Anda di halaman 1dari 10

PHIMOSIS

KEPERAWATAN ANAK II
• FIRMAN TAUFIK FIRDAUS
• HILFI NOER HAFIZHA DEWI
• MEGA ALISYA PANCA WARDANI
• MULYANI ALRUM SARI
DEFINISI

Phimosis adalah prepusium penis yang tidak


dapat diretraksi (ditarik) keproksimal sampai
kekoronaglandis. Fimosis merupakan suatu
keadaan normal yang sering ditemukan pada
bayi baru lahir atau anak kecil, karena terdapat
adesialamiah antara prepusium dengan glans
penis.
ETIOLOGI

 Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir


sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak,
bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium selalu
melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke
belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya
usia serta diproduksinya hormon dan faktor
pertumbuhan terjadi proses keratinisasi lapisan epitel
dan deskuamasi antara glans penis dan lapis glan dalam
preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah
dari glan penis.
MANIFESTASI KLINIS

 Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan


urin
 Kulit penis tak bisa ditarik kea rah pangkal ketika akan
dibersihkan
 Bisa juga disertai demam
 Iritasi pada penis.
 Air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes
dan kadang-kadang memancar dengan arah yang tidak
dapat diduga
PENATALAKSANAAN

 Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang dipaksakan,


karena dapat menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks
pada ujung prepusium sehingga akan terbentuk fimosis
sekunder.
 Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat
diberikan salep dexamethasone 0,1% yang dioleskan 3/4
kali, dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian
prepusium dapat diretraksi spontan.
PENATALAKSANAAN

Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru


lahir karena terdapat adesi alamiah antara
preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4
tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris
yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma)
mengumpul didalam preputium dan perlahan-
lahan memisahkan preputium dari glans penis.
PEMERIKSAAN FISIK

 Fimosis patologis ditandai dengan terbentuknya jaringan parut


berupa cincin fibrotik berwarna keputihan di sekitar orifisium
preputium, sugestif sebagai balanitis xerotica obliterans. Jika
dilakukan traksi secara lembut, maka preputium akan berbentuk
seperti kerucut dengan penyempitan bagian distal berwarna putih
dan fibrotik.
 Meuli et al. mengklasifikasikan fimosis sesuai derajat keparahan :
 Grade I: preputium dapat diretraksi penuh dengan cincin stenotik
pada shaft
 Grade II: retraksi parsial dengan glans tampak sebagian
 Grade III: retraksi parsial dan hanya terlihat meatus
 Grade IV: tidak dapat diretraksi
PENCEGAHAN
 Ada 3 cara untuk mengatasi phimosis, yaitu :
 SUNAT
 OBAT
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan
elastisitas kulup. Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali
sehari selama 20-30 hari, harus dilakukan secara teratur dalam
jangka waktu tertentu agar efektif.
 PEREGANGAN
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup
yang dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh
menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan dengan hati-hati
untuk menghindari luka yang menyebabkan pembentukan parut.
KASUS
 Seorang anak laki-laki berinisial An. A berumur 3 tahun dibawa
ke Rumah Sakit Respati pada tanggal 26 November 2019. Ibu An.
A mengatakan anaknya selalu menangis jika akan kencing
karena nyeri akibat air kencing yang sulit keluar. Ibu An.A juga
mengatakan bahwa An.A deman sejak 2 hari yang lalu.Saat
dilakukan pemeriksaan, prepusium tidak bisa ditarik ke
belakang. An. A tampak gelisah, dan sulit tidur pada malam hari
karena nyeri yang dirasakannya. Terlihat adanya edema pada
area kemaluan An. A. Di sekitar kemaluan klien juga tampak
kemerahan. Wajah An. A tampak pucat dan An.A terlihat lemas.
Dari Pemereriksaan Fisik: BB : 15 kg,TB :120cm, TTV:TD:
80/50 mmHg, N: 90x/menit, RR: 24x/menit, S: 38,5 OC. An. X
diberikan terapi obat Salep Deksametasone 0,1%.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai