,


gangguan obsesif kompulsif, gangguan panik dan gangguan kepribadian. Laki-
laki yang didiagnosis anoreksia nervosa juga akan cenderung mengalami
skizofrenia, gangguan mood, dan ketergantungan zat.

Ada beberapa gejala awal anoreksia yang perlu kita waspadai, salah
satu diantaranya adalah berat berat badan yang tidak stabil dan tidak seimbang
dengan umur, postur, serta tinggi tubuh (biasanya mencapai 15% di bawah berat
normal). Berikut ini adalah gejala-gejala lain seseorang menderita anorexia : 1)
Tidak mengalami menstruasi selama 3 bulan berturut-turut (untuk wanita) 2)
Tidak mau dan menolak makan di depan umum 3) Sering merasa gelisah 4)
Lemah 5) Kulit kusam 6) Nafas pendek-pendek 7) Khawatir berlebih terhadap
asupan kalori.

Pada anak laki-laki yang memiliki presentase lemak tubuh yanglebih


rendah dibandingkan dengan massa otot memungkinkan berat badannya turun
sebelum timbul ketosis dan pemecahan protein. Ciri-ciri anak laki-laki dengan
anoreksia diantaranya makan cepat dan makan tidak teratur, yang disebabkan oleh
stigma masyarakat dan pengaruh lingkungan sebaya yang senang bermain dan
mengesampingkan makan.

Anak usia sekolah yang kelaparan dan bergizi buruk mempunyai


kemampuan kognitif yang rendah. Rendahnya kemampuan kognitif ini jauh di
luar hilangnya kognitif yang disebabkan oleh kekurangan gizi dan kesehatan yang
buruk yang dialami selama masa kanak–kanaknya atau pada masa yang lebih
awal. Anak dengan kapasitas belajar yang kurang dan gangguan panca indera
secara alamiah tidak berkinerja baik dan lebih mungkin mengulang kelas dan
berhenti sekolah dibandingkan mereka yang tidak memiliki gangguan. Mereka
juga masuk sekolah pada usia yang lebih tua dan berhenti sekolah beberapa tahun
lebih cepat. Kehadiran sekolah yang tidak teratur dari anak-anak yang mengalami
gizi buruk dan tidak sehat adalah salah satu faktor kunci dalam kinerja mereka
yang buruk.
Komplikasi medis dari anoreksia adalah penurunan berat badan dan
kurang gizi. Kelaparan menginduksi protein dan katabolisme lemak yang
mengarah ke kehilangan volume dan fungsi seluler yang berakiat buruk, seperti
menyebabkan atrofi jantung, otak, hati, usus, dan ginjal. Insiden yang telah
dilaporkan dari komplikasi medis ini bervariasi tergantung pada masing-masing
anak dan pada tingkat kearahan anoreksia nervosa. (Mehler and Brown, 2015)

Anorexia Nervosa dapat ditangani dengan terapi psikologis melalui


perawatan berbasis keluarga atau “Terapi Keluarga Berfokus Anorexia-Nervosa”
direkomendasikan oleh NICE sebagai pengobatan lini pertama untuk Anorexia
Nervosa pada anak-anak dan remaja. Dengan 12 RCT (total 1060 peserta)
mendukung kemanjurannya, ini dianggap sebagai pengobatan inti untuk Anorexia
Nervosa pada anak-anak dan remaja. Ini menekankan pentingnya orang tua yang
pada awalnya mengambil tanggung jawab untuk pemurnian. Ini paling baik
dilakukan dalam suasana kolaborasi dan meminimalkan kesalahan, sehingga
dibutuhkan dukungan dari tim klinis. Ada bukti moderat untuk Terapi Sistem
Keluarga, Terapi Fokus Remaja dan Terapi Perilaku Kognitif - Enhanced (CBT-
E) (versi transdiagnostik CBT asli yang dikembangkan untuk bulimia nervosa) .
Panduan NICE merekomendasikan CBT-E jika Terapi Keluarga seperti yang
dijelaskan di atas merupakan kontraindikasi, tidak dapat diterima atau tidak
efektif.(Bould et al., 2017)

