HIV/AIDS
DOSEN PENGAMPU :
Ns. Didi Kurniawan, M. Kep
DISUSUN OLEH:
Kelompok 2 Kelas A 2017 2
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah
memberikan kita rahmat, hidayah dan anugerahNya sehingga kami berhasil menyusun
makalah ini dengan judul “HIV/AIDS”. Hanya kepadaNya kami memohon pertolongan dan
kemudahan dalam segala urusan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan dan sari tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita pada
jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
“Tiada Manusia Yang Sempurna” begitu pula dengan kami yang telah
mempersembahkan makalah ini yang telah Kami susun sebaik mungkin. Akan tetapi, segala
kritik dan saran demi perbaikan isi makalah ini akan kami sambut dengan senang hati.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan turut andil dalam merncerdaskan
para calon perawat indonesia, dan menjadikan para perawat Indonesia menjadi perawat yang
professional. Wassalamualaikum Wr.Wb
Halaman
Cover .................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................. iii
BAB I : PENDAHULUAN .......................................................... 1
1.1 Latar belakang ........................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ...................................................... 2
1.3 Tujuan pembelajaran .................................................. 2
1.4 Manfaat penulisan ...................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I
PENDAHULUAN
b. Tujuan Khusus
2.1 Defenisi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk
dalam family lentivirus. Dua jenis HIV yang secara genetiknya berbeda tetapi sama
dari antigennya berhubungan yaitu HIV-1 dan HIV-2 diisolasi dari penderita AIDS.
HIV-1 lebih banyak dijumpai pada penderita AIDS di Amerika Serikat, Eropa dan
Afrika Tengah, manakala HIV-2 lebih banyak dijumpai di Afrika Barat, HIV-1 lebih
mudah ditransmisi berbanding HIV-2. Periode antara infeksi pertama kali dengan
timbul gejala penyakit adalah lebih lama dan penyakitnya lebih ringan pada infeksi
HIV-2 (WHO, 2008).
Menurut Green (2007), HIV merupakan singkatan dari Human
Immunnedeficiency Virus. Disebut human (manusia) karena virus ini hanya dapat
menginfeksi manusia, immunodeficiency karena efek virus ini adalah melemahkan
kemampuan system kekebalan tubuh untuk melawan segala penyakit yang menyerang
tubuh, termasuk golongan virus karena salah satu karakteristiknya adalah tidak
mampu memproduksi diri sendiri, melainkan memanfaatkan sel-sel tubuh. Sel darah
putih manusia sebagai sel yang berfungsi untuk mengendalikan atau mencegah infeksi
oleh virus, bakteri, jamur, parasit dan beberapa jenis kanker diserang oleh HIV yang
menyebabkan turunnya kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit
(Nursalam, 2011).
HIV adalah virus yang menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat
berkembang biak, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk system
kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit,
tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita
dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa. Manusia yang
terkena virus HIV, tidak langsung menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan
waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk berubah
menjadi AIDS yang mematikan (WHO, 2008).
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome.
Acquired artinya di dapat, jadi bukan merupakan penyakit keturunan. Immuno berarti
sistem kekebalan tubuh. Deficiency artinya kekurangan, sedangkan Syndrome adalah
kumpulan gejala. AIDS adalah sekumpulan gejala yang didapatkan dari penurunan
kekebalan tubuh akibat kerusakan system imun yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Penularan virus HIV dapat terjadi melalui darah, air mani, hubungan seksual, atau
cairan vagina. Namun virus ini tidak dapat menular lewat kontak fisik biasa, seperti
berpelukan, berciuman, atau berjabat tangan dengan seseorang yang terinfeksi HIV
atau AIDS (Nursalam, 2011).
2.2 Epidimiologi
Terdapat sekitar 36,7 juta (30,8 - 42,9 juta) orang hidup dengan HIV secara global
pada tahun 2016, dimana 17,8 juta (15,4 – 20,3 juta) di antaranya adalah wanita (6).
