Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

“Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup,


diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan
ini.” Kata Kepala Subbagian Pediatri Sosial, Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUIRSCM (Dr. Titi Sunarwati Sularyo, Sp.A(K)), Program Pendidikan
Dokter Spesialis (PPDS), Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Jakarta
(Dr. Muzal Kadim).

Oleh karena itu retardasi mental merupakan masalah di bidang kesehatan


masyarakat,kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak yang
mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat.
Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang
seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan
proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta merupakan sesuatu yang
terpenting pada anak tersebut. Terjadinya retardasi mental dapat disebabkan
adanya gangguan pada fase pranatal, perinatal maupun postnatal. Mengingat
beratnya beban keluarga maupun masyarakat yang harus ditanggung dalam
penatalaksanaan retardasi mental, maka pencegahan yang efektif merupakan
pilihan terbaik. Pada zaman dahulu orang tidak begitu membedakan antara
deformitas fisik bawaan seperti kerdil dan lain-lain dengan retardasi mental.
Penderita epilepsi, psikosis, tuna rungu-wicara sering dicampuradukkan
dengan mereka yang terganggu intelektualnya. Pada kenyataannya memang
keadaan-keadaan tersebut sering menyertai penderita retardasi mental,
sehingga menyulitkan untuk membuat diagnosis klinis. Pada masa kerajaan
Yunani di bawah hukum Lycurgus anak dengan retardasi mental mengalami
perlakuan yang sangat mengenaskan, yang dibolehkan untuk dimusnahkan,
atau dibuang di sungai Eurotes. Di Romawi kuno ada hukum yang

1
membenarkan pembunuhan pada anak-anak yang cacat atau yang lemah,
walaupun kadang-kadang anak cacat tersebut masih dipertahankan hidup bila
masih mampu menghibur para pembesar.

Prevalens retardasi mental pada anak-anak dibawah umur 18 tahun di negara


maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang berkisar 4,6%.
Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4 kasus baru per 1000
anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi mental berkisar
19 per 1000 kelahiran hidup.1 Banyak penelitian melaporkan angka kejadian
retardasi mental lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.

Tujuan penulisan ini adalah untuk membahas retardasi mental secara umum,
dan akan dibahas tentang definisi, klasifikasi, etiologi, diagnosis serta
tatalaksana serta pencegahan retardasi mental.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan retardasi mental ?
2. Apa penyebab dari retardasi mental ?
3. Bagaimana klasifikasi dari retardasi mental ?
4. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan pada retardasi
mental ?
5. Bagaimana pencegahan dari retardasi mental ?
6. Bagaimana penanganan pada retardasi mental ?
7. Bagaimana prognosis dari retardasi mental ?
8. Bagaimana diagnosa dan pada retardasi mental ?
C. TUJUAN MASALAH
Mengetahui yang dimaksud retardasi mental , penyebab dari
retardasi mental, mengenal macam-macam pembagian
mengenai retardasi mental, gejala yang mucul pada retardasi

2
mental, penegakkan diagnosis nya dan prognosis pada retardasi
mental serta penatalaksanaan yang diberikan pada retardasi
mental

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa
dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa
perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya
terdapat perkembangan mental yang kurang secara
keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang
terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo:
kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F.
Maramis, 2005: 386).
Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana
seseorang memiliki kemampuan mental yang tidak mencukupi
(WHO).
American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat
definisi retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber
(1961) sebagai suatu penurunan fungsi intelektual secara
menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan
dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial.
B. PENYEBAB

Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase


pranatal, perinatal dan postnatal. Beberapa penulis secara
terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam penyebab
terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang dapat

3
dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat
digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe
klinis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai
sangat berat
2. Tampak sejak lahir atau usia dini
3. Secara fisis tampak berkelainan/aneh
4. Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal
maupun postnatal
5. Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Biasanya merupakan retardasi mental ringan
2. Diketahui pada usia sekolah
3. Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
4. Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental
(asah)
5. Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio
ekonomi rendah masih merupakan bagian yang besar dari
penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi mental di
Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural.
Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat
dibagi dalam:
a. Penyebab pranatal
1. Gangguan metabolisme