Anak sekolah dasar merupakan kelompok yang rawan terhadap masalah


gizi kurang. Rendahnya status gizi anak sekolah akan berdampak negatif pada
peningkatan kualitas SDM. Masalah gizi pada anak usia sekolah adalah masalah
kesehatan yang menyangkut masa depan dan kecerdasan serta memerlukan
perhatian yang lebih serius. Kurangnya konsumsi makanan dan pemahaman ilmu
gizi menjadi salah satu faktor utama masalah gizi kurang atau gangguan
pertumbuhan pada anak (Lamid, 1997). Status kesehatan dan gizi anak usia
sekolah di Indonesia mungkin merupakan faktor penting dalam pencapaian tujuan
“Pendidikan untuk Semua” (Education for All) dan MD G. Jika siswa tidak sehat
dan bergizi baik, sekolah tidak dapat memenuhi misi utamanya dalam
menyediakan pendidikan yang efektif, efisien dan adil. Beberapa permasalahan
utama dalam kesehatan dan gizi dapat menghambat proses belajar.

Kartu kuartet adalah kartu bergambar yang dikelompokkan berdasarkan


topik. Setiap topik terdiri dari 4 kartu. Topik-topik tersebut berkaitan dengan
anoreksia nervosa, yaitu dampak, pencegahan dan cara mengatasi, gejala, dan
tubuh yang sehat. Tujuan dari permainan ini adalah untuk memberikan informasi
dan pemahaman tentang anorexia nervosa kepada anak. Permainan dengan kartu
kuartet bisa dilakukan di masyarakat khusunya di lingkungan sekolah.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian Erianawati, yang menyimpulkan


bahwa media visual (gambar) memudahkan anak dalam memahami konsep dan
membantu dalam generalisasi. Di samping itu, dapat meningkatkan kemampuan
bahasa, kognitif, afektif dan psikomotorik pada anak. Hasil penelitian Setiyono
juga mendukung hasil penelitian ini, bahwa penggunaan media bergambar/komik
efektif dalam promosi pencegahan dini kelainan refraksi pada siswa sekolah dasar.
Gambar memberikan kesempatan untuk merekam dan berbagi pengalaman pribadi
dalam format yang unik, berpikir dan berekspresi serta memberdayakan anak-
anak yang berjuang untuk memperoleh pemahaman tentang teks dan gambar,
bekerja sama untuk menceritakan sebuah kisah, meningkatkan kepercayaan diri
yang bermanfaat bagi semua anak. Melalui gambar, siswa mampu mengenal dan
menanggapi masalah kesehatan yang ada sesuai dengan informasi yang
didapatkan melalui media tersebut. Dalam penelitiannya, Suiraoka mengatakan
bahwa salah satu tampilan media yang menarik dari aspek grafis dan disukai
anak-anak SD, berupa informasi yang disertai ilustrasi gambar seperti leaflet,
cerita bergambar dan kartu. Media yang tepat akan menimbulkan semangat belajar
saat interaksi siswa dengan lingkungan dan memungkinkan siswa belajar sendiri
sesuai dengan minat dan kemampunannya.