Prevalensi HIV untuk wilayah Asia Selatan – Tenggara mencapai 0,3 % dan 39 %
dari keseluruhan kasus adalah wanita dan perempuan muda. Sekitar 20 % kasus
HIV/AIDS di Asia Selatan-Tenggara berasal dari Indonesia. Hal ini menempatkan
Indonesia pada urutan ke 2 untuk kasus HIV/AIDS terbanyak setelah India.
Kumulatif kasus HIV di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 232.323 kasus dan
AIDS 86.780 kasus. Persentase kasus AIDS pada wanita di Indonesia terus meningkat
dari tahun 1987 s/d 2015 yang mencapai 31,5 %. Terjadi peningkatan kasus AIDS
pada ibu rumah tangga selama lima tahun terakhir di Indonesia dari tahun 2011 yakni
1.161 kasus (14%) menjadi 1.350 kasus (18,7%) di tahun 2015.
Prevalensi HIV/AIDS berdasarkan provinsi menunjukkan bahwa Papua
menduduki peringkat ke-1 di Indonesia. Proporsi kasus HIV lebih tinggi pada wanita
yakni mencapai 54,9 %. Kasus HIV pada ibu rumah tangga juga menunjukkan
peningkatan dari tahun 2013 sampai dengan 2015 yakni dari 345 (12%) dari 2.861
kasus menjadi 612 (15,4 %) dari 3.949 kasus.
Kumulatif kasus HIV/AIDS di Kota Jayapura menduduki peringkat ke 4 tertinggi
di Provinsi Papua. dimana terjadi peningkatan 1,4 % dari 914 kasus di tahun 2014
menjadi 1.052 pada tahun 2015. Persentase kasus HIV/AIDS tertinggi pada wanita
yakni sebesar 55% dengan jumlah kasus pada ibu rumah tangga yang mencapai 217
kasus (20,6 %) pada tahun 2015.
2.3 Etiologi
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh virus yang
disebut HIV. Virus ini ditemukan oleh Montagnier, seorang ilmuwan Perancis
(Institute Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan
gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Limphadenopathy
Associated Virus (LAV). Gallo (National Institute of Health, USA 1984) menemukan
virus HTL-III (Human T Lymphotropic Virus) yang juga adalah penyebab AIDS.
Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga
berdasarkan hasil pertemuan International Committee on Taxonomy of Viruses
(1986) WHO memberi nama resmi HIV. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan virus
lain yang dapat pula menyebabkan AIDS, disebut HIV-2, dan berbeda dengan HIV-1
secara genetik maupun antigenik. HIV-2 dianggap kurang patogen dibandingkan
dengan HIV-1. Untuk memudahkan virus itu disebut sebagai HIV saja (Daili, 2009.
2.4 Patofisiologi
Hubungan seksual dengan pasangan yang Transfusi darah yang Tertusuk jarum bekas Ibu hamil
berganti-ganti, dengan yang terinfeksi HIV terinfeksi HIV penderita HIV menderita HIV
Terjadi perubahan pada struktural sel diatas akibat transkripsi RNA virus + DNA sel sehingga terbentuknya provirus
Infeksi Oportunistik
Mk : MK : Resiko MK :
- Perubahan - Resiko tinggi cedera
kerusakan
Eliminasi (Bab) - Ggn. Nutrisi < Keb.
Integritas Ruam, Pruritus,
- Gangg Nutrisi < Tubuh
Kulit Papula, Makula Merah - Risiko tinggi
Keb. Tubuh
Muda kekurangan volume
- Resiko
Kekurangan cairan
Volume Cairan - Intoleransi Aktivitas
MK : Nyeri
1. Keadaan umum :
Post exposure prophylaxis (PPP) dan kulit kering yang luas merupakan dugaan kuat
infeksi HIV. Beberapa kelainan seperti kulit genital (genital warts), folikulitis dan
psoriasis sering terjadi pada orang dengan HIV/AIDS(ODHA) tapi tidak selalu terkait
dengan HIV.