4
Gangguan metabolisme asam amino yaitu Phenyl
Keton Uria (PKU), Maple Syrup Urine Disease, gangguan
siklus urea, histidiemia, homosistinuria, Distrofia
okulorenal Lowe, hiperprolinemia, tirosinosis dan
hiperlisinemia. Gangguan metabolisme lemak yaitu
degenerasi serebromakuler dan lekoensefalopati progresif.
Gangguan metabolisme karbohidrat yaitu galaktosemia
dan glycogen storabe disease.
Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom muncul dibawah 5 persen
kehamilan, kebanyakan kehamilan yang memilki kelainan
kromosom berakhri dengan kasus keguguran hanya
setenggah dari satu persen yang lahir memiliki kelainan
kromosom, dan akan meninggal segera setelah lahir. bayi
yang bertahan, kebanyakan akan memiliki kelainan down
syndrome, atau trisomy 21. Manusia normal memiliki 46
kromosom (23 pasang). orang dengan kelainan down
syndrome memiliki 47 kromosom (23 pasang + 1
kromosom pada kromosom ke 21).
2. Infeksi maternal selama kehamilan
 yaitu infeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali inclusion
body disease merupakan penyakit infeksi virus yang
paling sering menyebabkan retardasi mental. Infeksi virus
ringan atau subklinik pada ibu hamil dapat menyebabkan
kerusakan otak janin yang bersifat fatal. Penyakit Rubella
kongenital juga dapat menyebabkan defisit mental.
b. Komplikasi kehamilan

5
Meliputi toksemia gravidarum, Diabetes Mellitus pada
ibu hamil yang tak terkontrol, malnutrisi, anoksia janin
akibat plasenta previa dan solutio plasenta serta
penggunaan sitostatika selama hamil.
c. Penyebab perinatal
Prematuritas
Dengan kemajuan teknik obstetri dan kemajuan
perinatologi menyebabkan meningkatnya keselamatan
bayi dengan berat badan lahir rendah sedangkan bayi-bayi
tersebut mempunyai resiko besar untuk mengalami
kerusakan otak, sehingga akan didapatkan lebih banyak
anak dengan retardasi mental.
Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak
dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan
riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Kernikterus
Kernikterus adalah sindrom neurologis akibat
pengendapan bilirubin tak terkonjugasi di dalam sel-sel
otak.
Hipoglikemia: menurunnya kadar gula dalam darah.
d.Penyebab postnatal
Infeksi (meningitis, ensefalitis)
Trauma fisik
Kejang lama
Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
C. KLASIFIKASI

6
Berikut ini adalah klasifikasi retardasi mental berdasarkan PPDGJ
III:
1. F70 Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69)
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya
sering tidak naik kelas, selalu memerlukan bantuan untuk
mengerjakan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang
berkaitan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang
berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80 % dari anak RM
termasuk pada golongan ini. Dapat menempuh pendidikan
Sekolah Dasar kelas VI hingga tamat SMA. Ciri-cirinya tampak
lamban dan membutuhkan bantuan tentang masalah
kehidupannya.
2. F71 Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)
Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya
keterlambatan dalam perkembangan, misalnya
perkembangan wicara atau perkembangan fisik lainnya. Anak
ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri, pada
umumnya tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya,
angka kejadian sekitar 12% dari seluruh kasus RM. Anak pada
golongan ini membutuhkan pelayanan pendidikan yang
khusus dan dukungan pelayanan.
3. F72 Retardasi Mental Berat (IQ 20- 34)
Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang
buruk dan kemampuan bicara yang sangat minim, anak ini
hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan keterampilan
untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian 8% dari
seluruh RM. Memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang

7
menyebabkan keterlambatannya, memerlukan supervisi yang
ketat dan pelayanan khusus.
4. F73 Retardasi Mental Sangat Berat (IQ < 20)
Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif,
motorik, dan komunikasi yang pervasif. Mengalami gangguan
fungsi motorik dan sensorik sejak awal masa kanak-kanak,
individu pada tahap ini memerlukan latihan yang ekstensif
untuk melakukan “self care” yang sangat mendasar seperti
makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan supervisi total dan
perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap ini pasien
benar-benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
5. F78 Retardasi Mental lainnya
Kategori ini hanya dignakan bila penilaian dari tingkat
Retardasi Mental intelektual dengan memakai prosedur biasa
sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya
hendaya sensorik atau fisik, seperti buta, bisu tli, dan
penyandang yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya
tidak mampu.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang
menderita retardasi mental,yaitu:
1. Kromosom kariotipe
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi congenital
5. Serum asam urat (Uric acid serum)
6. Laktat dan piruvat