Pada permainan ini diharapkan siswa berupaya dan bersemangat untuk


memenangkan permainan dengan berusaha menempelkan kartu pada papan yang
benar. Hal ini merupakan salah satu upaya mendorong keinginan untuk
mengetahui dan memahami, mendalami dan menegerti tentang anorexia nervosa,
sehingga siswa memiliki peningkatan pengetahuan tentang anorexia nervosa.
Keikutsertaan siswa secara aktif dalam permainan kartu kuartet anorexia nervosa
dinilai lebih baik dalam meningkatkan pengetahuan dibandingkan dengan
mendengarkan penjelasan saja. Seseorang akan dapat belajar dengan baik bila
mereka terlibat secara aktif dalam proses belajar dan bukan hanya terlibat secara
pasif dengan mendengarkan atau melihat saja. Mengikutsertakan siswa secara
aktif pada saat promosi kesehatan di sekolah dipandang perlu dan bisa untuk
mempromosikan kesehatan di sekolah, sehingga diharapkan dapat menimbulkan
kesadaran diri siswa, dan dapat mengambil keputusan untuk bertindak/melakukan
tindakan prevensi dan menanamkan kebiasaan hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari. Penelitian yang diuraikan oleh Glantz dkk yang menyatakan bahwa
perilaku bisa dipengaruhi oleh faktor internal seseorang seperti pengetahuan,
makin tinggi pengetahuan dan keterampilan seseorang, makin tinggi kemungkinan
kinerja akan lebih baik karena didukung oleh pengetahuan dan keterampilan yang
memadai. Perubahan perilaku sebagian besar dipengaruhi oleh pengetahuan,
sikap, nilai, keterampilan, pengalaman dan penguatan.

BAB III

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

Kartu kuartet adalah kartu bergambar yang dikelompokkan


berdasarkan topik. Setiap topik terdiri dari 6 kartu, 4 kartu sesuai dengan topik, 2
kartu tidak sesuai dengan topik namun masih berhubungan dengan anorexia
nervosa. Tujuan dari permainan ini adalah untuk memberikan informasi dan
pemahaman tentang Anorexia nervosa kepada peserta. Permainan dengan kartu
kuartet bisa dilakukan di masyarakat khusunya di lingkungan sekolah. Tugas
setiap pemain adalah mengumpulkan kartu pada topik yang sama secepat
mungkin. Dalam permainan ini akan digunakan bentuk permainan kartu,
permainan kartu tersebut menggunakan kartu kuartet yang setiap kartu berisi topik
yang akan dijelaskan. Mulai dari gambar dan sejenisnya.

Kartu terdiri dari 4 topik, yaitu gelaja, cara pencegahan dan cara
mengatasi gambaran anak yang sehat, dan dampak dari anorexia nervosa. Masing-
masing topic terdiri dari 6 kartu, 4 kartu sesuai dengan topic dan 2 kartu tidak
sesuai dengan topic. Jadi totalnya ada 24 kartu. Kartu terbuat dari kertas linen
dengan gambar di satu sisi dan sisi lainnya diberi nama permainan(kuarter
anorexia).

A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

Analisis pengumpulan analisis


Masalah data penyebab

melakukan menentukan
analisis situasi
eksperimen metode

mendapatkan
evaluasi
ahsil

B. REALITA DAN PEMECAHAN MASALAH


Kartu kuartet adalah kartu bergambar yang dikelompokkan
berdasarkan topik. Setiap topik terdiri dari 6 kartu, 4 kartu sesuai dengan
topik, 2 kartu tidak sesuai dengan topik namun masih berhubungan dengan
anorexia nervosa. Tujuan dari permainan ini adalah untuk memberikan
informasi dan pemahaman tentang Anorexia nervosa kepada peserta.
Permainan dengan kartu kuartet bisa dilakukan di masyarakat khusunya di
lingkungan sekolah. Tugas setiap pemain adalah mengumpulkan kartu pada
topik yang sama secepat mungkin. Dalam permainan ini akan digunakan
bentuk permainan kartu, permainan kartu tersebut menggunakan kartu
kuartet yang setiap kartu berisi topik yang akan dijelaskan. Mulai dari
gambar dan sejenisnya.
Kartu terdiri dari 4 topik, yaitu gelaja, cara pencegahan dan cara mengatasi
gambaran anak yang sehat, dan dampak dari anorexia nervosa. Masing-
masing topic terdiri dari 6 kartu, 4 kartu sesuai dengan topic dan 2 kartu
tidak sesuai dengan topic. Jadi totalnya ada 24 kartu. Kartu terbuat dari
kertas linen dengan gambar di satu sisi dan sisi lainnya diberi nama
permainan(kuarter anorexia).
Ahli gizi memberikan informasi mengenai anorexia nervosa kepada
siswa mencakup pengertian, gejala, pencegahan, dampak dan cara
menangani anorexia nervosa. Untuk memperkuat pemahaman siswa, ahli
gizi mengajak siswa bermain “kuartet anorexia”. Cara bermainnya, kartu
dikocok kemudian masing-masing siswa mengambil 3 kartu. Kemudian
siswa menginterpretasikan maksud dari gambar di kartu. Setelah itu, siswa
menempelkan kartu pada papan sesuai dengan topiknya. Setelah permainan
selesai, ahli gizi mengevaluasinya.