3. Infeksi
- Gangguan pernafasan : batuk lebih dari 1 bulan, sesak nafas, tuberkulosis, pneumonia
berulang, sinusitis kronis atau berulang.
-Gejala neurologis : nyeri kepala yang makin parah (terus menerus dan tidak jelas
penyebabnya), kejang demam, menurunnya fungsi kognitif.
Fase klinis 2 : Penurunan berat badan (<10%) tanpa sebab. Infeksi saluran pernapasan
atas (sinusitis, tonsilitis, otitis media, faringitis) berulang. Herpes zoster, infeksi sudut
bibir, ulkus mulut berulang, erupsi pruritus populer, dermatitis seboroik, infeksi jamur
pada kuku.
Fase klinis 3 : Penurunan berat badan (> 10%) tanpa sebab. Diare kronis tanpa penyebab
hingga >1 bulan. Demam menetap (intermitten atau tetap >1 bulan), kandidiasis oral
menetap. Tb pulmonal (baru), plak putih di mulut, infeksi bakteri yang parah seperti
pneumonia, empyema (nanah dalam rongga tubuh terutama pleura, abses pada otot
skelet, infeksi sendi atau tulang), meningitis, bakteremia, gangguan inflamasi berat pada
pelvik, acute necrotizing ulserative stomatitis, gingivitis atau periodontilitis anemia yang
penyebabnya tidak diketahui (<8 g / dl), neutropenia (<0,5 x 10 '/ 1) dan trombositopenia
kronis (<50X10 / 1).
Fase klinis 4 : Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumonia pneumocystis
(pneumonia karena pneumocytis carinii), pneumonia bakteri berulang, infeksi herpes
simpleks kronis (orolabial, genital atau anorektal> 1 bulan) Kandidiasis esofagus,
tuberkulosis bakteri berulang, pneumonia bakteri berulang , infeksi herpes simpleks
kronis (orolabial, genital, atau anorektal >1 bulan) Kandidiasis esofagus, tuberkulosis
ekstrapulmonal, Cytomegalovirus, Toksoplasma di SSP, ensefalopati HIV kronis,
meningitis, infektif multivokal progresif, lympoma, karsinoma serviks invasif, leukemia.
2.7 Pencegahan
Pencegahan infeksi HIV nosokomial dengan menggunakan kewaspadaan standar :
1. Cuci tangan;
2. Alat pelindung diri (sarung tangan, pakaian, masker, kapan saja menyentuh atau
terpajan cairan tubuh pasien perlu diantisipasi);
3. Penempatan pasien;
4. Praktek terhadap lingkungan (pembuangan limbah, tata rumah tangga, seprei/selimut
yang kotor);
5. Penanganan dan pembuangan benda-benda tajam;
6. Cara-cara kerja;
7. Penanganan dan pengangkutan contoh (specimen);
8. Perawatan peralatan (pencucian, pengangkutan dan pelayanan).
Pedoman untuk mencegah penularan HIV dalam facilitas kesehatan, World Health
Organization, Geneva, Program Global mengenai AIDS, 1995 (GPA/TCO/HCS/95.1).
1. Abstinence : tidak melakukan hubungan seks sampai siap menikah/mental, fisik, dan
sosial terutama remaja seperti kita-kita
2. Be faithfull : saling setia hanya pada satu pasangan
3. Condom use : pada pasangan seksual aktif, gunakan kondom
4. Dont share needle and drugs : tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian dan
tidak menggunakan NARKOBA
5. Education : cari informasi yang benar sebanyak mungkin
6. FUN : sebagai remaja kita harus fun dalam melakukan tindakan pencegahan diatas
terutama puasa seks sebelum menikah.
2.8 Penatalaksaan
1. Non-Farmakologi
Terapi non–farmakologik terdiri dari pada pencegahan penularan HIV. Ini
melibatkan 5 P’s yaitu Partners, Prevention of Pregnancy, Protection of
Sexual transmitted diseases, Practices, Past history of sexual transmitted disease.
Metode yang sering digunakan adalah menggalakan orang menggunakan
alat kontrasepsi. Antara kontrasepsi yang sering digunakan adalah kondom.