8
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
8. Serum seng (Zn)
9. Logam berat dalam darah
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
11. Serum asam amino atau asam organik
12. Plasma ammonia
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
14. Urin mukopolisakarida

E. PENCEGAHAN RETARDASI MENTAL


Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan
menyebabkan kerusakan dari sel-sel otak, tidak mungkin fungsinya dapat
kembali normal maka yang penting adalah pencegahan primer yaitu usaha
yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Dengan memberikan
perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat menyebabkan
retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan,
pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan dan
bersalin pada tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu
menurunkan angka kejadian retardasi mental. Demikian pula dengan
mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan
pendidikan yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan, meningkatkan gizi
keluarga akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya
program BKB (Bina Keluarga dan Balita ) yang merupakan stimulasi mental
dini dan bisa dikembangkan juga deteksi dini maka dapat mengoptimalkan
perkembangan anak.
Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi mental
dapat dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
1. Pencegahan Primer

9
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat
dilakukan dengan:
a. pendidikan kesehatan pada masyarakat,  
b. perbaikan keadaan sosial-ekonomi,
c. konseling genetik,
d. Tindakan kedokteran, antara lain:
a. perawatan prenatal dengan baik,
b. pertolongan persalinan yang baik, dan
c. pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan
dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.
Diagnosis dini sangat penting dengan melakukan skrining sedini
mungkin terutama pada tahun pertama maka dapat dilakukan intervensi yang
dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terpi dini hipotiroid dapat memperkecil
kemungkinan retardasi mental. Deteksi dan intervensi dini pada retardasi
mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi. Konsep
intervensi pada retardasi mental yang berdasarkan pemikiran bahwa intervensi
dapat merubah status perkembangan anak. Makin sering dan makin dini
intervensi dilakukan, maka makin baik hasilnya. Tetapi makin berat tingkat
kecacatan maka hasil yang dicapai juga makin kurang. Hasil akhir suatu
intervensi adalah makin dini dan teratur suatu intervensi yang diberikan makin
baik hasilnya sehingga agak mengurangi kecacatannya. Namun pada anak
yang penyebabnya sangat kompleks, latar belakang social dan kebiasaan yang
kurang baik dan intervensi yang tidak teratur maka hasilnya juga tidak
memuaskan
F. PENANGANAN RETARDASI MENTAL
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mentaladalah multidimensi dan
sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penaganan

10
multidisiplin merupakan jalan terbaik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu
strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk mengembangkan
potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatkan psikolog
untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya,
dokter anak untuk memeriksa perkembangan fisiknya, menganalisis penyebab
dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari
pekerja social kadang-kadang diperlukan untuk menilai situasi keluarganya.
Atas dasar itu maka dibuatlah strategi terapi. Sering kali melibatkan lebih
banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak juga menderita epilepsy, palsi
serebral dll. Psikiater bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau
bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi
medis bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan
sensoriknya. Ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau
untuk merangsang perkembangan bicaranya. Serta diperlukan guru
pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini.
Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai
keadaan anaknya dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan.
Kadang-kadang diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua
mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi pula dengan psikolog atau
psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru dan
orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan
anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi
pengertian agar anak tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu, masyarakat
perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental agar mereka dapat
menerima anak tersebut dengan wajar.
Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang
sesuaikan dengan taraf IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk
golongan retardasi mental ringan dan yang mampu latih untuk anak dengan
retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini

11
adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-keterampilan
dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula
tentang baik-buruknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan
tidak memerlukan tindakan yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas,
kejahatan seksual dan lain-lain.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh
kembangnya. Anak-anak ini juga disertai dengan kelainan fisik yang
memerlukan penangan khusus. Misalnya pada anak yang mengalami infeksi
pranataldengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan pendengaran
yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down
dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil
anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan
pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
1. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
a. Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang dimiliki
dengan sebaik-baiknya.
b. Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah.
c. Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang,
sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan
hilang.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada melatih anak
normal antara lain karena perhatian penderita retardasi mental mudah
terinterupsi. Untuk mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan
adalah dengan merangsang indera.
2. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental

12
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita retardasi
mental, yaitu:
a. Latihan di rumah: belajar makan sendiri,  membersihkan badan dan
berpakaian sendiri, dst.,
b. latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social,
c. Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin
penderita, dan
d. latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang
baik dan buruk secara moral.