C. KHALAYAK SASARAN
Permainan ini diperuntukkan bagi remaja putri usia 10-19 tahun atau
anak sekolah mulai dari jenjang SD kelas 5 dan 6, SMP hingga SMA.
Namun, sasaran utamanya adalah siswa SMP dan SMA yang
pengetahuannya tentang anorexia nervosa masih kurang dan sering
menunjuukkan gejala anorexia nervosa. Diharapkan setelah ahli gizi
mengedukasi melalui permainan “kuartet anorexia” siswa menjadi paham
tentang anorexia nervosa dan mengetahui gejala, dampak, bahaya, cara
pencegahan dan cara mengatasinya.

D. METODE KEGIATAN

Alat :

 24 kartu kuartet anorexia nervosa


 Papan untuk menempel
 Lem/doubletape

Peraturan dan alur permainan :


 Ahli gizi memberikan edukasi terkait anorexia kepada siswa yang berupa
gejala,bahaya, dampak, pencegahan, cara mengatasinya, hingga siswa
memahami dengan baik
 Peserta terdiri dari 9 orang, 1 orang sebagai pembagi kartu, dan 8 orang
lainnya sebagai pemain
 Pembagi kartu mengocok kartu
 setiap pemain mendapatkan 3 kartu yang dipilih secara acak
 Masing-masing peserta wajib menginterpretasikan isi kartu yang telah di
ambil
 Setelah menjabarkan kartu, kemudian peserta menempelkan kartu tersebut
secara bergantian ke bagian papan yang sesuai dengan isi kartu
 Ahli gizi mengevaluasi hasil permainan, meliputi jalan dan pemahaman
terdapat permainan, ketepatan meletakkan kartu
DAFTAR PUSTAKA

Bould, H. et al. (2017) ‘Clinical Update: Eating Disorders in Children and Young People
Helen’, (May), pp. 1–17.
Fatimah, A. S. (2017) ‘EFEKTIVITAS PENYULUHAN GIZI MENGGUNAKAN MEDIA PGS
CARDS DIBANDINGKAN LEAFLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN
PEDOMAN GIZI SEIMBANG PADA SISWA SEKOLAH DASAR’, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta, pp. 1–15.
Krisnani, H., Santoso, M. B. and Putri, D. (2018) ‘Gangguan Makan Anorexia Nervosa Dan
Bulimia Nervosa Pada Remaja’, Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, 4(3), p. 399. doi: 10.24198/jppm.v4i3.18618.
Mehler, P. S. and Brown, C. (2015) ‘Anorexia nervosa - Medical complications’, Journal
of Eating Disorders, 3(1), pp. 1–8. doi: 10.1186/s40337-015-0040-8.
Prahara, S. A. (2014) ‘Peran Kecenderungan Kepribadian Narsistik Terhadap
Kecenderungan Anorexia Nervosa Pada Model Perempuan’, Jurnal Sosio-
Humaniora, 5(1), pp. 44–54. Available at: http://lppm.mercubuana-
yogya.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/PERAN-KECENDERUNGAN-
KECENDERUNGAN-KEPRIBADIAN-NARSISTIK-TERHADAP-KECENDERUNGAN-
ANOREXIA-NERVOSA-PADA-MODEL-PEREMPUAN.pdf.
Ratnawati, Vivi, Sofiah, D. (2012) ‘Percaya Diri , Body Image dan Kecenderungan
Anorexia Nervosa’, Psikologi Indonesia, 1(2), pp. 130–142. Available at:
http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/persona/article/view/39.

Anda mungkin juga menyukai