Selain itu, menyarankan agar penderita untuk abstinen dan jika sudah
menikah, menyarankan penderita dan pasangannya agar tidak berhubungan
seks dengan orang lain. Untuk pencegahan transmisi secara vertical, proses
kelahiran haruslah dilakukan secara pembedahan yaitu caesar. Penyusuan
bayi oleh ibu yang menderita juga harus dielakkan.
2. Farmakologi
a. Anjuran pemilihan obat ARV lini pertama
Paduan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk lini pertama adalah:
2 NRTI + 1 NNRTI
Mulailah terapi antiretroviral dengan salah satu dari paduan di bawah ini:
Paduan lini pertama yang direkomendasikan pada orang dewasa yang belum
pernah mendapat terapi ARV (treatment-naïve):
Prevens
i tersier
Perilak
u
pemeri
ksaan
kesehat
an
pribadi
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
HIV adalah virus yang menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat
berkembang biak, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi.
Manusia yang terkena virus HIV, tidak langsung menderita penyakit AIDS,
melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV
untuk berubah menjadi AIDS yang mematikan.
AIDS adalah sekumpulan gejala yang didapatkan dari penurunan kekebalan
tubuh akibat kerusakan system imun yang disebabkan oleh infeksi HIV. Penularan
virus HIV dapat terjadi melalui darah, air mani, hubungan seksual, atau cairan vagina.
Namun virus ini tidak dapat menular lewat kontak fisik biasa, seperti berpelukan,
berciuman, atau berjabat tangan dengan seseorang yang terinfeksi HIV atau AIDS.
Pencegahan penularan HIV melalui hubungan seksual dilakukan melalui 6
upaya, yaitu a). tidak melakukan hubungan seksual (Abstinensia) bagi yang belum
menikah; b). setia dengan pasangan (Be Faithful) tetapi yang diketahui tidak terinfeksi
HIV; c). menggunakan kondom secara konsisten (Condom use); d). menghindari
penyalahgunaan obat/zat adiktif (no Drug); e). meningkatkan kemampuan pencegahan
melalui edukasi termasuk mengobati IMS sedini mungkin (Education); dan f).
melakukan pencegahan lain, antara lain melalui sirkumsisi atau sunat.
3.2 Saran
HIV/AIDS adalah penyakit yang berbahaya karena virus tersebut menyerang
sistem kekebalan tubuh kita dalam melawan segala penyakit. Untuk menghindari hal
tersebut dapat penulis sarankan hal – hal sebagai berikut:
1. Bagi yang belum terinfeksi virus HIV/AIDS sebaiknya :
a) Belajar agar dapat mengendalikan diri;
b) Memiliki prinsip hidup yang kuat untuk berkata “TIDAK” terhadap segala
jenis yang mengarah kepada narkoba dan psikotropika lainnya;
c) Membentengi diri dengan agama;
d) Menjaga keharmonisan keluarga karena pergaulan bebas sering kali menjadi
pelarian bagi anak – anak yang depresi.
2. Bagi penderita HIV/AIDS sebaiknya :
a) Memberdayakan diri terhadap HIV/AIDS;
b) Mencoba untuk hidup lebih lama;
c) Mau berbaur dengan orang disekitarnya/lingkungan;
d) Tabah dan terus berdoa untuk memohon kesembuhan.
3. Bagi keluarga penderita HIV/AIDS sebaiknya :
a) Memotivasi penderita untuk terbiasa hidup dengan HIV/AIDS sehingga bisa
melakukan pola hidup sehat;
b) Memotivasi penderita HIV/AIDS untuk mau beraktivitas dalam meneruskan
hidup yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Fajar. (2013). HIV AIDS. Diakses pada tanggal 11 Januari 2020, dari:
http://eprints.undip.ac.id/43845/3/ELIZABETH_FAJAR_P.P_G2A009163_bab_2_KTI.
pdf.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Naisonal Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan
Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa. .Jakarta: Bakti Sosial.