G. PROGNOSIS
Mengukur kecerdasan dan perilaku adaptif dapat membantu
klasifikasi dari kecenderungan keterbelakangan dan dapat
memprediksikan apakah individu tersebut dapat hidup secara
independen. Individu dengan keterbelakangan mental
menengah (moderate mental retardation) lebih sering
ditemukan dapat mencapai seilf-sufficiency dan mendapatkan
hidup yang bahagia. Untuk mencapai tujuannya, mereka
membutuhkan lingkungan yang sesuai dan mendukung seperti
pendidikan, komunitas, lingkungan sosial, keluarga dan
keterampilan yang konsisten. Harapannya lebih kecil untuk
individu yang menderita keterbelakangan mental sangat berat
(profound retardation). Individu dengan profound retardation
membutuhkan dukungan yang besar dan biasanya tidak bisa
hidup secara independen atau di rumah secara berkelompok.
Penelitian menemukan bahwa mereka memiliki harapan
hidup yang lebih kecil. Kecenderungan dari keterbelakangan

13
invidu cenderung menetap selama hidup. Misalkan seorang
anak didiagnosa memiliki keterbelakangan mental berat
(severe) pada usia 5 tahun, maka ia akan memiliki diagnosa
yang sama pada usia 21 tahun. Hal ini mungkin tidak akan
terlalu terlihat oleh keluarga mereka, dimana anak-anak dengan
keterbelakangan memiliki kemampuan yang mirip dengan
rekan-rekan mereka, namun akan nampak bahwa mereka akan
semakin tertinggal dengan sejalannya usia mereka.

H. DIAGNOSIS & GEJALA


Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas tes
intelegensia saja, melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan
dari orangtua, laporan dari sekolah, pemeriksaan fisis,
laboratorium, pemeriksaan penunjang. Yang perlu dinilai tidak
hanya intelegensia saja melainkan juga adaptasi sosialnya. Dari
anamnesis dapat diketahui beberapa faktor risiko terjadinya
retardasi mental. Pemeriksaan fisis pada anak retardasi mental
biasanya lebih sulit dibandingkan pada anak normal, karena
anak retardasi mental kurang kooperatif. Selain pemeriksaan
fisis secara umum (adanya tanda-tanda dismorfik dari sindrom-
sindrom tertentu) perlu dilakukan pemeriksaan neurologis, serta
penilaian tingkat perkembangan. Pada pemeriksaan fisik pasien
dengan retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam
perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala:
mikrosefali, hidrosefali, dan down syndrome. Wajah pasien
dengan retardasi menral sangan mudah dikenali seperti
hipertelorisme, yaitu lidah yang menjulur keluar, gangguan
pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah yang tampak tumpul.

14
Pada anak yang berumur diatas 3 tahun dilakukan tes
intelegensia. Namun, tingkat kecerdasan intelegensia bukan
satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan
sejumlah besar ketrampilan spesifik yang berbeda. penilaian
tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang
tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku adaptif dan hasil tes
psikometrik. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala dapat
membantu menilai adanya kalsifikasi serebral, perdarahan intra
kranial pada bayi dengan ubun-ubun masih terbuka.
Pemeriksaan laboratorium dilakuka atas indikasi, pemeriksaan
ferriklorida dan asam amino urine dapat dilakukan sebagai
screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila
dicurigai adanya kelainan kromosom yang mendasari retardasi
mental tersebut. Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat
dilakukan untuk membantu seperti pemeriksaan BERA, CT-Scan,
dan MRI. Kesulitan yang dihadapi adalah kalau penderita masih
dibawah umur 2-3 tahun, karena kebanyakan tes psikologis
ditujukan pada anak yang lebih besar. Pada bayi dapat dinilai
perkembangan motorik halus maupun kasar, serta
perkembangan bicara dan bahasa. Biasanya penderita retardasi
mental juga mengalami keterlambatan motor dan American
Psychiatric Association (APA) pada tahun 1994, mensyaratkan
tiga diagnosis keterbelakangan mental, yaitu:
a. Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata: IQ
sekitar 70 atau kurang menurut tes IQ yang diadakan secara
individu.
b. Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan
dengan fungsi adaptasi saat ini (yakni efektivitas seseorang

15
dalam memenuhi standar yang diharapkan pada usianya
dengan kelompok budayanya) setidaknya dalam bidang
berikut ini: yaitu komunikasi, perhatian diri sendiri,
kehidupan rumah tangga, keterampilan sosial-
interpersonal, penggunaan sumber dalam komunitas, self
dierection, keterampilan akademik fungsional, pekerjaan,
waktu luang, kesehatan dan keamanan.
c. Terjadi sebelum berusia 18 tahun.
Tingkatan keterbelakangan mental menurut APA,
diklasifikasikan menjadi mild retardation (tingkat IQ 50 atau
55 sampai sekitar 70), moderate mental retardation (tingkat
IQ 35 atau 40 sampai 50 atau 55), severe mental retardation
(tingkat IQ 20 atau 25 sampai 35 atau 40), dan profound
mental retardation (tingkat IQ dibawah 20 atau 25).
Dibawah ini sekilas tentang perubahan perilaku terkait usia
pada anak dengan keterbelakangan mental :

Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70)


1. Anak prasekolah (0 – 5 tahun): lebih lambat daripada rata-
rata dalam berjalan, makan sendiri, dan berbicara, namun
pengamat sambil lalu tidak melihat keterbelakangan ini.
2. Usia sekolah (6 – 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-
pemahaman dan kognisi (membaca dan arithmatic) di kelas
tiga sampai kelas enam oleh remaja tahap ini, dapat belajar
untuk menyesuaikan diri secara sosial.
3. Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai
keterampilan sosial dan kejuruan yang diperlukan untuk

16
merawat diri, membutuhkan bimbingan dan bantuan ketika
berada pada kondisi ekonomi sulit atau stress sosial.

Keterbelakangan Mental menengah (IQ = 35 – 49)


1. Anak prasekolah (0 – 5 tahun): sebagian besar
perkembangan kelihatan dengan jelas terlambat.
2. Usia sekolah (6 – 21 tahun): belajar berkomunikasi dan
merawat kesehatan dasar dan kebutuhan keamanan.
3. Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa
keterampilan atau semi terampil sederhana pada kondisi yang
diawasi, berpartisipasi pada permainan sederhana dan
melakukan perjalanan sendiri di tempat yang dikenal, mampu
merawat diri sendiri.

Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20 – 34)


1. Anak prasekolah (0 – 5 tahun): perkembangan motorik
sangat tertunda, sedikit atau tidak berbicara, mendapat
mamfaat dari pelatihan mengerjakan sendiri (misalnya makan
sendiri).
2. Usia sekolah (6 – 21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika
terdapat ketidakmampuan motorik, dapat memahami dan
merespon pembicaraan, dapat mengambil mamfaat dari
pelatihan mengenai kesehatan dan kebiasaan lain yang dapat
diterima.
3. Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin
sehari-hari dan memperbesar perawatan diri sendiri,
memerlukan petunjuk dan pengawasan ketat dalam
lingkungan yang dapat dikendalikan.

17
Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)
1. Anak prasekolah (0 – 5 tahun): keterbelakangan ekstrem
disemua bidang, kemampuan sensorik minimal,
membutuhkan bantuan perawatan diri.
2. Usia sekolah (6 – 21 tahun): semua bidang perkembangan
tampak jelas tertunda, respon berupa emosi dasar dan
mendapatkan manfaat dari pelatihan dalam penggunaan
anggota badan dan mulut, harus diawasi dengan ketat.
3. Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan
berbicara dengan cara primitive, mendapatkan mamfaat dari
aktivitas fisik regular, tidak dapat merawat diri sendiri, tetapi
membutuhkan bantuan perawatan diri.

BAB III
TEORI ASKEP
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengakajian dapat dilakukan melalui:
a. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur
kranium, misalnya klasifikasi atau peningkatan tekanan
intrakranial.
b. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan
hamatoma.
c. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak
retardasii mental. Juga tidak mudah bagi orang tua untuk
menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah kecil

18
sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang
memang tidak adekuat.
d. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan
metabolik yang diketahui mempengaruhi jaringan otak jika
tidak ditemukan dalam jumlah besar atau kecil, misalnya
hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan
glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak
dan kadar fenilalanin yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
1) Lakukan pengkajian fisik.
2) Lakukan pengkajian perkembangan.
3) Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi
mental dan gangguan herediter dimana retardasi
mental adalah salah satu jenisnya yang utama
4) Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-
bukti adanya trauma prenatal, perinatal, pascanatal,
atau cedera fisik.
5) Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella),
alkoholisme, konsumsi obat.
6) Nutrisi tidak adekuat.
7) Penyimpangan lingkungan.
8) Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
9) Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya,
meningitis, ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi.
10) Abnormalitas kromosom.
11) Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis
kromosom, disfungsimetabolik, radiografi, tomografi,
elektro ersafalografi.

19
12) Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford,
binet, Wechsler Intellence, Scale, American Assiciation
of Mental Retardation Adaptif Behavior Scale.
13) Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:
14) Tidak responsive terhadap kontak.~Kontak mata buruk
selama menyusui.
15) Penurunan aktivitas spontan
16) Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
17) Peka rangsang.
18) Menyusui lambat.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan kerusakan fungsi kognitf.
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
mempunyai anak yang menderita retardasi mental.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan
fs. Kognitif
4. Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fs, kognitif
5. Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan
mobilitas fisik
6. Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan
adaptasi sosial
7. Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM
8. Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas
fisik/kurangnya kematangan perkembangan.

3. Intervensi Keperawatan

20
a. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan kerusakan fungsi kognitf.
Intervensi keperawatan / rasional :
1) Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi
dini pada bayii untuk membantu memaksimalkan
perkembangan anak.
2) Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval
regular, buat catatan yang terperinci untuk
membedakan perubahan fungsi samar sehingga
rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
3) Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk
anak, untuk mendorong keberhasilan pencapaian
sasaran dan harga diri.
4) Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk
perilaku anak karena hal ini dapat memperbaiki
motivasi dan pembelajaran.
5) Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri
segera setelah anak mencapai kesiapan.
6) Kuatkan aktivitas diri untuk menfasilitasi perkembangan
yang optimal.
7) Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus
perawatan sehari dan kelas-kelas pendidikan segera.
8) Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang
sama dengan anak lain.
9) Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan
orang tua tentang maturasi fisik, perilaku seksual,
perkawinan dan keluarga.

21
b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
mempunyai anak yang menderita retardasi mental.
Intervensi keperawatan / rasional.
1) Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin
pada saat atau setelah kelahiran.
2) Ajak kedua orang tua untuk hadir pada kpnferensi
pemberian informasi.
3) Bila mungkin, berikan informasi tertulis pada keluarga
tentang kondisii anak.
4) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat
dari perawatan dirumah, beri kesempatan pada mereka
untuk menyeldiki semua alternatif residensial sebelum
membuat keputusan.
5) Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain
yang mempunyai masalah yang sama sehingga mereka
dapat menerima dukungan tambahan.
6) Tekankan karakteristik normal anak untuk membantu
keluarga melihat anak sebagai individu dengan
kekuatan serta kelemahannya masing-masing.
7) Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan
perasaan dan kekhawatiran karena hal itu merupakan
bagian dari proses adaptasi.
4. Pelaksanaan/ Implementasi
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian
dilanjutkan dengan pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang
diberikan dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan
klinik yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu – ilmu

22
keperawatan dan ilmu – ilmu lainnya yang terkait. Seluruh
perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana
dengan baik.
Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
rencana asuhan keperawatan atau hambatan yang penulis
dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain,
keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis
dan juga alat yang tersedia, pendokumentasian yang
dilakukan oleh perawat ruangan tidak lengkap sehingga sulit
untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk
sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas
rumah sakit yang kurang memadai dan keberadaan penulis di
ruang tempat klien di rawat terbatas.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan.
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan
menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah
tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta
menentukan masalah apa yang perlu di kaji, direncanakan,
dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan
balik rencana keperawatan, menilai, meningkatkan mutu
asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan
keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar
yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang

23
perawat lakukan adalah melihat apakah masalah yang telah
diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.

FORMAT DOKUMENTASI ILMU KEPERAWATAN PADA


ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN GANGGUAN
RETRADASI MENTAL
DI SLB NIKE ARDILA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An. A
Umur : 12 tahun
Tempat tanggal L : 19 OKTOBER 2007

24
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Kemakmuran Margahayu
2. Indentitas penanggung jawab
Nama : Ny.O
Umur : 59 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hub. Dengan Klien : Ibu
3. Alasan Masuk Sekolah Luar Biasa
Ny. O mengatakan karena anak memiliki kelemahan dalam
aspek berfikir dan menalar
4. Keluhan Utama
Ny. O mengatakan bahwa sejak didalam kandungan dokter
sudah memberi tahu anak nya mengalami grahita
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. W mengatakan anaknya memiliki kemampuan berfikir
dan bersosialisasi di bawah rata-rata

6. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Prenatal
Pemeriksaan kehamilan 3 kali.
Keluhan saat hamil lemas
Riwayat terkena sinar tidak ada
Kenaikan berat badan selama hamil 5 kg
Imunisasi 1 kali
b. Natal

25
Tempat melahirkan di puskesmas atau bidan
Lama dan jenis persalinan : spontan/normal
Penolong persalinan dokter kebidanan
Bayi lahir premature
Bbl : 1800 gram
Pbl : 40 cm
c. Post natal
Kondisi bayi : BB lahir 1,8 kg PB 40 cm
Pada kondisi lahir anak premature
Kecelakaan yang pernah di alami terjatuh
Ny.O mengatakan bahwa saat melahirkan An. U usia
kehamilan 7 bulan dengan BB 1,8 kg. Kesehatan Ny.O
tidak ada komplikasi apapun. Saat lahir An. A diberikan
ASI
Ny.O mengatakan makan diberikan nasi tim, dan ayam.
Makan An.U 2x/sehari.
Ny. O mengatakan bahwa An.A pernah mengalami sakit
cacar.
Ny. O mengatakan anaknya tidak memiliki alergi
apapun
Ny.O mengatakan melakukan imunisasi seperti yang
dianjurkan dokter.
Ny. O mengatakan saat anaknya sakit hanya minum
obat dengan resep dokter.

7. Riwayat Tumbuh Kembang

26
a. Ny.O mengatakan BB An.A saat lahir 2,4 kg. BB badan
hingga sekarang bertambah secara normal. TB badan
An.A tidak tumbuh secara normal.
b. – Motorik kasar: An.A mampu berjalan, berlari, duduk.
- Motorik halus: An.A suka menggambar.
- Perkembangan bicara dan bahasa: An. A bicara
kurang jelas .
- Perkembangan emosi: emosi An.A seperti anak-anak
lainnya
- Perkembangan Kognitif : An.A berfikir kurang
8. Riwayat Sosial Anak
Ny. O mengatakan bahwa anaknya sulit bersosialisasi
dengan teman-temannya namun senang bermain dengan
umur di bawahnya ( anak kecil). An.A tidak pernak
melakukan menghisap jari, menggigit kuku dan
sebagainya. Ketika marah An. A hanya berdiam diri saja.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny.O mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit retardasi mental.
10. Spiritual Anak dan Keluarga
Ny. O mengatakan selalu beribadah An. A melaksanakan
tanpa harus di perintah oleh ibunya. Tapi, An. A saat
melakukan ibadah kiblatnya tidak sesuai.
11. Pola Aktivitas Sehari-hari

No Pola Di Rumah
Aktivitas
Nutrisi: - Makan nasi dan daging ayam
a. Makan dengan porsi habis dan

27
b. Minum terkadang nambah. Frekuensi
makan An. A 2x/sehari
- An. A menyukai buah mangga
dan biskuit
- Tidak ada pantrangan atau
alergi makananan
- An. A makan sendiri
- Tidak terpasang alat apapun
- An. A minum air putih dan
minuman yang disukai nya
adalah susu
2 Eliminasi: - An. A BAK lancar sesuai
a. BAK pemsukan nutrisi warna urine
b. BAB kuning jernih dan baunya khas
- An. A BAB lancar 1x/sehari
dengan konsistensi lembek
warna kuning
3 Istirahat: - An. A biasa tidur siang 30
a. Siang menit, kualitas tidur nyenyak.
b. Malam - Tidurnya ditemani oleh ibunya,
dan pengantar tidurnya dengan
cerita
- An. A tidur malam jam 7 WIB
sudah bangun lagi jam 5 WIB
4 Keberisihan - An. A mandi 1x/sehari memakai
diri sabun tidak dibantu memakai
(Personal air hangat
Hygiene): - Sikat gigi 2x/sehari memakai
a. Mandi odol tidak dibantu

28
b. Sikat - Cuci rambut seminggu 2 kali
gigi memakai shampoo tidak
c. Cuci dibantu
rambut
5 Aktivitas - Permainan yang disukai An. A
Berteman/ adalah main gambar-gambaran
Bermain dan dan suka main ayunan di
Rekreasi taman

12. Pemeriksaan Fisik


a. Penampilan Umum
Posture tubuh An. A normal, kebersihan cukup terjaga,
perilaku seperti anak lainnya, tingkat kesadarannya
lemah
b. Ukuran Pertumbuhan
Tidak dikaji
c. Tanda-tanda Vital
Suhu :-
Denyut nadi :-
Pernafasan :-
Tekanan Darah :-
d. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala, kulit kepala dan Rambut
a) Kepala
Kepala An. U bentuk kepala lonjong konsistensi
keras
b) Kulit kepala
Kulit kepala An. A normal, bersih, tidak ada lesi
dan benjolah.

29
c) Rambut
Rambut An. A normal, warna hitam tipis, tidak
rontok, tidak ada kutu atau ketombe
2. Muka, mata, hidung dan mulut
a) Muka
Bentuk mata cenderung sipit, lipatan nasolabial
normal
b) Mata
Bentuk mata cenderung sipit, tidak ada lesi, tidak
oedema, alis mata tipis, bulu mata tipis tidak
rontok
c) Hidung
Tidak ada lesi, bentuk simetris, batang hidung
kokoh, lubang hidung bersih, tidak ada
penyumbatan, tidak ada sekret, cuping hidung
normal.
d) Mulut
Mukosa bibir basah, kemampuan bicara kurang,
bentuk simetris, terdapat tonsilitis, kualitas suara
nya normal
3. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolah
atau pembengkakan. Pendengaran normal
4. Leher
Dapat menegakkan kepala, tidak ada
pembengkakan, tidak ada lesi, tidak ada lipatan
leher tambahan.
5. Thorax/dada

30
Tidak dikaji
6. Abdomen
Tidak dikaji
7. Genitalia
Tidak dikaji
8. Ekstermitas
Cara berjalan tidak normal, lengkungan tulang
bongkok, .
e. Data penunjang
Ny. O mengatakan setelah mengetahui anaknya
mengalami retardasi mental, saat masih dalam
kandungan.

B. ANALISA DATA

N Symptom Etiologi Problem


O
1 DS : Kondisi Hambatan
Ny. O mengatakan fisiologis komunikasi
anaknya sulit verbal
berbicara
DO:
An. A sulit bebicara
atau sulit

31
mengungkapkan kata-
kata
2 DS: Kurang Kurangnya
- mengenal pengetahuan
DO informasi
Ny. O kurang nya
pengetahuan terhadap
penyakit yang di derita
anaknya.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan komunikasi verbal b/d kelainan fungsi kognitif
2. Kurangnya pengetahuan b/d kurang mengenal informasi
D. INTERVENSI

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o
1 Hambatan Setelah dilakukan - Tingkatkan - untuk
komunikasi verbal tindakan komunikasi melatih anak
b/d kelainan fungsi keperawatan 2x24 verbal dalam
kognitif jam diharapkan An. A - Ajarkan anak berkomunika
mampu berbicara untuk si
normal. Dengan berbicara/berinte - untuk
kritria hasil: raksi dengan meningkatka
- An. A mampu temannya n
berbicara normal - kemampuan
- An. A tidak berbicara
mengisolasi diri

32
2 Kurangnya Setelah dilakukan - Berikan - Agar Ny. O
pengetahuan b/d tindakan pengetahuan mengetahu
kurang mengenal keperawatan 2x24 tentang apa itu i apa itu
informasi jam diharapkan ny. O retardasi mental retardasi
mampu: - Anjurkan Ny. O mental
- Mengetahui untuk - Agar Ny. O
penyebab memonitor tahu
anaknya kemajuan An. A perkemban
mengalami gan An. A
penyakit
retardasi mental
- Mengetahui
kemajuan anak
Ny. O

33
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan
fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh
kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi
kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-
ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan
struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan
mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu /
manusia karena adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari
luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental
umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi yang besar.
B. Saran
Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan
dirinya seperti memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi
obat-obatan dan mengurangi kebiasaan buruk seperti: minum-
minuman keras dan merokok.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu
melakukan langkah prepentif guna menanggulangi gangguan
mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja
caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan tentang
retardasi mental kepada masyarakat.

34
DAFTAR PUSTAKA

Freedman et al. Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry.


Baltimore : The Williams & Wilkins Co, 1972; pp 312 -329.
Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta: EGC.

35
36

Anda mungkin juga menyukai